Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEORI BELAJAR HUMANISME

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SBM

Dosen Pengampu : Nurul Husna, S.Pd.,M.Pd

Oleh : Kelompok 1

AMBRINA ROSADA

NIM. 11308502220001

RUSLAWATI

NIM. 11308502220008

RIZKI MUHAMMAD KAHFI

NIM. 11308502220007

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SINGKAWANG

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas dalam bentuk penulisan
makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak. Makalah berjudul “TEORI
BELAJAR HUMANISME” penyusun harap dapat membuka dan menambah
wawasan pembaca sehingga dapat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari serta
sebagai media belajar. Makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. Penyusun menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
mohon maaf. Demikian yang dapat penyusun sampaikan. Akhir kata,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pengetik

Kelompok 1

Makul SBM

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3
A. Pengertian Teori Belajar Humanisme ..................................................... 3
B. Prinsip Dasar dan Tujuan Teori Belajar Humanisme ............................. 3
C. Tokoh – Tokoh Teori Belajar Humanisme ............................................ 4
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik .......................... 12
E. Implementasi Teori Belajar Humanisme ............................................... 13
F. Kasus/Permasalahan Penerapan Teori Belajar Humanisme .................. 13
BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 15
A. Kesimpulan ............................................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori Humanistik muncul sebagai reaksi terhadap pendekatan


behavioristik dan psikoanalisis dalam psikolog. Teori humanistik berfokus
pada kapasitas individu untuk memahami dan mengendalikan dunia
mereka, serta memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaan dan memenuhi
potensi mereka secara positif. Ini menekankan pentingnya hubungan
interaksi manusia dan memahami proses pemikiran dan perasaan individu.

Beberapa tokoh utama dalam teori humanistik termasuk Abraham


Maslow, Arthur Combs, dan Carl Rogers. Maslow mengembangkan
hierarki kebutuhan, menunjukkan bagaimana kebutuhan dasar harus
dipenuhi sebelum individu dapat memenuhi potensi mereka dan mencapai
kebahagiaan. Rogers, sebagai terapis. memperkenalkan pendekatan
terapeutik yang berfokus pada hubungan terapeut- klien dan memfasilitasi
perkembangan individu melalui empati dan dukungan.

Secara keseluruhan, teori humanistik memperkuat pandangan


bahwa individu adalah subyek aktif dalam memahami dan mengendalikan
dunia mereka, dan bahwa mereka memiliki potensi untuk memenuhi potensi
dan mencapai kebahagiaan melalui hubungan yang positif dan
perkembangan diri.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas yaitu sebagai berikut:

1. Apa itu teori belajar humanisme?


2. Apa saja prinsip dasar dan tujuan dari teori pembelajaran humanisme?
3. Apa saja tokoh dari teori belajar humanisme?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar humanisme?
5. Bagaimana implementasi teori belajar humanisme?
6. Bagaimana kasus/penerapan teori belajar humanisme?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan teori


pembelajaran humanisme.
2. Mengetahui apa saja prinsip dasar dan tujuan dari teori pembelajaran
humanisme.
3. Mengetahui siapa saja tokoh dari teori pembelajaran humanisme.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar humanisme.
5. Mengetahui implementasi teori belajar humanisme.
6. Mengetahui kasus/permasalahan penerapan teori belajar humanisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Humanisme


Teori Humanisme merupakan salah satu teori yang bertujuan untuK
memanusiakan seorang manusia. Teori ini memandang bahwa manusia memegang
kendali terhadap kehidupan dan perilaku mereka, serta berhak mengembangkan
sikap dan kepribadian mereka. Keberhasilan belajar ditandai apabila peserta didik
bisa mengenali dirinya dan lingkungan sekitarnya dengan baik. Peserta didik
dihadapkan pada suatu target untuk mencapai tingkat aktualisasi diri semaksimal
mungkin. Teori ini berupaya mengerti tingkah laku belajar menurut pandang
peserta didik, bukan dari pandangan pengamat.
Teori ini melihat manusia, pemahaman dan pengalaman dalam diri manusia,
termasuk dalam kerangka belajar. Mereka menekankan karakteristik yang dimiliki
oleh makhluk manusia seutuhnya seperti cinta, kesedihan, peduli dan harga diri.
Teori ini menekankan pada pilihan kesadaran, respon terhadap kebutuhan
internal,dan keadaan saat ini yang menjadi sangat penting dalam membentuk
perilaku manusia. Proses belajar menurut teori ini bersifat pengembangan
kepribadian, kerohanian, perkembangan tingkah laku, serta mampu memahami
fenomena di masyarakat. Tanda kesuksesan penerapan tersebut yaitu peserta didik
merasa nyaman dan bersemangat dalam proses pembelajaran serta adanya
perubahan positif cara berpikir, tingkah laku serta pengendalian diri.

B. Prinsip Dasar dan Tujuan Teori Belajar Humanisme


Prinsip-prinsip teori belajar humanisme menurut Wasty (1987) yaitu:
1) Individu memiliki kelebihan serta kemampuan untuk mempelajari sesuatu
secara alami.

2) Peserta didik dianggap belajar secara bermakna jika peserta didik merasakan
relevansi dengan pendapat masing-masing.

3) Belajar yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya dianggap


membahayakan dan menyebabkan proses belajar belajar.

4) Proses belajar yang membahayakan akan mudah diinterpretasikan dan


digabungkan apabila hal yang membahayakan tersebut semakin kecil.
Pemahaman tersebut dapat diperoleh dari berbagai cara dan menyebabkan
proses belajar tersebut terjadi.

3
5) Apabila ancaman individu peserta didik memiliki tingkatan yang rendah,
pengakaman tersebut dapat diperoleh dari berbagai cara dan menyebabkan
proses belajar tersebut terjadi.

6) Belajar bisa didapatkan karena individu melakukan proses tersebut.

7) Proses belajar akan berjalan lancar jika peserta didik terlibat langsung pada
proses pembelajaran serta bertanggung jawab atas proses pembelajaran
tersebut.

8) Belajar yang muncul di dalam suatu individu baik secara kognitif, afektif,
maupun psikomotorik akan menghasilkan hasil belajar yang bermakna.

9) Kepercayaan, kreatifitas, dan kesejahteraan akan mudah dicapai jika


individu dibiasakan untuk berhati-hati dan mengevaluasi diri serta orang lain
adalah sebuah cara yang bermanfaat bagi proses belajar.

10) Proses belajar di dunia modern adalah proses belajar yang terus menerus
mencari pengalaman, terbuka pikirannya dan dalam penyatuan dalam diri
tentang proses perubahan pada belajar.

C. Tokoh – Tokoh Teori Belajar Humanisme

Tokoh – tokoh teori belajar humanisme, yaitu :

1. Arthur Combs
2. Abraham Maslow
3. Carl Rogers

❖ Teori Humanisme Abraham Maslow

1. Biografi Abraham Maslow

Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada


tanggal 1 April 1980. Dan meninggal karena serang jantung pada 8 Juni
1970. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia yang pindah ke
Amerika Serikat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Maslow
adalah anak tertua dari tujuh bersaudara sehingga orang tuanya mendorong
dengan kuat agar Maslow mencapai keberhasilanya. Hal ini menjadikan
Maslow menderita dan kurang berkembang dibanding anak-anak lainnya.
Maslow menulis" saya adalah seorang anak yahudi di tengah-tengah anak-

4
anak non yahudi. Merasa terisolasi dan tidak bahagia. Saya tumbuh di
perpustakaan di antara buku-buku, tanpa teman." (Maslow, 1968).

Maslow awalnya memilih hukum sebagai bidang studinya di City


College, New York. Namun pada akhirnya ia memilih bidang study
psikologi di Universitas Wisconsin dan meraih gelar sarjana muda pada
tahun 1930, sarjana penuh tahun 1931, dan meraih doktor pada tahun 1934.
Maslow memutuskan untuk belajar psikologi karena pengaruh
behaviorisme Watson. Bagi Maslow, behaviorisme merupakan suatu yang
menarik, dan dengan mengikuti program-programnya. Maslow berharap
dirinya bisa mengubah dunia.

Dalam karir profesionalnya Maslow banyak melakukan penelitian


mengenai masalah seks dan penyimpangan-penyimpanganya, terutama
homoseksualitas, suatu masalah yang Malow pandang sebagai suatu hal
yang esensial bagi pemahaman yang mendalam tentang manusia. Maslow
mengawali karir akademis dan profesionalnya dengan memegang jabatan
sebagai asisten instruktur psikologi di Universitas Wiconsin (1930- 1934),
dan sebagai staf pengajar (1934-1935). Kemudian Maslow menjadi staf
peneliti di Universitas Columbia sampai tahun 1937.

Maslow terutama tertarik kepada psikologi pertumbuhan (growth


psychology), dan sampai akhir hayatnya ia mendukung Essalen Institude di
California dan kelompok- kelompok lain yang melibatkan diri dalam
gerakan daya manusia (human potential movement). Sebagian besar buku-
buku Maslow ditulis dalam sepuluh tahun terakhir dari hidupnya, yang
meliputi buku-buku Toward a Psychology of Being. (1962), Religious and
Peak Experiences (1964), Eupsychian Management: A Journal (1965) The
Psychology of Science: A Reconnaissance (1966), Motivation and
Personality (1970), dan The Father Reaches of Human natures, sebuah buku
kumpulan artikel Malow yang diterbitkan setahun setelah ia meninggal.

2. Konsep Kepribadian

Meskipun memiliki pengalaman yang buruk namun dalam teorinya


Maslow memandang manusia dengan optimis, memiliki kecenderungan
alamiah untuk bergerak menuju kearah aktualisasi diri. meskipun memiliki
kemampuan jahat dan merusak, tetapi bukan merupakan esensi dasar dari
manusia. Sifat-sifat jahat muncul dari rasas frustasi terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar. Contohnya ketika kebutuhan akan makanan dan tempat
tinggal tidak terpenuhi, maka untuk memenuhi kebutuhannya dilakukan
dengan cara mencuri agar dapat terpenuhinya kebutuhan tersebut. Maslow

5
berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat,
apabila ia telah mampu untuk mengaktualisaikan dirinya secara penuh.
Konsep hirearki kebutuhan manusia oleh Maslow ini pada awalnya berasal
dari pengamatannya terhadap perilaku monyet.

Berdasarkan pengamatannya tersebut, maslow menyimpulkan


bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan daripada kebutuhan lainnya.
Misalnya air merupakan sumber kehidupan utama bagi makhluk hidup.
Makhluk hidup bisa bertahan dari rasa lapar dan tidak makan, namun tidak
bisa bertahan dari rasa haus dan tanpa air. Hal ini yang disebut Maslow
merupakan kebutuhan dasar yang kemudian disusun menjadi bentuk
tingkatan kebutuhan. Maslow memberikan kesimpulan bahwa kebutuhan
pada tingkat selanjutnya bisa dicapai apabila kebutuhan di tingkat bawah
tercapai. Menurut Maslow, pemuasan kebutuhan didorong oleh kekuatan
motivasi yaitu motivasi kekurangan (deficiency growth) dan motivasi
perkembangan (motivation growth). Motivasi kekurangan adalah upaya
yang dilakukkan manusia untuk memenuhi kekurangan yang dialami.
Sedangkan motivasi perkembangan adalah motivasi yang tumbuh dari dasar
diri manusia untuk mencapai suatu tujuan diri berdasarkan kapasitasnya
dalam tumbuh dan berkembang. Kapasitas atau kemampuan diri masing-
masing orang berbeda- beda dan merupakan pembawaan.

3. Struktur Kepribadian
Maslow mengungkapkan bahwa "Manusia di motivasikan oleh
sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk setiap spesies, tidak
berubah dan tidak berasal dari sumber genetis atau naluriah". Dapat
diartikan bahwa kepribadian manusia bersumber dari motivasi untuk
memenuhi kebutuhamya. Dalam hierarkinya Maslow membedakan antara
kebutuhan dasar (basic-needs) dan kebutuhan tinggi (meta-kebutuhan atas
meta-needs). Kebutuhan dasar atau kebutuhan konatif adalah kebutuhan
yang memiliki karakter mendorong atau karakter memotivasi. Kebutuhan
dasar sering juga disebut dengan dengan deficiency needs atau diartikan
dengan motif kekurangan yaitu yang menyangkut dengan kebutuhan
fisiologis dan rasa aman
Jika individu kekurangan sesuatu atau ia mengalami defisit maka ia akan
merasakan sangat membutuhkan hal tersebut, dan apabila sudah terpenuhi
maka ia tidak akan merasakan apa-apa lagi. Sedangkan kebutuhan tinggi
atau disebut dengan metaneeds atau being needs (B-needs adalah motif-
motif yang mendorong individu untuk mengungkapkan potensi-potensinya.
Untuk lebih jelas lagi akan dibahas pada bahasan berikut:

6
a. Kebutuhan Dasar
Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang pada manusia
merupakan bawaan, dan tersusun berdasarkan tingkatan yang disebut dengan
hierarki kebutuhan. Dan susunan kebutuhan-kebutuhan dasar yang bertingkat atau
yang disebut dengan hierarki kebutuhan merupakan organisasi yang mendasari
motivasi manusia.
1) Kebutuhan Dasar Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling mendasar dari setiap
manusia, termasuk dialamnya adalah makanan, air, oksigen, mempertahankan suhu
tubuh, dan lain sebagainya. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling
dasar untuk mempertahankan hidup secara fisik. Apabila seseorang mengalami
kekurangan makanan atau kelaparan. harga diri, dan cinta, ia akan memburu
makanan terlebih dahulu dan mengabaikan kebutuhan lain, sampai kebutuhan
fisiologisnya benar-benar terpenuhi. Perbedaan kebutuhan fisiologis dengan
kebutuhan lainnya ialah kebutuhan fisiologis memiliki karakteristik
a) kebutuhan fisiologis merupakan satu-satunya kebutuhan yang selalu
terpenuhi. Orang-orang bisa cukup makan sehingga makanan akan
kehilangan kekuatannya untuk memotivasi. Bagi orang yang baru selesai
makan dalam porsi besar, pikiran tentang makanan bahkan dapat
menyebabkan perasaan mual.
b) Kebutuhan fisiologis memiliki kekuatan untuk muncul kembali (recurring
nature). Setelah seseorang selesai makan, mereka lama-kelamaan akan
merasa lapar lagi: mereka akan terus menerus mengisi ulang pasokan
makanan dan air; satu tarikan napas akan dilanjutkan oleh tarikan napas
berikutnya. Berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan di level lainnya, tidak
muncul secara terus-menerus. Contohnya, orang yang paling tidak telah
memenuhi kebutuhan akan cinta dan penghargaan akan tetap merasa
percaya diri bahwa mereka terus memenuhi kebutuhan mereka akan cinta
dan harga diri.

2) Kebutuhan akan Rasa Aman


Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, muncul kebutuhan akan rasa aman
yang menuntut untuk dipenuhi. Menurut Maslow yang dimaksud dengan kebutuhan
akan rasa aman, ialah kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh
ketenteraman, kepastian, dan keteraturan dari lingkungannya. Maslow
mengemukakan kebutuhan rasa aman sangat nyata dan bisa di amati pada bayi dan
anak-anak karena ketidakberdayaan mereka. Sebagai contoh seorang bayi akan
memberi respon ketakutan salah satunya dengan menangis apabila ia tiba-tiba
mendengar suara keras yang mengejutkan. Kebutuhan rasa aman dapat berebentuk

7
usaha-usaha untuk memperoleh perlindungan dan keselamatan kerja, penghasilan
tetap atau membayar asuransi. Menambahkan bahwa agama dan filsafat oleh
sebagian orang dianggap sebagai alat yang bisa membantu mereka dalam
mengorganisasikan dunianya, dan dengan mereka menyatukan diri dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam ajaran agama atau fikcufat yang dianutnya maka ia
akan merasa aman.

3) Kebutuhan Cinta dan Kasih Sayang


Setelah kebutulum fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman terpenuhi,
seseorang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang.
Kebutuhan kasih sayang atau menurut disebut dengan kebutuhan akan cinta dan
rasa memiliki adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan
hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan lawan
jenis maupun dengan sesama jenis, baik di lingkungan keluarga maupun di
lingkungan masyarakat. Sebagai contoh, mahasiswa perantauan yang jauh dari
kampung halamannya akan kehilangan ikatan atau rasa memiliki, maka ia
termotivasi untuk membentuk ikatan baru dengan orang-orang atau kelompok yang
ada di tempat merantau, pemusan kebutuhan akan kasih sayang atau cinta
diwujudkan melalui hubungan yang akrab atau menjalin relasi dengan orang lain.
Maslow secara tegas menolak pandangan Freud yang megatakan bahwa
cinta dan afeksi itu berasal dari naluri seksual yang di sublimasikan. Menurut
Maslow cinta dan seks adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Maslow juga
menekankan bahwa kebutuhan akan cinta mencakup keinginan untuk mencintai dan
dicintai. Maslow akhirnya menyimpulkan bahwa antara kepuasan cinta dan afeksi
di masa kanak-kanak serta kesehatan mental di masa depan terdapat korelasi yung
signifikan.

4) Kebutuhan Penghargaan
Maslow membagi Kebutuhan penghargaan kedalam dua bagian, yaitu:
a) penghargaan dari diri sendiri, mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi,
rasa percaya diri, kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian. dan kebebasan.
b) bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain, meliputi antara lain
prestasi. Individu membutuhkan penghargaan atas apa yang telah dilakukannya.
Keempat kebutuhan (kebutuhan konatif) yang telah dipaparkan diatas di sebut olch
Maslow dengan sebutan defisit needs (D-needs). Jika individu kekurangan sesuatu,
maka, individu tersebut merasa membutuhkan sesuatu tersebut. Tapi apabila
kebutuhan-kebutuhan tersebut telah terpenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak
lagi mendorong untuk dipenuhi.

8
5) Kebutuhan Ilmu Pengetahuan
Kebutuhan ilmu pengetahuan atau menurut Maslow menyebutnya dengan
sebutan cognitif needs (kebutuhan kognitif) adalah keinginan untuk mengetahui,
keinginan untuk memecahkan misteri, untuk memahami dan untuk menjadi
penasaran. Kebutuhan kognitif dapat diekspresikan melalui keinginan untuk
memahami, menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan, mencari sesuatu baru atau
suasana baru dan meneliti. Apabila kebutuhan kognitif tidak terpenuhi menurut
Feist maka semua kebutuhan pada hierarki kebutuhan Abraham Maslow terancam
tidak terpenuhi, karena pengetahuan merupakan kebutuhan yang sangat penting
untuk mengetahui masing-masing kebutuhan konatif tersebut. Sebagai contoh
untuk dapat memenuhi kebutuhan fisiologis seperti makan terlebih dahulu ia harus
mengetahui bagaimana cara memperoleh makanan, lalu kebutuhan keamanan akan
terpenuhi apabila mengetahui bagaimana cara membangun rumah, dan seterusnya.

6) Kebutuhan Estetika
Kebutuhan estetika berbeda dengan kebutuhan konatif yang bersifat
universal, kebutuhan estetika tidaklah bersifat universal. Akan tetapi Maslow
menemukan ada beberapa orang termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan begitu
mendalam dan pengalaman yang menyenangkan secara estetis. Menurut Maslow
seseorang yang sehat mentalnya ditandai dengan kebutuhan keteraturan keserasian,
atau keharmonisan dalam setiap aspek kehidupannya, seperti cara berpakaian yang
rapih, menjaga ketertiban lalu lintas dan sebagainya. Sebaliknya seseorang yang
kurang sehat mentalnya, atau sedang mengalami gangguan emosional dan stres,
kurang memerhatikan kebersihan dan kurang apresiatif terhadap keteraturan dan
keindahan.

7) Kebutuhan Aktualisasi
Aktualisasi diri merupakan perkembangan yang paling tinggi dan
pengoptimalan semua bakat individu dan pemenuhan semua kualitas dan kapasitas
individu. Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri. sadar akan
potensi, diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin. Untuk dapat
memenuhi kebuthan aktualisasi, kebutuhan di tingkat rendah harus sudah terpenuhi.
Ketika kebutuhan di tingkat rendah sudah terpenuhi seseorang secara otomatis
beranjak ke pemenuhan kebutuhan di tingkat selanjutnya. Akan tetapi setelah
kebutuhan kebutuhan akan penghargaan terpenuhi, orang tidak selalu bergerak ke
arah aktualisasi diri. Pada awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan akan
aktualisasi diri muncul ketika kebutuhan akan penghargaan telah terpenuhi, akan

9
tetapi, pada tahun 1960 ia menyadari banyak dari mahasiswa-mahasiswa di
Brandeis dan di kampus lainnya di seluruh negri telah memenuhi kebutuhan-
kebutuhan rendah mereka. termasuk reputasi dan harga diri, tetapi mereka tidak
terlalu berusaha untuk mengaktualisasikan diri. Hal tersebut berkaitan dengan
apakah orang-orang tersebut memiliki nilai-nilai B (yang akan dipaparkan di
bawah) atau tidak. Orang-orang yang menjunjung nilai-nilai kejujuran, keindahan,
keadilan, dan nilai-nilai B lainnya akan mengaktualisasikan dirinya setelah
kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan di tingkat lainnya terpenuhi. Maslow
menyatakan bahwa hanya 2% dari populasi manusia mampu mngaktualisasikan
dirinya.

b. Kebutuhan Tinggi
Dalam hierarki Abraham Maslow dibedakan antara kebutuhan dasar (deficit
needs) dan kebutuhan tinggi (being needs). B-needs adalah kebutuhan untuk
aktualisasi Boeree, diri. Maslow menyatakan bahwa orang-orang yang
mengaktualisasi diri termotivasi oleh "Prinsip hislup yang abadi yang ia sebut
sebagai Nilai-nilai B (Being values). Nilai-nilai B ini merupakan indikator dari
kesehatan psikologis dan merupakan kebalikan dari D-needs yang memotivasi
orang-orang non-aktualisasi diri. Maslow menamakan nilai-nilai B sehagai
"metakebutuhan" ( needs) untuk menunjukkan bahwa nilai-nilai ini merupakan
level tertinggi dari kebutuhan.
Maslow mengemukakan terdapat tujuh belas metakebutuhan, yang apabila
tidak terpenuhi akan menjadi meta-patologi (penyakit kejiwaan). Tujuh belas
metakebutuhan yang juga disebut nilai-nilai B antara lain:
1) Kebenaran, dengan meta-patologinya ketidakpercayaan, sinisme, dan
skeptisisme.
2) Kebaikan, dengan meta-patologinya kebencian, penolakan, kejijikan,
kepercayaan hanya pada untuk diri.
3) Keindahan dengan meta-patologinya kekasaran, kegelisahan, kehilangan
selera, rasa suram.
4) Kesatuan, keparipurnaan, dengan meta-patologinya disintegrasi.
5) Transendensi-dikotomi, dengan meta-patologinya pikiran hitam putih,
pandangan salah satu dari dua, pandangan sederhana tentang kehidupan.
6) Penuh energi: proses, dengan meta-patologinya mati, menjadi robot,
terdeterminasi, kehilangan emosi dan semangat, kekosongan pengalaman.

10
7) Keunikan, dengan meta-patologinya kehilangan perasaan diri dan
individualitas, anonim.
8) Kesempurnaan, dengan meta-patologinya keputusan, tidak dapat bekerja.
9) Kepastian, dengan meta-patologinya kacau-balau, tidak dapat diramalkan.
10) Penyelesaian, penghabisan, dengan meta-patologinya ketidaklengkapan,
keputusan, berhenti berjuang dan menanggulangi.
11) Keadilan, dengan meta-patologinya kemarahan, sinisme, ketidakpercayaan,
pelanggaran hukum, mementingkan diri sendiri.
12) Tata tertib, dengan meta-patologinya ketidakamanan, ketidakwaspadaan,
kehati-hatian.
13) Kesederhanaan, dengan meta-patologinya terlalu kompleks, kekacauan.
kebingungan, dan kehilangan orientasi.
14) Kekayaan: keseluruhan, kelengkapan, dengan meta-patologinya depresi,
kegelisahan, kehilangan perhatian pada dunia.
15) Tanpa susah payah, santai, tidak tegang, dengan meta-patologinya kelelahan,
ketegangan, kecanggungan, kejanggalan, kekakuan.
16) Bermain: kejenakan, dengan meta-patologinya keseraman, depresi. Kesedihan.
17) Mencukupi diri sendiri, mandiri, dengan meta-patologinya tidak berarti, putus
ssa, hidup sia-sia.
Bagi orang yang telah mencapai aktualisasi diri, tidak terpenuhinya satu
kebutuhan, apalagi beberapa metakebutuhan, akan membuatnya sangat kesakitan.
lebih sakit dari pada kematian. Seperti yang dialami oleh beberapa tokoh besar yaitu
Socrates, Isa, suhrawardi, Galileo, lebih memilih mati dari pada hidup dalam
tatanan sosial yang menurutnya tidak adil.

4. Dinamika Kepribadian
Kepribadian menurut Maslow seperti yang telah disebutkan dalam struktur dan
konsep kepribadian dalam bahasan sebelumnya bahwa Maslow yakin banyak
tingkah laku atau kepribadian manusia yang bisa diterangkan dengan
memperhatikan motivasi individu untuk mencapai tujuan-tujuannya yang membuat
kehidupan individu menjadi bermakna dan tercapainya kepuasan. Berdasarkan
fakta yang ada menyebutkan bahwa jantung dari teori Maslow ialah proses
motivasional manusia terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Menurut Maslow manusia merupakan makhluk yang tidak pernah berada dalam
kepuasan, ketika satu kebutuhan sudah terpenuhi maka ia akan termotivasi untuk

11
mencapai kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi, begitu seterusnya, sehingga
kepuasan manusia bersifat sementara. Berdasarkan hal tersebut Maslow
mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang pada manusia adalah bawaan tersusun
menurut tingkatan yang disebut dengan hierarki kebutuhan.
Dalam pandangan Maslow susunan kebutuhan-kebutuhan dasar yang bertingkat
itu merupakan organisasi yang mendasari motivasi manusia, yang menghasilkan
dinamika kepribadian. Dan menurut Maslow kualitas perkembangan individu dapat
dilihat dari tingkatan kebutuhan atau corak pemuasan pada diri individu tersebut.
Semakin individu dapat memenuhi mampu memuaskan kebutuhan - kebutuhannya
yang tinggi, maka individu tersebut semakin mampu mencapai individualitas,
matang dan berjiwa sehat, begitupula sebaliknya. Pemenuhan kebutuhan konatif,
estetika, dan kognitif merupakan dasar bagi tercapainya kesehatan fisik dan
psikologis seseorang. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka
akan mengarah pada penyakit. Maslow memperkirakan bahwa rata-rata pemenuhan
kebutuhan individu dapat mencapai fisiologis, 85% ; keamanan, 75% ; cinta dan
keberadaan, 50% ; penghargaan, 40% ; aktualisasi diri, 10%. Semakin besar
kebutuhan di tingkat rendah terpenuhi, semakin maka akan semakin besar
kemunculan kebutuhan di tingkat sekanjutnya. Contohnya, ketika kebutuhan akan
cinta hanya terpenuhi sebesar 10%, maka kebutuhan akan penghargaan mungkin
tidak akan muncul sama sekali.

D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik


❖ Kelebihan
1. Siswa dengan sendirinya akan termotivasi dan merasa senang dalam belajar
2. Karena memahami jiwa dan pola pikir siswa, guru akan menerima mereka apa
adanya
3. Siswa memiliki pengetahuan yang bermakna
4. Teori humanistik memiliki karakter yang memfokuskan pada pengembangan
sikap, kepribadian, mental dan analitik
5. Siswa dalam jangka panjang bisa meraih potensi diri dengan baik
6. Salah satu ciri kesuksesan penerapan teori belajar humanistik adalah siswa
merasa termotivasi dalam belajar
7. Siswa akan mempunya pola pikir dan perasaan halus yang baru
8. Siswa akan memiliki mental yang kuat dan berkarakter. Menjadi manusia
seutuhnya berani, kuat, bebas dan bisa mengontrol kepribadiannya dengan penuh
tanggung jawab

12
9. Siswa akan lebih inovatif dalam menguasai pembelajaran dengan gampang.
❖ Kekurangan
1. Bagi siswa yang memiliki kecenderungan pasif dan kurang inisiatif dalam belajar
akan tertinggal dalam pembelajaran
2. Penerapan teori belajar akan tersendat bila siswa tidak didukung dengan motivasi
dan lingkungan yang baik
3. Penerapan teori akan susah untuk di aktualisasi dalam bentuk yang lebih efisien
4. Bagi siswa yang malas untuk mendalami potensi diri akan tertinggal dalam
pembelajaran
5. Implementasi teori humanistik akan membuat siswa cenderung lebih
mementingkan dirisendiri
6. Fungsi guru dalam pertumbuhan karakter siswa akan semakin berkurang
7. Faktor dari kesuksesan pembelajaran lebih berpengaruh atas tindakan siswa
sendiri.

E. Implementasi Teori Belajar Humanisme

Implementasi teori belajar humanisme dalam pendidikan meliputi beberapa hal


berikut:
1. Penerapan pendekatan pembelajaran yang bersifat menyenangkan dan
memotivasi: Dalam pendekatan humanistik, guru harus memastikan bahwa proses
belajar siswa menjadi menyenangkan dan memotivasi. Ini bisa dilakukan dengan
membuat aktivitas belajar yang menarik dan bermakna bagi siswa.
2. Peningkatan rasa percaya diri dan keyakinan dalam diri siswa: Guru harus
membantu siswa untuk membangun rasa percaya diri dan keyakinan dalam diri
mereka sendiri melalui pendekatan yang memotivasi dan mendukung.
3. Pembentukan hubungan antara guru dan siswa: Guru harus membangun
hubungan yang memotivasi dan bebas dari prasangka dengan siswa. sehingga
siswa dapat berbicara dengan bebas dan merasa nyaman dalam proses belajar.
F. Kasus/Permasalahan Penerapan Teori Belajar Humanisme
1. Dalam suatu kelas guru mengajarkan materi bangun datar kepada siswa,
guru menampilkan gambar-gambar tentang contoh dari bangun datar yang
dikaitkan dengan budaya di indonesia. Seperti gambar rumah adat, motif
batik, alat musik, dll. Lalu ketika proses pembelajaran ada seorang siswa
yang terlihat murung, mengantuk, dan tidak bersemangat ketika proses
pembelajaran. Dan ketika ditanya alasan nya apa, siswa tersebut menjawab

13
tidak mengerti dengan materinya. Lalu guru tersebut mengajarkan materi
tentang bangun datar sampai siswa tersebut paham. Disini guru berperan
dalam memotivasi dan memberikan rasa percaya diri kepada siswa agar
kembali ceria dan bersemangat dalam belajar.

2. Guru memberikan motivasi kepada muridnya tentang pentingnya belajar


dengan memberikan contoh nyata. Seperti guru mengajarkan tentang
pentingnya bangun ruang dan juga skala untuk membuat bangunan dan
rumah jika kedepannya siswa menjadi arsitek

14
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Teori Humanisme merupakan salah satu teori yang bertujuan


untukmemanusiakan seorang manusia. Teori ini memandang bahwa
manusiamemegang kendali terhadap kehidupan dan perilaku mereka, serta
berhakmengembangkan sikap dan kepribadian mereka. Keberhasilan
belajarditandai apabila peserta didik bisa mengenali dirinya dan
lingkungansekitarnya dengan baik. Teori ini berupaya mengerti tingkah
laku belajarmenurut pandang peserta didik, bukan dari pandangan
pengamat.
Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan- kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai
yang paling tinggi (aktualisasi diri). Teori humanistik juga konsep belajar
yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus
pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang
mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Bahwa setiap
manusia adalah makhluk yang unik yang memiliki kepribadian yang
berbeda- beda, manusia juga membutuhkan kebutuhan yang sudah Maslow
kemukakan bahwa manusia perlu adanya kepuasan fisiologis, rasa aman,
kasih sayang, penghargaan dan aktualisasi diri, karena dengan terpuaskanya
kebutuhan tersebut maka individu akan hidup dengan baik dan bahagia serta
merasakan kepuasan dalam hidupnya.

B. Saran

Penulis berharap agar kita para calon pengajar dapat membuat


pendidikan di Indonesia berjalan lebih baik lagi. Dengan memahami dan
mengkaji konsep belajar mengajar serta prinsip-prinsip belajar diharapkan
para mahasiswa, para pendidik. para perancang pendidikan, serta
pengembang program-program pendidikan dapat memahami konsep belajar
dan pembelajaran, mengaplikasikannya dalam dunia Pendidikan, serta
menggunakan metode belajar dan pembelajaran yang lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Studocu. (2021). Makalah psikologi humanistik Abraham Maslow KEL. 13.


[online] Available at: https://www.studocu.com/id/document/universitas-
lambung-mangkurat/psikologi-abnormal/makalah-psikologi-humanistik-abraham-
maslow-kel-13/40340529 [Accessed 4 Oct. 2023].

AHMAD TARAJJIL MA'SUQ (2020). TEORI BELAJAR HUMANISME


(MAKALAH). [online] Ahmad Tarajjil Ma’suq. Available at:
https://www.academia.edu/50829305/TEORI_BELAJAR_HUMANISME_MAK
ALAH_ [Accessed 4 Oct. 2023].

Dila Rahmawati (2021). TEORI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW.docx.


[online] Academia.edu. Available at:
https://www.academia.edu/28803293/TEORI_HUMANISTIK_ABRAHAM_MA
SLOW_docx [Accessed 4 Oct. 2023].

Studocu. (2022). Makalah Kelompok 3 Teori Belajar Humanisme. [online]


Available at: https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-
yogyakarta/observasi-lembaga-manajemen-pendidikan/makalah-kelompok-3-
teori-belajar-humanisme/47062187 [Accessed 4 Oct. 2023].

16

Anda mungkin juga menyukai