Anda di halaman 1dari 12

Perkembangan

Moral
Kartika I. Wicaksana (1871015)
Novia Ciutarno (1871021)
Darmatasya (1871919)
Azwil Akham Ridwan (1871920)
Muthahira (1871921)
Definisi Perkembangan Moral
 Hurlock (2003)
Bahasa latin “mores”, yang berarti adat istiadat, budi bahasa, serta cara atau
kebiasaan masyarakat. Perilaku moral merupakan perilaku yang ditunjukkan individu
dengan memerhatikan tatacara moral dalam kelompok sosial disekitar individu.
 Kohlberg (Slavin, 2011)
Penalaran moral berkaitan dengan penilaian sosial, nilai, serta kewajiban yang
mengharuskan individu dalam melakukan hal tertentu. Penalaran moral merupakan
suatu pemikiran yang muncul berdasarkan masalah moral yang terjadi. Penalaran
moral merupakan prinsip yang digunakan dalam menilai suatu tindakan berdasarkan
situasi moral.
 Frankena (Harris, 1976)
Moralitas berkaitan dengan penalaran yang didasari oleh aturan, idealisasi, serta
prinsip yang berkaitan dengan benar-salah dan baik-buruk
Karakteristik Perkembangan Moral

Masa Dewasa Awal:


Masa Dewasa Akhir:
• Memiliki tekad positif yang
• Mempersiapkan diri mema-
kuat
Masa Dewasa Madya: suki usia pensiun
• Belajar untuk disiplin dan
• Berperilaku mengikuti tatanan • Berpegang pada kesadaran
bertindak sesuai dengan
yang ditetapkan masyarakat serta keinginan diri
aturan
• Menjadi pendengar dan • Menyiapkan diri untuk meng-
• Bersikap rendah hati
pengamat individu lain hadapi peristiwa kematian
• Membuka diri terhadap
• Menjalani hidup bersama diri sendiri, pasangan, atau
pendapat individu lain
dengan individu lain orang terdekat
• Berani jujur, berbuat hal
• Bertanggung jawab dan • Memelihara diri
yang benar, dan adil
menghargai profesi/pekerjaan • Memiliki kesiapan fisik dan
• Menjalin hubungan positif
mental untuk menghadapi
yang erat dengan individu
peristiwa tertentu.
lain
Teori Perkembangan Moral Kohlberg

• Pre-conventional reasoning
 Heteronomous morality
 Individualism, instrumental purpose, and exchange
• Conventional reasoning
 Mutual interpersonal expectations, relationships, and interpersonal conformity
 Social systems morality
• Post-conventional reasoning
 Social contract or utility and individual rights
 Universal ethical principle
Teori Perkembangan Moral Kohlberg Masa Dewasa
Preconventional reasoning
Kohlberg (Santrock, 2011) menyatakan bahwa preconventional reasoning merupakan level terendah dari teori
Kohlberg. Pada tahap preconventional reasoning, hal baik dan buruk diinterpretasikan dengan menggunakan
hukuman dan hadiah. Kohlberg (Santrock, 2011) menyatakan bahwa terdapat dua tahap dalam preconventional
reasoning, yaitu :
a. Heteronomous morality
Kohlberg (Santrock, 2011) menyatakan bahwa pemikiran moral berhubungan pada hukuman pada tahap
tersebut. Contoh dari tahap tersebut yaitu anak- anak akan mengikuti peraturan karena takut terkena
hukuman.
b. Individualism, instrumental purpose, and exchange
Kohlberg (Santrock, 2011) menyatakan bahwa pada tahap tersebut, individu akan melakukan kepentingan
sendiri serta membiarkan individu lain melakukan hal yang sama. Individu pada tahap tersebut berpikir
bahwa hal yang benar merupakan pertukaran yang sama.
Teori Perkembangan Moral Kohlberg Masa Dewasa
Conventional reasoning
Kohlberg (Santrock, 2011) menyatakan bahwa conventional reasoning merupakan level kedua dalam teori
perkembangan moral. Individu pada level tersebut mulai menetapkan standar namun standar tersebut
berasal dari individu lain seperti orang tua atau pemerintah. Kohlberg (Santrock, 2011) menyatakan bahwa
terdapat dua tahap dalam conventional reasoning, yaitu :
a. Mutual interpersonal expectations, relationships, and interpersonal conformity
Kohlberg ( Santrock, 2010 ) menyatakan bahwa individu pada tahap tersebut menghargai kepercayaan,
kepedulian, serta kesetiaan dari individu lain sebagai dasar dari moral judgements. Contoh tahap tersebut
yaitu individu akan mengikuti standar moral milik orang tua dengan harapan orang tua akan meng-
anggap individu sebagai anak baik.
b. Social systems morality
Kohlberg ( Santrock, 2010 ) menyatakan bahwa pada tahap tersebut, moral judgement berdasarkan pada
pemahaman tentang aturan sosial, hukum, keadilan, serta tugas. Contoh tahap tersebut yaitu remaja
akan mengatakan bahwa bila komunitas dapat berjalan dengan efektif dibutuhkan hukum untuk
mengatur komunitas tersebut.
Teori Perkembangan Moral Kohlberg Masa Dewasa
Post-conventional reasoning
Kohlberg ( Santrock, 2010 ) menyatakan bahwa post-conventional reasoning merupakan level
terakhir dalam perkembangan moral. Individu dalam level tersebut akan menemukan
pelajaran moral alternatif, mengeksplor opsi yang tersedia, lalu memilih kode moral personal.
Kohlberg (Santrock, 2011) menyatakan bahwa terdapat dua tahap postconventional reasoning,
yaitu :
a. Social contract or utility and individual rights
Kohlberg ( Santrock, 2010 ) menyatakan bahwa individu pada tahap tersebut akan menjelas-
kan bahwa nilai, hak, serta prinsip mendukung atau melampaui hukum. Individu akan me-
meriksa validitas suatu hukum serta sistem sosial agar hukum tersebut benar-benar
melindungi hak serta nilai manusia.
b. Universal ethical principle
Kohlberg ( Santrock, 2010 ) menyatakan bahwa pada tahap tersebut, individu telah
menyusun standar moral sesuai dengan hak manusia yang universal. Contoh pada tahap
tersebut yaitu bila individu dihadapkan dengan konflik antara hukum dan kesadaran, maka
individu akan mengikuti kesadaran. Walaupun pilihan tersebut akan beresiko.
Contoh Permasalahan Moral pada Dewasa Awal

Seorang pemuda (26) berinisial AW diamankan anggota Polsek Nibung. AW diduga


mem- bunuh dan memperkosa anak perempuan berusia 10 tahun di kelurahan Karya
Makmur, Kecamatan Nibung, Kabupaten Muratara.

Permasalahan tersebut merujuk pada teori Kohlberg, yaitu post-konvensional.


Masa dewasa merupakan masa dimana individu menggunakan kesadaran kogni-
tif yang tinggi. Tahap post-konvensional juga menekankan akan tanggung jawab
yang tinggi, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kasus pembunuhan
yang dilakukan oleh AW menunjukkan hal yang bertentangan dengan teori per-
kembangan moral.
Contoh Permasalahan Moral pada Dewasa Madya
Pak Eko (43 tahun) telah menikah dengan istrinya, Bu Wahyuni selama 18 tahun. Mereka dikaruniai 3 orang
anak. Anak yang pertama berumur 16 tahun, yang kedua berumur 12 tahun, dan yang ketiga berumur 8
tahun. Pak Eko berprofesi sebagai bendahara dikantor tempat ia bekerja. Ia dikenal sebagai seseorang yang
baik dan bisa bertanggung jawab. Ia menjadi seorang figur yang baik bagi anak-anaknya. Namun, pengha-
silan pak Eko pas-pasan, hanya cukup untuk biaya hidup sehari hari dan untuk biaya sekolah anaknya.

Akhir akhir ini, pak Eko sering sekali mendapat tekanan dari istrinya. Istrinya terus menerus mengomel
akan penghasilan pak Eko yang hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anak-
nya. Bu Wahyuni sering merasa bahwa suaminya tidak mau bekerja keras sehingga membuat dirinya
merendahkan pak Eko.
Pada suatu hari, pak Eko membulatkan tekad dengan melakukan korupsi terhadap uang yang dibawanya
itu untuk membuat istrinya senang. Namun hal itu diketahui oleh pihak kantor sehingga membuat dirinya
dipecat dan masuk kedalam penjara. Pak Eko sangat menyesal akan perbuatan yang telah ia lakukan. Istri
dan anak anaknya kemudian pindah rumah, karena anak-anaknya saat disekolah sering diejek oleh teman-
temannya sebagai anak seorang koruptor.
Contoh Permasalahan Moral pada Dewasa Madya

Individu yang memasuki masa dewasa madya berada pada tahap post-konvensional
menurut teori Kohlberg. Tahap tersebut menyatakan bahwa individu memahami jika
suatu aturan didasari oleh konstruk sosial. Individu menganggap bahwa suatu aturan
dapat berubah jika terjadi ketidaksejahteraan melalui pendapat mayoritas. Selain itu,
perkembangan moral individu juga memengaruhi keputusan berperilaku yang didasari
oleh prinsip moral serta kepentingan individu lain. Keyakinan tersebut melekat pada
individu walaupun dapat berlawanan dengan hukum yang menetapkan aturan sosial.
Keputusan yang diambil oleh Pak Eko merugikan banyak oran. Hal tersebut sangat ber-
tentangan dengan teori perkembangan moral Kohlberg yang mengungkapkan bahwa
individu mengambil keputusan dalam berperilaku didasari oleh prinsip moral serta
kepentingan individu atau pihak yang lain.

Lanjutan...
Contoh Permasalahan Moral pada Dewasa Akhir
Pengakuan Nenek JW(61) yang telah mencabuli AR (13) sebanyak 8 kali. JW mengaku bahwa AR sering tidur
di rumahnya dan berhubungan intim sebanyak 8 kali dalam 2 bulan terakhir.

Pada usia dewasa akhir atau usia lanjut, tingkat moralitas orang dewasa sudah sangat matang. Lansia sudah
mengamalkan nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran dan kesopanan. Pada masa ini
muncul dorongan untuk berbuat baik. Selain itu lansia menjadi lebih dekat dengan agama dan menunjukkan
tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri, dan optimisme.

JW tidak menggambarkan sikap prinsip etika universal. Undang-undang atau perjanjian sosial tertentu sering-
kali sah karena didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu. Prinsip tersebut merupakan prinsip universal karena
didasarkan pada keadilan, persamaan hak asasi manusia, dan penghormatan terhadap kemanusiaan sebagai
individu. Sebaliknya, meski usianya sudah lanjut, nenek JW masih tidak bisa mengendalikan nafsunya. AR
mengaku setibanya di rumah JW, AR disuruh untuk tidur terlentang kemudian JW membuka celana AR dan
menaiki badannya. Perlakuan tersebut tidak didasarkan pada prinsip keadilan dan tidak memiliki
penghormatan terhadap persamaan hak asasi manusia
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Z. (1973). Ilmu jiwa agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Harris, A. (1976). Teaching morality and religion. London: Geoge Allen & Unwin Ltd.
Hurlock, E. (2009). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kail, R., & Cavanuagh, J. (2015). Human development: A life-span view (7th ed.). Boston:
Cengage Learning.
Ngammuk, P. (2011). A study of 8 fundamental characteristic among Thai undergraduate
students. United States: ERIC Clearinghouse.
Papalia, D. (1989). Development psychology. New York: McGraw-Hill.
Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development (13th ed.). New York: McGraw-Hill.
Slavin, R. E. (2011). Psikologi pendidikan: Teori dan praktik. Jakarta: Indeks.

Anda mungkin juga menyukai