Anda di halaman 1dari 8

A.

Eksplorasi Konsep
Pada sesi ini kita akan membahas tentang perkembangan moral, silahkan Anda simak
baik-baik.
1. Teori Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral Kohlberg merupakan teori yang berfokus pada
bagaimana anak mengembangkan moralitas dan penalaran moral. Teori
Kohlberg menyatakan bahwa perkembangan moral terjadi dalam serangkaian enam
tahap dan logika moral terutama terfokus pada pencarian dan pemeliharaan keadilan
(Kohlberg, 1992; Lapsley, 2006).

Di sini kita membahas bagaimana Kohlberg mengembangkan teorinya tentang


perkembangan moral dan enam tahapan yang ia identifikasi sebagai bagian dari
proses ini. Kami juga berbagi beberapa kritik terhadap teori Kohlberg, banyak di
antaranya menyatakan bahwa teori tersebut mungkin bias berdasarkan terbatasnya
demografi subjek yang diteliti.

2. Apa Itu Perkembangan Moral?


Perkembangan moral adalah proses dimana orang mengembangkan perbedaan
antara benar dan salah (moralitas) dan terlibat dalam penalaran di antara keduanya
(penalaran moral) (Blum, 1988).

Bagaimana orang mengembangkan moralitas? Pertanyaan ini telah lama memikat


para orang tua, pemimpin agama, dan filsuf, namun perkembangan moral juga telah
menjadi isu hangat dalam psikologi dan pendidikan. Apakah pengaruh orang tua atau
masyarakat memainkan peran yang lebih besar dalam perkembangan moral? Apakah
semua anak mengembangkan moralitas dengan cara yang sama?

Psikolog Amerika Lawrence Kohlberg mengembangkan salah satu teori paling


terkenal yang mengeksplorasi beberapa pertanyaan dasar ini. Karyanya
memodifikasi dan memperluas karya Jean Piaget sebelumnya tetapi lebih berpusat
pada penjelasan bagaimana anak-anak mengembangkan penalaran moral.
Kohlberg memperluas teori Piaget dengan menyatakan bahwa perkembangan moral
adalah proses berkelanjutan yang terjadi sepanjang masa hidup (Duska & Whelan,
1975). Teori Kohlberg menguraikan enam tahap perkembangan moral dalam tiga
tingkatan berbeda (Carpendale, 2000).

Dalam beberapa tahun terakhir, teori Kohlberg dikritik sebagai teori yang berpusat
pada Barat dan bias terhadap laki-laki (dia terutama menggunakan subjek penelitian
laki-laki) dan karena memiliki pandangan dunia yang sempit berdasarkan sistem nilai
dan perspektif kelas menengah atas (Gibbs, 2019; Nurhayati, 2006).

3. Apa Itu Moralitas Objektif?


Bagaimana Kohlberg Mengembangkan Teorinya
Kohlberg mendasarkan teorinya pada serangkaian dilema moral yang dihadapi
subjek studinya. Peserta juga diwawancarai untuk mengetahui alasan di balik
penilaian mereka dalam setiap scenario (Kohlberg, 1992).

Salah satu contohnya adalah "Heinz Mencuri Narkoba". Dalam skenario ini, seorang
wanita menderita kanker dan dokternya yakin hanya satu obat yang dapat
menyelamatkannya. Obat ini telah ditemukan oleh apoteker setempat dan dia mampu
membuatnya seharga $200 per dosis dan menjualnya seharga $2.000 per dosis. Suami
wanita tersebut, Heinz, hanya mampu mengumpulkan $1.000 untuk membeli obat
tersebut.

Dia mencoba bernegosiasi dengan apoteker untuk mendapatkan harga yang lebih
rendah atau diberikan kredit untuk membayarnya seiring berjalannya waktu. Namun
apoteker tersebut menolak menjualnya dengan harga lebih murah atau menerima
pembayaran sebagian. Ditolak, Heinz malah masuk ke apotek dan mencuri obat
tersebut untuk menyelamatkan istrinya. Kohlberg bertanya, "Haruskah suami
melakukan hal itu?"

Kohlberg tidak terlalu tertarik pada jawaban apakah Heinz salah atau benar,
melainkan pada alasan setiap keputusan peserta. Ia kemudian mengklasifikasikan
penalaran mereka ke dalam tahapan teori perkembangan moralnya.
4. Tahapan Perkembangan Moral
Teori Kohlberg dipecah menjadi tiga tingkatan utama. Pada setiap tingkat
perkembangan moral, terdapat dua tahap. Mirip dengan bagaimana Piaget percaya
bahwa tidak semua orang mencapai tingkat perkembangan kognitif tertinggi,
Kohlberg percaya tidak semua orang maju ke tahap perkembangan moral tertinggi
(Carpendale, 2000; Duska & Whelan, 1975).

Tingkat
Usia Tahapan Termasuk dalam Level Ini
Perkembangan Moral

Moralitas Tahap 1: Ketaatan dan hukuman


0-9
Prakonvensional Tahap 2: Individualisme dan pertukaran

Masa remaja Tahap 3: Mengembangkan hubungan


Moralitas
awal hingga interpersonal yang baik
Konvensional
dewasa Tahap 4: Menjaga ketertiban sosial

Moralitas Pasca Beberapa orang Tahap 5: Kontrak sosial dan hak-hak individu
Konvensional dewasa; langka tahap 6: Prinsip-prinsip universal

a. Tingkat 1. Moralitas Prakonvensional


Moralitas prakonvensional adalah periode paling awal perkembangan moral. Hal
ini berlangsung hingga sekitar usia 9 tahun. Pada usia ini, keputusan anak-anak
terutama dibentuk oleh ekspektasi orang dewasa dan konsekuensi dari
pelanggaran aturan. Ada dua tahap dalam level ini:
✓ Tahap 1 (Kepatuhan dan Hukuman): Tahap paling awal dari perkembangan
moral, ketaatan dan hukuman sangat umum terjadi pada anak kecil, namun
orang dewasa juga mampu mengungkapkan pemikiran seperti ini. Menurut
Kohlberg, orang-orang pada tahap ini memandang peraturan sebagai hal yang
pasti dan mutlak.6 Mematuhi peraturan itu penting karena ini adalah cara
untuk menghindari hukuman.
✓ Tahap 2 (Individualisme dan Pertukaran): Pada tahap perkembangan moral
individualisme dan pertukaran, anak-anak memperhitungkan sudut pandang
individu dan menilai tindakan berdasarkan bagaimana mereka melayani
kebutuhan individu. Dalam dilema Heinz, anak-anak berpendapat bahwa
tindakan terbaik adalah pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhan Heinz.
Timbal balik mungkin terjadi pada titik ini dalam perkembangan moral, tetapi
hanya jika hal itu bermanfaat bagi kepentingannya sendiri.
b. Tingkat 2. Moralitas Konvensional
Periode perkembangan moral berikutnya ditandai dengan diterimanya aturan-
aturan sosial mengenai apa yang baik dan bermoral. Pada masa ini, remaja dan
orang dewasa menginternalisasi standar moral yang mereka pelajari dari teladan
mereka dan dari masyarakat.
Periode ini juga berfokus pada penerimaan otoritas dan penyesuaian terhadap
norma-norma kelompok. Ada dua tahap pada tingkat moralitas ini:
✓ Tahap 3 (Mengembangkan Hubungan Interpersonal yang Baik): Sering disebut
sebagai orientasi “anak laki-laki baik-gadis baik”, tahap perkembangan moral
hubungan antarpribadi ini difokuskan untuk memenuhi harapan dan peran
sosial.6 Ada penekanan pada kesesuaian, bersikap "baik", dan pertimbangan
tentang bagaimana pilihan memengaruhi hubungan.
✓ Tahap 4 (Menjaga Ketertiban Sosial): Tahap ini difokuskan untuk memastikan
terpeliharanya ketertiban sosial. Pada tahap perkembangan moral ini, orang
mulai mempertimbangkan masyarakat secara keseluruhan ketika membuat
penilaian. Fokusnya adalah menjaga hukum dan ketertiban dengan mengikuti
aturan, melakukan tugas, dan menghormati otoritas.

c. Tingkat 3. Moralitas Pasca Konvensional


Pada tingkat perkembangan moral ini, orang mengembangkan pemahaman
tentang prinsip-prinsip moralitas yang abstrak. Dua tahapan pada level ini adalah:
✓ Tahap 5 (Kontrak Sosial dan Hak Individu): Gagasan tentang kontrak sosial
dan hak individu menyebabkan orang-orang pada tahap berikutnya mulai
memperhitungkan perbedaan nilai, pendapat, dan keyakinan orang lain.6
Aturan hukum penting untuk mempertahankan masyarakat, tetapi anggota
masyarakat harus menyetujui standar-standar ini.
✓ Tahap 6 (Prinsip Universal): Tingkat akhir penalaran moral Kohlberg
didasarkan pada prinsip etika universal dan penalaran abstrak. Pada tahap ini,
masyarakat mengikuti prinsip-prinsip keadilan yang sudah terinternalisasi,
meskipun prinsip-prinsip tersebut bertentangan dengan hukum dan
peraturan.
Kohlberg percaya bahwa hanya sebagian kecil orang yang pernah mencapai tahap
pasca-konvensional (sekitar 10 hingga 15%).6 Sebuah analisis menemukan
bahwa meskipun tahap satu hingga empat dapat dianggap universal pada populasi
di seluruh dunia, tahap kelima dan keenam dapat dianggap sebagai tahap yang
paling umum. tahapan sangat jarang terjadi pada semua populasi.

5. Penerapan Teori Kohlberg


Memahami teori perkembangan moral Kohlberg penting karena dapat membantu
orang tua membimbing anak-anaknya dalam mengembangkan karakter moralnya.
Misalnya, orang tua yang memiliki anak yang lebih kecil mungkin berupaya untuk
mematuhi peraturan, sedangkan mereka mungkin mengajari anak yang lebih besar
tentang ekspektasi sosial.

Guru dan pendidik lainnya juga dapat menerapkan teori Kohlberg di kelas,
memberikan panduan moral tambahan. Seorang guru taman kanak-kanak dapat
membantu meningkatkan perkembangan moral dengan menetapkan peraturan yang
jelas di kelas, dan konsekuensi jika melanggarnya. Ini membantu anak-anak pada
tahap pertama perkembangan moral.

Seorang guru di sekolah menengah mungkin lebih fokus pada perkembangan yang
terjadi pada tahap ketiga (mengembangkan hubungan interpersonal yang baik) dan
tahap keempat (menjaga ketertiban sosial). Hal ini dapat dicapai dengan meminta
siswa mengambil bagian dalam menetapkan peraturan yang harus diikuti di kelas,
memberi mereka gambaran yang lebih baik tentang alasan di balik peraturan
tersebut.

a. Kritik terhadap Teori Perkembangan Moral Kohlberg


Teori Kohlberg berperan penting dalam perkembangan psikologi moral.
Meskipun teori ini sangat berpengaruh, aspek-aspek teori ini dikritik karena
sejumlah alasan (Aron, 1977; Murphy & Gilligan, 1980; Nurhayati, 2006):
✓ Penalaran moral tidak sama dengan perilaku moral: teori Kohlberg berkaitan
dengan pemikiran moral, namun ada perbedaan besar antara mengetahui apa
yang seharusnya kita lakukan dan tindakan nyata kita. Oleh karena itu,
penalaran moral mungkin tidak mengarah pada perilaku moral.
✓ Terlalu menekankan keadilan: Para kritikus menunjukkan bahwa teori
perkembangan moral Kohlberg terlalu menekankan konsep keadilan ketika
membuat pilihan moral. Faktor-faktor seperti kasih sayang, kepedulian, dan
perasaan antarpribadi lainnya mungkin memainkan peran penting dalam
penalaran moral.8
✓ Bias budaya: Budaya individualis menekankan hak-hak pribadi, sedangkan
budaya kolektivis menekankan pentingnya masyarakat dan komunitas.
Budaya kolektivis Timur mungkin memiliki pandangan moral berbeda yang
tidak diperhitungkan oleh teori Kohlberg.
✓ Bias usia: Sebagian besar subjeknya adalah anak-anak di bawah usia 16 tahun
yang jelas-jelas belum memiliki pengalaman menikah. Dilema Heinz mungkin
terlalu abstrak untuk dipahami oleh anak-anak ini, dan skenario yang lebih
dapat diterapkan pada permasalahan sehari-hari mereka mungkin akan
memberikan hasil yang berbeda.
✓ Bias gender: Kritikus Kohlberg, termasuk Carol Gilligan, berpendapat bahwa
teori Kohlberg bias gender karena semua subjek dalam sampelnya adalah laki-
laki.9 Kohlberg percaya bahwa perempuan cenderung tetap berada pada
tingkat ketiga dalam perkembangan moral karena mereka menempatkan
penekanan yang lebih kuat pada hal-hal seperti hubungan sosial dan
kesejahteraan orang lain.

Gilligan malah berpendapat bahwa teori Kohlberg terlalu menekankan konsep-


konsep seperti keadilan dan tidak cukup membahas penalaran moral yang
didasarkan pada prinsip-prinsip dan etika kepedulian terhadap orang lain.

b. Teori Perkembangan Moral Lainnya


Kohlberg bukan satu-satunya psikolog yang berteori bagaimana kita berkembang
secara moral. Ada beberapa teori perkembangan moral lainnya.

c. Teori Perkembangan Moral Piaget


Teori Kohlberg merupakan perluasan dari teori perkembangan moral Piaget.
Piaget menggambarkan proses tiga tahap perkembangan moral (Carpendale,
2000):
✓ Tahap 1: Anak lebih mementingkan pengembangan dan penguasaan
keterampilan motorik dan sosialnya, tanpa perhatian umum mengenai
moralitas.
✓ Tahap 2: Anak mengembangkan rasa hormat tanpa syarat terhadap figur
otoritas dan aturan yang ada.
✓ Tahap 3: Anak mulai melihat peraturan sebagai hal yang sewenang-wenang,
juga mempertimbangkan niat pelaku ketika menilai apakah suatu tindakan
atau perilaku bermoral atau tidak bermoral.
Kohlberg memperluas teori ini dengan memasukkan lebih banyak tahapan dalam
prosesnya. Selain itu, Kohlberg percaya bahwa tahap akhir jarang dicapai oleh
individu sedangkan tahap perkembangan moral Piaget umum terjadi pada semua
orang.

d. Teori Landasan Moral


Diusulkan oleh Jonathan Haidt, Craig Joseph, dan Jesse Graham, teori
landasan moral didasarkan pada tiga prinsip moralitas (Gibbs, 2019).
✓ Intuisi berkembang sebelum penalaran strategis. Dengan kata lain, reaksi kita
didahulukan, baru kemudian rasionalisasi.
✓ Moralitas mencakup lebih dari sekedar kerugian dan keadilan. Dalam prinsip
kedua ini terkandung berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan
moralitas. Hal ini mencakup: kepedulian vs. kerugian, kebebasan vs.
penindasan, keadilan vs. kecurangan, kesetiaan vs. pengkhianatan, otoritas vs.
subversi, dan kesucian vs. degradasi.
✓ Moralitas dapat mengikat kelompok dan individu yang buta. Ketika orang
menjadi bagian dari suatu kelompok, mereka akan cenderung mengadopsi
sistem nilai yang sama dari kelompok tersebut. Mereka mungkin juga
mengorbankan moral mereka demi keuntungan kelompok.

Meskipun teori Kohlberg terutama berfokus pada bantuan vs. kerugian, teori
landasan moral mencakup beberapa dimensi moralitas. Namun teori ini juga gagal
menjelaskan “aturan” yang digunakan masyarakat dalam menentukan apa yang
terbaik bagi masyarakat.

e. Teori Normatif Perilaku Moral


Ada beberapa teori lain yang mencoba menjelaskan perkembangan moralitas,
khususnya dalam kaitannya dengan keadilan sosial. Beberapa teori termasuk
dalam kategori institusionalis transendental, yang melibatkan upaya menciptakan
"keadilan sempurna". Yang lainnya fokus pada realisasi dan lebih berkonsentrasi
pada penghapusan ketidakadilan (Gold et al., 2011).

Salah satu teori yang termasuk dalam kategori kedua adalah teori pilihan sosial.
Teori pilihan sosial adalah kumpulan model yang berupaya menjelaskan
bagaimana individu dapat menggunakan masukan mereka (preferensi mereka)
untuk memberikan dampak pada masyarakat secara keseluruhan (Kelly, 2013).
Contohnya adalah pemungutan suara, yang memungkinkan mayoritas
memutuskan mana yang “benar” dan “salah”.

f. Sepatah Kata Dari Sangat Baik


Meskipun teori perkembangan moral Kohlberg mendapat kritik, teori tersebut
memainkan peran penting dalam munculnya bidang psikologi moral. Para peneliti
terus mengeksplorasi bagaimana penalaran moral berkembang dan berubah
melalui kehidupan serta universalitas tahapan-tahapan ini. Memahami tahap-
tahap ini memberikan wawasan yang bermanfaat mengenai cara anak-anak dan
orang dewasa membuat pilihan moral dan bagaimana pemikiran moral dapat
mempengaruhi keputusan dan perilaku.

Anda mungkin juga menyukai