Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDEKATAN DAN TEKNIK KONSELING


“ EKSISTENSIAL HUMANISTIK“

Pengampu : Dra. Sumarwiyah M.Pd, Kons

Di susun Oleh :

Kelompok / Giliran 4 :

Yosefina Cahaya Kurnianti ( 201731006 )

Yuniar Mima Kusumaningtyas ( 201731008 )

III.A

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Tahun 2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang kami
buat yang berjudul Eksistensial Humanistik.

Makalah yang kami susun merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendekatan dan
Teknik Konseling. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari berbagai pihak. Sebagai
manusia biasa, kami berusaha dengan sebaik – baiknya dan semaksimal mungkin, dan adanya
keterbatasan kami juga tidak luput dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam menyusun
makalah ini.

Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing dan membagi ilmunya
kepada kami sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Untuk menyempurnakan makalah
ini dan dapat belajar dari kesalahan - kesalahan yang telah kami lakukan.

Kami akhiri dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.

Kudus, 29 September 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I..........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah............................................................................................................1

BAB II.........................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.........................................................................................................................2

2.1 SEJARAH EKSISTENSIAL HUMANISTIK.............................................................2

2.2 PENGERTIAN TERAPI EKSISTENSIAL HUMANISTIK.......................................4

2.3 PANDANGAN TENTANG MANUSIA PADA PENDEKATAN EKSISTENSIAL


HUMANISTIK........................................................................................................................5

2.4 FUNGSI dan PERANAN TERAPIS...........................................................................7

2.5 HUBUNGAN KLIEN DAN KONSELOR DALAM PENDEKETAN


EKSISTENSIAL HUMANISTIK...........................................................................................8

2.6 TAHAPAN atau LANGKAH-LANGKAH KONSELING.........................................9

BAB III.....................................................................................................................................11

PENUTUP.................................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha yang dilakukan manusia dalam membantu masalah manusia tidak mungkin
tanpa mengenal dengan baik tentang manusia itu sendiri. Unik dan rumitnya perihal manusia
sebagai makhluk individu, telah melahirkan bermacam-macam konsep dan pandangan.

Phenomenology yang menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik dan layak
dihormati dan mereka akan bergerak ke arah realisasi potensi-potensi mereka, manakala
kondisi lingkungannya memberikan kemungkinan. Psikoterapi Humanistik membicarakan
kepribadian manusia di tinjau dari segi self dasi akunya. Konsep utama yang anut adalah
usaha untuk mengerti manusia sebagai mana adanya, mengetahui mereka dari realitansya,
melihat dunia sebagai mana mereka melihatnya, memahami mereka bergerak dan mempunyai
keberadaan yang unik, kongkrit dan berbeda dari teori yang abstrak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan eksistensial humanistik ?


2. Apa pengertian eksistensial humanistik?
3. Bagaimana pandangan tentang manusia pada terapi eksistensial humanistik ?
4. Sebutkan fungsi dan peranan eksistensial humanistik?
5. Bagaimana hubungan konselor dengan konseli dalam pendekatan eksistensial
humanistik ?
6. Apa saja tahapan konseling dalam eksistensial humanistik ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Dapat menjelaskan sejarah perkembangan eksistensial humanistik.


2. Dapat mengetahui pengertian eksistensial humanistik.
3. Mampu menjelaskan pandangan tentang manusia pada terapi eksistensial humanistik.
4. Mengetahui fungsi dan peranan eksistensial humanistik.
5. Dapat memahami hubungan konselor dengan konselir dalam pendekatan eksistensial
humanistik.
6. Dapat menjelaskan tahapan konseling dalam eksistensial humanistik.
7.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Abraham Maslow Yang terkenal dengan teori aktualisasi diri di lahirkan di  New
York pada tahun 1908. Ia meninggal di Calivornia pada tahun1907. Maslow seorang anak
yang pandai mejalani hubungan yang baik dengan ibunya yang otoriter yang sering kali
melakukan tindakan aneh. Ia menggambarkan dirinya pada masa kecil sebagai seorang
yang pemalu,kutu buku dan neurotic. Tetapi  ,maslow tidak selamanya menjadi neurotic
dan benci pada dirinya sendiri. Ia sepenuhnya menyadari potensinya ,dan menjadi psikilog
humanisme terkenal yang mengispirasi banyak perubahan masyarakat kea rah yang positif.
Yang menarik ,maslow awalnya mempelajari teori behaviorisme. Ia menyelesaikan
tugas tesisnya bersama Harry Harlow, ahli primate yang berorientasi pada behaviorisme.
Tetapi sebagai dosen di Brookklyn College pada tahun 1940, maslow bertemu dengan
banyak intelektual brilian yang kabur ke New York untk mengindari Nazi, termasuk Erick
From,Alfred Adler ,dan Karen Horney . pengetahuannya yang mendalam mengenai teori
behaviorisma membantu maslow untuk menyerang teori behaviorisme terhadap
kreativitas ,permainan , keajaibandan cinta. Walaupun banyak teori kepribadian yang
bersala dari ppenelitian mengenai orang yang sehat dan ideal .oleh karena itu ,melalui
orientasinya yang optimis dan spiritual,maslow menekankan potensi positif bawaan dalam
diri manusia. Banyak teori kepribadian di dasarkan pada penelitian pasien yang secara
psikologis terganggu, maslow mengambil arah sebaliknya ,yakni meneliti orang yang sehat
secara mental.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan
tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi
dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan
menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan
pemaknaan.
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan
psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah
membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang
merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Menurut Maslow, yang
terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih

2
melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidaknormalan” atau “sakit”. Pendekatan ini melihat kejadian bagaimana manusia
membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif
ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik
biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama
adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih – alih suatu
system teknik – teknik  yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Pendekatan terapi
eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang
mencakup terapi – terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep – konsep
dan asumsi – asumsi tentang manusia. Teori dan Pendekatan Konseling  Eksistensial-
humanistik  berfokus  pada  diri  manusia.
Pendekatan ini  mengutamakan  suatu  sikap  yang  menekankan  pada pemahaman 
atas  manusia.  Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak  bisa  lari 
dari  kebebasan  dan  bahwa  kebebasan  dan  tanggung  jawab berkaitan. Pendekatan 
Eksisteneial-Humanistik  dalam konseling  menggunakan  sistem  tehnik-tehnik  yang 
bertujuan  untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan  terapi  eksistensial-humanistik 
bukan merupakan  terapi  tunggal,  melainkan  suatu  pendekatan  yang  mencakup terapi-
terapi  yang  berlainan  yang  kesemuanya  berlandaskan  konsep-konsep  dan  asumsi-
asumsi  tentang  manusia. Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang
mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib
sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian
makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendiri dan berada dalam
hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan
mengaktualkan diri.Pendekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang
psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang
lain dalam proses teurapeutik.
Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan
menekankan kesadaran diri sebelum bertindak.Kesadaran diri berkembang sejak
bayi.Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing
individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa seseorang itu, yang berarti
memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu, akan lebih meningkatkan kebebasan
konseling dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan
yang di ambilnya.

3
Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep utama dari pendekatan
eksistensial yaitu :
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan
yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan
yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni
memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial
pada manusia.
2. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang
menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh
kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati.
Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab
kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang
terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
3. Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup
dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya
manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang
bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan
yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga
berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya
sampai taraf tertentu.

2.2 PENGERTIAN TERAPI EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan


bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap
kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung
jawab atas dirinya.
Menurut kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi

4
eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman
subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu
arah baru dalam hidup.
Sedangkan menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik adalah konseling
yang menekankan implikasi – implikasi dan falsafah hidup dalam menghayati makna
kehidupan manusia di bumi ini. Konseling Eksistensial Humanistik berfokus pada situasi
kehidupan manusia di alam semesta, yang mencakup tanggung jawab pribadi, kecemasan
sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin. Usaha untuk menemukan makna diri
kehidupan manusia, keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain, kematian serta
kecenderungan untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.
Terapi eksistensial tidak terikat pada salah seorang pelopor, akan tetapi
eksistensial memiliki banyak pengembang, tetapi yang populer adalah Victor Frankl,
Rollo May, irvin Yalom, James Bugental, dan Medard Boss. Eksistensialisme
bersama-sama dengan psikologi humanistik, muncul untuk merespon dehumanisasi
yang timbul sebagai efek samping dari perkembangan industri dan urbanisasi masyarakat.
Pada waktu itu banyak orang membutuhkan kekuatan untuk mengembalikan sense of
humannes disamping untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
kebermaknaan hidup, khususnya yang berkaitan dengan upaya menghadapi kehancuran,
isolasi, dan kematian.

2.3 PANDANGAN TENTANG MANUSIA PADA PENDEKATAN EKSISTENSIAL


HUMANISTIK

Terapi Eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini


terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alihalih
suatu sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Eksistensial
humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensipotensi yang baik
minimal lebih banyak baiknya dari pada buruknya. Terapi eksistensial humanistik
memusatkan perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan
kemampuan khusus manusia yang terpateri pada eksistensial manusia, seperti kemampuan
abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi, kreatifitas, kebebasan sikap etis dan rasa
estetika.
Terapi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini
terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alihalih

5
suatu sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu,
pendekatan eksistensial humanistik bukan justru aliran terapi, bukan pula suatu teori
tunggal yang sistematik suatu pendekatan yang mencakup terapiterapi yang berlainan yang
kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsiasumsi tentang manusia.
Pendekatan eksistensial humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral,
memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan
bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara
sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial humanistik
secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia, kesadaran diri, dan
kebebasan yang konsisten. Menurut teori dari Albert Ellis yang berhubungan dengan
eksistensi manusia. Ia menyatakan bahwa manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya
ditentukan secara biologis dan didorong oleh naluri-naluri. Ia melihat sebagai individu
sebagai unik dan memiliki kekuatan untuk menghadapi keterbatasan-keterbatasan untuk
merubah pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar dan untuk mengatasi kecenderungan-
kecenderungan menolak diri-sendiri. Manusia mempunyai kesanggupan untuk
mengkonfrontasikan sistem-sistem nilainya sendiri dan menindoktrinasi diri dengan
keyakinan-keyakinan, gagasan-gagasan dan nilai yang berbeda, sehingga akibatnya,
mereka akan bertingkah laku yang berbeda dengan cara mereka bertingkah laku dimasa
lalu. Jadi karena berfikir dan bertindak sampai menjadikan dirinya bertambah, mereka
bukan korban-korban pengondisian masa lalu yang positif.
Berdasar pendapat Ellis diatas, maka dapat diambil pengertian, bahwa setiap
individu mempunyai kemampuan untuk merubah dirinya dari hal-hal yang diterimanya.
Manusia mempunyai kesanggupan untuk mempertahankan perasaannya sendiri dan dapat
memberikan ajaran kembali kepada dirinya melalui keyakinan, pendapat, dan hal-hal yang
penting lainnya.
Disini pendekatan eksistensial humanistik adalah mengembalikan potensipotensi
diri manusia kepada fitrahnya. Pengembangan potensi ini pada dasarnya untuk
mengaktualisasikan diri klien dan memberikan kebebasan klien untuk menentukan
nasibnya sendiri dan menanamkan pengertian bahwa manusia pada fitrahnya bukanlah
hasil pengondisian atau terciptanya bukan karena kebetulan. Manusia memiliki fitrah dan
potensi yang perlu dikembangkan.

6
2.4 FUNGSI dan PERANAN TERAPIS

Dalam pandangan eksistensialis tugas utama dari seorang terapis adalah


mengeksplorasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ketakberdayaan, keputusasaan,
ketakbermaknaan, dan kekosongan eksistensial serta berusaha memahami keberadaan klien
dalam dunia yang dimilikinya. May (1981), memandang bahwa tugas terapis bukanlah
untuk merawat atau mengobati konseli, akan tetapi diantaranya adalah membantu klien
agar menyadari tentang apa yang sedang mereka lakukan, dan untuk membantu mereka
keluar dari posisi peran sebagai korban dalam hidupnya dalam keberadaanya di dunia11:
“Ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di
dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”. Frankl (1959),
menjabarkan peran terapis bukanlah menyampaikan kepada klien apa makna hidup yang
harus diciptakannya, melainkan mengungkapkan bahwa klien bisa menemukan makna,
bahkan juga dari penderitaan. Dengan pandangannya itu Frankl bukan hendak
menyebarkan aroma yang pesimistik dari filsafat eksistensial, melainkan mengingatkan
bahwa penderitaan manusia (aspek-aspek tragis dan negatif dari hidup ) bisa diubah
menjadi prestasi melalui sikap yang diambilnya dalam menghadapi penderitaan itu. Frankl
juga menekankan nbahwa orang-orang bisa menghadapi penderitaan, perasaan berdosa,
kematian, dan dalam konfrontasi, menantang penderitaan, sehingga mencapai kemenangan.
Ketidak bermaknaan dan kehampaan eksistensial adalah masalah-masalah utama yang
harus dihadapi dalam proses terapiutik.
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi
bersama yang mencakup hal-hal :
1. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
2. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
4. Berorientasi pada pertumbuhan.
5. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi.
6. Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak di tangan klien.
7. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan
pandangan humanistiknya tentang manusia secara implisit menunjukkan kepada klien
potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
8. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan
tujuan- tujuan dan nilainya sendiri.

7
9. Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

Peran dan fungsi konselor sebagai berikut:


1) Memahami dunia klien dan membantu klien untuk berfikir dan mengambil keputusan atas
pilihannya yang sesuai dengan kesadaran sekarang.
2) Mengembangkan kesadaran, keinsafan tentang keberadaannya sekarang agar klien
memahami dirinya bahwa manusia memiliki keputusan diri sendiri.
3) Konselor sebagai fasilitator memberi dorongan dan motivasi agar klien mampu memahami
dirinya dan bertanggung jawab menghadapi reality.
4) Membentuk kesempatan seluas-luasnya kepada klien, bahwa keputusan akhir pilihannya
terletak di tangan klien.
Dalam buku Gerald Corey, May (1961) memandangkan tugas terapis diantaranya
adalah membantu klien agar menyadarikeberadaannya dalam dunia : “Ini adalah saat
ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang
mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia.

2.5 HUBUNGAN KLIEN DAN KONSELOR DALAM PENDEKETAN


EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Dalam membicarakan masalah hubngan pertologan dari teori Humanistik ini,


dikemukakan ciri -  ciri hubungan konselor dan konseli sebagai berikut:
1. Adanya hubungan psikologis yang akrab antara konselor dan klien.
2.  Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problemnya dan
apa yang diinginkan.
3.  Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku
individu dengan tanpa memberikan sanggahan.
4. Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu merupakan kunci atau dasar
yang paling menentukan dalam hubungan yang diadakan.
5. Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya juga keadaan lingkungannya sangat
diperlukan oleh konselor.
Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial adalah hubunganya dengan klien.
Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi terapeutik merupakan stimulus
terjadinya perubahan yang positif. Konselor percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap
klien, karakteristik pribadi tentang kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal
yang harus ditawarkan. Konseling merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien,

8
suatu perjalanan pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan
klien.
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang tidak
dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May dan Yalom
(1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas konselor untuk disana
demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara penuh dan terlibat secara intens
dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing klien untuk berhubugan dengan orang lain,
maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan dengan si klien itu (Yalom, 1980).
Inti dari hubungan terapeutik adalah rasa saling menghormati, yang mencakup
kepercayaan akan potensi klien untuk secara otentik menangani kesulitan mereka dan akan
kemampuan mereka menemukan jalan alternatif akan keberadaan mereka. Sidney Jourad
(1971) mendesak konselor untuk mengajak klien mereka benar-benar menunjukkan
keotentikan dirinya melalui perilaku yang otentik dan pengungkapan diri. Oleh karena itu
konselor mengajak klien untuk tumbuh dengan mencontoh perilaku otentik. Mereka bisa
menjadi transparan apabila dianggap cocok untuk diterapkan dalam hubungan itu, dan sifat
kemanusiaannya bisa menjadi stimulus untuk diambil potensi riilnya oleh klien.
Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensial. Penekanan diletakkan
pada pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih – alih pada teknik-teknik yang
mempengaruhi klien. Isi pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang, bukan
“masalah” klien. Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran yang otentik difokuskan
kepada “di sini dan sekarang”. Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya
berhubungan langsung (Gerald Corey.1988:61).
 Pola hubungan :
1. Hubungan klien adalah hubungan kemanusiaan. Konselor berstatus sebagai partner
klien, setara dengan klien sehingga hubungannnya berada dalam situasi bebas tanpa
tekanan.
2. Klien sebagai subjek bukan obyek yang dianalisis dan didiagnosis.
3. Konselor harus terbuka baik kepribadiannya dan tidak pura – pura.

2.6 TAHAPAN atau LANGKAH-LANGKAH KONSELING

1) Tahap Awal
Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Selama tahap
pendahuluan, konselor membantu klien dalam hal mengidentifikasi dan mengklarifikasi
asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak untuk mendefinisikan dan menanyakan
9
tentang cara mereka memandang dan menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Mereka
meneliti nilai mereka, keyakinan, serta asumsi untuk menentukan kesahihannya. Bagi
banyak klien hal ini bukan pekerjaan yang mudah oleh karena mereka mungkin pada
awalnya memaparkan problema mereka sebagai hampir seluruhnya sebagai akibat dari
penyebab eksternal. Mereka mungkin berfokus pada apa yang orang lain “jadikan mereka
merasakan sesuatu” atau betapa orang lain bertanggung jawab sepenuhnya akan apa yang
mereka lakukan atau tidak lakukan. Konselor mengajar mereka bagaimana caranya untuk
bercermin pada eksistensi mereka sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal
penciptaan problem mereka dalam hidup.
2) Tahap Pertengahan
Pada tahap tengah dari konseling eksistensial, klien di dorong semangatnya untuk
lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas dari sistem nilai mereka. Proses eksplorasi
diri ini biasanya membawa klien ke pemahaman baru dan beberapa restrukturisasi dari
nilai dan sikap mereka. Klien mendapatkan cita rasa yang lebih baik akan jenis kehidupan
macam apa yang mereka anggap pantas. Mereka mengembangkan gagasan yang jelas
tentang proses pemberian nilai internal mereka.
3) Tahap Akhir
Tahap terakhir dari konseling eksistensial berfokus pada menolong klien untuk bisa
melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran terapi
adalah memungkinkan klien untuk bisa mencari cara pengaplikasian nilai hasil penelitian
dan internalisasi dengan jalan untuk menggunakan kekuatan itu demi menjalani eksistensi
kehidupannya yang memiliki tujuan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Abraham Maslow Yang terkenal dengan teori aktualisasi diri di lahirkan di  New York
pada tahun 1908. Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada
kebutuhan psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Psikologi eksistensial
humanistic berfokus pada kondisi manusia.
Terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan
kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan,
keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas
dirinya. Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan
menekankan kesadaran diri sebelum bertindak
Pendekatan eksistensial humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral,
memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Pendekatan eksistensial
humanistik secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia, kesadaran diri,
dan kebebasan yang konsisten.
Dalam pandangan eksistensialis tugas utama dari seorang terapis adalah mengeksplorasi
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ketakberdayaan, keputusasaan, ketakbermaknaan,
dan kekosongan eksistensial serta berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang
dimilikinya.
 Pola hubungan :
4. Hubungan klien adalah hubungan kemanusiaan. Konselor berstatus sebagai partner
klien, setara dengan klien sehingga hubungannnya berada dalam situasi bebas tanpa
tekanan.
5. Klien sebagai subjek bukan obyek yang dianalisis dan didiagnosis.
6. Konselor harus terbuka baik kepribadiannya dan tidak pura – pura.
Tahapan atau langkah-langkah konseling yaitu meliputi tahap awal, tahap pertengahan,
tahap akhir.

11
DAFTAR PUSTAKA

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, ( Bandung : PT. Eresku,
1995) hal 56
Kartini Kartono dan Dali Golo, Kamus psikologi, hal 17
W.S Winkel,Bimbingan dan praktek Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. Gramedia.
1987) Hal 383
Departemen Pendidikan Nasional, Modul Bimbingan dan Konseling PLPG Kuota
2008(Surabaya:Unesa,2008),h.16
Departemen Pendidikan Nasional, Modul Bimbingan dan Konseling PLPG Kuota
2008(Surabaya:Unesa,2008),hal.17
http://ariefmunandar11.blogspot.com/2015/04/konsep-dasar-teori-dari-pandangan.html
http://konselingindonesiabaru.blogspot.com/2013/05/eksistensial-humanistik.html

12

Anda mungkin juga menyukai