2. Proses Konseling
Ada tiga tahap proses konseling yaitu;
a. Konselor membantu konseli dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka
tentang dunia. Konseli diajak untuk mendefinisikan dan menayakan tentang cara mereka
memandang dan menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Konselor disini mengajarkan
mereka bagaimana caranya untuk bercermin pada eksistensi mereka sendiri.
b. Konseli didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas dari
sistem nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini biasanya membawa konseli ke pemahaman
baru dan berapa restrukturisasi dari nilai dan sikap mereka. Konseli mendapat cita rasa yang
lebih baik akan jenis kehidupan macam apa yang mereka anggap pantas.
c. Konseling eksistensial berfokus pada menolong konseli untuk bisa melaksanakan apa yang
telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran konseling adalah memungkinkan
konseli untuk bisa mencari cara pengaplikasikan nilai hasil penelitian dan internalisasi
dengan jalan kongkrit.
CLIENT-CENTERED (BAB 2)
A. Konsep Utama Client-Centered
• Pandangan Tentang Sifat Manusia
Konsep mengenai kecenderungan negative dasar tidak diterima dari pandangan Client-
Centered mengenai sifat manusia. Sedangkan beberapa pendekatan berasumsi bahwa
menurut kodratnya manusia ialah irasional dan berkecenderungan merusak dirinya sendiri
dan orang lain kecuali jika telah melakukan sosialisasi. Pandangan mengenai manusia yang
positif tersebut mepunyai dampak-dampak yang bermakna bagi praktik terapi Client-
Centered. Dengan adanya pandangan filosofis, menunjukkan bahwa setiap orang mempunyai
kesanggupan yang inheren untuk menjauhi rasa ketidakmampuan menyesuaikan diri supaya
dapat terciptanya keadaan yang sehat untuk psikologisnya.
B. TujuanTerapeutik
Terapi client-centered memiliki tujuan dasar yaitu menciptakan iklim yang kondusif sebagai
usaha untuk membantu klien menjadi pribadi yang berfungsi penuh. Untuk mencapai tujuan
tersebut, terapis perlu berusaha supaya klien dapat memahami hal-hal yang ada di balik
topeng yang dipakainya. Dengan kepura-puraan yang dikembangkan klien dengan topengnya
sebagai bentuk pertahanan terhadap ancaman.
D. Apa ciri-ciri hubungan terapeutik? apakah sikap utama terapis client-centered yang
kondusif bagi penciptaan iklim psikologis yang layak di mana klien akan mengalami
kebebasan yang diperlukan untuk memulai perubahan kepribadian?, keenam kondisi berikut
diperlukan dan memadai bagi pengubahan kepribadian:
1. Dua orang berada dalam hubungan psikologis.
2. Dua orang pertama, yang akan kita sebut klien, ada dalam keadaan tidak peka, selaras, dan
cemas.
3. Orang yang kedua, yang akan kita sebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau
terintegrasi dalam suatu hubungan.
4. Terapis merasakan perhatian positif tak bersyarat terhadap klien.
5. Terapis merasakan pengertian yang empati terhadap kerangka acuan internal klien dan
berusaha untuk mengomunikasikan perasaannya kepada klien.
6. Komunikasi pengertian empati dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis
kepada klien setidak-tidaknya dapat dicapai.
E. Teknik-Teknik Client-Centered
Teknik-teknik Client-Centered yakni:
1. Mendengar Aktif (Aktivitas Learning)
2. Mengulang kembali (Restating atau Pharaphasing)
3. Memperjelas (Clarifying)
4. Menyimpulkan (Summarizing)
5. Bertanya (Questioning)
6. Menginterprestasi (Interpreting)
7. Mengkonfrontasi (Confronting)
8.Refleksikan Perasaan (Reflekcting Feelings)
9. Memberikan Dukungan (Supporting)
10. Berempati (Empathizing)
F. Tahapan Client-Centered
1. Attending : Tahap ini melibatkan terapis menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung bagi klien untuk mengeksplorasi pikiran dan perasaannya.
2. Eksplorasi : Pada tahap ini terapis mendorong klien untuk mengeksplorasi pikiran dan
perasaannya lebih dalam.
3. Tindakan : Tahap ini melibatkan klien mengambil tindakan untuk mengatasi masalah dan
kekhawatiran mereka.
4. Evaluasi : Pada tahap ini, terapis dan klien mengevaluasi kemajuan yang dicapai dan
menentukan apakah ada perubahan yang perlu dilakukan pada terapi.
5. Terminasi : Tahap ini melibatkan penghentian terapi ketika klien merasa telah mencapai
tujuannya
D. Tujuan SFBC
Tujuan SFBT antara lain adalah:
a. Mengubah situasi atau kerangka acuan; mengubah perbuatan dalamsituasi yang
problematis, dan menekankan pada kekuatan konseli.
b. Membantu konseli untuk mengadopsi sebuah sikap dan
mengukur pergeseran dari membicarakan masalah-masalah pada membicarakan solusi
c. Mendorong konseli untuk terlibat dalam perubahan dan membicarakansolusi daripada
membicarakan masalah