Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Konsep Dasar Manusia Sehat dan Bermasalah dalam Konseling Eksistensi AI Humanistik

Dosen Pengampu : Birrul Walidaini, M.Pd

Disusun Oleh : Ate Dara Sonia (21421311254)


Ramayani (21421311259)
Neni Juniati (21421311499)
Hairani ( 21421311255)

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TAKENGON 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Konsep Dasar
Manusia Sehat dan Bermasalah dalam Konseling Eksistensi AI Humanistik

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Takengon, 15 November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………….ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………1

A. Latar belakang……………………………………………………...….1
B. Rumusan masalah…………………………………………………...…1
C. Tujuan………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN………………………………….………………….2

A.Konsep Dasar Manusia………………………………………………………………….

B.Manusia Sehat Dan Bermasalah………………………………………………………..

C.ImplikasiNya Dalam Konseling…………………………………………………………

BAB III PENUTUP………………………………………………………….

A. Kesimpulan……………………………………...……………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………….…………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada dasarnya eksistensial humanistik berupaya untuk dapat memahami apa hakikat menjadi
manusia serta bagaimana manusia itu mengaktualisasi dirinya. Selain itu, eksistensial humanistik
menganggap bahwa setiap individu itu unik dan memiliki kehendak terhadap dirinya dan mampu
menentukan nasib serta pilihan tetapi juga bertanggung jawab terhadap pilihannya. Dalam Islam,
tingkah laku yang ada pada manusia tidak hanya sebatas sebagai keinginan yang bertujuan untuk
mengaktualisasikan dirinya tetapi merupakan sebuah rangkaian hubungan antara manusia, alam,
dan Tuhan. Kemudian, dalam Islam manusia tidak hanya berperan bagaimana menjadi manusia
yang mampu mengaktualisasikan dirinya saja tetapi memiliki peran sebagai khalifah dan sebagai
hamba Allah. Untuk menunjang manusia dalam menjalankan peran tersebut, maka Allah
memberikan kemampuan atau potensi kepada manusia seperti kebebasan dalam bertindak, setiap
manusia memiliki ciri khas atau kemampuannya masing – masing, diberi akal, hati, perasaan dan
iman. Dari penjelasan tersebut (dalam Al Afify, 2018) menyimpulkan bahwa eksistensial
humanistik memiliki persamaan dalam agama Islam terkhusus dalam konteks bimbingan
konseling Islam.

B.Rumusan Masalah

1. Apa Itu konsep dasar manusia?


2. Apa Itu Manusia Sehat dan Bermasalah?
3. Apa Implikasinya dalam konseling?

C.Tujuan

1. BAgaimana konsep dasar manusia


2. Bagaimana Sehat dan Bermasalah
3. Bagaimana Implikasinya dalam konseling
BAB II
PEMBAHASAN

A.Konsep Dasar Manusia

Pendekatan eksistensial humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang-orang dalam
hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan
konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam
menghadapi pertanyaan dasar, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang
melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan dasar
yang menyangkut keberadaan manusia. Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa
manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab
berkaitan. Pendekatan Eksisteneial Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-
tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli.
Pendekatan terapi eksistensial humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan
suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan
konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Terapi Eksistensial Humanistik lebih memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar
dan juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa sekarang bukan
pada masa lampau. Pada dasarnya terapi Eksistensial memiliki tujuan untuk meluaskan
kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni bebas dan
bertanggung jawab atas arah hidupnya.
Dalam buku Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi oleh Gerald Corey pada tahun 1999,
terapi eksistensial juga bertujuan membantu klien menghadapi kecemasan sehubungan dengan
pemilihan nilai dan kesadaran bahwa dirinya bukan hanya sekedar korban kekuatan-kekuatan
determinisik dari luar dirinya. Terapi Eksistensial memiliki cirinya sendiri oleh karena
pemahamannya bahwa tugas manusia adalah menciptakan Eksistensinya yang bercirikan
integritas dan makna.
Gerakan Eksistensial berarti rasa hormat pada seseorang, menggali aspek baru dari
perilaku manusia dan metode memahami manusia yang beraneka ragam. Falsafah Eksistensial
memberikan landasan bagi pendekatan terapiutik yang memfokuskan pada individu-individu
yang terpecah serta bersikap asing antara satu dengan yang lain yang tidak melihat adanya
makna dalam lingkungan keluarga serta system sosial yang ada pada waktu itu. Falsafah itu
timbul dari keinginan untuk menolong orang dalam mengarahkan perhatian pada tema dalam
hidup. Yang diperhatikan adalah orang-orang yang mengalami kesulitan dalam hal mendapatkan
makna dari tujuan hidup dan dalam hal mempertahankan identitas dirinya (Holt, 1986).
Pandangan eksistensial akan sifat manusia ini sebagian dikontrol oleh pendapat bahwa
signifikansi dari keberadaan kita ini tak pernah tetap, melainkan kita secara terus menerus
mengubah diri sendiri melalui proyek-proyek kita. Manusia adalah makhluk yang selalu dalam
keadaan transisi, berkembang, membentuk diri dan menjadi sesuatu. Menjadi seseorang berarti
pula bahwa kita menemukan sesuatu dan menjadikan keberadaan kita sebagai sesuatu yang
wajar.
Pandangan manusia menurut teori Eksistensial Humanistik:
a) Filsafat Eksistensialis memandang manusia sebagai indvidu dan merupakan problema yang unik
dari Existensi kemanusiaan. Manusia merupakan seorang yang ada, yang sadar dan waspada
akan keberadaanya sendiri. Setiap orang menciptakan tujuannya sendiri dengan segala
kreatifitasnya, menyempurnakan esensi dan fakta eksistensinya.
b) Bahwa manusia sebagai makhluk hidup, menentukan apa yang ia kerjakan dan yang tidak ia
kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Jadi yang pokok adalah apakah seorang
berkeinginan atau tidak sebab filsafat Eksistensialis percaya bahwa setiap orang bertanggung
jawab atas segala tindakannya. Dengan kata lain setiap individu merupakan penentu utama akan
tingkah laku dan pengalamannya.
c) Teori Eksistensial Humanistik mendasar pendapat bahwa manusia tidak pernah statis , ia selalu
menjadi sesuatu yang berbeda, untuk menjadi sesuatu ini maka manusia mesti berani
menghancurkan pola – pola lama, berdiri pada kaki sendiri dan mencari jalan, kearah manusia
yang baru dan lebih besar menuju aktualisasi diri.
d) Menekankan pada kesadaran manusia, pengalaman personal yang berhubungan dengan
Eksistensi dalam dunia orang lain.
Para Ahli Teori Eksistensial Humanistik memiliki pandangan Optimistik terhadap Hakikat
Manusia. Mereka meyakini bahwa :
a) Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri
b) Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, dalam
hal ini manusia bukan pion yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan
c) Manusia adalah Mahluk Rasional dan Sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan
irrasional, dan Konflik.
Para Ahli Teori ini juga berpendapat bahwa pandangan manusia tentang dunia bersifat
subjektif lebih penting dari realitas Objektif. Psikologi Eksistensial Humanistik merupakan salah
satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari
kalangan Eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Psikologi Eksistensial
Humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang
menekankan pada pemahaman atas manusia alih–alih suatu system teknik–teknik yang
digunakan untuk mempengaruhi klien. Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan
terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi–terapi yang berlainan yang
kesemuanya berlandaskan konsep–konsep dan asumsi–asumsi tentang manusia. Teori dan
Pendekatan Konseling Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia.
Terapi Eksistensial Humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan
kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri berkembang sejak bayi.Perkembangan
kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing individu. Berfokus pada saat
sekarang dan akan menjadi apa seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan.
Maka dari itu, akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan serta
bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.
Menurut Gerald Corey, ada beberapa konsep utama dari pendekatan Eksistensial Humanistik
yaitu:
a. Kesadaran Diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik
dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat
kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka
pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak
itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas
keberadaan dan nasibnya.

b. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan

Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi
atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas
kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki
arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu
pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-
potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari
kegagalan individu untuk benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

c. Penciptaan Makna

Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan
nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti
menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada
hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam
suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam
menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi
dipersonalisasi, alineasi, kerasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan
diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak
mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.

B.Manusia Sehat Dan Bermasalah

1. Manusia Sehat

Manusia sehat tidak hanya berkaitan dengan ketiadaan penyakit fisik, tapi juga mencakup
kesejahteraan secara holistik. Ini termasuk kesehatan emosional, sosial, dan spiritual. Memahami
konsep ini membantu konselor menciptakan ruang yang aman dan mendukung bagi para klien.

Pribadi yang sehat menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu mampu


memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran bisa berfungsi
secara penuh. Ciri-ciri pribadi yang sehat menurut Abraham maslow:
1. Menerima realitas secara tepat : Orang-orang yang sangat sehat mengamati objek-objek dan
orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif, teliti terhadap arang lain, mampu menemukan
denagn cepat penipuan dan ketidakjujuran.
2. Menerima diri dan orang lain apa adanya : Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima
diri mereka. Kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atas
kesusahan.
3. Bertidak secara spontan dan alamiah, tidak dibuat-buat : Pengaktualisasian diri bertingkah laku
secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Kita dapat mengatakan bahwa orang-orang ini
bertingkah laku secara kodrati yakni sesuai dengan kodrat mereka.
4. Memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan : Orang yang mengaktualisasikan
diri mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwa pekerjaan itu tentu saja cocok untuk
mereka.
5. Memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain:Orang-orang yang mengaktualisasikan
diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Mereka tidak
tergantung pada orang-orang lain untuyk kepuasan mereka dan dengan demikian mungkin
mereka menjauhkan diri dan tidak ramah. Tingkah laku dan perasaan meeka sangatt egosentris
dan terarah kepada dir mereka sendiri
6. Memiliki ruang untuk diri pribadi:Pengaktualisasian diri untuk berfungsi secara otonom terhadap
lingkungan social dan fisik. Kepribadian-kepribadian yang sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat
otonomi mereka yang tinggi menaklukan mereka, agak tidak mempan terhadap krisis atau
kerugian.
7. Menghargai dan terbuka akan pengalaman-pengalaman dan kehidupan baru:Menghargai
pengalaman-pemgalaman tertentu bagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang, dengan
suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona dan kagum.
8. Memiliki pengalaman-pengalaman yang memuncak : Dimana orang-orang yang
mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan
meluap-luap, sama seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam.
9. Memiliki identitas sosial dan minat sosial yang kuat : Pengaktualisasian diri memiliki perasaan
empati dan afeksi yang sangat kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan
untuk membantu kemanusiaan.
10. Memiliki relasi yang akrab dengan beberapa teman: Mampu mengadakan hubungan yang lebih
kuat dengan orang- orang lain daripada orang- orang yang memiliki kesehatan jiwa yang biasa.
11.Mengarah pada nilai-nilai demokratis: Orang yang sehat membiarkan dan menerima semua orang
tanpa memperhatkan kelas social, tingkat pendidikan, golongan politik atau agama, ras, atau
warna kulit.mereka sangat siap mendengarkan atau belajar dari dari siapa saja yang dapat
mengajarkan sesuatu kepada mereka.
12.Memiliki nilai-nilai moral yang tangguh: Dapat membedakan dengan jelas antara sarana dan
tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita- cita jauh lebih penting daripada sarana untuk
mencapainya.mereka juga sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah.
13.Memiliki rasa humor yang tinggi
14. Menemukan hal-hal baru, ide-ide segar, dan kreatif : Kreatifitas merupakan suatu sifat yang
diharapkan seseorang dari pengaktualisasi- pengaktualisaasi diri mereka adalah asli, inventif, dan
inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan suatu karya seni.
15. Memiliki integritas tinggi yang total

2. Manusia Bermasalah

Manusia bermasalah mencakup berbagai aspek kehidupan. Kondisi manusia bermasalah


bisa terkait dengan masalah emosional, hubungan sosial yang sulit, ketidakpuasan terhadap diri
sendiri, atau mencari makna dalam kehidupan. Dalam konseling eksistensi AI Humanistik,
membantu mereka menemukan solusi dan makna menjadi fokus utama.

Pribadi yang bermasalah menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu


memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran tidak berfungsi
secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat dipercaya, tidak dapat memahami
diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.
Ciri-ciri pribadi tidak sehat menurut Abraham Maslow:
1. Menolak realitas secara tepat
Kepribadian-kepribadian yang tidak sehat mengamati dunia menurut ukuran-ukuran
subyektif mereka sendiri, memaksa dunia untuk mencocokannya dengan bentuk ketakutan-
ketakutan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai.
2. Menolak diri dan orang lain
Orang-orang neurotis dilumpuhkan oleh persaan malu atau perasaan salah atas kelemahan-
kelemahan dan kekurangan-kekurangan mereka, begitu di hantui sehingga mereka mengalihkan
waktu dan energi dari hal-hal yang lebih konstuktif.
3. Memiliki rasa humor yang rendah
4. Memiliki nilai –nilai moral yang rendah
Orang yang kurang sehat kerapkali bingung atau tidak konsisten dalam hal- hal etis,
terombang- ambing, atu berganti-ganti antara benar dan salah menurut keuntungannya.
5. Memiliki kekuasaan dan bergantung pada orang lain
Orang-orang neuorotis biasanya sangat emosional tergantung pada orang-orang lain untuk
kepuasan dimana mereka tidak mampu menghasilkan untuk diri mereka.
C.ImplikasiNya Dalam Konseling

Model eksistensi AI-Humanistik memberikan kerangka kerja yang kuat bagi konselor dalam
membantu klien menjelajahi makna dan tujuan hidup mereka. Implikasinya mencakup
kemampuan untuk memotivasi perubahan, meningkatkan kualitas hubungan interpersonal, dan
menumbuhkan rasa keterhubungan dan kepemilikan terhadap kehidupan mereka.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Pada eksistensial humanistik menganggap bahwa manusia itu unik dan memiliki potensinya
masing – masing yang dapat mereka kembangkan sendiri dan juga pada dasarnya cenderung
bersifat positif serta dinamis atau selalu bergerak mengalami perubahan yang mengarah kepada
kebaikan, selain itu eksistensial humanistik memandang bahwa individu lah yang memiliki
otoritas terhadap dirinya seperti menentukan tindakan bahkan juga nasibnya. Sedangkan Islam
memandang bahwa manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk beragama Tauhid
yaitu mengakui bahwa dirinya sebagai hamba Allah yang ditugaskan sebagai khalifah di Bumi
dengan potensi – potensi yang diberikan oleh Allah kepada dirinya seperti iman, akal, perasaan,
dan berbagai alat indera serta diberi kebebasan dalam berkehendak yang tentunya juga harus
bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan. Dari penjelasan diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa bimbingan konseling Islam memandang eksistensial humanistik
merupakan teori yang paling mendekati dengan nilai – nilai Islam, yaitu seperti memandang
bahwa manusia cenderung mengarah kepada pribadi yang baik, memiliki potensi – potensi atau
bakat, dan memiliki kebebasan dalam bertindak tetapi harus bertanggung jawab terhadap
tindakannya. Akan tetapi yang membedakannya adalah bahwa eksistensial humanistik
memandang manusia secara mutlak bahwa yang menentukan dirinya hanyalah dirinya seorang
dan tidak ada campur tangan dari pihak lain sehingga menganggap bahwa individu adalah Tuhan
bagi dirinya sendiri karena yang mampu menentukan dirinya hanyalah dirinya seorang,
sedangkan dalam Islam selain yang menentukan adalah dari individu itu sendiri terdapat campur
tangan dari pihak lain yang menentukan yaitu Allah yang berkehendak atas segala sesuatu. Jadi
terdapat kesamaan dan perbedaan antara eksistensial humanistik dengan Islam. Meskipun begitu,
ekesistensial humanistik dapat diterapkan dalam bimbingan konseling Islam sebab eksistensi
humanistiklah yang lebih mendekati Islam, tetapi dalam proses bimbingan konseling Islam yang
menggunakan eksistensial humanistik tentunya juga menggunakan nilai – nilai keislaman seperti
adanya campur tangan Allah dalam menentukan tindakan dan nasib dari individu
DAFTAR PUSTAKA

Gerald Corey, Theory and practice of conseling and psychoteraphy, diterjemah oleh E. Kswara, Teori dan
praktek konseling dan psikoterapi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), h 63

Ibid.,, h 63-64

Dr. Naamora Lumongga Lubis, M.Sc.Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam teori dan praktik. (Jakarta :
Kencana Prenada Media Group. 2011) Hal : 154

WS. Winkel. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Hal: 249

Prof.Dr.Syamsu Yusuf , Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2008)hal.164


Gerald Corey, Teoridan Praktek Konseling&Psikoterapi (Bandung, Revika aditama 2013) hal.
54

Syamsu Yusuf, Juntika Nurihsan. Teori Kepribadian (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,


2008)hal.142

E. Koswara, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Bandung, PT Refika Aditama,
2007)hal. 54-55

Ibid. hal. 64-80

http://naraputi.blogspot.com/2014/01/teori-eksistensial-humanistik.html. Diakses pada 19 Mei


2014, pukul 08:43

http://afiantika.blogspot.com/2013/04/kepribadian-sehat-menurut-aliran.html. Diakses pada 19


Mei 2014, pukul 08:41 WIB
Ibid

Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare, Dimensi-dimensi Psikologi. (Surabaya: Usaha Nasional,
1998). Hal. 213-214.

Hidayat, Dede Rahmat, Psikologi Kepribadian Dalam Konseling (Bogor, Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011) hal. 166

Ibid. hal. 190

Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare, Dimensi-dimensi Psikologi.Hal. 213-214.

Anda mungkin juga menyukai