Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOLOGI UMUM

MOTIVASI, KEPRIBADIAN, SIKAP DAN PRASANGKA, SERTA EMOSI


Diajukan sebagai tugas mata kuliah

Disusun Oleh
1.
2.
3.
4.

Serifah Dini Fitria


(PAI Pagi/Kel. 10)
Nurul Rohmatun Umroh (PAI Pagi/Kel. 10)
Moch. Khamza Salam
(PAI Pagi/Kel. 10)
Fajar Ikhwan M.
(PAI Pagi/Kel. 10)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS SUNAN GIRI
SURABAYA
2012

KATA PENGANTAR

uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
MAKALAH PSIKOLOGI UMUM tentang Motivasi, Kepribadian, Sikap dan
Prasangka serta Emosi. Dengan adanya MAKALAH ini kita dapat
mengenal diri sendiri secara lebih baik, karena kita mengendalikan pikiran

dan perilaku sebagian besar sampai batas memahami diri sendiri sebatas menyadari
siapa kita.
Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas mata pelajaran PSIKOLOGI
UMUM di FAI UNSURI SIDOARJO. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat
kemampuan yang dimiliki kami. Serta kami mengucapkan banyak terima kasih untuk
pihak-pihak yang telah membantu kami. Semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Amin Yaa Rabbal Alamiin.
Sidoarjo, Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

A.
B.

Kata Pengantar

ii

Daftar Isi

iii

BAB 1 - PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rumusan Masalah

1
1

C.

Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.

Motif dan Motivasi


Kepribadian
Sikap dan Prasangka
Emosi

2
7
14
17

BAB 3 PENUTUP
A.

B.

18

Kesimpulan
Kesan

18
19

Daftar Pustaka

20

1
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa
Inggris, Psychology. Kata psychology merupakan dua akar yang bersumber dari bahasa
Greek (Yunani), yaitu psyche yang artinya jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara
harfiah psikologi berarti ilmu jiwa.
Pada makalah ini akan membahas bagian dari psikologi yaitu Motif & Motivasi,
Kepribadian, Sikap dan Prasangka serta Emosi untuk menambah wawasan dan
pengetahuan kita.

B.

Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.

C.

Apa itu Motif dan Motivasi?


Apa definisi Kepribadian?
Bagaimana pembentukan Sikap dan Prasangka?
Apa itu Emosi?

Tujuan
1) Menjelaskan arti motif, motivasi, kepribadian, sikap dan prasangka, serta emosi
2) Menjelaskan hubungan antara motif dan motivasi
3) Menjelaskan tentang teori-teori yang terkait

2
PEMBAHASAN
BAB I MOTIVASI
A.

Motif dan Motivasi


Secara etimologi, motif dalam bahasa inggris motive, berasal dari motion, yang
berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak, yang menunjuk pada gerakan manusia
sebagai tingkah laku. Dalam psikologi motif berarti rangsangan pembangkit tenaga
bagi terjadinya tingkah laku itu.
Dalam motif pada umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu kebutuhan dan tujuan.
Proses interaksi timbal balik antara kadua unsur ini terjadi dalam tubuh manusia,
walaupun dapat dipengaruhi oleh hal-hal dari luar diri manusia. Karena itu, bisa saja
terjadi perubahan motivasi dalam waktu singkat.
Sedangkan menurut Dister, sstiap tingkah laku manusia adalah hasil dari hubungan
timbal balik antara tiga faktor, yaitu:
1. Dorongan spontan manusia, yaitu dorongan yang tidak ditimbulkan dengan sengaja.
Seperti dorongan seksual, nafsu makan dan kebutuhan akan tidur.
2. Ke-aku-an manusia, dimana manusia menyetujui dorongan spontan tadi untuk menjadi
miliknya, sehingga kemudian menjadi sebuah kejadian. Misalnya dengan menunda
makan, walaupun ia merasa lapar.
3. Lingkungan hidup manusia.

B.

Lingkaran Motivasi (Motivational Cycle)


Tingkah

laku

bermotivasi

dapat dirumuskan

sebagai: tingkah

laku

yang

dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan
agar suatu kebutuhan dapat terpenuhi. Rumusan tersebut mengandung beberapa
unsur yang membentuk motivational cycle.

1. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan suatu yang fundamental bagi kodrat manusia individual.
Motif disamping merupakan dorongan fisik, juga orientasi kognitif elementer yang
diarahkan pada pemuasan kebutuhan. Energi seperti ini bukan tanpa tatanan. Ada
suatu hubungan dunamis antara motivasi dan tujuan.

2. Teori - teori Kebutuhan


a.
Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan pada manusia sebagai motivator membentuk suatu hierarki yang terdiri
atas physiological needs, safety needs, belongingness and love needs, esteem needs,
dan self actualization needs.
Menurut Maslow, kebutuhan dasar harus lebih dahulu terpenuhi sebelum bweranjak
pada kebutuhan psikologis.
b.

Teori ERG
ERG (Existence, Relatedness, Growth) sebagaimana diungkap Aldefder, merupakan
penghalusan dari system kebutuhan Maslow, dengan hanya tiga katagori kebutuhan.
Meskipun unrutan kebutuhan serupa, namun ide hierarki tidak dimasukkan, dan
meskipun suatu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan tersebut dapat terus berlangsung
sebagai pengaruh kuat dalam keputusan.

c.

Teori Motivasi Dua Faktor


Dengan menggunakan teknik insiden kritis, Frederick Herzberg menganalisa sata
tentang

kepuasan

dan

ketidakpuasan

orang

dalam

pekerjaan

mereka,

dan

menghasilkan dua kumpulan factor. (1) Factor-faktor yang cenderung dapat memotivasi
kerja disebut motivator, meliputi prestasi, penghargaan, tanggung jawab, promosi,
pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi. (2) factor-faktor yang
berkaitan dengan ketidakpuasan disebut factor hygiene, meliputi gaji, pengawasan,
keamanan kerja, kondisi kerja, kebijakan organisasi, dan hubungan kerja.
Faktor Hygiene

Motivator

Gaji

Prestasi

Pengawasan

Penghargaan

Keamanan kerja

Tanggung jawab

Kondisi kerja

Promosi

Kebijakan organisasi

Pekerjaan itu sendiri

Hubungan kerja

Potensi bagi pertumbuhan pribadi

Menurut Herzberg untuk memotivasi seorang pegawai, sebagai langkah awal,


seorang

Menajer

pertama-tama

harus

memenuhi,

atau

sekurang-kurangnya

memelihara kebutuhan dasar. Setelah hal itu terpenuhi, kebutuhan motivasi menjadi
priorotas.
Ada banyak kemiripan dalam katagori kebutuhan Maslow, Alderfer, dan Herzberg.
Dengan menggunakan istilah-istilah serupa, setiap system menggambarkan aktualisasi
diri, pertumbuhan, dan motivator. Sedangkan Faktor Hygiene cenderung memuaskan
kebutuhan aksistensi.
d.

Teori Desakan Kebutuhan Murray


Teori ini juga disebut dengan Teori Kebutuhan Manifestasi. Murray yakin bahwa
orang dapat dikelompokkan menurut kekuatan barbagai kebutuhan yang berbeda-beda
yang dapat mempengaruhi prilaku seseoarang terdiri atas dua komponen :
1) Komponen kualitatif, sebagai arah sasaran kebutuhan
2) Komponen kuantitatif, sebagai energi kebutuhan untuk mencapai sasaran

e.

Teori Kebutuhan untuk Berprestasi McClelland


Konsep Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) disingkat dengan
sebuah symbol yang kemudian menjadi sangat terkenal: n-Ach. Menurut McClelland,
orang yang memiliki n-Ach yang tinggi mempunyai kepuasan bukan karena imbalan
materi tetapi karena berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

f.

Teori Harapan Vroom


Teori ini berdasarkan pilihan-pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu tujuan
dengan tiga asumsi :
1) Harapan sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil
tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut
2) Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu.
3) Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa berat mencapai hasil
tersebut.
3. Tingkah Laku
Unsur kedua dari lingkaran motivasi ini dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan
yang sebenarnya sebagai serentetan kegiatan yang kadang dilakukan secara
bersamaan.
4. Tujuan

Tujuan adalah unsure yang ketiga dari lingkaran motivasi, yang berfungsi untuk
memotovasi tingkah laku. Tujuan tingkah laku acap kali tidak hanya satu, selain tujuan
primer, ada pula tujuan sekunder. Tujuan juga dapat berupa sesuatu yang konkrit atau
yang abstrak.

C.

Klasifikasi Motif
Banyak sekali klasifikasi motif, sesuai dengan sesuatu yang mendasarinya.
Klasifikasi yang banyak dikenal antara lain :
1. Motif Primer dan Motif Sekunder
Motif Primer sangat bergantung pada keadaan fisio-kemis dalam tubuh organic
seseorang, sedangkan Motif Sekunder adalah semua motif yang tidak berlangsung
dalam tubuh manusia.

2. Motif Instrinsik dan Motif Ekstrinsik


Motif Instrinsik adalah motif yang timbul dari dalam dan Motif Ekstrinsik ditimbulkan
dari luar.
3. Motif Tunggal dan Motif Bergabung
Motif Tunggal dan Motif Bergabung adalah klasifikasi motif berdasarkan banyaknya.
4. Motif Mendekat dan Motif Menjauh
Motif Mendekat dan Motif Menjauh adalah klasifikasi motif berdasarkan pada reaksi
organisme terhadap rangsangan yang datang.
5. Motif Sadar dan Motif Tak Sadar
Motif Sadar dan Motif Tak Sadar didasarkan pada taraf kesadaran manusia pada
motif yang melatarbelakangi tingkah lakunya.
6. Motif Biogenetis, Sosiogenetis dan Teogenetis

Didasarkan pada asalnya, Motif Biogenetis adalah motif yang berasal dari
kebutuhan organisme. Motif Sosiogenetis adalah motif yang dipelajari dan berasal dari
lingkungannya. Dan Motif Teogenetis adalah yang berasal dari interaksi manusia
dengan Tuhan.

BAB II KEPRIBADIAN
A.

Definisi Kepribadian
Kata kepribadian (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin persona.
Persona berarti topeng (mask) yng dipakai didalam sandiwara/drama Yunani, yang
dipergunakan juga oleh pemain-pemain drama bangsa Romawi kurang dari 100
sebelum Masehi. Pada saat itu, setiap pemain sandiwara memainkan peranannya
masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Lambat laun, kata persona
(personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran social tertentu
yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, kemudian individu itu
diharapkan bertingkah laku sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya.
Kepribadian memiliki beberapa unsur, yakni sebagai berikut :
1. Kepribadian itu merupakan organisasi yang dinamis. Dengan kata lain, ia tidak statis,
tetapi senantiasa berubah setiap saat.
2. Organisasi tersebut terdapat dalam diri individu. Jadi, tidak meliputi hal-hal yang berada
diluar diri individu
3. Organisasi itu berdiri atas sistem psikis, yang menurut Allport meliputi, sifat dan bakat,
serta sistem fisik (anggota dan organ-organ tubuh) yang saling terkait.
4. Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap individu terhadap
lingkungannya.

B.

Teori teori Kepribadian

1. Teori kepribadian psikoanalis


Freud membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan
konflik satu sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan
energi psikis individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan individu yang menuntut
pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego yang saling bekerja
sama dalam mempengaruhi perilaku manusia.
2. Teori-teori sifat (Trait Theories)
Yang dimaksud dengan teori-teori sifat (trait theories) pada dasarnya meliputi
psikologi individu Gordon Williard Allport, psikologi konstitusi Wlliam Sheldon, dan
teori faktor Raymond Cattell (Hall & Lindzey, 1993:9), Teori-teori sifat ini juga dikenal
sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan aspek kepribadian yang
bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia
memiliki sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara
tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap
dari situasi ke situasi.
3. Teori kepribadian behaviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan
tingkah lakunya melalui belajar. Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah
teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku.
4. Teori psikologi kognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif berawal dari pandangan psikologiGestalt
Christian von Ehrenfels di Jerman beberapa saat sebelum perang Dunia II. Mereka
berpendapat bahwa dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekedar
mengandalkan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari
penginderaan itu diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna,
selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku.

C.

Proses Perkembangan Kepribadian


Pada hakikatnya, kepribadian dapat dikatakan mencakup semua aspek perkembangan,seperti
perkembangan fisik, motorik, mental, sosial, moral, tetapi melebihipenjumlahan semua
aspek perkembangan tersebut. Kepribadian merupakan satukesatuan aspek jiwa dan
badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan seseorang. Ini

disebut integrasi. Pembentukan pola kepribadian initerjadi melalui proses interaksi


dalam dirinya sendiri, dengan pengaruh-pengaruh darilingkungan luar.

D.

Tipe Tipe Kepribadian


Hippocrates dan Gelenus (400 SM dan 175 M) mengemukakan bahwa manusia
dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya,
yaitu :
1) Melancholikus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya,
sehingga orang-orang tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis, dan
selalu menaruh rasa curiga.
2) Sangunicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orangorang tipe ini selalu menunjukkan wajah yang berseri-seri, periang atauselalu gembira,
dan bersikap optimis.
3) Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang tipe ini
sifatnya lembam dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang,
pendiriannya tidak mudah berubah.
4) Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang tipe ini bertubuh
besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri,sifatnya garang dan
agresif.

E.

Pengukuran Pengukuran Kepribadian


Sifat kepribadian biasanya diukur melalui angka rata-rata pelaporan diri (self-report)
kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian seutuhnya
(personality inventory). Ada beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidi
kepribadian. Berikut ini adalah beberapa diantaranya :
1) Observasi Direk
Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan munculnya
indikator ciri-ciri yang hendak diteliti. Observasi direk diadakan dalam situasi yang
dikontrol, atau dapat dibuat replikasinya. Ada tiga tipemetode dalam observasi direk,
yaitu (a) tipe sampling, (b) incident sampling, (c) metode buku harian terkontrol
2) Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan wawancara berarti mengadakan tatap muka danberbicara
dari hati ke hati dengan orang yang dinilai.Ada dua jenis wawancara (Muhadjir, 1992),
yaitu (a) stress interview (untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat bertahan

terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk mengetahui seberapa lama
seseorang dapat

kembali

menyeimbangkan

emosinya

setelah

tekanan-tekanan

ditiadakan),(b) exhaustive interview (cara interview yang berlangsung lama dan


diselenggarakan nonstop
3) Tes Proyeksi
Tes proyeksi adalah pengungkapan aspek psiklogis manusia dengan menggunakan alat
proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama aspekaspek ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang yang kurang atau tidak
berstruktur yang sifatnya ambigious agar dapat memancing berbagai alternatif jawaban
tanpa dibatasi oleh apapun.
4) Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk melaporkan
reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip wawancara
terstruktur dan ia menanyakan pertanyaan yang samauntuk setiap orang, dan jawaban
biasanya diberikan dalam bentuk yangmudah dinilai, seringkali dengan bantuan
komputer. Menurut Atkinson dan kawan-kawan, investori kepribadian mungkin
dirancang untuk menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan)
atau beberapa sifat kepribadian secara keseluruhan.

F.

Kepribadian yang sehat


Pada dasarnya, pembentukan dan pertumbuhan kepribadian yang sehat dan matang
dipengaruhi oleh motivasi, propium, dan otonomi fungsional. Motivasi merupakan
kekuatan-kekuatan yang mendorong dan menarik, atau suatu cara pengaturan
perbuatan manusia.
1.

Tanda-tanda kepribadian yang sehat


Kepercayaan mendalam pada diri sendiri dan orang lain.
Tidak ragu-ragu, tidak malu, tetapi berani.
Inisiatif berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau berdosa.
Tidak merasa minder, tetapi mempunyai semangat kerja.
Bersikap jujur terhadap diri sendiri.
Mampu berdedikasi
Penyelidikan diri sendiri.
Senang kontak (berhubungan) dengan sesama.
Generatifitas (kebapak-ibuan).

Integritas, yakni : (1) mempunyai kontinuitas dalam hidupnya, masa lampau tak
disangkal, dan dengan gairah memandang masa depan; (2) kesanggupan untuk
memperjuangkan nilai-nilai hidup yang nyata, bukan seorang penjual diri, oportunis,
penghianat; (3) berani memimpin / bertanggung jawab, berani menanggung resiko,

mempunyai jiwa kepemimpinan, hidup dianggapnya sebagai tantangan.


2. Tanda-tanda kepribadian yang kurang sehat
Tak mampu malakukan persahabatan, mengisolasikan diri.
Daya konsentrasi buyar, ketekunan dalam pekerjaan hancur, terlalu banyak melamun.
Penyangkalan terhadap nama, asal usul, suku bangsa, masa lampau, dan sebagainya.
Tak mampu memperjuangkan diri, bahkan kadang-kadang timbul keinginan mengakhiri

hidup, bertalian dengan kebosanan hidup.


Sifat ingin membalas dendam, bereaksi terlalu radikal terhadap orang lainmaupun
dirinya sendiri, tidak mengakui dan tidak menerima masa lampaunya,lalu mau
mengubah diri secara sangat radikal (identitas negatif).

G.

Kepribadian Abnormal
1) Definisi perilaku abnormal
Orang yang tingkah lakunya sangat berbeda dari norma yang berlaku dalam suatu masyarakat
disebut abnormal. Karena itu, satu kriteria terkenal untuk mendefinisikan perilaku
abnormal adalah pelanggaran norma soaial (Calhoun& Accella, 1990; Atkinson dkk, tt;
Supratiknya, 1995; Soedjono, 1983), disamping penyimpangan norma-norma statistik,
ketidaksenangan pribadi, perilaku maladaptif, gejala salah suai, tekanan batin, dan
ketidakmatangan.
2) Bentuk Bentuk Kepribadian Abnormal
a. Neurosis
Menurut kacamata behavioristik inti neurosis adalah gaya hidup maladaptif, berupa
tingkah laku yang bersifat defensif dengan tujuan menghindari atau mengurangi rasa
cemas.
b. Gangguan psikosis
Gangguan psikosis merupakan suatu gejala terjadinya denial of major aspects of
reality.
c. Bunuh diri
Pada umumnya, kasus bunuh diri dilakukan karena stres yang ditimbulkan oleh
berbagai sebab, antara lain (Supratiknya, 1995) :depresi, krisis dalam hubungan

interpersonal, kegagalan dan devaluasi diri, konflik batin, kehilangan makna dan
harapan hidup.

BAB III SIKAP DAN PRASANGKA


A.

Sikap
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan
untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
A. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam
situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam
dan lebih lama berbekas.
B. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan
(termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak
lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
(penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap
dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
C. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau
searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut.

D. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,
radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi
tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
E. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan
agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan
baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
F. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat
sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula
merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap
yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.

B.

Prasangka
Prasangka sosial (social prejudice) merupakan gejala psikologi sosial. Prasangla
sosial ini merupakan masalah yang penting dibahas di dalam intergroup relation.
Prasangka sosial atau juga prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang
diperlihatkan anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain
termasuk di dalamnya para anggotanya.
Beberapa ahli meninjau pengertian prasangka sosial dari berbagai sudut :
1. Feldman (1985)
Prasangka sosial adalah sikap negatif terhadap kelompok sosial tertentu yang hanya
didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok itu.
2. Marat (1981)
Prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai positif atau negative tetapi
dugaan itu lebih bersifat negative.
3. Kimball Young

Prasangka adalah mempunyai ciri khas pertentangan antara kelompok yang ditandai
oleh kuatnya ingroup dan outgroup.
4. Sherif and Sherif
Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif para anggota suatu kelompok, berasal dari
norma mereka yang pasti kepada kelompok lain beserta anggotanya.
Dari pendapat-pendapat para ahli tersebut mempunyai kecenderungan bahwa
prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau
kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.
Prasangka sosial berhubungan dengan deskriminasi karena definisi prasangka
sosial sendiri cenderung mengarah ke hal negatif dalam suatu kelompok. Menurut
Sears,dkk (1991) bahwa deskriminasi adalah perilaku menerima atau menolak
seseorang berdasarkan (atau setidaknya dipengaruhi oleh) keanggotaan kelompoknya.
Deskriminasi dapat diwujudkan dalam bentuk perlakuan yang berbeda yang didasarkan
pada kelompok. Dapat juga dilakukan dengan perilaku menyerang atau menyakiti
anggota kelompok lain.

BAB IV EMOSI
A.

Hakekat Emosi
Darimana emosi itu muncul? Apakah dari pikiran atau dari tubuh? Pada hakikatnya
setiap orang mempunyai emosi, dari bangun tidur pagi sampai malam hari, kita
mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi pula.
Lantas apa yang dimaksud dengan emosi? Menurut William James (dalam Wedge,
1995), menurut beliau mendefinisikan emosi adalah kecenderungan untuk memiliki
perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya.
Crow dan Crow (1962), dia mengartikan emosi sebagai suatu kedaan yang bergejolak

pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian diri dalam)
terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahtraan dan keselamatan individu.
Memang semua orang memiliki jenis perasaan yang serupa, namun intensipnya
berbeda-beda, emosi-emosi ini dapat merupakan kecenderungan yang membuat kita
frustasi, tetapi juga bisa menajdi modal untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan
hidup. Semua itu tergantung pada emosi yang kita pilih dalam reaksi kita terhadap
orang lain, kejadian-kejadian, dan situasi disekitar kita.
Disisi lain juga emosi itu kebanyakan cenderung untuk melakukan sesuatu hal yang
jelek, dan jarang ada emosi yang bertujuan untuk hal yang baik.

B.

Macam macam Emosi


Atas dasar aktivitasnya tingkah laku emosinal dapat dibagi menjadi empat macam
yaitu : (1) marah, orang bergerak menentang sumber frustasi, (2) takut, orang bergerak
meninggalkan sumber frustasi, (3) cinta, orang bergerak menuju sumber kesenangan,
(4) defresi, orang menghentikan respon-respon terbukanya dan mengalihkan emosi ke
dalam dirinya sendiri.

3
PENUTUP
A.

Kesimpulan
o Secara etimologi, motif dalam bahasa inggris motive, berasal dari motion, yang berarti
gerakan atau sesuatu yang bergerak, yang menunjuk pada gerakan manusia
sebagai tingkah laku. Dalam psikologi motif berarti rangsangan pembangkit tenaga
bagi terjadinya tingkah laku itu.
o Kata kepribadian (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin persona. Persona
berarti topeng (mask) yng dipakai didalam sandiwara/drama Yunani, yang dipergunakan
juga oleh pemain-pemain drama bangsa Romawi kurang dari 100 sebelum Masehi.
Pada saat itu, setiap pemain sandiwara memainkan peranannya masing-masing sesuai
dengan topeng yang dikenakannya.

o Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan
untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
o Prasangka sosial (social prejudice) merupakan gejala psikologi sosial. Prasangla sosial
ini merupakan masalah yang penting dibahas di dalam intergroup relation. Prasangka
sosial atau juga prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang diperlihatkan
anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain termasuk di
dalamnya para anggotanya.
o Emosi sebagai suatu kedaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai
inner adjustment (penyesuaian diri dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai
kesejahtraan dan keselamatan individu.

B.

Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Pemakalah menyadari bahwa
dalampenulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu pemakalah
membukadiri atas kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu,2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai