BELAJAR HUMANISME
Disusun oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat waktu dengan judul “Pembelajaran yang Berpijak pada Teori
Belajar Humanisme”. Guna dapat di perjelaskan kepada rekan
Mahasiswa/Mahasiswi serta Bapak/Ibu Dosen sekalian.
Disisi lain kami juga menyadari masih banyak kekurangan dari makalah
ini. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
terkhususnya dosen maupun rekan-rekan civitas akademika, untuk menambah
penyempurnaan dalam isi makalah ini. Terima kasih kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga menjadi amal dan mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
Daftar Pustaka 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga
perlu untuk dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,
teori humanisme sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi daripada bidang kajian psikologi belajar. Teori
humanisme sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu
sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti
yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah teori belajar menurut pandangan humanisme itu ?
2. Bagaimana aplikasi pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
humanisme terhadap peserta didik ?
3. Apakah kelebihan dan kelemahan teori belajar humanisme dalam
pembelajaran ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori belajar menurut pandangan humanisme itu.
2. Untuk mengetahui aplikasi pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
humanisme terhadap peserta didik.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar humanisme
dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Tokoh dan Teori Pembelajaran yang Berpijak pada Pandangan Humanisme Aliran
Humanisme
1. Abraham Maslow
2. Carl Rogers
Rogers mengembangkan teori dengan konsep terapi yang berpusat
pada klien (client-centered therapy). Rogers lebih suka menggunakan nama
klien daripada pasien terhadap orang yang berkonsultasi, karena klien
merupakan tokoh utama sehingga klien dapat lebih menerima dirinya sendiri.
Jika dikaitkan dengan belajar, Rogers menerapkan pembelajaran berpusat pada
peserta didik (leaner centered approach). Dalam hal ini, berarti guru harus
tulus membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, percaya, dan
menghargai pendapat peserta didik, dan empati (mampu merasakan keluhan
peserta didik sehingga siap membantu dengan tulus).
Berkaitan dengan teori ini berarti, dalam belajar peserta didik
diberikan kebebasan untuk memilih sendiri cara belajarnya, bukan dipaksakan
sesuai dengan cara belajar orang lain yang tidak sesuai dengan
karakteristiknya. Dalam mengambil keputusan, peserta didik diberi kebebasan
untuk menentukan pilihan serta mempertanggungjawabkan atas pilihannya
tersebut. Dalam proses belajar yang demikian, anak tidak di didik menjadi
orang lain, tetapi dibiarkan dan dipupuk untuk menjadi diri sendiri. Anak tidak
direkayasa agar terikat dengan orang lain, bergantung pada pihak lain dan
memenuhi harapan orang lain, mereka dibiarkan agar tetap bisa menjadi
arsitek buat dirinya sendiri.
Dalam dinamika kepribadian Carl Rogers mengenal tiga istilah, yang dapat
dikaitkan dengan pembelajaran, yaitu :
a) Anggapan positif tanpa syarat (Uncoditonal Positive Regard)
Dalam hal ini guru harus memiliki anggapan positif atau menerima
suatu keadaan peserta didik dengan tulus (apa adanya individu). Di sini sudah
jelas bahwa seorang pendidik dituntut untuk menganggap bahwa semua anak
didik atau peserta didik yang dihadapi adalah baik. Anggapan positif sendiri
memiliki arti kebutuhan untuk menjadi disukai, dihargai, atau diterima secara
positif dari pihak lain, contoh: dalam bidang seni siswa kurang
kemampuannya, tapi memiliki kelebihan di bidang akademik maka guru harus
tetap menerima keberadaan siswa tersebut. Jika kemampuan akademiknya
diterima secara positif maka dia akan merasa puas, dan secara otomatis akan
melakukan hal yang sama. Yaitu siswa akan menerima dan memuji kelebihan
orang lain.
b) Kesesuaian Diri (Self Cosistensy And Congruence)
Merupakan adanya kesesuaian antara persepsi diri dengan pengalaman.
Dalam kasus ini dapat dikatakan terjadi suatu hal yang berbeda dengan
pengalaman atau kebiasaan. Misalnya: seorang siswa yang mempersepsikan
dirinya pandai bahasa Inggris, namun saat ulangan mendapat nilai yang jelek
dan kemudian akan timbul kekecewaan sehingga mengakibatkan anak itu
malas untuk belajar. Sebagai guru yang humanis, pendidik harus memotivasi
siswa agar lebih meningkatkan belajarnya lagi dan menyadari akan
kekurangannya.
c) Aktualisasi Diri (self actualization)
Dalam hal ini individu di pandang terus menerus bergerak maju yang
mana seorang individu harus bisa dan mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan yang nyata pada suatu saat nanti. Misalnya seorang siswa ahli
fisika maka suatu saat dia haruslah mengaplikasikan keahliannya tersebut
dalam kenyataan seperti menjadi seorang fisikawan.
3. Arthur Combs
Combs berpendapat bahwa persepsi merupakan unsur batiniah yang
menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Perilaku merupakan hasil
dari persepsi seseorang. Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus
melihat dunia orang lain tersebut, bagaimana mereka berpikir dan bagaimana
persepsi dirinya. Oleh karena itu, untuk mengubah perilaku orang lain,
seseorang harus mengubah persepsinya. Kaitannya dengan pembelajaran, guru
berusaha untuk memahami sudut pandang peserta didik terhadap suatu hal.
Guru peka terhadap perasaan orang lain dan yakin bahwa anak didik mereka
mampu untuk belajar, serta membantu peserta didik mengembangkan konsep
diri positif.
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi
karena mereka enggan dan terpaksa serta merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku
siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga
apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan
atau pandangan siswa yang ada.
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs
berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa
siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran
itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk
memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.
Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba
memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa
yang ada. Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang
seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada :
a. Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri.
b. Lingkaran besar adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu
dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya.
Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah
hal itu terlupakan.
Dalam hal ini informasi baru yang diperoleh bukan merupakan hasil
transfer langsung dari pendidik kepada peserta didik, melainkan merupakan
hasil dari pencernaan dan pengolahan yang di lakukan peserta didik dari
informasi yang disampaikan oleh pendidik.
A. Kesimpulan
Dalam teori pembelajaran humanisme, peserta didik akan ditempatkan
sebagai pusat atau bahan perhatian dalam aktifitas belajar. Kemudian peserta didik
juga menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan
demikian, peserta didik dituntut untuk berperan aktif, kreatif dan inisiatif. Karena
siswa akan diberikan kebebasan untuk mengepresikan kemampuan yang
dimilikinya dan bukan merupakan sekedar menerima informasi dari
guru/pendidik.
Dalam pembelajaran humanisme, peran guru adalah menjadi fasilitator
bagi peserta didiknya dengan cara memberi motivasi dan memfasilitasi
pengalaman belajar, dengan menerapkan strategi pembelajaran yang
sesuai terhadap kebutuhan peserta didik sehingga akan tercipta suasana yang
aktif, yang tentu diikuti dengan penyampaian yang sistematis.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan
pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati
nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari
keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam
belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
B. Saran
Perlu adanya kajian yang lebih mendalam dan lebih luas tentang teori ini
dan aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA