Anda di halaman 1dari 6

Tugas Etika Dasar

Ferdinand Yori Sentanu


NPM : 6122201004
(Jurusan Filsafat Keilahian, Semester II)

A. Sekilas tentang Lawrence Kohlberg

Kohlberg adalah seorang profesor psikologi di Amerika yang mencoba mempelajari


moralitas dari sudut pandang psikologi. Pemikirannya banyak diwarnai oleh Jean Piaget yang
banyak berjibaku dalam meneliti logika moral pada anak-anak dan remaja. Salah satu hasil
studi yang cukup menarik dari Kohlberg yaitu ketika ia melihat perilaku yang berdasarkan
hati nurani sebagai stadium terakhir dan tertinggi (tahap 6). Sekaligus ia menegaskan bahwa
tidak banyak orang yang dapat mencapai tahap 6 dalam perkembangan moral ini.

B. Maksud Penelitian Kohlberg

Studi yang dilakukan oleh Kohlberg cukup berbeda dengan inspiratornya yaitu Jean
Piaget. Ia mencoba memperluas diri tidak hanya pada anak tetapi sampai dewasa (28 tahun).
Di sisi lain Ia pun memperluas horison kultural dalam penelitian ini dengan mengikutsertakan
berbagai negara dan kebudayaan seperti Malaysia, Taiwan , dan sebagainya. Tujuannya
supaya penelitian ini berlaku secara transkultural. Artinya tidak terbatas pada kultur atau
kebudayaan tertentu.

C. Metode Penelitian Kohlberg

Metode yang digunakan oleh Kohlberg adalah mengemukakan beberapa contoh kasus
dilema moral khayalan kepada subjek penelitiaanya. Khayalan dalam arti kasus-kasus itu
tidak terjadi secara konkret tetapi pada prinsipnya dapat terjadi. Dengan keadaan tersebut
Kohlberg ingin mengetahui bagaimana anak-anak memecahkan dilema moral itu dan alasan-
alasan apa yang dikemukakan untuk memecahkan masalah tersebut. Pertanyaan pertama
menyangkut isi keputusan moral sedangkan pertanyaan kedua menyangkut struktur dan
bentuknya. Bisa saja anak memberi jawaban pada pertanyaan pertama secara sama tetapi
untuk pertanyaan kedua sama sekali berbeda. Sebagai contoh seorang anak menyontek dan
dua orang anak bisa menjawab itu tidak boleh. Akan tetapi untuk pertanyaan kedua atau
alasannya pasti bisa berbeda. Anak yang satu bisa mengatakan bahwa tidak boleh karena jika
ketahuan akan dihukum. Sedangkan anak yang lain bisa mengatakan bahwa tidak boleh
karena menyontek itu berarti tidak jujur. Inilah yang diteliti oleh Kohlberg yaitu bagaimana
seseorang menyatakan sebuah alasan pada dilema moral yang ada. Dalam bahasa Kohlberg
adalah struktur atau bentuknya.

D. Enam Tahap dalam Perkembangan Moral Menurut Kohlberg

0. Tingkat Pra-moral (0-6 tahun)

Dalam tingkat ini penilaian moral anak-anak belum didasarkan atas norma-norma.
Menurut Kohlberg jika anak kecil membedakan antara baik dan buruk, hal itu hanya
kebetulan dan jika dilihat bahwa penilaian moral anak-anak pada tingkat ini belum memiliki
struktur yang jelas.

1. Tingkat Pra-konvensional

Pada tingkat ini anak mengakui adanya aturan-aturan dan baik buruk mulai mempunyai
arti baginya. Akan tetapi hal itu semata-mata dihubungkan dengan reaksi orang lain. Dalam
arti penilaian moral dilakukan berdasarkan faktor dari luar dirinya. Motivasi penilaian moral
terhadap perbuatannya hanya sebatas pada hukuman, ganjaran, atau konsekuensi. Tingkatan
ini menunjukan bahwa anak melihat diri secara egosentris yaitu terpusat pada diri sendiri.

a) Tahap 1 : Orientasi Hukuman dan Kepatuhan

Dalam tahap pertama ini anak melihat perbuatannya atas otoritas seperti orang
tua dan guru. Mereka hanya berpikir bahwa jika melakukan hal yang benar dimata
otoritas maka akan mendapat hadiah atau reward. Sementara jika melakukan hal
yang salah dimata otoritas maka akan mendapat hukuman atau punishment.
Dengan begitu perasaan dominan yang muncul adalah takut, takut salah yang
menyertai motivasi moral ini.

b) Tahap 2 : Orientasi Relativis Instrumental

Dalam tahap ini perbuatan yang dilakukan dilihat seperti tukar-menukar atau
transaksional. Dengan kata lain perilaku baik dilakukan dengan tujuan mendapat
kebaikan dari orang lain dan perilaku buruk tidak dilakukan karena tidak ingin
mendapat perlakuan buruk. Selain itu mereka juga menganggap bahwa sesuatu itu
baik jika dapat memenuhi kebutuhan diri, orang lain, dan tidak merugikan.
Sebaliknya sesuatu yang buruk berarti merugikan diri dan orang lain.
2. Tingkat Konvensional

Menurut Kohlberg anak beralih ke tingkat ini antara umur sepuluh sampai tiga belas
tahun. Di sini perbuatan-perbuatan mulai dinilai berdasarkan norma-norma umum dan
kewajiban serta otoritas dijunjung tinggi. Di sebut konvensional karena anak mulai
menyesuaikan (bahasa latin : convenire). Dalam hal ini anak menyesuaikan dengan penilaian
dan perilakunya dengan harapan orang lain dan ketertiban sosial seperti keluarga dan
kelompoknya. Intinya anak mulai mengidentifikasi diri dengan kelompok sosialnya beserta
norma-normanya.

a) Tahap 3 : Penyesuaian dengan Kelompok atau Orientasi Menjadi “Anak Manis”

Dalam tahap ini intinya bahwa persetujuan dan penerimaan kelompok adalah
hal yang paling penting. Seluruh perbuatannya diarahkan pada harapan keluarga
atau kelompok lain. Maka ia akan merasa malu dan bersalah jika melanggar norma
yang telah ditetapkan oleh kelompok sosial di sekitarnya. Ia merasa sesuatu
dianggap baik jika menghadirkan penilaian sebagai good boy or good girl dari
lingkungan sosial dan sebaliknya. Di sini juga sudah memperhatikan pentingnya
maksud perbuatan.

b) Tahap 4 : Orientasi hukum dan ketertiban

Dalam tahap ini perbuatan yang baik atau buruk itu sejauh mana suatu tindakan
selaras dengan hukum atau aturan yang ada, juga otoritas yang ada. Di sini juga
paham tentang kelompok menjadi luas dari kelompok akrab seperti orang-orang di
sekitar menjadi kelompok yang lebih abstrak seperti suku bangsa, negara dan
agama. Perbedaan dengan tahap ketiga terletak pada kebutuhannya. Tahap ketiga
menekankan pada penerimaan individual atau kebutuhan pribadi. Sementara tahap
keempat penalaran moral harus lebih mengutamakan kebutuhan warga melebihi
kebutuhan pribadi.

3. Tingkat Pasca-konvensional

Tingkatan ini disebut tingkat otonom atau berprinsip. Seseorang melakukan tindakan
moral dengan kebebasan dan prinsip batinnya sendiri. Ini sudah melihat faktor dalam dirinya
sendiri. Maka ia mulai menyadari bahwa kelompoknya tidak selalu benar. Terkadang ia harus
berani mengambil sikapnya sendiri. Tingkat ini benar-benar membuat orang menjadi manusia
yang bebas.
a) Tahap 5 : Orientasi Kontrak-Sosial Legalistis

Dalam tahap ini seseorang mulai menghormati dan menghargai nilai-nilai yang
berlainan (relativisme). Dengan kata lain, ada penghargaan terhadap hak atau
pandangan individu. Dengan demikian aturan-aturan dapat diubah dengan
mekanisme yang sudah disepakati bersama (musyawarah) demi kesejahteraan
orang sebanyak-banyaknya. Perilaku baik dilakukan sebagai bagian dari tanggung
jawab atas kesepakatan sosial yang ada.

b) Tahap 6 : Orientasi Prinsip Etika yang Universal

Dalam tahap ini, orang mengatur tingkah laku dan penilaian moralnya
berdasarkan hati nurani pribadi. Prinsip -prinsip etis dan hati nurani ini berlaku
secara universal seperti keadilan, kesediaan membantu sesama yang lain,
persamaan hak manusia, dan sebagainya. Di sini terlihat jelas bahwa orang mulai
memiliki kesadaran bahwa manusia itu bermartabat, memiliki nilai dan kesuciaan.
Dalam hal ini perilaku baik dilakukan sebagai upaya melaksanakan prinsip etis
atau kesadaran bahwa itu mencerminkan martabat dan nilai manusia.

E. Beberapa Ciri Khas Perkembangan Moral


A. Semua tahap harus dijalani secara berurutan, tidak mungkin loncat-loncat. Seperti
anak kecil sebelum bisa berjalan harus merangkat terlebih dahulu.
B. Orang dapat mengerti penalaran moral satu tahap di atas tahap di mana ia berada.
Dengan demikian orang yang penalaran moralnya berada di tahap kedua pasti tidak
mengerti tahap keempat.

C. Secara kognitif, seseorang hanya tertarik pada cara berpikir satu tahap di atas
tahapnya sendiri. Ini berkaitan dengan pemecahan masalah. Jika sesuatu lebih sulit
maka orang akan mencari cara yang lebih baik dari sebelumnya.

D. Perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya terjadi bila dialami


ketidakseimbangan kognitif dalam penilaian moral. Artinya orang tidak menemukan
jalan keluar untuk menghadapi dilema moral yang terjadi. Hal ini akan mendorong
orang untuk mencari solusi yang lain.
E. Menurut Kohlberg tahap 6 adalah tahap paling tinggi dan sempurna. Sebab tahap 6 ini
adalah puncak perkembangan moral. Tahap inilah yang menjadi tujuan moral setiap
orang, walaupun hanya sedikit yang dapat mencapainya.

F. Kaitan Dengan Tiga Lembaga Normatif


a. Masyarakat

Jika melihat studi perkembangan moral yang dilakukan oleh Lawrence Kohlberg
terutama dalam tahap-tahap yang ada (kecuali 5 dan 6) sekiranya dapat
disimpulkan memang penilaian moral itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat baik itu keluarga, sekolah (bapak-ibu guru), agama, tempat bekerja,
negara, dan teman sebaya. Kita tidak dapat melepaskan dari pengaruh masyarakat
karena manusia adalah makhluk sosial, yang membutuhkan orang lain. Maka
masyarakat dijadikan acuan orientasi moral. Apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan,
apa yang harus dianggap baik dan buruk menjadi semacam dua hal yang saling
tarik-menarik. Ini sangat manusiawi.

b. Superego (Suara dalam Batin)


Hampir sama kaitannya dengan masyarakat dimana suara dalam batin seseorang
muncul karena bentukan dari perintah-perintah, larangan-larangan, dan nilai-nilai
moral yang telah ditetapkan dalam masyarakat. Dengan demikian batin kita juga
mengumandangkan tuntutan-tuntutan masyarakat kepada kita. Ketika kita
melanggar norma yang telah dibatinkan, tentu secara otomatis akan merasa malu
dan bersalah. Ini berkaitan dengan tahap 1-4 dalam perkembangan moral.

c. Ideologi
Jika seseorang sudah memiliki ideologi maka bisa dikatakan orang ini sudah
memiliki prinsip-prinsip, keyakinan atau kepercayaan yang dipegang teguh. Bisa
jadi orang ini sudah pada tingkat pasca-konvensional. Ini dengan penuh kebebasan
mulai menentukan arah pilihannya sesuai dengan ideologi yang dianut. Dalam hal
ini, orang tidak lagi dikekang oleh apakah boleh atau tidak boleh yang ditentukan
oleh masyarakat tetapi berdasarkan keyakinannya sesuai dengan ideologinya.

G. Refleksi
Berdasarkan materi tentang studi perkembangan moral dan kaitan dengan tiga
lembaga norma, tampaknya mulai tumbuh kesadaran bahwa sebagai manusia harus sampai
pada tahap kebebasan diri. Manusia memang akan melewati tahap seperti “robot” yang
banyak hal ditentukan atau dikendalikan berdasarkan faktor dari luar dirinya. Akan tetapi
mau sampai kapan? Manusia harus bergerak dan berkembang sampai pada puncak dimana
ia sungguh manusia yang otonom yang menentukan sendiri arah hidupnya. Dalam konteks
moral berarti manusia melakukan penilaian moral dengan berpegang pada hati nurani
pribadi yang ditandai oleh sebuah nilai-nilai universalitas.

Anda mungkin juga menyukai