Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

“ Pendekatan Client-Centered ( Rogers ) “


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata kuliah Teori Konseling dan Psikoterapi
Dosen Pengampu : Imalatul Khairat, M.Pd

Disusun oleh :
Amelia Yunastasyah (211340043)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2022/2023
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengantar Client-Centered
Client-centered atau yang bisa disebut sebagai teori yang berpusat pada diri pribadi.
Client-centered merupakan model konseling yang berasal dari pemikiran Carl Rogers. Rogers
merupakan seorang empirisme yang memiliki dasar teori dengan menggunakan data mentah.
Teori Rogers ini tidak hanya berisi pernyataan-pernyataan teori tentang kepribadian dan
psikoterapi, tetapi mengenai suatu pendekatan dan suatu orientasi tentang pandangan
kehidupan. (Danni Rosada, 2016)
Pendekatan client-centered ini merupakan cabang khusus dari terapi humanistik yang
menekankan pada tindakan klien. Pendekatan client-centered ini memiliki kepercayaan yang
besar kepada klien dan kesanggupan klien untuk mengikuti terapi dan menemukan jalannya
sendiri. Dibandingkan teknik terapi yang ada pada masa itu, teknik ini merupakan teknik
modernisasi karena memiliki asumsi bahwa konselor dan konseli memiliki posisi yang sejajar.
Hubungan antara konselor dengan konseli harus saling percaya, dank lien diperlakukan
sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas dirinya.
Hubungan terapeutik antara terapis dan kliennya adalah dorongan bagi perubahan klien
dengan menggunakan hubungan yang unik sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran untuk
menemukan sumber yang tertanam agar bisa digunakan secara efektif dalam mengubah
dirinya.
Dapat disimpulkan bahwa terapi client-centered ini memiliki landasan pada pusat diri
sendiri atau bisa dikatakan sebagai terapi nondirektif dan merupakan teori yang diinovasi dari
teknik-teknik yang sebelumnya.
B. Konsep-Konsep Utama Client-Centered
a. Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan terapi client-centered tentang sifat manusia melawan konsep
kecenderungan negatif dari manusia. Sementara ada beberapa pendapat yang
memiliki anggapan bahwa manusia itu memikiki kodrat yang irasional dan
cenderung merusak terhadap dirinya sendiri maupun orang lain kecuali, jika telah
melakukan interaksi. Rogers memperlihatkan kepercayaan yang ada pada diri
manusia. Ia memandang bahwa manusia merupakan makhluk yang sosial dan
memiliki kebaikan yang positif. Singkatnya, manusia dipercayai Karena pada
dasarnya responsif dan tersusun, jadi tidak perlu diadakan pengendalian terhadap
dorongan agresifnya.(Gerald Corey, 2013)
Pandangan tentang manusia ini memiliki implikasi dalam praktek terapi client
centered dimana terapi menaruh tanggung jawab proses terapi ini pada klien,
bukan terapis yang memiliki otoritas. Klien diposisikan agar memiliki kesanggupa
n dalam membuat keputusan. Pendekatan client-centered ini menekankan keahlian
klien untuk dapat menentukan isu yang penting dan pemecahan masalah bagi
dirinya. Client-centered ini menolak konsep yang memandang bahwa klien sebagai
manusia yang pasif dan hanya mengikuti perintah-perintah terapis. Oleh karena itu,
terapi ini memiliki prinsip pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat
keputusan.

C. Penerapan Teknik-Teknik Dan Prosedur Terapeutik


Rumusan dari pandangan Rogers tentang psikoterapi memberikan penekanan yang
besar pada teknik-teknik. Perkembangan client-centered ini disertai oleh peralihan dari
penekanan teknik-teknik terapeutik terhadap kepribadian, keyakinan serta hubungan
terapeutik.(Gerald Corey, 2013)
Berikut ini merupakan teknik dan prosedur terapeutik berdasarkan periode:
1. Periode 1 (1940-1950): Psikoterapi nondirektif
Pendekatan ini terfokus pada penciptaan iklim permisif dan tidak ada campur
tangan. Penerimaan dan klarifikasi dijadikan teknik yang utama. Dengan melalui
terapi nondirektif, klien akan mencapai pemahaman tentang dirinya sendiri dan
situasi kehidupannya.
2. Periode 2 (1950-1957): Psikoterapi reflektif
Terapis melakukan refleksi perasaan terhadap klien dan menghindari ancaman
dalam hubungan dengan kliennya. Melalui terapi reflektif ini, klien dapat
mengembangkan keseimbangan antara konsep diri dan konsep diri idealnya.
3. Periode 3 (1957-1970): Terapi eksperiensial
Tingkah laku yang luas dari terapis yang mencetuskan sikap-sikap dasarnya yang
menandai pendekatan terapi eksperiensial ini. Terapi ini difokuskan terhadap apa
yang sedang dialami oleh klien dan pengungkapan apa yang sedang dialami oleh
terapis. Klien berkembang pada suatu rangkaian keseluruhan dengan belajar
menggunakan apa yang sedang dialami. Pada tiga puluh tahun terakhir, terapi ini
bergeser ke arah yang lebih banyak mengantarkan kepribadian terapis kepada
proses terapeutik. Pada periode awal, terapis nondirektif ini secara factual
menghindarkan diri dari interaksi dengan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Danni Rosada, U. (2016). Model Pendekatan Konseling Client Centered Dan Penerapannya Dalam
Praktik. Counsellia: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 6(1), 14–25.
https://core.ac.uk/download/pdf/229498161.pdf
Gerald Corey, E. K. (2013). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi (Cetakan ke). PT Refika
Aditama, 2005.

Anda mungkin juga menyukai