Disusun Oleh
1.
2.
3.
4.
KATA PENGANTAR
uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
MAKALAH PSIKOLOGI UMUM tentang Motivasi, Kepribadian, Sikap dan
Prasangka serta Emosi. Dengan adanya MAKALAH ini kita dapat
mengenal diri sendiri secara lebih baik, karena kita mengendalikan pikiran
dan perilaku sebagian besar sampai batas memahami diri sendiri sebatas menyadari
siapa kita.
Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas mata pelajaran PSIKOLOGI
UMUM di FAI UNSURI SIDOARJO. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat
kemampuan yang dimiliki kami. Serta kami mengucapkan banyak terima kasih untuk
pihak-pihak yang telah membantu kami. Semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Amin Yaa Rabbal Alamiin.
Sidoarjo, Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
A.
B.
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
BAB 1 - PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
1
1
C.
Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
2
7
14
17
BAB 3 PENUTUP
A.
B.
18
Kesimpulan
Kesan
18
19
Daftar Pustaka
20
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa
Inggris, Psychology. Kata psychology merupakan dua akar yang bersumber dari bahasa
Greek (Yunani), yaitu psyche yang artinya jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara
harfiah psikologi berarti ilmu jiwa.
Pada makalah ini akan membahas bagian dari psikologi yaitu Motif & Motivasi,
Kepribadian, Sikap dan Prasangka serta Emosi untuk menambah wawasan dan
pengetahuan kita.
B.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
C.
Tujuan
1) Menjelaskan arti motif, motivasi, kepribadian, sikap dan prasangka, serta emosi
2) Menjelaskan hubungan antara motif dan motivasi
3) Menjelaskan tentang teori-teori yang terkait
2
PEMBAHASAN
BAB I MOTIVASI
A.
B.
laku
bermotivasi
dapat dirumuskan
sebagai: tingkah
laku
yang
dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan
agar suatu kebutuhan dapat terpenuhi. Rumusan tersebut mengandung beberapa
unsur yang membentuk motivational cycle.
1. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan suatu yang fundamental bagi kodrat manusia individual.
Motif disamping merupakan dorongan fisik, juga orientasi kognitif elementer yang
diarahkan pada pemuasan kebutuhan. Energi seperti ini bukan tanpa tatanan. Ada
suatu hubungan dunamis antara motivasi dan tujuan.
Teori ERG
ERG (Existence, Relatedness, Growth) sebagaimana diungkap Aldefder, merupakan
penghalusan dari system kebutuhan Maslow, dengan hanya tiga katagori kebutuhan.
Meskipun unrutan kebutuhan serupa, namun ide hierarki tidak dimasukkan, dan
meskipun suatu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan tersebut dapat terus berlangsung
sebagai pengaruh kuat dalam keputusan.
c.
kepuasan
dan
ketidakpuasan
orang
dalam
pekerjaan
mereka,
dan
menghasilkan dua kumpulan factor. (1) Factor-faktor yang cenderung dapat memotivasi
kerja disebut motivator, meliputi prestasi, penghargaan, tanggung jawab, promosi,
pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi. (2) factor-faktor yang
berkaitan dengan ketidakpuasan disebut factor hygiene, meliputi gaji, pengawasan,
keamanan kerja, kondisi kerja, kebijakan organisasi, dan hubungan kerja.
Faktor Hygiene
Motivator
Gaji
Prestasi
Pengawasan
Penghargaan
Keamanan kerja
Tanggung jawab
Kondisi kerja
Promosi
Kebijakan organisasi
Hubungan kerja
Menajer
pertama-tama
harus
memenuhi,
atau
sekurang-kurangnya
memelihara kebutuhan dasar. Setelah hal itu terpenuhi, kebutuhan motivasi menjadi
priorotas.
Ada banyak kemiripan dalam katagori kebutuhan Maslow, Alderfer, dan Herzberg.
Dengan menggunakan istilah-istilah serupa, setiap system menggambarkan aktualisasi
diri, pertumbuhan, dan motivator. Sedangkan Faktor Hygiene cenderung memuaskan
kebutuhan aksistensi.
d.
e.
f.
Tujuan adalah unsure yang ketiga dari lingkaran motivasi, yang berfungsi untuk
memotovasi tingkah laku. Tujuan tingkah laku acap kali tidak hanya satu, selain tujuan
primer, ada pula tujuan sekunder. Tujuan juga dapat berupa sesuatu yang konkrit atau
yang abstrak.
C.
Klasifikasi Motif
Banyak sekali klasifikasi motif, sesuai dengan sesuatu yang mendasarinya.
Klasifikasi yang banyak dikenal antara lain :
1. Motif Primer dan Motif Sekunder
Motif Primer sangat bergantung pada keadaan fisio-kemis dalam tubuh organic
seseorang, sedangkan Motif Sekunder adalah semua motif yang tidak berlangsung
dalam tubuh manusia.
Didasarkan pada asalnya, Motif Biogenetis adalah motif yang berasal dari
kebutuhan organisme. Motif Sosiogenetis adalah motif yang dipelajari dan berasal dari
lingkungannya. Dan Motif Teogenetis adalah yang berasal dari interaksi manusia
dengan Tuhan.
BAB II KEPRIBADIAN
A.
Definisi Kepribadian
Kata kepribadian (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin persona.
Persona berarti topeng (mask) yng dipakai didalam sandiwara/drama Yunani, yang
dipergunakan juga oleh pemain-pemain drama bangsa Romawi kurang dari 100
sebelum Masehi. Pada saat itu, setiap pemain sandiwara memainkan peranannya
masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Lambat laun, kata persona
(personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran social tertentu
yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, kemudian individu itu
diharapkan bertingkah laku sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya.
Kepribadian memiliki beberapa unsur, yakni sebagai berikut :
1. Kepribadian itu merupakan organisasi yang dinamis. Dengan kata lain, ia tidak statis,
tetapi senantiasa berubah setiap saat.
2. Organisasi tersebut terdapat dalam diri individu. Jadi, tidak meliputi hal-hal yang berada
diluar diri individu
3. Organisasi itu berdiri atas sistem psikis, yang menurut Allport meliputi, sifat dan bakat,
serta sistem fisik (anggota dan organ-organ tubuh) yang saling terkait.
4. Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap individu terhadap
lingkungannya.
B.
C.
D.
E.
terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk mengetahui seberapa lama
seseorang dapat
kembali
menyeimbangkan
emosinya
setelah
tekanan-tekanan
F.
Integritas, yakni : (1) mempunyai kontinuitas dalam hidupnya, masa lampau tak
disangkal, dan dengan gairah memandang masa depan; (2) kesanggupan untuk
memperjuangkan nilai-nilai hidup yang nyata, bukan seorang penjual diri, oportunis,
penghianat; (3) berani memimpin / bertanggung jawab, berani menanggung resiko,
G.
Kepribadian Abnormal
1) Definisi perilaku abnormal
Orang yang tingkah lakunya sangat berbeda dari norma yang berlaku dalam suatu masyarakat
disebut abnormal. Karena itu, satu kriteria terkenal untuk mendefinisikan perilaku
abnormal adalah pelanggaran norma soaial (Calhoun& Accella, 1990; Atkinson dkk, tt;
Supratiknya, 1995; Soedjono, 1983), disamping penyimpangan norma-norma statistik,
ketidaksenangan pribadi, perilaku maladaptif, gejala salah suai, tekanan batin, dan
ketidakmatangan.
2) Bentuk Bentuk Kepribadian Abnormal
a. Neurosis
Menurut kacamata behavioristik inti neurosis adalah gaya hidup maladaptif, berupa
tingkah laku yang bersifat defensif dengan tujuan menghindari atau mengurangi rasa
cemas.
b. Gangguan psikosis
Gangguan psikosis merupakan suatu gejala terjadinya denial of major aspects of
reality.
c. Bunuh diri
Pada umumnya, kasus bunuh diri dilakukan karena stres yang ditimbulkan oleh
berbagai sebab, antara lain (Supratiknya, 1995) :depresi, krisis dalam hubungan
interpersonal, kegagalan dan devaluasi diri, konflik batin, kehilangan makna dan
harapan hidup.
Sikap
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan
untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
A. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam
situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam
dan lebih lama berbekas.
B. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan
(termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak
lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
(penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap
dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
C. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau
searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut.
D. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,
radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi
tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
E. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan
agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan
baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
F. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat
sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula
merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap
yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.
B.
Prasangka
Prasangka sosial (social prejudice) merupakan gejala psikologi sosial. Prasangla
sosial ini merupakan masalah yang penting dibahas di dalam intergroup relation.
Prasangka sosial atau juga prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang
diperlihatkan anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain
termasuk di dalamnya para anggotanya.
Beberapa ahli meninjau pengertian prasangka sosial dari berbagai sudut :
1. Feldman (1985)
Prasangka sosial adalah sikap negatif terhadap kelompok sosial tertentu yang hanya
didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok itu.
2. Marat (1981)
Prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai positif atau negative tetapi
dugaan itu lebih bersifat negative.
3. Kimball Young
Prasangka adalah mempunyai ciri khas pertentangan antara kelompok yang ditandai
oleh kuatnya ingroup dan outgroup.
4. Sherif and Sherif
Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif para anggota suatu kelompok, berasal dari
norma mereka yang pasti kepada kelompok lain beserta anggotanya.
Dari pendapat-pendapat para ahli tersebut mempunyai kecenderungan bahwa
prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau
kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.
Prasangka sosial berhubungan dengan deskriminasi karena definisi prasangka
sosial sendiri cenderung mengarah ke hal negatif dalam suatu kelompok. Menurut
Sears,dkk (1991) bahwa deskriminasi adalah perilaku menerima atau menolak
seseorang berdasarkan (atau setidaknya dipengaruhi oleh) keanggotaan kelompoknya.
Deskriminasi dapat diwujudkan dalam bentuk perlakuan yang berbeda yang didasarkan
pada kelompok. Dapat juga dilakukan dengan perilaku menyerang atau menyakiti
anggota kelompok lain.
BAB IV EMOSI
A.
Hakekat Emosi
Darimana emosi itu muncul? Apakah dari pikiran atau dari tubuh? Pada hakikatnya
setiap orang mempunyai emosi, dari bangun tidur pagi sampai malam hari, kita
mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi pula.
Lantas apa yang dimaksud dengan emosi? Menurut William James (dalam Wedge,
1995), menurut beliau mendefinisikan emosi adalah kecenderungan untuk memiliki
perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya.
Crow dan Crow (1962), dia mengartikan emosi sebagai suatu kedaan yang bergejolak
pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian diri dalam)
terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahtraan dan keselamatan individu.
Memang semua orang memiliki jenis perasaan yang serupa, namun intensipnya
berbeda-beda, emosi-emosi ini dapat merupakan kecenderungan yang membuat kita
frustasi, tetapi juga bisa menajdi modal untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan
hidup. Semua itu tergantung pada emosi yang kita pilih dalam reaksi kita terhadap
orang lain, kejadian-kejadian, dan situasi disekitar kita.
Disisi lain juga emosi itu kebanyakan cenderung untuk melakukan sesuatu hal yang
jelek, dan jarang ada emosi yang bertujuan untuk hal yang baik.
B.
3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
o Secara etimologi, motif dalam bahasa inggris motive, berasal dari motion, yang berarti
gerakan atau sesuatu yang bergerak, yang menunjuk pada gerakan manusia
sebagai tingkah laku. Dalam psikologi motif berarti rangsangan pembangkit tenaga
bagi terjadinya tingkah laku itu.
o Kata kepribadian (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin persona. Persona
berarti topeng (mask) yng dipakai didalam sandiwara/drama Yunani, yang dipergunakan
juga oleh pemain-pemain drama bangsa Romawi kurang dari 100 sebelum Masehi.
Pada saat itu, setiap pemain sandiwara memainkan peranannya masing-masing sesuai
dengan topeng yang dikenakannya.
o Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan
untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
o Prasangka sosial (social prejudice) merupakan gejala psikologi sosial. Prasangla sosial
ini merupakan masalah yang penting dibahas di dalam intergroup relation. Prasangka
sosial atau juga prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang diperlihatkan
anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain termasuk di
dalamnya para anggotanya.
o Emosi sebagai suatu kedaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai
inner adjustment (penyesuaian diri dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai
kesejahtraan dan keselamatan individu.
B.
Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Pemakalah menyadari bahwa
dalampenulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu pemakalah
membukadiri atas kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu,2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia