Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konseling sebagai cara membantu, memiliki bermacam-macam model dalam
mendekati klien beserta masalahnya. Kata “mendekati” atau pendekatan menunjuk
pada aspek pribadi klien yang ingin disentuh dan diberdayakan oleh konselor untuk
mengatasi masalah yang mereka hadapi. Menurut Nelson (2011) model pendekatan
konseling dalam judul pendekatannya, misalnya person centered therapy, gestalt
therapy, rational emotive behavior therapy, cognitive therapy.
Client Centered Theory sebagai model pendekatan dalam konseling
merupakan hasil pemikiran Carl Rogers. Rogers adalah seorang empirisme yang
mendasarkan teori-teorinya pada data mentah, ia percaya pentingnya pengamatan
subyektif, ia percaya bahwa pemikiran yang teliti dan validasi penelitian diperlukan
untuk menolak kecurangan diri (self-deception). Yang mana Rogerian tidak hanya
berisi pertanyaan-pertanyaan teori tentang kepribadian dan psikoterapi, tetapi juga
suatu pendekatan, suatu orientasi atau pandangan tentang kehidupan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian client centered therapy?
2. Bagaimana konseling dengan metode client centered therapy?
3. Apa tujuan konseling client centered therapy?
4. Bagaimana hasil konseling client centered therapy?
5. Apa kelebihan dan kekurangan konseling client centered therapy?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN CLIENT CENTERED THERAPHY


Teori client centered merupakan pengembangan dari teori person-centered,
oleh penemunya Carl Rogers dinamakan non-directive counseling. Teori ini
merupakan tanggapan Rogers terhadap teori psikoanalisis yang bersifat direktif
tradisional. Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah
pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara konselor dan pasien
atau klien. Pendekatan client centered t menekankan pada kemampuan klien untuk
mengatasi , memilih dan menyelesaikan persoalan sesuai dengan kapasitas dirinya.
Menurut Roger (dalam Juntika, 2006:21), konsep inti konseling berpusat pada
klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan
perwujudan diri. Roger berpendapat bahwa setiap orang memiliki kapasitas untuk
memahami keadaan yang menyebabkan ketidakbahagiaan dan mengatur kembali
kehidupannya menjadi lebih baik. Dia juga percata bahwa kemampuan individu untuk
menghadapi persoalan bisa meningkat jika konselor menciptakan relasi yang hangat,
menerima klien apa adanya dan memahami proses yang sedang dibangun. Roger juga
mencetuskan ide untuk mengganti kata pasien menjadi klien agar hubungan yang
terbangun dengan konselor lebih cair.

B. KONSELING CLIENT CENTERED THERAPY


Asumsi perilaku bermasalah menurut Rogers adalah ketika tidak adanya
hubungan yang kongruen antara real self dan ideal self-nya serta self as thought to be
seen by others. Brammer and Shostrom (1997:50) menggambarkan sebagai berikut :

Self Concept EExperience

Gambar 1: Maladjusment

2
Gambar tersebut menjelaskan bahwa jarak antara konsep diri (self concept)
dengan pengalaman (experience) agak jauh. Artinya penilaian seseorang terhadap
dirinya sendiri (self concept) tentang kemampuan, sikap, temperamen, nilai-nilai
agama dan budaya yang dimiliki ternyata berbeda jauh dengan realitas (experience)
yang dialaminya, maka orang tersebut dalam kondisi pribadi (self) tidak sehat. Self
yang tidak sehat akan banyak menemui masalah dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya

S
E
L Experience
F

Gambar 2 : Adjustment

Konsep diri sangatlah penting, seseorang yang memandang dirinya positif


memungkinkan bertingkah laku efektif dalam menghadapi berbagai macam situasi
hidup. Mereka memungkinkan untuk dapat terpuaskan oleh dirinya dan pengalaman
hidupnya.
Proses konseling dalam model pendekatan client centered therapy merupakan
suatu gambaran bagaimana proses pendekatan ini dilaksanakan. Adapun deskripsi
proses konseling itu adalah :
a) Konseling memusatkan pada pengalaman individual.
b) Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan
serta menopang eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui
pemanfaatan potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya
untuk memperjelas dan mendapat tilikan perasaan yang mengarah pada
pertumbuhan.
c) Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan,
mengkaji dan memadukan pengalaman-pengalaman sebelumnya ke dalam
konsep diri.
d) Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan
menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.

3
e) Wawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan
hubungan timbal balik.

Teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan


pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain dan memahaminya (klien). Dalam
client centered therapy, ada beberapa sifat yang harus dimiliki seorang konselor,
antara lain :
a. Acceptance artinya konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan
segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral.
b. Congruence artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan
perbuatan dan konsisten.
c. Understanding artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami
secara empati dunia klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klien itu.
d. Non-judgemental artinya tidak memberi penilaian terhadap klien, akan tetapi
konselor selalu objektif.

C. TUJUAN KONSELING CLIENT CENTERED THERAPHY

Konseling client centered therapy bertujuan membantu klien menemukan


konsep dirinya yang positif kewat komunikasi konseling, dimana konselor
memposiskan klien sebagai pribadi yang berharga, penting dan memiliki potensi
positif. Kemampuan konselor dalam membangun hubungan dan proses komunikasi
merupakan kunci keberhasilan konseling. Dalam hal ini konselor berperan
mempertahankan kondisi yang menghadirkan iklim kondusif untuk terjadinya
perubahan terapeutik dan perkembangan klien. Adapun Tujuan Konseling yang
hendak dicapai dalam hal ini adalah :
1. Memberi kesempatan dan kebebasan klien untuk mengekspresikan perasaan-
perasaannya, berkembang dan terealisir potensinya.
2. Membantu individu untuk sanggup berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi
dengan lingkungannya, dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri.
3. Membantu individu dalam mengadakan perubahan dan pertumbuhan.

D. HASIL KONSELING

Rogers mengatakan hasil konseling ialah klien menjadi lebih kongruen, lebih
terbuka terhadap masalah-masalahnya, kurang defensif, yang semua ini nampak

4
dalam. dimensi-dimensi pribadi dan perilaku. Berdasarkan hasil riset, beberapa hasil
konseling antara lain:
a. Peningkatan dalarn penyesuaian psikologis
b. Kurangnya keteganggan pisik dan pemikiran kapasitas yang lebih besar untuk
merespon rasa frustasi.
c. Menurunnya sikap defensive
d. Tingkat hubungan yang lebih besar antara self picture dengan self ideal
e. Kematangan emosional
f. Peningkatan dalam keseluruhan penyesuaian dalam latihan-latihan vokasional.
g. Lebih kreatif

E. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN

Adapun sebagai sebuah teknik konseling, client centered therapy ini


mempunyai kelebihan dan keterbatasan, yaitu :
Kelebihan:
1. Pemusatan pada klien dan bukan pada terapis
2. Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah
kepribadian
3. Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik
4. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan
kuantitatif
5. Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi.
6. Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
7. Klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka focus dalam
menyelesaiakan masalahnya.
8. Klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika
mereka mendengarkan dan tidak di justifikasi
Keterbatasan
1. Kurangnya kekonkritan
2. Dalam proses konseling, lebih efektif ketika menggunakan bahasa verbal dan
dengan klien yang cerdas
3. Mengabaikan faktor ketidaksadaran (alam tak sadar) dan insting naluri
4. Berurusan dengan hal-hal yang ada di permukaan.

5
BAB III
PENUTUP

Pendekatan konseling client centered therapy menekankan pada keaktifan


klien untuk mengeksplorasi diri terhadap masalah yang dihadapi. Sementara konselor
lebih berperan sebagai pendengar yang baik dan membantu klien memahami
pribadinya dan membantu memberikan kesadaran terhadap permasalahannya. Dengan
bantuan konselor klien diharapkan mempunyai inisiatif untuk menggali masalahnya.
Dengan tumbuhnya kesadaran maka akan terjadi perubahan dan peningkatan diri
sesuai kapasitas klien. Rogers berpendapat bahwa kekuatan yang memimpin perilaku
manusia ada di dalam manusai itu sendiri. Rogers memandang bahwa sejatinya
manusai mempunyai kecenderungan bawaan untuk aktualisasi diri dan apabila hal itu
dibebaskan dan tidak terpengaruh kondisi sosial maka manusia akan akan berusaha
menyempurnakan dirinya sendiri.

6
DAFTAR PUSTAKA

Ulfa Danni Rosada, Model Pendekatan Konseling Client Centered Therapy dan
Penerapannya dalam Praktik, Counsellia, Jurnal Bimbingan dan Konseling,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Dr. Kusno Effendi, M.Pd, M.Si, 2016, Proses dan Ketrampilan Konseling, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta

Lia Amalia, 2013, Menjelajahi Diri denga Teori Kepribadian Carl R. Rogers,
Muaddib Jurnal Vol. 03 No. 01, Hal 87-99, STAIN Ponorogo

Boere, C. George.2006. Carl Rogers. http://www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai