Anda di halaman 1dari 5

A.

Biografi Schleiermacher

Schleiermacher adalah salah satu tokoh hermeneneutika yang beraliran


obyektivis.1 Ia juga dikenal sebagai sebagai seorang yang ahli filsafat dan teologi
di jerman. Nama lengkapnya adalah Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher. Ia
lahir pada 21 November 1768 M di Breslau, Silesia, Jerman.. Pada tahun 1783-
1785 M ia mengikuti sekolah dasar pada Moravian Boarding School. 2 Ia belajar
di Institusi Morovia Brethren di Niesky, sebuah instiusi sekte militan dalam
agama kristen. Saat menempuh pendidikan di institusi ini, ia menemukan
keraguan sehingga ia memutuskan untuk pindah. Pada tahun 1787, ia pindah ke
University of Halle dan menggeluti teologi, filsafat dan filologi klasik. 3

B. Periodesasi kehidupan Schleiermacher

Secara periodik, kehidupan Schleiermacher dapat dipetakan sebagai


berikut:4

1768 : Lahir di Breslau

1783 : Mengenyam pendidikan menengah Sekolah Moravian di Niesky

1785 : Studi Teologi

1787 : Matrikuasi di Universitas Halle

1790 : Lulus ujian teologi di Direktorat Gereja Reformasi Berlin

1793 : Berakhirnya periode sebagai guru privat

1796 : Menjadi Pendeta di RS. Charite Berlin

1803 : Mengajar Etika dan Teologi Pastoral di Universitas Wuzburg


1
Aliran Obyektivis adalah aliran yang lebih menekankan pada pencarian makna asal dari
obyek penafsiran (teks tertulis, teks diucapkan, prilaku, simbol-simbol kehidupan, dll). Bagi
aliran ini, penafsiran merupakan upaya merekonstruksi apa yang dimaksud oleh pencipta teks.
2
Lihat https://www.academia.edu/5526817/Hermeneutika_Gramatikal_Schleiermacher
diakses pada senin, 5 okt 2015 pukul 05.31
3
Lihat Sahiron Syamsudin, Hermeneutika dan Pengembangan ‘Ulum al-Qur’an, (Yogyakarta:
Pesantren Nawesa Press, 2009), hlm. 27
4
Lihathttp://www.kompasiana.com/anitakade/
hermeneutikscheleiermacher_550eb0e7a33311b32dba830b diakses pada senin, 5 oktober 2015
pukul 05.25. Bandingkan dengan Sahiron Syamsudin, Hermeneutika dan Pengembangan ‘Ulum al-
Qur’an,hlm. 27-29
1813 : Menjadi wartawan dan editor surat kabar “The Prussian Correspondent”

1810-1820 : Dekan pada fakultas Teologi Universitas Berlin

1815-1816 : Rektor Universitas Berlin

1834 : Wafat

C. Hermeneutika Schleiermacher

Hermeneutika sebagai sebagai seni pemahaman ternyata belum menjadi


sebuah disiplin umum, melainkan hanya sebagai pluralitas dari hermeneutika
tertentu.5 Pernyataan ini disampaikan oleh Schleiermacher sebagai pembuka
kuliahnya pada 1819. Pernyataan ini mengungkapkan tujuan fundamentalnya,
yaitu meletakkan hermeneutika umum sebagai seni pemahaman. 6 hermeneutika
semacam ini kemudian dikenal sebagai hermeneutika generalis.

Menurut Schleiermacher, ada dua tugas hermeneutik yang pada hakikatnya


identik satu sama lain, yaitu interpretasi gramatika dan interpretasi psikologis.
Bahasa gramatikal merupakan syarat berpikir setiap orang. Sedangkan aspek
psikologis interpretasi memungkinkan seseorang menangkap ‘setitik cahaya’
pribadi penulis. Oleh karenanya, untuk memahami pernyataan-pernyataan
pembicara orang harus mampu memahami bahasanya sebaik memahami
kejiwaannya. Semakin lengkap pemahaman seorang atas sesuatu bahasa dan
psikologi pengarang, akan semakin lengkap pula interpretasinya. Kompetensi
linguistik dankemampuan mengetahui seseorang akan menentukan
keberhasilannya dalam bidang seni interpretasi.7

5
Ia mengatakan : Hermeneutics as the art of understanding does not yet exixt in general
menner, the there are instead only several forms of spesific hermeneutics. Lihat Sahiron
Syamsudin, Hermeneutika dan Pengembangan ‘Ulum al-Qur’an,hlm. 27
6
Schleiermacher meletakkan hermenetika lebih luas, yakni tidak hanya terbatas pada teks
bible dan teks-teks kuno lainnya. lebih dari itu, hermeneutika juga bisa diaplikasikan untuk
menafsikan karya sastra, dokumen hukum, kitab-kitab kegamaan. Lihat Ricard E. Palmer,
Hermeneutika; Teori Bari Mengenai Interpretasi, terj. Mansur Hery dan Damanhuri Muhammed,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet II, 2005), hlm. 95
7
E. Sumaryono, Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2013) Cet. XII, hlm. 41
Kedua tugas hermeneutika yang identik dengan gramatikal dan psikologis
di atas, kemudian dikenal menjadi hermeneutika gramatikal dan hermeneutika
psikolois. Inilah pokok pikiran dari Schleiermacher. Penjelasan lebih mendalam
tentang kedua hermeneutika yang diusung oleh Schleiermacher akan dibahas
dalam sub bab berikutnya.

a) Hermeneutika Gramatikal

Hermeneutika gramatikal menekankan bahwa seorang penafsir harus


memperhatikan aspek bahasa yang digunakan dalam teks yang sedang
ditafsirkan. Dalam hal ini, Schleiermacher mengetengahkan pentingnya
memperhatikan aspek diakronik teks, seperti kosa kata dan tata bahasa
yang memang berlaku pada saat teks yang ditafsirkan itu muncul. Selain
itu, ia juga menekankan pentingnya hubungan antar bagian teks (among
parts of the text) dan relasi antara bagian-bagian teks (the parts) dan
keseluruhan (the whole).8

Menurut Schleiermacher, keterikatan antara hermeneutika dan


grammar (tata bahasa) berdasarkan fakta bahwa setiap ungkapan
dipahami melalui prapemahaman (presupposition of understanding)
bahasa, yang mana keduanya terkait pada bahasa. Setiap pikiran
diungkapkan melalui kata-kata, tanpa kata-kata pikiran tidak akan jelas
dan bisa dimengerti. Oleh karena itu, hermeneutika sebagai seni
pemahaman terikat pada tata bahasa karena sebuah pemikiran hanya akan
bisa dipahami melalui bahasa.9

Di samping itu, setiap ungkapan mensyaratkan sebuah bahasa


tertentu. Setiap orang memiliki bahasa tersendiri sehingga untuk
memahami pemikiran orang tersebut maka diharuskan untuk memahami
bahasa yang digunakan secara menyeluruh. Bahasa tidak hanya sebuah
kompleks representasi tunggal, akan tetapi sebuah sistem hubungan yang
melingkupi representasi tersebut.10

8
Sahiron Syamsudin dkk., Pemikiran Hermeneutika Dalam Tradisi Barat: Reader
(Yogyakarta: LP UIN Suka), hlm. ix. Hlm, 41
9
Lihat https://www.academia.edu/5526817/Hermeneutika_Gramatikal_Schleiermacher
diakses pada senin, 5 okt 2015 pukul 05.31
10
Bagi Schleiermacher ada beberapa prinsip dan kaedah linguistik yang
harus dipegangi oleh seorang penafsir. Di anataranya adalah sebagai
berikut:11

1. Everything in a given utterance which requires a more precise


determination may only be determined from the language area
which is common to the author and his original audiences. (segala
hal yang ada dalam ungkapan tertentu yang menuntut penentuan
makna yang lebih tepat, hanya dapat diterapkan memalui bidang
bahasa yang telah diketahui oleh pengarang dan audiens aslinya).
2. The sense of every word in a given location must be determined
according to its being together with those that surround it. (makna
setiap kata pada tempat tertentu harus ditentukan sesuai dengan
kebersamaanya dengan kata-kata lain yang berada di sekitanrya).
3. The vocabulary and the history of the are of an author related as the
whole from which his writings must be understood as the part, and
the whole must in turn, be understood from the part. ( kosakata/
bahasa dan sejarah era pengarang depandang sebagai keselurahan,
yang darinya tulisan-tulisan harus dipahami sebagai bagian, dan
keseluruhan pada gilirannya harus dipahami dari bagian-bagian
itu).

b) Hermeneutika Psikologis
Secara garis besar, Schleiermacher berpendapat bahwa seseorang
tidak bisa memahami sebuah teks hanya dengn semata-mata
memperhatikan aspek bahasa saja, melainkan juga dengan memperhatikan
aspek ’kejiwaan’ pengarangnya. Seorang penafsir teks harus memahami
seluk beluk pegarangnya. menurutnya, teks itu tidaklah otonom, melinkan
dependen (tergantung) pada dan terikat oleh pencipta teks. Pertanyaannya
adalah : Bagaimana kita bisa memahami ’kejiwaan’ pengarang, sehingga
teks yang diproduknya bisa dipahami secara benar ?
Dalam hal ini Schleiermacher menawarkan 2 metode penting, yakni
divinatory method (metode divinatori) dan comparative method (methode
11
Sahiron Syamsudin, Hermeneutika dan Pengembangan ‘Ulum al-Qur’an,hlm. 25-37
perbandingan). Yakni yang dimaksud dengan divinatory method adalah
“the one,in which one transform oneself into the other person and tries to
understand the individual element directly” (metode dimana seseorang
mentransformasikan dirinya atau ’memasukkan’ dirinya kedalam
(kejiwaan) orang lain dan mencoba memahami orang itu secara langsung.
Adapun methode kedua, Comparative method adalah bahwa seorang
mufassir berusaha memahami seseorang dengan cara membandingkannya
dengan orang-orang lain,dengan asumsi bahwa mereka sama-sama
memiliki ’sesuatu yang universal’ (universal things) atau dengan kata lain:
‘kesamaan-kesamaan’.12
Aspek-aspek kejiwaan dirasa penting bagi Schleiermacher, karena
teks merupakan ekspresi dari seseorang yang merupakan respon terhadap
apa yang telah atau sedang dihadapinya. Artinya, teks memiliki hubungan
dengan apa yang ada di sekitarnya, yang mempengaruhi jiwa seseorang
dalam mengekspresikan isi hatinya (kejiwaan).

12
Sahiron Syamsudin, Hermeneutika dan Pengembangan ‘Ulum al-Qur’an, hlm. 38-39

Anda mungkin juga menyukai