Anda di halaman 1dari 28

EPISTEMOLOGI HERMENEUTIKA

Fitra Pinandhita
Samsul Arifin
Prawacana

Manusia senantiasa melakukan penafsiran


dalam berinteraksi dengan sesamanya baik se-
cara objektif dan subjektif.
Prawacana

Hermeneutika masyarakat kuno berlangsung


secara alamiah, tanpa prosedural, tanpa
kerangka konseptual dan teoritikal. Mereka
tidak mampu memformulasikan prosesnya se-
cara skematis dan sistematis.
Prawacana

Demikian halnya dengan teks. Secara simplisi-


tis, mereka hanya menangkap arti teks dalam
konotasinya sebagai teks tertulis, tidak lebih
dari itu.
Prawacana

Pada awal abad ke 19, hermeneutika diru-


muskan secara metodis dan teoritis. Tidak lagi
bebas namun memaknai teks klasik dalam
wilayah yang luas.
Prawacana

Hermeneutika bertugas memahami tidak


hanya teks tertulis namun juga teks sosial
berupa fenomena sosial kultural.
Pengertian Hermeneutika

Suatu teori atau filsafat mengenai inter-


pretasi makna.

Secara etimologis berasal dari Yunani;


Kata Kerja “hermeneuein” berarti menaf-
sirkan.

Kata Benda “hermeneia” secara harfiah


berarti penafsiran atau interpretasi.
Pengertian Hermeneutika

Istilah Yunani tersebut dinisbahkan


kepada Tokoh Yunani bernama Hermes.

Hermes bertugas menyampaikan pesan


jupiter kepada manusia.

Berhasil atau tidaknya misi sepenuhnya


tergantung pada bagaimana pesan itu
disampaikan.
Perspektif Richard E. Palmer

3 Bentuk Makna Dasar (Pembawa Pesan):

1. Mengekspresikan (to express)


Menegaskan (to assert)
Mengatakan (to say)
Mendeklarasikan (to proclaim)
2. Menjelaskan (to explain)
to make it clear
3. Menerjemahkan (to translate)
Menafsirkan (to interprate)
The Art of Interpretation

Hermeneutika dipandang sebagai seni


menafsirkan atau memahami teks dalam
proses mengubah ketidaktahuan menjadi
sesuatu yang dapat dimengerti.
Sejarah dan Perkembangan
Hermeneutika

“Man is an interpreter being”


(Manusia adalah makhluk penafsir)

Mengindikasikan bahwa sejarah


hermeneutika sebagai problem
penafsiran, usianya setua usia manusia
itu sendiri.
Ditinjau Secara Historis-Sosiologis

6 Tipologi Hermeneutika:

1. Dapat ditelusuri dalam sejarah teologis.


Dilakukan oleh para ahli kitab.
Tokoh tafsir yaitu para Nabi.
Ditinjau Secara Historis-Sosiologis

2. Hermeneutika sebagai metodologi filologis.

Menemukan suatu kebenaran dalam teks


tidak harus mengaitkan pengarangnya
karena sebuah kebenaran bisa berdiri
` otonom ketika tampil dalam teks.

Kebenaran tidak terwadahi secara


representatif dengan kehadiran teks
Ditinjau Secara Historis-Sosiologis

2. Hermeneutika sebagai Ilmu Pemahaman


Linguistik (Awal Abad ke-19).

Friedrich Schleirmacher memasukan


pertimbangan epistemologis ke dalam
wacana metodologis sebagai pendekatan
pertama hermeneutika.

Memasukkan tanda lisan dan tertulis untuk


menghindari kesalahpahaman
Ditinjau Secara Historis-Sosiologis

4. Hermeneutika sebagai fondasi metodologi


bagi ilmu-ilmu kemanusiaan.

Wilhelm Dilthey memfokuskan pada ranah


pemahaman seni, aksi, dan tulisan manusia.
Ditinjau Secara Historis-Sosiologis

5. Hermeneutika sebagai fenomenologi Dasein


dan Pemahaman Eksistensial.

Hermeneutika adalah pertemuan dengan


ada (being) melalui bahasa.

Hermeneutika larut dalam persoalan


filosofis yang tidak bisa lari dari persoalan
epistemologis dan ontologis.
Ditinjau Secara Historis-Sosiologis

6. Hermeneutika Sebagai Sistem Penafsiran.

Paul Ricoeur
Hermeneutika menjadi sebuah teori tentang
seperangkat aturan yang menentukan
interpretasi terhadap berbagai teks.

Kaya, sistematis, dan complicated.


Macam-Macam Hermeneutika
Hermeneutika Teoritis
• DEFINISI  mencari makna atau pemahaman yang benar sesuai yang di-
inginkan olah penggagas teks tersebut (makna yang
obyektif atau makna yang valid menurut pengarang atau
penggagas teks).

• PENDEKATAN HERMENEUTIKA TEORITIS MENURUT


SCHLEIERMACHER

1. Pendekatan linguistic (dari sisi bahasa)  dengan cara analisis teks secara lang-
sung.
2. pendekatan psikologi  mengarah pada unsur psikologis yang obyektif sang
penggagas ( penafsir/ pembaca harus mengetahui psikologis sang penggagas teks
dengan mengandaikan diri pada posisi penggagas)

• Pendekatan psikologis menyatakan bahwa penafsiran dan pema


haman adalah mengalami kembali proses-proses mental dari
pengarang teks atau reexperiencing the mental prosesses of the teks author.
Lanjutan

PENDEKATAN HERMENEUTIKA MENURUT DILTHEY


• Pendekatan histori  makna sebagai produk dari aktifitas
penafsiran bukan ditentukan oleh subjek yang transcenden-
tal tetapi lahir dari realitas hidup yang menyejarah (makna
yang obyektif dari ekspresi sejarah dan representasi dari
kondisi historikalitas penulis atau pengarang teks)
PENDEKATAN HERMENEUTIKA MENURUT EMILIO
BETTI
• Emilio Betti menyatukan pendekatan-pendekatannya antara
Schleiwrmacher dan Delthey menjadi satu yaitu pendekatan
linguistic, pendekatan psikologis dan pendekatan his-
toris yang menghasilkan makna yang obyektif.
Hermeneutika filsafat
• DEFINISI  Hermeneutrika fifosofis berpendapat dengan tegas bahwa pe-
nafsir atau pembaca telah memiliki prasangka atau pra pemahaman
atas teks yang dihadapi sehingga tidak mungkin untuk menghasilkan
makna yang obyektif atau makna yang sesuai dengan penggagas
teks.

• IMPLIKASI  konsep mengenai apa yang yang terlibat dalam penafsiran


pada akhirnya bergeser dari reproduksi sebuah teks yang sudah ada se-
belumnya menjadi partisipasi dalam komunikasi yang sedang berlangsung
antara masa lalu dan masa kini.

• TUJUAN  Istilah lain bahwa jika hermeneutika teoritis bertujuan untuk


memproduksi makna sebagaimana makna awal, yaitu makna yang di-
inginkan penulis atau penggagas teks, maka filsafat hermeneutika
bertujuan memproduksi makna yang sama sekali baru.
Lanjutan
• TOKOH-TOKOH HERMENEUTIKA FILOSOFIS
1. Herdegger  hermeneutika adalah bukan a way
of knowing tetapi a mode of being.
2. Gadamer  penafsiran adalah peleburan hori-
zon-horizon (fusion of horizon) yaitu horizon
penulis atau pengarang dan penafsir atau
pembaca, masa lalu dan masa kini.
KESIMPULAN  makna teks sebagai produk aktifi-
tas penafsiran pasti akan melampaui penulis
atau pengarang teks itu sendiri
Hermeneutika kritis
• DEFINISI 
1. SECARA UMUM  sebutan kritis di sini adalah penaksiran atu
hubungan-hubungan yang telah ada pada pandangan standar,
yang berasal dari pengetahuan mengenai sesuatu yang lebih baik,
yang telah ada sebagai potensi atau tendensi di masa kini.
2. SECARA KHUSUS  sudut pandangnya mengkritik standar konsep-
konsep penafsiran yang ada pada sebelumnya, yaitu hermeneutika
teoritis dan hermeneutika filisofis.
PENDAPAT  Kedua hermeneutika yang mempunyai sudut pan-
dang yang berbeda ternyata sama-sama mempunyai sikap setiap
terhadap teks, artinya sama-sama berusaha menjamin kebenaran
makna teks. Ini yang kemudian menjadi lading hermeneutika kri-
tik, yang justru lebih cenderung mencurigai teks yang diasumsikan se-
bagai tempat persembunyian kesadaran- kesadaran palsu.
Lanjutan

• TOKOH TOKOH HERMENEUTIKA KRITIS


1. Habermas  Hermeneutika kritis lebih
cenderung pada penyelidikan dengan membuka
selubunh-selubung penyebab adanya distorsi dalam
pemahaman dan komunikasi yang berlangsung dalam
interaksi kehidupan sehari-hari. Ia lalu mempertim-
bangkan factor-faktor di luar teks yang dianggap mem-
bantu mengkonstitusikan konteks teks.
2. Apel  Prinsip regulatif  pemikiran yang selalu
berusaha melakukan perbaikan dan penyempurnaan
seiring perubahan ruang dan waktu tanpa ada batasan,
meski pada dasarnya manusia tidak sempurna
Babak Baru Hermeneutika
Kontemporer
• Teori hermeneutika di tangan Gadamer memesuki babak baru
yang sangat
penting
• Gadamer menolak konsep hermeneutika sebagai metode,
meskipun hermeneutika meneurutnya adalah penafsiran dan
pemahaman, namun dia tidak menyatakan bahwa penafsiran
dan
pemahaman itu bersifat metodis atau sebuah aturan mencapai
kebenaran.
• Dialektika adalah proses pemahamnan dari hasil peleburan
antara horizon-horizon, yakni horizon teks dengan horizon
pembaca atau penaafsir. Di sini menunjukkan bahwa
hermeneutika adalah peristiwa dialektik atau dialektikal (dia-
log)
Lanjutan

• Gadamer menyebutkan bahwa ada empat konsep tentang


manusia yang memperkaya hermeneutika atau penafsiran dan
pemahaman
1. Kebudayaan
2. Pertimbangan poraktis yang baik  Suara hati
3. Pertimbangan memahami hal hal khusus sebagai contoh
yang universal  Prinsip dan hukum hukum yang dapat
diolah manusia.
4. Taste atau selera  Selera tidak terbatas pada apa yang
indah secara alami dan berkaitan dengan seni, tetapi meliputi
seluruh moralitas dan perilaku.
Lanjutan
• Menurur Gadener  semua penafsiran atau pemahaman bersifat
prasangka. Ini berarti bahwa gagasan membebaskan penafsiran dan
pemahaman dari prasangka adalah sesuatu yang aneh.
• Berprasangka  mempertentangkan antara rasio di satu pihak
dengan prasangka dan otoritas di lain pihak
• Prasangka oleh Gadamer berasal dan diklasifikasikan menjadi 3
1. Vorhabe (latar belakang pendidikan dan agama)  contoh:
memahami tentang takdir.
2. Vorsichit (sudut pandang tertentu tentang teks tersebut)  contoh: tatkala melihat
peristiwa kecelakaan mobil, maka seorang dokter
akan melihat sisi yang berbeda dari seorang makelar mobil meski
sama-sama melihat kejadian yang sama.
3. Vorgriff (konsep-konsep yang ada di kepala penafsir atau pembaca),
penafsir atau pembaca akan menjelaskan obyek tafsir sesuai dengan apa yang dike-
tahui, sesuai dengan konsep yang telah dibuatnya sendiri. 
contoh: matoa adalah seperti buah rambutan yang tanpa rambut.
Karya Raden Saleh

Karya Nicolaas Pienaman

Anda mungkin juga menyukai