Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KETEPATAN DAN KELOGISAN ARGUMENT

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

HARFINAH HAMZAH (E031202013)

MUHARRAMA (E031201014)

SANTIKA RAHAYU (031201015)

UNIVERSITAS HASANUDDIN

PROGRAM STUDI/DEPARTEMEN SOSIOLOGI

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepad Allah swt., karena dengan
nikmat dan rahmatnya makalah dengan judul “Ketepatan dan Kelogisan
Argument” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih kami
kepada setiap orang yang turut berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Rasa
syukur dan terima kasih kami juga tentunya teruntuk kedua orang tua kami yang
telah mendukung dan mendorong semangat belajar kami.

Dengan makalah ini kami harap dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
untuk menunjang proses pembelajaran mata kuliah Dasar-dasar Logika, serta
kami berharap agar isi makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Secara khusus
kami berharap agar makalah ini mendapatkan penilaian yang baik dari dosen
pengampu mata kuliah Dasar-dasar Logika maupun dari para teman-teman
sekalian.

Dengan segala kekurangannya, kami sadar bahwa dalam masih harus


banyak belajar khususnya dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami selaku
penulis akan terbuka untuk kritik dan saran guna agar kesalahan dalam penulisan
makalah tidak terulang pada penulisan selanjutnya.

Makassar, 09 Oktober 2020

Penulis.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 4
1. Latar Belakang .......................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
3. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5
1. Pengertian Keputusan ................................................................................ 5
2. Macam-Macam Keputusan ........................................................................ 7
3. Keputusan Bersayarat dan Keputusan Berangkai ....................................... 9
4. Kekuatan Keputusan dan Pertentangan Dalam Keputusan ....................... 10
1) Kekuatan Keputusan ............................................................................ 10
2) Pertentangan dalam Keputusan ............................................................ 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 14
1. Kesimpulan ............................................................................................. 14
2. Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Logika merupakan cara bernalar yang benar dan kita tidak bisa
melaksanakannya tanpa memiliki terlebih dahulu pengetahuan yang menjadi
premisnya. Apabila kita dihadapkan pada dua pernyataan yang berlawanan maka
keduanya menginformasikan permasalahan yang sama. untuk itu, kita perlu untuk
menarik sebuah keputusan untuk menetukan manakah informasi yang kita akan
anggap positif atau sebaliknya.

Baru dalam keputusan kita mengambil sikap yang sesuai dengan


kenyataan. Sikap itu akan nampak dlaam kegiatan mengakui atau memisahkan
keputusan-keputusan yang lain dengan satu sama lain. Keputusan merupakan
suatu proses mengiyakan atau bahwa memungkiri suatu pernyataan apabila kita
dihadapkan padanya dengan menggunakan pikiran yang logis, dan akal budinya.

Pentingnya sebuah keputusan dalam kehidupan sehari-hari, maka agar


tidak terjadi kekeliruan dalam proses pengambilan putusan yang baik maka logika
mengkaji berbagai macam bentuk keputusan, bagaimana kekuatan suatu
keputusan dan pertentangan dalam suatu keputusan. Hal ini akan dibahas lebih
lanjut dalam makalah ini.

2. Rumusan Masalah
 Apa itu keputusan?
 Apa saja macam-macam keputusan?
 Bagaimana kekuatan suatu keputusan?
 Apa itu keputusan bersyarat dan keputusan berangkai?
 Apa saja pertentangan-pertengtangan dalam suatu keputusan?

3. Manfaat Penulisan
 Mengetahui arti dan makna keputusan dari sudut pandang logika
 Mengetahui berbagai jenis keputusan
 Mengetahui makna dari keputusan bersayarat dan berangkai.
 Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan bagi sebuah
keputusan
 Mengetahui pertentangan-pertentangan yang dapat terjadi dalam
pengambilan keputusan

4
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Keputusan
Keputusan adalah suatu perbuatan tertentu dari manusia. Dalam dan
dengan keputusan itu ia mengakui atau memungkiri kesatuan atau hubungan
antara dua hal. Juga dapat dikatakan keputusan adalah suatu kegiatan manusia
yang tertentu dengan kegiatan itu ia mempersatukan karena mengakui, dan
memisahkan karena memungkiri sesuatu.

Misal: -Mengiakan : Plato adalah seorang filosof.

-Memungkiri: Sebagian politisi tidak jujur.

Dalam definisi ini terkandung beberapa batasan dari suatu keputusan yang
memiliki penjelasan sebagai berikut:

a. Perbuatan manusia. Sebenarnya seluruh diri manusialah yang bekerja


dengan akal budinya. Secara formal keputusan yang diambil merupakan
perbuatan akal budinya. Dengan demikian dalam membentuk suatu
keputusan maka perasaan dan kemauan memegang peranan penting.
b. Mengakui atau memungkiri. Inilah yang menjadi inti dari suatu keputusan.
Setiap keputusan memungkiri suatu kesatuan antara dua hal. Mengakui
berarti mengiyakan sedangkan memungkiri berarti menidakkan. Mengakui
dapat pula diartikan sebagai mempersatukan sedangkan memungkiri
berarti memisahkan. Oleh karena itu, keputusan adalah sintesis, yang
artinya kita menggabungkan dua hal atau lebih dengan mengatakan bahwa
sesuatu hal bukan demikian.
c. Kesatuan anatara dua hal. Hal yang satu adalah subyek, dan hal yang lain
adalah predikat. Keduanya dipersatukan, dihubungkan, atau dipisahkan
dalam keputusan. Dalam berpikir kita melihat keseluruhan aspek demi
aspek, pengertian demi pengertian, dan dihubungkan dalam suatu
keputusan.

Disamping batasan-batasan tersebut, pada dasarnya keputusan memiliki


terdiri dari 3 unsur, yaitu;

5
a. Subyek (S): adalah yang diakui atau dipungkiri dan menjadi pokok
pembicaraan.
b. Peredikat (P): adalah yang menjelaskan atau menerangkan subyek.
c. Kata penghubung (kopula): bagian yang menyatakan pengakuan atau
pemungkiran hubungan antara subyek dan predikat. Kopula menentukan
kualitas keputusan apabila mengiakan maka disebut keputusan positif dan
apabila memungkiri maka disebut keputusan negatif.

Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pembagun untuk menjabar


keputusan dalam bentuk logis. Untuk mempermudah suatu analisis maka kita
perlu menjabarkan kalimat-kalimat itu menjadi keputusan dalam bentuk pokoknya
yaitu S=P atau S≠P. Usaha inilah yang dinamakan menjabarkan dalam bentuk
logis.

Sebagaimana ‘kata’ yang merupakan pernyataan lahiriah dari


‘pengertian’maka ‘keputusan’ juga mempunyai penampakan lahiriah dalam
bentuk ‘kalimat’. Keputusan khususnya dilahirkan dalam ‘kalimat berita’.

Misal: -Aristoteles adalah ahli logika.

-Semua manusia adalah hewan yang berakal budi.

Keputusan (kalimat) merupakan satu-satunya ucapan yang ‘benar’ atau ‘tidak


benar’ artinya suatu keputusan selalu mengakui atau memungkiri kenyataan.

Misal: -Mahasiswa adalah orang yang terdidik.

-Mahasiswa bukanlah pembuat onar.

Pengertian (kata) belum (tidak) bisa disebut benar atau tidak benar, karena
pengertian (kata) belum (tidak) menyatakan sesuatu tentang kenyataan. Baru
menjadi benar atau tidak benar, apabila pengertian (kata) itu dihubungkan satu
sama lain, yaitu apabila dipersatukan atau dipisahkan satu sama lain.

Misal: -Lima adalah sepuluh dibagi dua (keputusan a priori).

-Sunarto adalah karyawan yang paling baik di kantor ini (keputusan a


posteriori).

6
Keputusan (kalimat) adalah benar, apabila apa yang diakui atau
dimungkiri itu dalam kenyataanya juga memang demikian dan sebaliknya.

2. Macam-Macam Keputusan
1) Berdasarkan sifat pengakuan dan pemungkiran dapat dibedakan
menjadi:
a. Keputusan kategoris. Dalam keputusan ini ini predikat (P)
menerangkan subyek (S) tanpa syarat. Keputusan ini masih dapat di perinci
lagi menjadi:
 Keputusan kategoris tunggal (yang memuat hanya satu subyek (S) dan
satu predikat saja (P).
 Keputusan kategoris majemuk (yang memuat lebih dari dari satu
subyek (S) atau predikat (P). keputusan ini nampak dalam susunan
kata seperti: dan; dimana; disana; dan sebagainya.
 Juga termasuk kedalam keputusan kategoris ialah susunan kata yang
menyatakan ,odalitas, seperti: tentu; niscaya; mungkin; tidak tentu;
tidak niscaya; tidak mungkin; pasti; mustahil; dan sebagainya.
b. Keputusan hipotesis. Dalam keputusan ini predikat (P)
menerangkan subyek (S) dengan suatu syarat, tidak secara mutlak. Keputusan
ini masih masih dapat dibedakan menjadi:
 Keputusan (hipotesis) kondisional. Bisanya ditandai dengan: jika…;
maka…;
 Keputusan (hipotesis) disyungtif, yang biasanya ditandai dengan: atau.
Keputusan ini masih dapat dibedakan lagi menjadi:
 Keputusan (hipotesis) disyungtif dalam arti yang sempit (tidak
ada kemungkinan yang lain lagi).
 Keputusan (hipotesis) disyungtif dalam arti yang luas (masih
ada kemungkinan yang lain lagi).
 Dan keputusan (hipotesis) disyungtif, yang biasanya ditandai dengan:
tidak sekaligus; dan.
2) Untuk sementara pembicaraan dibatasi pada keputusan-keputusan
kategoris (tunggal) terlebih dahulu. Keputusan itu pada gilirannya dapat dibagikan
sebagai berikut:

7
a. Berdasarkan materinya dapat dibedakan menjadi:
Keputusan analitis dan keputusan sintetis. Yangh dimaksudkan dengan
keputusan analitis ialah keputusan dimana predikat (P) menyebutkan sifat
hakiki, yang pasti terdapat dalam subyek (S). Hal itu terjadi dengan
menganalisa, menguraikan subyek (S). dan keputusan sintetis adalah
keputusan dimana predikat (P) menyebutkan sifat yang tidak hakiki, tidak
nisacaya yang terdapat pada subyek (S), tetapi dapat dikaitkan dengan subyek
itu. Hal ini terjadi berdasarkan pengalaman, atau juga karena sintese.
b. Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi keputusan
positif (afirmatif) dan negative. Pembedaan ini didasarkan atas kualitas dan
penghubung. Yang dimaksudkan dengan keputusan positif (afirmatif) ialah
keputusan dimana predikat (P) dipersatukan dengan subyek (S) oleh kata
penghubung. Subyek menjadi satu atau sama dengan predikat. Seluruh isi
predikat diterapkan pada subyek. Seluruh luas subyek dimasukkan pada luas
predikat.
c. Berdasarkan luasnya (arti: menurut luas subyek), dapat
dibedakan menjadi keputusan universal, particular, dan singular. Keputusan
universal adalh keputusan dimana predikat menerangkan (mengakui atau
memungkiri) seluruh luas subjek. Misalnya: semua orang dapat mati.
Keputusan particular adalah keputusan dimana predikat menerangkan
(mengakui atau memungkiri) sebagian dari seluruh luas subyek. Misalnya:
beberpa orang dapat mati. Keputusan singular adalah keputusan dimana
predikat menerangkan (mengakui atau memungkiri) satu barang (subyek)
yang ditunjukkan secara tegas. Misalnya: Tukiman dapat mati.
d. Keputusan A,I,E,O dilihat dari segi bentuk dan luasnya
keputusan ini masih dapat dibedakan menjadi:
 Keputusan A : keputusan afirmatif (positif) dan universal
(singular)
 Keputusan I : keputusan afirmatif (positif) dan particular.
 Keputusan E : keputusan negatif dan universal (singular).
 Keputusan O : keputusan negatif dan particular.

8
e. Lukas predikat keputusan disebut universal, particular, dan
singular, apabila luas subyeknya universal, particular, dan singular.
Disamping luas subyek, perlulah juga diperhatikan luas predikat. Ada
ketentuan yang menyangkut luas predikat ini.
 Dalam keputusan afirmatif, seluruh isi predikat diterapkan pada isi
subyek atau dipersatukan denga nisi subyek itu. Seluruh luas subyek
dimasukkan dalam luas predikat. Misalnya: kera adalah binatang.
 Dalam keputusan negatif, isi predikat (dalam arti: tidak semua
unsurnya) tidak diterapkan pada subyek atau dipersatukan pada
subyek itu. Seluruh subyek tidak tidak dimasukkan dalam luas
predikat. Misalnya: anjing bukan ayam.

3. Keputusan Bersayarat dan Keputusan Berangkai


Keputusan bersyarat yaitu suatu keputusan yang hanya berlaku jika
syaratnya sudah terpenuhi. Misalnya jika sudah mempunyai uang saya akan
membeli motor. Prosposisi bersayarat mempunyai dua kemungkinan yang
pertama: hubungan korelatif, dan kedua hubungan kontradiktif. Artinga kedua
proposisi ini mustahil untuk disatukan dalam satu eksistensi.

Keputusan bersyarat hipotesis terdiri dari:

 Arimatif: proposisi yang menyatakan bahwa implikasi premis minor


terhadap premis mayor merupakan suatu keharusan . contoh: “jika logam
itu emas, maka harganya mahal”
 Negatif: proposisi yang menyatakan tidak adanya keharusan implikasi
premis minor terhadap premis mayor. Contoh: “tidak benar, jika suatu
bangsa memiliki perhatian terhadap pendidikan, maka bangsa itu akan
jauh dari kebenaran”.
Empat macam putusan bersyarat hipotesis dilihat dari sudut ruang dan
waktu (situasi dan kondisi) yang menentukan ada-tidaknya implikasi premis
minor terhadap premis mayor:
 Khusus: proposisi yang menyatakan ada-tidaknya keniscayaan implikasi
antara kedua proposisi pada situasi dan kondisi tertentu.
Contoh: “jika orang mengakui kesalahanya, maka akan saya maafkan”.
 Universal: proposisi yang menyatakan ad- tidaknya keniscayaan implikasi
yang tak terbatas pada situasi dan kondisi tertentu.
Contoh: “mustahil, jika kita tercerai- berai, maka perjuangan kita akan
berhasil”.
 Particular: proposisi yang menyatakan ada- tidaknya keniscayaan
implikasi pada situasi dan kondisi yang tak dapat dipastikan (tak tentu).
Contoh: “kadang, jika siswa rajin, akan mendapatkan hadiah”.

9
 Umum: proposisi yang menyatakan ada- tidaknya keniscayaan implikasi
terlepas dari situasi dan kondisi.
Contoh: “jika anda bertamu kerumah saya, maka saya akan menghormati
anda”.

4. Kekuatan Keputusan dan Pertentangan Dalam Keputusan

1) Kekuatan Keputusan
Kekuatan keputusan tentu dilandasi dengan hal-hal yang menjadi dasar
keputusan sehingga keputusan tersebut bisa dinilai kuat.
Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar dari
pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu;
1. Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan memiliki sifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar dan faktor kejiwaan
lainnya. Sifat subjektif dari keputusan intuitif ini terdapat beberapa keuntunga,
yaitu:
1) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk
memutuskan
2) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang
singkat. Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas pada umumnya
pengambilan keputusan yang bersifat intutif akan memberikan kepuasan.
Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena
kesulitan mencari perbandingannya dengan kata lain hal ini diakibatkan
pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja
sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.
2. Pengalaman
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam
menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat
bermanfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat
memperkirakan keadaan sesuatu. Pengalaman dan kemampuan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.
3. Fakta
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta dapat memberikan keputusan
yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap
pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima
keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang

10
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan dictatorial. Keputusan
berdasarkan wewenang kadang kala oleh pembuat keputusan sering melewati
permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang
jelas.
5. Logika/Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah-
masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih
bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur
apabila keputusan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas
nilai masyarakat yang diakui saat ini.

2) Pertentangan dalam Keputusan


Setiap keputusan “tentang sesuatu” selalu dapat dipertentangkan dengan
keputusan yang lain. Namun demikian hasil atau kesimpulan dari pertentangan
tersebut sangat tergantung pada pola dari masing-masing keputusan. Yang tetap
harus selalu diingat bahwa yang dipertentangakan adalah tentang suatu objek yang
sama.

Keputusan yang berlawanan adalah keputusan yang tidak dapat sama-sama


benar, atau tidak dapat sama-sama salah, atau tidak dapat sama-sama benar atau
salah. Perlawanan itu ada, kalau keputusan itu mengenai hal yang sama, tetapi
berlawanan isinya. Artinya, kedua keputusan itu mempunyai subyek dan predikat
yang sama, tetapi bentuk dan luasnya berbeda, atau baik bentuk maupun luasnya
berbeda.

Kalau dibandingkan satu sama lain, nampaklah bahwa keputusan-


keputusan berlawanan.

1) Menurut bentuknya, perlawanan ini disebut perlawanan “kontraris” dan


“subkontraris” (A-E; I-O).
 Perlawanan kontraris (A-E)
-Jika satu benar, yang lain tentu salah.
-Jika yang satu salah, yang lain dapat benar, tetapi juga dapat salah.
-Ada kemungkinan yang ketiga, yakni keduanya sama-sama salah.

11
Kedua-duanya adalah ekstrem, antara kedua ektrem itu masih ada kemungkinan
yang lain.

 Perlawanan subkontraris (I-O)


-Jika satu salah, yang lain tentu benar.
-jika yang satu benar, yang lain dapat benar tapi dapat juga salah.
-Ada kemungkinan yang ketiga, yakni tidak dapat keduanya sama-
sama salah. Keduanya dapat sama-sama benar.
2) Menurut luasnya. Perlawanan ini disebut perlawanan subaltern (A-I; E-O)
 Perlawanan subaltern (A-I)
-Jika yang universal benar, yang particular juga benar
-Jika yang universal salah, yang particular dapat benar, tetapi dapat
juga salah.
-Jika yang partikular benar, yang universal dapat salah
-Jika yang partikular salah, yang universal juga salah
-Singkatnya: kedua-duanya dapat benar, tetapi kedua-duanya juga
dapat salah, mungkin pula yang satu benar dan yang lain salah.
3) Baik menurut bentuk maupun luasnya. Perlawanan ini disebut
kontradiktoris (A-O; E-I).
 Perlawanan kontradiktoris (A-O; E-I)
-Jika yang satu benar, yang lain tentu salah.
-Jika yang satu salah, yang lain tentu benar
-tidak ada kemungkinan yang ketiga.

Keputusan-keputusan ini tidak dapat benar sekaligus, tetapi juga


tidak dapat sama-sama salah. Dari keempat perlawanan, perlawanan inilah
yang paling kuat. Pernyataan universal dapat dijatuhkan dengan
membuktikan kontradiksinya saja.

Seluruh hukum ini dapat disingkat dan disederhanakan sebagai berikut:

 Jika A benar, maka E salah, I benar dan O salah.


 Jika E benar, maka A salah, I dan O benar.
 Jika I benar, maka E salah, sedangkan A maupun O tidak pasti.

12
 Jika O benar, maka A salah, sedangkan baik E maupun I tidak pasti
 Jika A salah, maka O benar, sendangkan baik E maupun I tidak
pasti
 Jika I salah, maka A salah, E benar, O benar.
 Jika O salah, maka A benar, E salah, I benar.

13
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
Dalam pengambilan suatu keputusan, diperlukan penalaran dari akal budi
manusia agar dapat mengakui atau memungkiri salah satu dari dua hal. Dengan
proses penalaran yang dilakukan secara logis akan dihasilkan suatu keputusan
yang logis pula. Namun, tidak semua kenyataan selalu bernilai benar pada
kenyataannya dan tidak pula selalu bernilai salah.

2. Saran
Materi mengenai keputusan yag dipandang dari sudut ilmu logika sangat
menarik. Untuk itu, saran kami kepada para pembaca untuk lebih giat dalam
mencari bahan literatur, untuk meningkatkan minat baca. Selain itu kami selaku
penulis juga selalu terbuka atas setiap saran yang diberikan kepada kami, karena
dengan sadar dalam proses penulisan kami masih terdapat banyak kesalahan-
kesalhan yang tidak disengaja.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alex Lanur. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius, 1983.

Mundiri, H. Dasar-dasar Logika. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Rakhmat Muhammad, H. Pengantar Logika Dasar. LoGoz, 2013.

15

Anda mungkin juga menyukai