Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Mata Kuliah Dasar-dasar Bimbingan Konseling


PENDEKATAN EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Dosen Pengampu :

1. Prof. Dr. MEISIE L. MANGANTES, M.Pd.


2. RINNA YUANITA KASENDA, S.Th., M.Teol., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 7 :

1. DWI RENALDY TAMBUWUN (21101025)


2. DANDI M.S. HAMID (21101080)
3. NEVALIA MOKOAGOW (21101087)
4. FHARIL Y. PANUNGKELAN (21101136)
5. APRILIA AR ISMAIL (21101139)
6. ERALD R. KILALA (21101145)
7. CECILIA GLORY MAUSO (21101178)
8. BRILIVAN ALVINO TANGKUMAN (21101200)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

TOMOHON

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2

A. Prinsip Dasar Pendekatan Konseling Eksistensial-Humanistik ...................................... 2

B. Konsep-konsep Utama Pendekatan Eksistensial-Humanistik ........................................ 2

C. Tujuan Konseling Eksistensial-Humanistik .................................................................... 3

D. Tahapan dalam Konseling Eksistensial-Humanistik ...................................................... 3

E. Hubungan Antara Terapis dan Klien .............................................................................. 4

F. Keterampilan, Pengetahuan, Kepribadian, dan Teknik Konselor ................................... 5

G. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Eksistensial-Humanistik ............................... 8

PENUTUP.................................................................................................................................. 9

Kesimpulan............................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

Halaman | 1
PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar Pendekatan Konseling Eksistensial-Humanistik
Abraham H. Maslow (1908-1970), merupakan seorang teoris kepribadian yang
realistis, dipandang sebagai bapak spiritual, pengembangan teori, dan juru bicara yang
paling cakap bagi psikologi humanistik. Maslow yang gigih atas keunikan dan
aktualisasi diri manusia yang menjadi simbol orientasi psikologi humanistik. Mula-
mulanya, Maslow tertarik dengan behaviorisme, tetapi kemudian antusiasmenya
terhadap behaviorisme itu hilang. Akhirnya, Maslow mengabdikan hidupnya kepada
pencarian suatu teori yang komprehensif tentang manusia yang dilandaskan pada
evidensi faktual, dapat diterima, dan berguna bagi seluruh umat manusia.
Pendekatan eksistensial humanistik berkembang sebagai reaksi atas dua model
utama yang lain, yaitu psikoanalisis dan behaviorisme. Kedudukan psikoanalisis bahwa
kemerdekaan terbatas pada kekuatan-kekuatan dorongan irasional dan peristiwa yang
telah lalu. Kedudukan behaviorisme bahwa kemerdekaan terbatas oleh pengkondisian
sosial budaya. Terapi eksistensial humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita
bebas dan oleh karenanya bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan
perbuatan yang kita lakukan. Pandangan eksistensial humanistik didasarkan pada
model pertumbuhan dan mengonsepkan kesehatan bukan keadaan sakit. Seperti yang
ditulis Deurzen-Smith (1988), konseling eksistensial humanistik tidak dirancang untuk
menyembuhkan seperti tradisi model medis. Klien tidak dipandang sebagai orang yang
sedang sakit melainkan sebagai orang yang merasa bosan atau kikuk dalam menjalani
kehidupan.
B. Konsep-konsep Utama Pendekatan Eksistensial-Humanistik
Eksistensial Humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini adalah
suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem
teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu, pendekatan
eksistensial-humanistik bukan suatu aliran terapi, bukan pula suatu teori tunggal yang
sistematik. Pendekatan eksistensial juga bukan merupakan suatu pendekatan terapi
tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang
kesemuanya berlandaskan asumsi-asumsi tentang manusia. Berikut ini adalah konsep-
konsep utama dari pendekatan eksistensial-humanistik yang membentuk landasan bagi
praktek terapeutik.
1. Kesadaran Diri

Halaman | 2
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu
kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan
memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang maka akan semakin besar
pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai
tanggung jawab. Para eksistensialis menekankan bahwa manusia bertanggung jawab
atas keberadaan dan nasibnya. Manusia bukanlah bidak dari kekuatan-kekuatan yang
deterministik dari pengkondisian.

2. Kebebasan, Tanggung Jawab dan Kecemasan

Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang
menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh
kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati
(non-being).

3. Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup
dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi
manusia juga berarti menghadapi kesendirian. Manusia lahir ke dunia sendirian mati
pun sendirian pula. Sungguhpun pada hakikatnya manusia sendirian, manusia tetap
memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain dalam suatu cara yang
bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan
hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi, depersonalisasi,
alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri,
yakni mengungkapkan potensi manusiawinya. Jika ia tidak mampu mengaktualisasikan
diri, ia bisa menjadi “sakit”.
C. Tujuan Konseling Eksistensial-Humanistik
Tujuan dari konseling eksistensial, yaitu :
a) Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan
pertumbuhan.
b) Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien
menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
c) Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri
D. Tahapan dalam Konseling Eksistensial-Humanistik

Halaman | 3
Terdapat beberapa tahap yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi eksistensial
antara lain :
a) Tahap Pendahuluan
Konselor membantu konseli dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi
mereka tentang dunia. Konseli diajak untuk mendefinisikan dan menanyakan
tentang cara mereka memandang dan menjadikan eksistensi mereka bisa
diterima. Mereka meneliti nilai mereka, keyakinan, serta asumsi untuk
menentukan kesalahannya. Bagi banyak konseli hal ini bukan pekerjaan yang
mudah, oleh karena itu awalnya mereka memaparkan masalah mereka.
Konselor di sini mengajarkan mereka bagaimana caranya untuk bercermin pada
eksistensi mereka sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan
problem mereka dalam hidup.
b) Tahap Tengah
Konseli didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan
otoritas dari sistem nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini biasanya membawa
konseli ke pemahaman baru dan berapa restrukturisasi dari nilai dan sikap
mereka. Konseli mendapat cita rasa yang lebih baik akan jenis kehidupan macam
apa yang mereka anggap pantas. Mereka mengembangkan gagasan yang jelas
tentang proses pemberian nilai internal mereka.
c) Tahap Terakhir
Konselor menolong konseli untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka
pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran terapi adalah memungkinkan konseli
untuk bisa mencari cara mengaplikasikan nilai hasil penelitian dan internalisasi
dengan jalan kongkret. Biasanya konseli menemukan jalan mereka untuk
menggunakan kekuatan itu demi menjalani konsistensi kehidupannya yang
memiliki tujuan.
E. Hubungan Antara Terapis dan Klien
Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial adalah hubungannya dengan
klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi terapeutik merupakan
stimulus terjadinya perubahan yang positif. Konselor percaya bahwa sikap dasar
mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang kejujuran, integritas dan
keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan. Konseling merupakan
perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu perjalanan pencarian menyelidiki
ke dalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan klien.

Halaman | 4
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang
tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May dan
Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas konselor
untuk di sana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara penuh dan
terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing klien untuk
berhubungan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan
dengan si klien itu (Yalom, 1980). Inti dari hubungan terapeutik adalah rasa saling
menghormati, yang mencakup kepercayaan akan potensi klien untuk secara otentik
menangani kesulitan mereka dan akan kemampuan mereka menemukan jalan alternatif
akan keberadaan mereka.
Sidney Jourard (1971) mendesak konselor untuk mengajak klien mereka benar-
benar menunjukkan keotentikan dirinya melalui perilaku yang otentik dan
pengungkapan diri. Oleh karena itu konselor mengajak klien untuk tumbuh dengan
mencontoh perilaku otentik. Mereka bisa menjadi transparan apabila dianggap cocok
untuk diterapkan dalam hubungan itu, dan sifat kemanusiaannya bisa menjadi stimulus
untuk diambil potensi riilnya oleh klien.
F. Keterampilan, Pengetahuan, Kepribadian, dan Teknik Konselor
a) Keterampilan Konselor
Gibson dan Mitchell, menyebutkan ada empat keterampilan konseling yakni
keterampilan komunikasi, keterampilan diagnostik, keterampilan memotivasi dan
keterampilan manajemen.
1. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi terdiri atas dua yakni keterampilan
komunikasi nonverbal dan keterampilan komunikasi verbal. Gazda, Asbury,
Balzer, Childers and Walters (dalam) Gibson dan Mitchell, membagi
keterampilan komunikasi nonverbal atas empat keterampilan yakni perilaku
komunikasi nonverbal menggunakan waktu terdiri atas mengenali waktu dan
prioritas waktu; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan tubuh terdiri atas
kontak mata, mata, kulit, postur tubuh, ekspresi wajah, tangan dan pergerakan
lengan, perilaku diri, pengulangan perilaku, sinyal atau aba-aba, menarik
perhatian; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan media suara terdiri atas
nada suara, kecepatan berbicara, kerasnya suara, gaya berbicara; dan perilaku
komunikasi nonverbal menggunakan lingkungan terdiri atas pengaturan jarak,

Halaman | 5
pengaturan fisik, terkesan mahal berlawanan dengan kesan jorok terdiri atas
pakaian yang digunakan dan posisi dalam ruangan konseling.
Keterampilan komunikasi verbal yang penting adalah mendengar,
memberi respon balikan dan mengajukan pertanyaan. Mendengar adalah
persyaratan komunikasi verbal yang efektif. Cavaugh, menyatakan bahwa
“listening is the basis of a counselor’s effectiveness”. Selanjutnya, dengan
keefektifan mendengar maka akan dapat dilakukan respon balikan terhadap
perilaku, perasaan, perhatian, aksi, ekspresi klien. Dalam mengajukan
pertanyaan pun harus digunakan bentuk pertanyaan terbuka yang akan
memberikan kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaan, merinci
pembicaraan dan memperoleh pemahaman baru.
2. Keterampilan Diagnostik
Keterampilan ini mensyaratkan konselor terampil dalam mendiagnosa dan
memahami klien, memperhatikan klien, dan pengaruh lingkungan yang relevan.
Konselor harus terampil dalam menggunakan pengukuran psikologi terstandar
dan teknik non standar untuk mendiagnosa klien.
3. Keterampilan Memotivasi
Tujuan konseling biasanya untuk membantu perubahan perilaku dan sikap
klien. Untuk memenuhi tujuan ini, seorang konselor harus mempunyai
keterampilan memotivasi klien.
4. Keterampilan Manajemen
Yang termasuk keterampilan manajemen adalah perhatian terhadap lingkungan
dan pengaturan fisik, pengaturan waktu, mengatur proses membantu klien
bahagia, mengatur kontribusi konselor dalam proses konseling, mengenali dan
bekerja dalam keprofesionalan seorang konselor. Menentukan poin dan metode
mengakhiri konseling, tindak lanjut dan mengevaluasi merupakan tanggung
jawab konselor.
b) Pengetahuan
Karakteristik kualitas seorang konselor yang terkait dengan keefektifan konseling
antara lain:
1) Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri (self knowlevdge)
2) Kompetensi (competence)
3) Kesehatan psikologis yang baik
4) Dapat dipercaya (trustworthness)

Halaman | 6
5) Kejujuran (Honest)
6) Kekuatan atau Daya (Stregth)
7) Kehangatan (Warmth)
8) Pendengar yang aktif
9) Kesabaran
10) Kepekaan (Sensitivity)
11) Kebebasan
12) Kesadaran Holistik atau Utuh
c) Kepribadian
Kepribadian konselor merupakan titik tumpu yang berfungsi sebagai penyeimbang
antara pengetahuan mengenai dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik.
Ketika titik tumpu ini kuat, pengetahuan dan keterampilan bekerja secara seimbang
dengan kepribadian yang berpengaruh pada perubahan perilaku positif dalam
konseling. Namun, ketika titik tumpu ini lemah, yaitu dalam keadaan kepribadian
konselor tidak banyak membantu, maka pengetahuan dan keterampilan konselor
tidak akan efektif digunakan, atau akan di gunakan dalam cara-cara merusak.
Kualitas kepribadian konselor ,pengetahuan mengenai perilaku dan keterampilan
konseling ,masing-masing tidak dapat saling menggantikan. Kepribadian yang baik
tetapi dengan kekurangan pengetahuan dan keterampilan, ibarat seorang supir yang
mengendarai mobil tidak aman.
d) Teknik yang digunakan Dalam Konseling Eksistensial Humanistik
1) Mendengar aktif
Memperhatikan perkataan konseli, sensitif terhadap setiap kalimat yang
diucapkan konseli.
2) Mengulang kembali.
Mengulangi perkataan konseli dengan kalimat yang berbeda dan sesuai.
3) Memperjelas.
Memfokuskan dan memperjelas isu-isu dan inti masalah dari perkataan konseli
yang membingungkan dan tidak jelas.
4) Menyimpulkan.
Menganalisis masalah jika saat proses dari satu topik ke topik lainnya.
5) Bertanya.
Menggali informasi yang mendalam dari konseling.
6) Menginterpretasi.

Halaman | 7
Bertujuan memberikan perspektif alternatif dan baru.
7) Mengonfrontasi.
Cara kuat untuk penentangan konseli untuk melihat dirinya secara jujur.
8) Merefleksi perasaan.
Pemantulan perasaan terhadap perkataan konseli.
9) Berempati.
Kemampuan konselor untuk memiliki perhatian dan penghargaan terhadap
hal-hal yang dialami oleh konseli.
10) Memfasilitasi
• Memfokuskan kepada perasaan diri konseli.
• Mengajarkan konseli untuk berbicara jujur dan langsung.
• Menciptakan situasi aman dan berani mengambil risiko.
• Memberi dukungan jika konseli memulai sesuatu yang baru.
• Membantu konseli memiliki sikap terbuka terhadap konflik.
• Membantu konseli untuk menerapkan apa yang mereka pelajari dari
proses konseling dan mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari
G. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Eksistensial-Humanistik
1. Kelebihan
a) Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam
perkembangan dan kepercayaan diri.
b) Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
c) Memanusiakan manusia.
2. Kelemahan
a) Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal.
b) Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas.
c) Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya
(keputusan ditentukan oleh klien sendiri).
d) Memakan waktu lama.

Halaman | 8
PENUTUP

Kesimpulan

Terapi eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung
jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan
dalam konseling eksistensial-humanistik adalah hubungannya dengan klien. Kualitas dari dua
orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan
yang positif. Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Dalam pandangan
humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai
kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

Halaman | 9
DAFTAR PUSTAKA

Corey, G. 1986. Theory and practice of counseling and psychotherapy. Monterey, California:
Brooks/ Cole Publishing Company.

Halaman | 10

Anda mungkin juga menyukai