Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANALISIS KONSELING HUMANISTIK


Dosen Pengampu : Drs. SUCIPTOM.P.d, Kons

NAMA : SALWA AZZAHRA


KELAS : SEMESTER 3 (A)
NIM : 202231022

PROGRAM STUDI S1 BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2023

KONSELING HUMANISTIK (BAB 1)


1.Pengertian dan konsep-konsep dasar tentang eksistensi humanistik
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini
mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan
konseling eksistensial-humanistik bukan merupakan konseling tunggal, melainkan suatu
pendekatan yang mencakup konseling-konseling yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia. Konsep-konsep utama
pendekatan eksistensial yang membentuk landasan bagi praktek konseling.
a. Kesadaran Diri
b. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
c. Penciptaan Makna

2. Proses Konseling
Ada tiga tahap proses konseling yaitu;
a. Konselor membantu konseli dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka
tentang dunia. Konseli diajak untuk mendefinisikan dan menayakan tentang cara mereka
memandang dan menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Konselor disini mengajarkan
mereka bagaimana caranya untuk bercermin pada eksistensi mereka sendiri.
b. Konseli didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas dari
sistem nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini biasanya membawa konseli ke pemahaman
baru dan berapa restrukturisasi dari nilai dan sikap mereka. Konseli mendapat cita rasa yang
lebih baik akan jenis kehidupan macam apa yang mereka anggap pantas.
c. Konseling eksistensial berfokus pada menolong konseli untuk bisa melaksanakan apa yang
telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran konseling adalah memungkinkan
konseli untuk bisa mencari cara pengaplikasikan nilai hasil penelitian dan internalisasi
dengan jalan kongkrit.

3. Dalil Utama Eksistensial dan Penerapan-Penerapan Pada Praktek Konseling


a. Dalil 1 : Kesadaran diri
b. Dalil 2 : Kebebasan dan tanggung jawab
c. Dalil 3: Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain
d. Dalil 4 : Pencarian makna
e. Dalil 5 : Kecemasan sebagai syarat hidup
f. Dalil 6: Kesadarau atas kematian dan non-ada
g. Dalil 7 Perjuangan untuk aktualisasi diri
h. Fungsi dan Peran Konselor
Para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
• Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
• Menyadari dari peran dari tangung jawab konselor.
• Mengakui sifat timbal balik dari hubungan konseling.
• Berorientasi pada pertumbuhan.
• Menekankan keharusan konselor terlibat dengan konseli sebagai suatu pribadi yang
menyeluruh.
• Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak ditangan konseli.
• Memandang konselor sebagai model, dalam arti bahwa konselor dengan gaya hidup dan
pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implisit menunjukkan kepada konseli
potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
• Mengakui kebebasan konseli untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
• Bekerja kearah mengurangi kebergantungan konseli serta meningkatkan kebebasan konseli.

CLIENT-CENTERED (BAB 2)
A. Konsep Utama Client-Centered
• Pandangan Tentang Sifat Manusia
Konsep mengenai kecenderungan negative dasar tidak diterima dari pandangan Client-
Centered mengenai sifat manusia. Sedangkan beberapa pendekatan berasumsi bahwa
menurut kodratnya manusia ialah irasional dan berkecenderungan merusak dirinya sendiri
dan orang lain kecuali jika telah melakukan sosialisasi. Pandangan mengenai manusia yang
positif tersebut mepunyai dampak-dampak yang bermakna bagi praktik terapi Client-
Centered. Dengan adanya pandangan filosofis, menunjukkan bahwa setiap orang mempunyai
kesanggupan yang inheren untuk menjauhi rasa ketidakmampuan menyesuaikan diri supaya
dapat terciptanya keadaan yang sehat untuk psikologisnya.

B. TujuanTerapeutik
Terapi client-centered memiliki tujuan dasar yaitu menciptakan iklim yang kondusif sebagai
usaha untuk membantu klien menjadi pribadi yang berfungsi penuh. Untuk mencapai tujuan
tersebut, terapis perlu berusaha supaya klien dapat memahami hal-hal yang ada di balik
topeng yang dipakainya. Dengan kepura-puraan yang dikembangkan klien dengan topengnya
sebagai bentuk pertahanan terhadap ancaman.

C. Peran Terapis dan Klien


Pada dasarnya, terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai alat untuk mengubah. Dengan
menghadapi klien pada taraf pribadi, maka “peran” terapis adalah tanpa peran. Jadi, terapis
client-centered membangun hubungan yang membantu dimana klien ini akan mengalami
kebebasan yang diperlukan untuk mengeksplorasi area-area hidupnya yang sekarang
diingkari atau didistorsinya.
Peran trapis dan klien sangat berbeda-beda sesuai dengan model-model praktek keperawatan
jiwa. Adapun peran nya yakni:
1. Model Psikonalitik
2. Model Interpersonal
3. Model Sosial
4. Model Eksistensi
5. Model Komunikasi
6. Model Perilaku

D. Apa ciri-ciri hubungan terapeutik? apakah sikap utama terapis client-centered yang
kondusif bagi penciptaan iklim psikologis yang layak di mana klien akan mengalami
kebebasan yang diperlukan untuk memulai perubahan kepribadian?, keenam kondisi berikut
diperlukan dan memadai bagi pengubahan kepribadian:
1. Dua orang berada dalam hubungan psikologis.
2. Dua orang pertama, yang akan kita sebut klien, ada dalam keadaan tidak peka, selaras, dan
cemas.
3. Orang yang kedua, yang akan kita sebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau
terintegrasi dalam suatu hubungan.
4. Terapis merasakan perhatian positif tak bersyarat terhadap klien.
5. Terapis merasakan pengertian yang empati terhadap kerangka acuan internal klien dan
berusaha untuk mengomunikasikan perasaannya kepada klien.
6. Komunikasi pengertian empati dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis
kepada klien setidak-tidaknya dapat dicapai.

E. Teknik-Teknik Client-Centered
Teknik-teknik Client-Centered yakni:
1. Mendengar Aktif (Aktivitas Learning)
2. Mengulang kembali (Restating atau Pharaphasing)
3. Memperjelas (Clarifying)
4. Menyimpulkan (Summarizing)
5. Bertanya (Questioning)
6. Menginterprestasi (Interpreting)
7. Mengkonfrontasi (Confronting)
8.Refleksikan Perasaan (Reflekcting Feelings)
9. Memberikan Dukungan (Supporting)
10. Berempati (Empathizing)

F. Tahapan Client-Centered
1. Attending : Tahap ini melibatkan terapis menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung bagi klien untuk mengeksplorasi pikiran dan perasaannya.
2. Eksplorasi : Pada tahap ini terapis mendorong klien untuk mengeksplorasi pikiran dan
perasaannya lebih dalam.
3. Tindakan : Tahap ini melibatkan klien mengambil tindakan untuk mengatasi masalah dan
kekhawatiran mereka.
4. Evaluasi : Pada tahap ini, terapis dan klien mengevaluasi kemajuan yang dicapai dan
menentukan apakah ada perubahan yang perlu dilakukan pada terapi.
5. Terminasi : Tahap ini melibatkan penghentian terapi ketika klien merasa telah mencapai
tujuannya

G. Kelebihan dan Kekurangan Client-Centered


1. Kelebihan Client-Centered
a. Pemusatan pada konseli dan bukan pada terapis.
b. Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
c. Lebih menekankan pada sikap terapi dari pada teknik.
d. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
e. Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi.
2. Kekurangan Client-Centered
a. Terapi berpusat pada konseli dianggap terlalu sederhana.
b. b. Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan.
c. Tujuan untuk setiap konseli yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum
sehingga sulit untuk menilai individu.
d. Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan konseli yang kecil
tanggungjawabnya.
e. Sulit bagi terapis untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.

TERAPI NASIONAL EMOTIF (BAB 3)


A. Pengertian Terapi Rasional Emotif
Rational Emotive Therapy merupakan terapi yang berlandaskan pada asumsi, bahwa manusia
dilahirkan dengan adanya potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun untuk
berpikir, dan mencintai serta bergabung dengan orang lain. Akan tetapi, manusia juga
memiliki kecenderungan untuk menghancurkan dirinya.
Pendekatan Rational Emotive Therapy (RET) merupakan terapi yang berlandaskan pada
asumsi, bahwa manusia dilahirkan dengan adanya potensi, baik untuk berfikir rasional dan
jujur maupun untuk berpikir, dan mencintai serta bergabung dengan orang lain. Akan tetapi,
manusia juga memiliki kecenderungan untuk menghancurkan dirinya. Rational Emotive
Therapy adalah memperbaiki melalui pola berpikirnya dan menghilangkan pola berpikir yang
irrasional.

B. Tujuan Terapi Rasional Emotif


a. Mengidentifikasi dan Menantang Keyakinan Irasional
b. Menggantikan Keyakinan Irasional dengan Keyakinan Rasional
c. Mengembangkan Keterampilan Regulasi Emosi
d. Mengurangi Perilaku Maladaptif
e. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis
f. Meningkatkan Kualitas Hidup
g. Mendorong Pertanggungjawaban Pribadi

C. Konsep Terapi Rasional Emotif


Terapi Rasional Emotif adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir
irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri,
berbahagia, berfikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain serta tumbuh
dan mengaktualkan diri.

D. Peran Konselor dalam Terapi Rasional Emotif


a. Pertama, menunjukan kepada klien bahwa masalah yang dihadapinya itu berhubungan
dengan kepercayaan irasionalnya.
b. Kedua, konselor membawa klien ke seberang tahap kesadaran dengan menunjukkan bahwa
dia sekarang mempertahankan gangguan-gangguan emosional untuk tetap aktif dengan terus
menerus berfikir secara tidak logis dan dengan mengulang-ngulang kalimat yang
menyalahkan diri sendiri dan mengekalkan pengaruh masa kanak-kanak.
c. Untuk melangkah ke seberang pengakuan klien atas pikiran dan perasaan irasionalnya,
konselor mengambil langkah yang ketiga, yaitu berusaha agar klien memperbaiki pikiran dan
meninggalkan gagasan irasionalnya.
d. Keempat, konselor menantang klien untuk mengembangkan filsafat hidup yang rasional
sehingga dia bisa menghindari kemungkinan menjadi korban keyakinan yang irasional.

E. Hubungan antara Konselor dan Klien dalam Terapi Rasional Emotif


Hubungan antara konselor dengan klien dalam Terapi Rasional Emotif (TRE) memiliki arti
yang berbeda dengan arti yang ada pada bentuk pendekatan konseling lainnya. Perlu diingat
bahwa meskipun hubungan pribadi atau kehangatan dan afeksi antara konselor dan klien
tidak dinilai sebagai suatu hal yang sangat penting dalam TRE, namun bukan berarti bahwa
transferensi tidak dianggap signifikan. Ellis (dalam Corey, 2013) mengatakan bahwa ia
percaya terhadap hubungan antara konselor dan klien merupakan bagian yang berarti dalam
proses terapeutik, tetapi arti itu berbeda dengan arti yang terdapat dalam sebagian besar
psikoterapi lainnya.

F. Kepribadian dan penampilan konselor dalam Terapi Rasional Emotif


a. Bersifat Rasional yaitu memiliki gagasan dan pemikiran yang sifatnya logis dan masuk
akal.
b. Berani, yaitu berani untuk mengungkapkan secara langsung kesalahan pemikiran klien
yang irasional tanpa khawatir kehilangan rasa suka dan persetujuan dari klien.
c. Profesional, yaitu konselor sudah menguasai teknik dan pendekatan serta hal lain yang
memang sudah seharusnya dimiliki dan dikuasai oleh konselor untuk menjalankan tugasnya.
d. Tidak memberi label kepada konseli.
e. Memiliki rasa toleransi yang tinggi.
f. Mampu menerima klien dengan sepenuhnya tanpa memilah dan memilih siapa klien serta
menghormati klien dengan sepenuhnya.

G. Ciri-ciri Terapi Rasional Emotif


Terapi Rasional Emotif mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu antara lain
sebagai berikut:
a. Aktif-direktif
b. Kognitif-eksperiensial
c. Emotif-eksperiensial
d. Behaviriostik

H. Teknik-teknik dalam Terapi Rasional Emotif


Adapun beberapa teknik yang digunakan dalam Terapi Rasional Emotif antara lain sebagai
berikut:
a. Assertive Training
b. Dispute Cognitive
c. Sosiodrama
d. Self Modeling
e. Imitasi
f. Reinforcement (penguatan)
g. Social Modeling (pemodelan sosial)
h. Teknik Live Models

I. Kelebihan dan Kekurangan pada Terapi Rasional Emotif


Kelebihan:
a. Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien untuk meneliti
rasionalitas dari keputusan yang telah diambil serta nilai yang klien anut.
b. Rasional Emotif Terapi memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman yang di
dapat oleh klien sehingga klien akan langsung mampu mempraktekan perilaku baru mereka.
c. Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang komprehensif dan eklektik.
Kekurangan:
a. Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses terapeutik ada
hal-hal yang tidak diperhatikan.
b. Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antar klien dan terapis
sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat terapis.
c. Klien dengan mudahnya terbius oleh kekuatan dan wewenang terapis dengan menerima
pandangan terapis tanpa benar-benar menantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (BAB 4)


A. Pengertian Teori Rational Emotif Behavior Therapy
Sejarah Perkembangan dari teori Rational Emotif Behavior Therapy (REBT) Rasional
Emotive Behavior Therapy (REBT) sebelumnya disebut rational therapy dan rational emotive
therapy, merupakan terapi yang komprehensif, aktif- direktif, filosofis dan empiris
berdasarkan psikoterapi yang berfokus pada penyelesaian masalah-masalah gangguan
emosional dan perilaku, serta menghantarkan individu untuk lebih bahagia dan hidup yang
lebih bermakna (fulfilling lives).

B. Hakikat Manusia Menurut Teori Rational Emotif Behavior Therapy (REBT)


Pandangan Ellis terhadap hakikat manusia adalah:
1. Arah Tujuan. Tujuan tetap hidup dan tujuan kesenangan terhindar dari rasa sakit yang
merupakan dua arah tujuan yang dimaksudkan Ellis.
2. Untuk membangkitkan tujuan, maka emosi harus diperankan secara efektif dan diaktivasi
ke arah yang rasional.
3. Manusia lahir dengan memiliki dua kekuatan yang sama besar yakni: (a) cenderung
rasional, memelihara diri, dan aktualisasi diri, (b) cenderung irrasional, merusak diri atau
menghancurkan diri. Manusia memiliki dua kecenderungan yaitu baik dan buruk, rasional
dan irrasional.
4. Manusia memiliki kecenderungan untuk mendapatkan kenikmatan (hidonik) baik itu
jangka pendek maupun jangka panjang.
5. Manusia memiliki kecenderungan berpikir rasional dan irrasional yang sama- sama besar.
6. Kecenderungan menilai diri. Manusia memiliki kecenderungan kuat menilai diri dan
perilakunya sebagai baik atau buruk.
7. Manusia pada dasarnya mudah menerima prasangka, menerima penilaian orang lain atas
dirinya dan semacamnya. Manusia memiliki kecenderungan mudah
terpengaruh.Berdasarkan kajian di atas, dapat disebut bahwa pandangan Konseling
Rasional Emotive Behavior menekankan pentingnya “kerelaan menerima diri sendiri”.

C. Tujuan Teori Rational Emotif Behavior Therapy (REBT)


Tujuan khusus dari REBT meliputi:
1. Membantu individu mengidentifikasi dan memahami pemikiran irasional mereka yang
menyebabkan emosi negatif.
2. Mengajarkan individu untuk menggantikan pemikiran irasional tersebut dengan pemikiran
yang lebih rasional dan realistis.
3. Membantu individu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang efektif.
4. Mengurangi emosi negatif seperti kecemasan, marah, dan depresi.
5. Meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri individu.
6. Mendorong perubahan perilaku yang lebih sehat dan adaptif.
Tujuan utama REBT adalah membantu individu mencapai kesejahteraan emosional dan
psikologis dengan cara mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat.

D. Konsep-konsep Dasar Teori Rational Emotif Behavior Therapy (REBT)


1. Tujuan fundamental dan tujuan primer
2. Emosi. Kognisi, dan Perilaku
3. Emosi-Emosi yang Sehat dan Tidak Sehat
4. Dua kecenderungan Biologis
5. Teori ABCD Kepribadian
6. Pribadi Sehat dan Bermasalah

E. Kelebihan dan Kekurangan Teori rational Emotif Behavior Terappy (REBT)


a. Kelebihan
1) Pendekatan ini jelas, mudah dipelajari dan efektif. Kebanyakan klien hanya mengalami
sedikit kesulitan dalam mengalami prinsip ataupun terminology Rasional Emotif Behaviour
Terapi.
4) Pendekatan ini terus menerus berevolusi selama bertahun-tahun dan tekhnik-tekhniknya
telah diperbaiki.
5) Pendekatan ini telah dibuktikan efektif dalam merawat gangguan kesehatan mental parah
seperti depresi dan kecemasan.
b. Kelemahan
1) Pendekatan ini tidak dapat digunakan secara efektif pada individu yang mempunyai
gangguan atau keterbatasan mental, seperti schizophrenia dan mereka yang mempunyai
kelainan pemikiran yang berat.
4) Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran bukanlah cara yang paling
sederhana dalam membantu klien membantu klien mengubah emosinya.
5) Penggunaan Konseling Individu Rasional EmotifBehaviour Terapi Dalam meningkatkan
konsep diri positif.

F. Peran dan Fungsi Konselor


Peran konselor dalam pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah:
1) Aktif-direktif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelaskan
terutama pada awal konseling.
2) Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung.
3) Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik
kembali diri konseli sendiri
4) Secara terus menerus "menyerang" pemikiran irasional konseli
5) Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi
6) Bersifat didaktif

KONSELING SFBC (SOLUTION FOCUSED BRIEF COUNSELING) (BAB 5)


A.Pendekatan SFBC
SFBC berbeda dengan terapi tradisional yang mengulas masa lalu dalam membantu proses
terapi saat ini maupun masa depan. Konselor fokus pada apa yang mungkin, dan kurang
mengeksplorasi masalah. De Shazer mengatakan bahwa tidak perlu mengetahui penyebab
masalah untuk menyelesaikannya dan tidak perlu menghubungkan antara penyebab masalah
dengan solusi. Pengumpulan informasi mengenai masalah tidak dibutuhkan dalam mengubah
keadaan yang terjadi.
Jika mengetahui dan memahami masalah itu tidak penting, maka selanjutnya adalah mencari
solusi yang tepat. Setiap orang mungkin mempertimbangkan banyak hal yang akan terjadi
karena yang baik menurutnya bukan berarti baik pula untuk orang lain.

B. Konsep Dasar Pendekatan SFBC


Dalam pendekatan SFBC, ada beberapa konsep utama yang menjadi tujuan terapeutik:
1 Bersifat Positif
2 Berisi proses.
3 Merangkum Gagasan tentang Kurun Waktu Kini
4 Bersifat Praktis
5 Berusaha untuk Merumuskan Tujuan Serinci Mungkin
6 Adanya Kendali di Tangan Konseli
7 Menggunakan Bahasa Konseli

C. Hakikat Pendekatan SFBC


hakikat SFBC:
a. Individu yang datang ke terapi mampu berperilaku efektif meskipun kelakuan keefektifan
ini mungkin dihalangi sementara oleh pandangan negatif.
b. Ada keuntungan-keuntungan untuk fokus pada solusi dan pada masadepan. Jika konseli
dapat reorientasi diri ke arah kekuatan menggunakan solution-talk , terapi bisa singkat
c. Ada penyangkalan pada setiap problem. Dengan membicarakan penyangkalan-
penyangkalan ini, konseli dapat mengontrol apa yangterlihat menjadi sebuah problem yang
tidak mungkin diatasi, penyangkalan ini memungkinkan terciptanya sebuah solusi.
d. Konseli sering hanya menampilkan satu sisi dari diri mereka, SFBTmengajak konseli
untuk menyelidiki sisi lain dari cerita yang sedangmereka tampilkan.
e. Perubahan kecil adalah cara untuk mendapatkan perubahan yang lebih besar.

D. Tujuan SFBC
Tujuan SFBT antara lain adalah:
a. Mengubah situasi atau kerangka acuan; mengubah perbuatan dalamsituasi yang
problematis, dan menekankan pada kekuatan konseli.
b. Membantu konseli untuk mengadopsi sebuah sikap dan
mengukur pergeseran dari membicarakan masalah-masalah pada membicarakan solusi
c. Mendorong konseli untuk terlibat dalam perubahan dan membicarakansolusi daripada
membicarakan masalah

E. Peran dan Fungsi Konselor Dalam Pendekatan SFBC


Pada pendekatan Konseling Singkat Berfokus Solusi, seorang konselor berfungsi dan
berperan sebagai berikut:
1.Sebagai sahabat
Konselor dapat berupaya menciptakan iklim bersahabat dan
penuh perhatian dengan konseli, sehingga konseli secara yakin bahwa dirinyasebenarnya
mampu untuk melakukan perubahan yang lebih berarti kedepannya.
2.Sebagai pendorong
Dalam hal ini, konselor sebagai individu yang memiliki pengaruh lebih sebagai penyemangat
konseli dalam menyelesaikan permasalahannya tersebut, sehingga permainan kosa bahasa
konselor sangat diperlukan dan diperhatikan oleh konseli dalam rangka perubahan dirinya
menjadi lebih baik.

F. Tahapan Konseling Pendekatan SFBC


1. Establishing Relationship (Membangun Hubungan Baik)
2. Identifying a solvable complaint (Mengidentifikasi Permasalahan yang bisa ditemukan
solusinya)
3. Establishing Goals (Menetapkan tujuan)
4. Designing and Implementing Intervention
5. Termination, Evaluation and Follow-up (Pengakhiran, Evaluasi, dan Tindak Lanjut)

G. Teknik-Teknik Konseling Pendekatan SFBC


1. Pertanyaan Pengecualian (Exception Question)
2. Pertanyaan Keajaiban (Miracle Question)
3. Pertanyaan berskala (Scalling Question)
4. Rumusan Tugas Sesi Pertama (Formula First Session Task/FFST)
5. Umpan balik (Feedback)

Anda mungkin juga menyukai