Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI KONSELING PERSON

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Ayu (2112062002)
2. Ester Novia (2112062008)
3. Lia Sapitri (2112062014)
4. Magdalena Yuni (2112062016)
5. Seri Meily Rusedit (2112062026)
6. Tri Aldian Zulmi (2112062030)
7. Yuli Sri Kendawati (2112062035)

Kelas : D12

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP PERSADA KHATULISTIWA SINTANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis
yang berpusat pada klien atau Client Centered Therapy. Carl Ransom Rogers lahir pada 8
Januari 1902, di Oak Park, Illinois, keempat dari enam bersaudara yang lahir dari
pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers. Rogers hidup di lingkungan keluarga yang
sangat religius dan sangat menghargai ilmu pengetahuan. Sebagai awal karirnya, Roger
masuk University of Wisconsin untuk belajar pertanian. Selanjutnya Rogers melanjutkan
Union Theological Seminary di New York pada tahun 1924. Dan akhirnya Rogers
melakukan kariernya dibidang psikologi dan mendapatkan gelar PhD dari Columbia
University pada tahun 1931. Rogers berpindah ke California hingga akhir masa hidupnya.

Person Centered dikembangkan oleh Dr. Rogers (1902-1987) pada tahun 1940-an.
pendekatan person-centered didasarkan pada suatu konsep dari psikologi humanistik,
Psikologi humanistik adalah aliran psikologi yang memandang manusia sebagai makhluk
yang rasional, bertujuan dan otonom, kreatif dan mampu mencapai insight dalam
memahami realita. Pada dasarnya, humanistik lebih merupakan suatu pendekatan dan cara
terapi ketimbang suatu teori kepribadian. Pada dasarnya, humanistik lebih merupakan
suatu pendekatan dan cara terapi ketimbang suatu teori kepribadian.

Pada awal perkembangannya Carl Rogers menamakan non-directive counseling


sebagai reaksi kontra terhadap pendekatan psikoanalisis yang bersifat direktif dan
tradisional. Menurut pendekatan person-centered (dalam komalasari, 2011:262) manusia
dipandang sebagai instan rasional, makhluk sosial, realistis dan berkembang. Teori Person
Centered merupakan teori menjalani beberapa perubahan nama. Selama tahun-tahun
awal, pendekatan dikenal sebagai "nondirective," istilah disayangkan bahwa tetap
berhubungan dengan namanya terlalu lama. Kemudian, pendekatannya adalah berbagai
istilah "berpusat pada klien," " orang berpusat," "student centered," "Kelompok yang
berpusat," dan "orang ke orang."

Menurut Rogers (dalam Gladding, 2012:244) memandang individu dari perpektif


fenomenologikal: yang penting adalah persepsi manusia mengenai realita dibanding
peristiwa yang terjadi itu sendiri.
B. Pengertian,tujuan dan ciri-ciri Person Centered Therapy
a) Pengertian Person Centered Therapy
Person Centered Therapy ialah terapi yang dikembangkan oleh Carl
Roger yang didasarkan kepada asumsi bahwa klien merupakan ahli yang
paling baik bagi dirinya sendiri dan merupakan orang yang mampu
memecahkan masalahnya sendiri. Tugas terapis adalah mempermudah proses
pemecahan masalah mereka sendiri. Terapis juga tidak mengajukan pertanyaan
menyelidik, membuat penafsiran, atau mengajukan serangkaian tindakan.
Istilah terapis dalam pendekatan ini lebih dikenal dengan istilah sebagai
fasilitator (Atkinson dkk., 1993). Berdasarkan sejarahnya, terapi yang
dikembangkan Rogers ini mengalami beberapa perkembangan. Pada mulanya
Rogers mengembangkan pendekatan konseling yang disebut non-directive
counseling pada tahun 1940. Pendekatan ini sebagai reaksi terhadap teori-teori
konseling yang berkembang saat itu yang terlalu berorientasi pada konselor
atau directive counseling dan terlalu tradisional. Pada 1951, Rogers mengubah
namanya menjadi client-centered therapy sehubungan dengan perubahan
pandangan tentang konseling yang menekankan pada upaya reflektif terhadap
perasaan klien. Pada tahun 1957 Rogers mengubah sekali lagi pendekatannya
menjadi konseling yang berpusat pada person atau yang dikenal
dengan person centered therapy, yang memandang klien sebagai partner dan
perlu adanya keserasian pengalaman baik pada klien maupun terapis. Terapi
ini memperoleh sambutan positif dari kalangan ilmuwan maupun praktisi,
sehingga dapat berkembang secara pesat. Terapi ini cocok untuk orang-orang
dengan masalah psikologis yang ada ketidakbahagiaan dalam dirinya, mereka
biasanya akan mengalami masalah emosional dalam hubungan
dikehidupannya, sehingga menjadi orang yang tidak berfungsi sepenuhnya.
b) Tujuan dari Person Centered Therapy
Tujuan dari person centered  therapy adalah membantu individu
menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling, di
mana konselor mendudukan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang
penting, dan orang yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa
syarat (unconditional positive regard). Bagi Rogers pada dasarnya tujuan
terapi ini adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif sebagai usaha untuk
membantu klien menjadi pribadi yang utuh (fully functioning person), yaitu
pribadi yang mampu memahami kekurangan dan kelebihan dirinya. Tujuan
dasar terapi ini kemudian diklasifikasikan kedalam 4 konsep inti tujuan terapi,
yaitu (Corey, 2009) :
 Keterbukaan pada pengalaman : Klien diharapkan dapat lebih
terbuka dan lebih sadar dengan kenyataan pengalaman mereka.
Hal ini juga berarti bahwa klien diharapkan dapat lebih terbuka
terhadap pengetahuan lebih lanjut dan pertumbuhan mereka
serta bisa menoleransi keberagaman makna dirinya.
 Kepercayaan pada organisme sendiri : Dalam hal ini tujuan
terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya
terhadap diri sendiri. Biasanya pada tahap-tahap permulaan
terapi, kepercayaan klien terhadap diri sendiri dan putusan-
putusannya sendiri sangat kecil. Mereka secara khas mencari
saran dan jawaban-jawaban dari luar karena pada dasarnya
mereka tidak mempercayai kemampuan-kemampuan dirinya
untuk mengarahkan hidupnya sendiri. Namun dengan
meningkatnya keterbukaan klien terhadap pengalaman-
pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya
sendiri pun mulai timbul.
 Tempat evaluasi internal : Tujuan ini berkaitan dengan
kemampuan klien untuk instropeksi diri, yang berarti lebih
banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi
masalah-masalah keberadaannya. Klien juga diharapkan untuk
dapat menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke
dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan
pilihan-pilihan bagi hidupnya.
 Kesediaan untuk menjadi satu proses : Dalam hal ini terapi
bertujuan untuk membuat klien sadar bahwa pertumbuhan
adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para klien dalam
terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan
kepercayaan-kepercayaannya serta membuka diri bagi
pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.
c) Ciri-Ciri Person Centered Therapy
Menurut Rogers (dalam Corey, 2009) menguraikan ciri-ciri yang
membedakan pendekatan Person Centered Therapy dengan pendekatan-
pendekatan lain. Pendekatan Person Centered Therapy difokuskan pada
tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara
menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Pendekatan terapi ini lebih
menekankan pada dunia fenomenal klien, yaitu dengan empati dan usaha
untuk memahami klien. Dengan empati yang cermat dan usaha untuk
memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan pelatihan
terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia. Prinsip-
prinsip terapi Person Centered Therapy diterapkan pada individu yang fungsi
psikologisnya berada pada taraf yang relatif normal maupun pada individu
yang derajat penyimpangan psikologisnya lebih besar. Terapi Person Centered
Therapy  memasukkan konsep bahwa fungsi terapi adalah tampil langsung dan
bisa dijangkau oleh klien serta memusatkan perhatian pada pengalaman di
sini- dan –sekarang yang tercipta melalui hubungan antara klien dan terapis.
terapi Person Centered Therapy bukanlah sekumpulan teknik dan juga bukan
suatu dogma.
C. Perkembangan teori person-centered therapy
Menurut Gillon (2007: 10) selama periode sesaat sebelum danselama masa
Depresi, serta pelaksanaan berikutnya dari“kesepakatan baru”,Carl Rogers terus
bekerja dengan solid di Departemen Studi Anak. Ia sangatterpengaruh oleh keadaan
putus asa yang ia alami, dan bersemangat untukmembantu sejumlah orang yang ia
temui dalam praktek klinis. Tak pelaklagi, bagaimanapun ia tidak bisa membantu
tetapi akan terjebak dalam perjuangan antara metode terapi psikoanalitik dan
behavioris. Sementara perbedaan antara dua pandangan tersebut menyebabkan dia
merasa“berfungsi dalam dua dunia yang berbeda” di mana “keduanya tidak akan
pernah bertemu”(Rogers, 1961 : 9).
a) Pengaruh Otto Rank
Salah satu pengaruh terbesar pada Rogers adalah karya OttoRank. Rank
adalah psikoanalis Austria yang awalnya menjadi salah satu
Freud “lingkaran dalam”, tetapi ia mulai menjauh dari pendekatan
psikoanalisis Freudian. Menyusul penerbitan buku-bukunya (misalkan Will
Therapy pada tahun 1936), Rank telah menantang beberapa aspekkunci
dari teori Freud, menyatakan bahwa individu akan menjadi halterpenting
dalam mempromosikan penyembuhan. Dia juga berpendapat bahwa
pengalaman yang kuat, hubungan yang positif dengan terapisadalah sarana
utama memungkinkan pertumbuhan psikologis klien. Inikontras dengan
formulasi Freud yang menyatakan hubungan antaraterapis dan klien
sebagai kendaraan utama untuk memahami konflik bawah sadar pada akar
kesulitan klien.Menurut Merry (dalam Gillon, 2007: 11) meskipun ia
bertemuRank hanya sekali, pada tahun 1936, Rogers menjadi akrab
dengangagasan-gagasannya melalui karya rekan kerja sosialnya, Jessie
Taftdan Frederick Allen, keduanya adalah “ Rankian” dalam pendekatan
mereka. Taft membuktikan pengaruh yang kuat pada Rogers,
terutamadalam hal penekanannya pada hubungan terapeutik positif dan
penggunaan tertentu teknik psikologis, seperti prosedur penilaian dan
memberikan nasihat.
b) Pengaruh behavioristik dan lainnya
Menurut Gillon (2007: 12) ketika karya Otto Rank memberikanlatar
belakang tentang bagaimana Roger membantu kliennya, prinsip- prinsip
empiris dari paradigma behavioris juga memainkan peranmereka dalam
membangun dasar pandangan Rogers. Psikolog behavioris menginginkan
Rogers untuk memanfaatkan prinsip-prinsipilmu pengetahuan alam dalam
memahami dan membentuk perilakumanusia. Akan tetapi Rogers tidak
sepenuhnya setuju dengan pandangan aliran behavioris, dan ia mulai
membangun kerangkateorinya sendiri yang berasal dari pemahaman
teoretis serta pengalaman praktis psikologis mandirinya. Buku pertama
Rogers, KlinikPengobatan Masalah Anak (1939) diperkenalkan untuk
pertamakalinya, khususnya ide-ide tentang pentingnya hubungan antara
terapisdengan klien.
Menurut Rogers (dalam Gillon, 2007: 12) seorang psikolog yang baik
memiliki sifat objektivitas, penghargaan terhadap individu, pemahaman
diri dan, akhirnya, pengetahuan psikologis. Proposisi- proposisi dijabarkan
lebih lanjut dalam presentasi yang diberikankepada mahasiswa di
University of Minnesota (sekarang dia adalahProfesor Psikologi di
University of Ohio). Dalam presentasi yang berberjudul “Konsep Baru
dalam Psikoterapi, Rogers berpendapat bahwa non-directivity atas nama
terapis adalah sangat penting dalammemfasilitasi perubahan terapeutik.
c) Non-directive therapy
Menurut Gillon (2007: 13) dalam mengembangkan ide-idenya pada
hubungan terapeutik non-direktif, Rogers mulai menyempurnakanvisinya
untuk bagaimana prinsip tersebut dapat diintegrasikan ke dalamsebuah
metode terapi yang lebih umum. Pada tahun 1942 iamenerbitkan buku
berikutnya,Konseling dan Psikoterapi,yang menggambarkan hubungan
terapi yang harus hangat dan peduli denganfokus pada masa sekarang
bukan masa lalu. Psikolog, dalam mengambil pendekatan semacam itu
akan tertarik dalam mendengarkan dan memahamai, klien mengalami
(misalnya kognisi, emosi, tubuh sensasidll) pada saat tertentu, dan tidak
dalam memperkenalkan ide atau saransendiri. Meski tidak direferensikan
langsung oleh Rogers, orientasi inimemiliki banyak kesamaan dengan
gagasan fenomenologi, sebuahgerakan filosofis berpengaruh menekankan
pentingnya pengalamansubyektif di sini dan sekarang. Selain
menggambarkan prinsip-prinsipyang mendasari pendekatan terapi non-
direktif, Rogers jugamengusulkan beberapa cara di mana ini dapat
diterjemahkan ke dalammetode kerja. Disorot dalam hal ini adalah proses
memantulkankembali ke aspek klien sendiri. Secara khusus, ia mendorong
fokus pada perasaan klien. Oleh karena itu terapis didorong untuk
mengulang,atau parafrase (yaitu menjelaskan dalam kata-kata yang

berbeda).

Menurut Barrett & Lennard (dalam Gillon, 2007: 14)


dialog“ekspresif -responsif” memiliki dua tujuan. Pertama, itu
memungkinkanterapis untuk memastikan bahwa ia
memahami“ frame of reference”klien (yaitu persepsi, sikap dan perasaan).
Ini menghindarikemungkinan mis-interpretasi yang dapat menyebabkan
klien merasadisalahpahami atau dihakimi (maka mengurangi hangat,
kualitas pedulihubungan). Kedua, Rogers melihat memantulkan kembali
mendorongklien untuk menghadiri lebih dekat dengan bagaimana perasaan
mereka(yaitu untuk memeriksa dengan diri sendiri apakah refleksi
terapisadalah benar). Ini akan dapat meningkatkan self-
understanding , penerimaan diri, dan sebagai akibat otonomi pribadi. 
Kedua proses,hangat, hubungan pemahaman dan pendalaman mengalami
pribadimenurut Rogers menjadi aspek kunci yang terkait dengan
pertumbuhan psikologis dan penyembuhan. Metode nondirektif digariskan 
oleh Rogers memberikan pendekatan yang sangat berbeda dengan
praktek psikologis. Ini menarik banyak minat dan pada tahun 1945 Rogers 
pindah ke Universitas Chicago untuk lebih mengembangkan ide-idenya.
d) Client-centered therapy
Menurut Gillon (2007: 15) dalam tahun-tahun setelah publikasi buku
Konseling dan Psikoterapi, terapi non-direktif juga menarik banyak kritik.
Sejumlah psikolog melihat metode non-directive memiliki metode kerja
yang terlalu sederhana. Namun, ketika kritikmenyengat pada tahun 1951
Rogers menerbitkan Client-Centeredtherapy. Nama clien-centered diangkat
dengan hati-hati, agardipandang sebagai istilah yang dirancang untuk
menggeser pendekatanyang terlalu sederhana.
e) Person-centered therapy
Menurut Gillon (2007: 18) pada tahun-tahun setelah pindah
keCalifornia, pendekatan berpusat pada klien berkembang
secarasignifikan. Rogers sendiri sangat terlibat dalam gerakan tersebut,
sertauntuk mendorong penerapan pendekatan terpusat pada klien
terhadapkepentingan masyarakat dan global. Pergeseran penekanan,
dariclien-centered therapy ke arah yang lebih holistik dengan nama
keperson centered therapy. Namaperson-centered therapy ini
untukmenunjukkan penerapan pendekatan untuk jangkauan yang lebih
luasdari sekedar konteks untuk terapi psikologis (seperti yang
tersiratdengan istilah client ).

D. Teknik-teknik,tahap-tahap serta peran dan fungsi dari Person Centered Therapy


a) Teknik-teknik dari Person Centered Therapy
Terdapat tiga sikap dasar konselor, mencakup :
 Congruence or genuine   
Konsep kesejatian yang dimaksud ialah bagaimana
konselor tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu serta
terintegrasi selama pertemuan konseling. konselor tidak
diperkenankan terlibat secara emosional dan berbagi perasaan-
perasaan secara impulsif terhadap  konseli. Pendekatan person
centered therapy berasumsi bahwa jika konselor selaras atau
menunjukkan kesejatiannya dalam berhubungan dengan
konseli, maka proses konseling bisa berlangsung.
 Unconditional positive regardand acceptance 
  Perhatian tak bersayarat tidak dicampuri oleh evaluasi
atau penilaian terhadap pemikiran-pemikiran dan tingkah laku
konseli sebagai hal yang buruk atau baik. Semakin besar derajat
kesukaan, perhatian dan penerimaan hangat terhadap konseli,
maka semakin besar pula peluang untuk menunjung perubahan
pada konseli.
 Accurate empathic understanding 
  Sikap ini merupakan sikap yang krusial, dimana
konselor benar-benar dituntut untuk menggunakan kemampuan
inderanya dalam berempati guna mengenali dan menjelajahi
pengalaman subjektif konseli. Tugas konselor adalah
membantu kesadaran konseli terhadap perasaan-perasaan yang
dialami. Rogers percaya bahwa apabila konselor mampu
menjangkau dunia pribadi konseli sebagaimana dunia pribadi
itu diamati dan dirasakan oleh konseli, tanpa kehilangan
identitas dirinya yang terpisah dari konseli, maka perubahan
yang konstruktif akan terjadi (Corey, 2009).
b) Tahap-Tahap Person Centered Therapy
Jika dilihat dari apa yang dilakukan terapis dapat dibuat dua tahap, yaitu :
 Pertama tahap membangun hubungan terapeutik, menciptakan
kondisi fasilitatif dan hubungan yang substantif seperti empati,
kejujuran, ketulusan, penghargaan, dan positif tanpa syarat.
 Kedua tahap kelanjutan yang disesuaikan dengan efektivitas
hubungan konseling dan disesuaikan dengan kebutuhan klien.
Sedangkan jika dilihat dari segi pengalaman klien dalam proses
hubungan terapi dapat dijabarkan bahwa proses terapi dapat dibagi
menjadi empat tahap,yaitu :

 Klien datang ke terapis dalam kondisi tidak kongruensi,


mengalami kecemasan, atau kondisi penyesuaian diri yang
tidak baik.
 Saat klien menjumpai terapis dengan penuh harapan dapat
memperoleh bantuan, jawaban atas permasalahan yang sedang
dialami, dan menemukan jalan atas kesulitan-kesulitannya.
Perasaan yang ada pada klien adalah ketidakmampuan
mengetasi kesulitan hidupnya.
 Pada awal terapi klien menunjukan perilaku, sikap, dan
perasaannya yang kaku. Dia menyatakan permasalahan yang
dialami kepada terapis secara permukaan dan belum
menyatakan pribadi yang dalam. Pada awal-awal ini klien
cenderung mengeksternalisasi perasaan dan masalahnya, dan
mungkin bersikap defensif.
 Klien mulai menghilangkan sikap dan perilaku, membuka diri
terhadap pengalamannya., dan belajar untuk bersikap lebih
matang dan lebih teraktualisasi, dengan jalan menghilangkan
pengalaman yang didistorsinya.

c) Peran dan Fungsi Terapis dalam Person Centered Therapy


Rogers juga menerangkan bahwa peran konselor Person Center
Therapy adalah sebagai berikut :
 Menyediakan konsisi terapeutik agar klien dapat menolong dirinya
dalam rrangka mengaktualisasikan dirinya.
 Memberikan penghargaan yang positif yang tidak terkondisi bagi
klien.
 Mendengarkan dan mengobservasi lebih jauh untuk mendapatkan
aspek verbal dan emosional klien.
 Memberikan pemahaman empatik untuk melihat kekeliruan dan
inkongruen yang dialami oleh klien
 Peduli dan ramah.

Dalam konseling ini ada beberapa fungsi yang perlu dipenuhi oleh seorang
terapis, mencakup: 

 Menciptakan hubungan yang permisif, terbuka, penuh pengertian dan


penerimaan agar klien bebas mengemukakan masalahnya.
 Mendorong kemampuan klien untuk melihat berbagai potensinya yang
dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan.
 Mendorong klien agar ia yakin bahwa ia mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
 Mendorong klien agar ia mampu mengambil keputusan dan
bertanggung jawab sepenuhnya atas keputusan yang telah
ditetapkannya.

E. Penerapan Person Centered Therapy di Ruang Kelas


Rencana kedisiplinan yang tegas pertama kali dikembangkan pada tahun 1976
dengan tujuan mengatur perilaku ruang kelas. Saat ini, perencanaan tersebut sedang
naik daun dalam manajemen perilaku siswa yang menjadi tantangan dengan cara
memberi tanggung jawab kepada siswa atas tindakan yang mereka lakukan.
Pendekatan proaktif seperti itu akan membantu guru untuk menciptakan sebuah
lingkungan yang kooperatif, dimana para siswa dapat belajar untuk membuat pilihan
perilaku yang benar.
Pilihan tersebut kemudian akan menghasilkan proses belajar dan mengajar
yang efektif, seiring dengan pertumbuhan sosial dan akademik siswa.Guru dan siswa
selalu berinteraksi, dan hal ini sangat penting untuk efektifitas mengajar. Ruang kelas
dapat berfungsi sebagai sebuah system sosio-teknik dalam bidang organisasi, dimana
pemberian kurikulum dikaitkan dengan kebutuhan sosial para siswa (dan guru) untuk
membentuk sebuah system saling ketergantungan. Egan (1990) memberikan cara
yang bagus untuk menunjukkan perhatian terhadap siswa. Ia mengidentifikasi aspek
respek, ketulusan dan empati sebagai ketrampilan penting dalam membangun suatu
hubungan yang baik.
Keterampilan ini dapat didemonstrasikan ketika guru berinteraksi dengan
siswa. Disini, dua orang melakukan interaksi, guru menunjukkan rasa hormat kepada
siswa ketika memberikan penilaian terhadap mereka, memberi perhatian atas
keberadaan mereka, dan merasa bahwa setiap siswa sangat berharga bagi guru. Guru
juga harus menunjukkan ketulusan dengan tidak melakukan permainan peran atau
mengambil jarak dengan siswa, jadi guru harus terbuka, jujur, dan mau berbagi
pengalaman dengan siswa. Hal yang juga penting adalah tetap konsisten dengan nilai
dan perilaku, dan tidak melakukan misalnya, berkata A tetapi melakukan B. Empati
ditunjukkan ketika guru dapat memahami perasaan siswa, sehingga guru dapat
melihat dunia seperti yang dirasakan siswa. Semakin guru dapat melihat dunia dari
sudut pandang siswa, maka akan semakin besar pula kemungkinan guru tersebut dapat
membantu siswa.
Ketika ketiga ketrampilan tersebut digunakan oleh guru, akan berdampak baik
terhadap perhatian yang ditunjukkan kepada siswa pada saat mengajar. Akhirnya,
Rogers memberikan perhatian kepada hal positif tanpa syarat menjadi sesuatu yang
sangat penting dalam hubungan ini. Siswa harus percaya bahwa guru mereka
memiliki pikiran positif terhadap mereka. Hal ini harus tulus dan tidak tergantung
pada siswa yang hanya ingin menyenangkan guru mereka, untuk menghasilkan siswa
yang baik (Fox, 1993).
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pendekatan yang berpusat pada
person ditemukan dalam keyakinan bahwa individu dapat dipercaya untuk mengatasi
masalah mereka sendiri tanpa adanya keterlibatan langsung ahli terapi. Hal ini
diasumsikan karena individu adalah satu-satunya yang memahami persoalan yang
dihadapi. Di sekolah menengah pertama, pendekatan ini tidak dapat diterima dengan
baik dengan alasan tujuan terapis. Tetapi, hubungan antara terapis dengan klien
menurut pendekatan ini dianggap sangat penting dan akomodatif.
Sebuah ciri fisik penting yang ada di setiap ruang kelas adalah dekorasi dalam
bentuk lukisan, gambar di dinding, pot tanaman dan bunga. Semua itu memiliki peran
penting dalam menyambut siswa dan membuat siswa merasa nyaman berada di ruang
kelas. Pengaturan tempat duduk menunjukkan wilayah individu. Atmosfer kelas yang
tenang sangat penting untuk konsentrasi. Mereka juga merasa diperlukan dan
dihargai.Akan tetapi, cara bagaimana guru dan siswa berinteraksi satu sama lain
adalah yang lebih penting, misalnya jika guru ingin melakukan pengukuran tentang
perilaku yang dapat diterima, maka sangat penting jika ia membiarkan siswa
mengetahuinya. Kemudian guru harus menanyakan pendapat siswa tentang penilaian
yang dibuat oleh mereka sendiri. Apa yang harus disetujui adalah tindakan apa yang
harus diambil dalam kasus pelanggaran serta konsekuensinya, tapi hal ini tidak
termasuk peraturan yang sangat ketat,tetapi harus fleksibel untuk mengakomodasi
pengalaman yang baru.
Merupakan hal yang juga penting jika proses belajar-mengajar berpusat pada
siswa, sehingga pertimbangan mereka akan berpusat pada segala hal yang
berhubungan dengan pendidikan. Ketika siswa menjadi bagian dari suatu keputusan
maka mereka akan merasa ikut berperan dan bertanggung jawab. Hal yang baik juga
untuk menganut demokrasi yang memberi kebebasan bagi siswa untuk
menyampaikan perhatian dan kekhawatiran mereka. Ada perasaan aman dan berharga
pada diri siswa ketika pandangan dan gagasan mereka berguna dan dihargai. Hal ini
akan berhasil dengan menetapkan tujuan untuk dicapai, pendekatan atau metode
untuk digunakan dan membuat siswa dapat mengekspresikan harapan dan
ketakutan mereka (Hill, 1994).

F. Kelebihan Dan Kelemahan

Kelebihan dari pendekatan ini antara lain :


1. Pemusatan pada klien dan bukan pada terapist.
2. Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah
kepribadian.
3. Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
4. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
5. Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi
6. Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
7. Klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam
menyelesaiakan masalahnya
8. Klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka
mendengarkan dan tidak dijustifikasi

Kelemahan dari pedekatan ini antara lain :


1. Terapi berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana
2. Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan
3. Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum
sehingga sulit untuk menilai individu.
4. Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang
kecil tanggung jawabnya.
5. Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
6. Terapi menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif.
Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup
7. Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah

KESIMPULAN
Person Centered Therapy ialah terapi yang dikembangkan oleh Carl Roger
yang didasarkan kepada asumsi bahwa klien merupakan ahli yang paling baik bagi
dirinya sendiri dan merupakan orang yang mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Tujuan dari person centered  therapy adalah membantu individu menemukan
konsep dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling, di mana konselor
mendudukan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang penting, dan orang
yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat (unconditional
positive regard).
Manusia yang dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia
mempercayai bahwa manusia memiliki dorongan untuk selalu bergerak ke muka,
berjuang untuk berfungsi, kooperatif, konstrukstif dan memiliki kebaikan pada inti
terdalam tanpa perlu mengendalikan dorongan-dorongan agresifnya. Sehingga
pembaharuan pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk terapi mengalami
banyak perubahan. Hingga akhirnya sampai pada Person-centered.
Pandangan subjektif terhadap pengalaman manusia, menekankan sumber daya
terapi untuk menjadi sadar diri self-aware dan untuk pemecahan hambatan ke
pertumbuhan pribadi. Model ini meletakkan klien, bukan terapi, sebagai pusat terapi
meningkatkan keterlibatan hubungan personal dengan klien, terapist lebih aktif &
terbuka, lebih memperhatikan pengaruh lingkungan. Terapist lebih mengutamakan
sikapnya daripada pengetahuan dan penguasaan teknik teknik terapikonseling.Terapi
person-centered menitikberatkan kondisi-kondisi tertentu yang “diperlukan dan
memadai” bagi kelangsungan perubahan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/44782041/
PERSON_CENTERED_THEORY_BY_CARL_ROGERS
https://www.academia.edu/9054982/PERSON_CENTERED_COUNSELING
https://www.scribd.com/document/448634320/Kelompok-7-Teori-dan-Praktik-
Konseling-Person-Centered-docx
https://www.scribd.com/document/395227752/01-Person-Centered
https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/isrof/article/download/4/3
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JET/article/download/12862/8130/15620

Anda mungkin juga menyukai