Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR KERJA TUGAS RESUME MODUL

PENDALAMAN MATERI PPG DALAM JABATAN TAHUN 2023

Nama : Ulfah Al Nadlroh


NIM : 2281122911
Modul : Makna Filosofis Materi Al Quran Hadis
KB : KB 1 Pendekatan Hermeneutika Dalam Kajian Al-Qur’an
Dosen : Prof. Dr. H. Dedi Djubaedi, M.Ag
A. Pemetaan Konsep/Mind Map (Silahkan dibuatkan pemetaan konsep dari materi yang terdapat
dalam KB dari modul yang dikaji)

B. Lakukan Analisis mengikuti alur I-CAREberikut:

Komponen Deskripsi
Jelaskan secara
keseluruhan 1. PENGERTIAN HERMENEUTIKA DALAM KAJIAN AL-QUR’AN
gambaran materi Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani " hamencuin " yang
berarti menafsirkan. Kata ini erat kaitannya dengan nama salah
yang sudah seorang dewa Yunani, Hermes. Hermes dianggap sebagai utusan
saudarapelajari! para dewa di langit untuk menyampaikan pesan kepada manusia
di dunia.
Pengasosiasian hermeneutika dengan Hermes secara sekilas
menunjukkan adanya tiga unsur yang pada akhimya menjadi
variabel utama pada kegiatan manusia dalam memahami.
tiga unsur itu adalah; Tanda, atau teks yang menjadi sumber atau
bahan dalam penafsiran yang diasosiasikan dengan pesan yang
dibawa oleh Hermes.Perantara atau penafsir (Hermes) dan
Penyampaian pesan oleh sang perantara agar bisa dipahami dan
sampai kepada penerima
Secara terminologinya hermeneutika bisa diterjemahkan ke dalam
tiga pengertian :
 Pengungkapan fikiran dalam kata kata, penterjamahan dan tindakan
sebagai penafsir.
 Usaha mengalihkan dari sutau bahasa asing yang maknanya gelap
tidak diketahui ke dalam bahasa lain yang bisa dimengerti oleh si
pembaca
 Pemindahan ungkapan fikiran yang kurang jelas, diubah menjadi
bentuk ungkapan yang lebih jelas.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
hermeneutika adalah ilmu pengetahuan yang mencoba untuk
menginterpretasikan bagaimana sebuah teks atau kejadian pada
waktu yang lalu dapat dimengerti dan bermakna secara eksistensial
dalam situasi sekarang sehingga makna teks akan bergerak dinamis
dan historis sesuai dengan perubahan dan tututan zaman.
2. Kajian Historis Hermeneutika
Sejarah mencatat bahwa istilah "hermeneutika" dalam pengertian
sebagai "ilmu tafsir" mulai muncul di abad ke-17, istilah ini
dipahami dalam dua pengertian, yaitu hermeneutika sebagai
seperangkat prinsip metodologis penafsiran, dan hermenutika
sebagai penggalian filosofis dari sifat dan kondisi yang tidak bisa
dihindarkan dari kegiatan memahami.
Hermeneutika pada awal perkembangannya lebih sebagai gerakan
eksegesis di kalangan gereja, kemudian berkembang menjadi
"filsafat penafsiran" yang dikembangkan oleh Schleiermacher. Ia
dianggap sebagai "bapak hermeneutika modern" sebab membakukan
hermeneutika menjadi metode umum interpretasi yang tidak terbatas
pada kitab suci dan sastra.
Kemudian Wilhelm Dilthey mengembangkan hermeneutika sebagai
landasan bagi ilmu kemanusiaan. Hans – Georg Gadamer kemudian
mengembangkan hermeneutika menjadi metode filsafat, terutama di
dalam bukunya yang terkenal Truth and Method.
Selanjutnya, hermeneutika lebih jauh dikembangkan oleh para
filosof seperti Paul Ricoeur, Jurgen Habermas, dan Jacques Derrida.
Perkembangan dari hermeneutika ini merambah ke berbagai kajian
keilmuan, Dan ilmu yang terkait erat dengan kajian hermeneutika
adalah ilmu sejarah,filsafat, hukum, kesusastraan, dan ilmu
pengetahuan tentang kemanusiaan.
3. Faktor-Faktor timbulnya Hermeneutika dalam kajian Al
Qur’an.
Menurut Alparslan Acikgence ada tiga faktor yang mendorong
munculnya konsep Hermeneutika :
 Terdapat komunitas ilmuwan yang mempunyai pandangan hidup
yang berkonsep apa yang mereka memiliki yaitu lingkungan
Konseptual.
 Terdapat hubungan atau keterkaitan antara satu konsep dan konsep
keilmuan yang lainnya yang membentuk kerangka konsep keilmuan
 Adanya hubungan konsep itulah yang kemudian menjadikan suatu
cara pandang terhadap sesuatu yang kemudian akan menghasilkan
keterkaitan antara satu kosa kata dan kosa kata teknis lainnya.

Berkenaan dengan adanya tiga faktor tersebut, warner menyebutkan


setidaknya ada tiga lingkungan atau milieu yang menjadi pengaruh
terhadap timbulnya konsep hermeneutika, diantaranya:
 Pemahaman yunani yang mempengaruhi lingkungan masyarakat.
 Lingkungan atau milieu yahudi dan kristen yang memiliki kesulitan
terhadap memahami dan mengaplikasikan teks kitab suci mereka,
kemudian mereka berusaha mencari konsep model yang cocok untuk
Interpretasi.
 Lingkungan masyarakat eropa di zaman enlightenment atau zaman
pencerahan yaitu zaman dimana gerakan intelektual dan filosofis
mendominasi eropa pada abad ke 17 dan 18 yang gagasan nya
berfokus pada nilai kebahagiaan manusia, ilmu pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan penalaran akal, kebebasan, kemajuan dan
toleransi, berusaha untuk bisa lepas dari tradisi dan otoritas yang
bersifat keagamaan, dan kemudian membawa konsep hermeneutika
keluar dari ranah keagamaan.
4. Sejarah perkembangan Hermeneutika
 Hermeneutika sebagai Teori Eksegesis Bibel
Hermeneutika sebagai kajian penafsiran terhadap Bibel merupakan
pemahaman paling awal tentang kedudukan hermenutika sebagai
ilmu. Hermeneutika dalam kajian penafsiran bibel ini dimulai pada
abad ke-17 dengan ditandai terbitnya sebuah buku yang berjudul
Hermeneutica Sacra Sive Methodus Exponendarum Sacrarum
Literarum karya J.C. Dannhauer yang diterbitkan pada tahun 1654.
Tujuan dari teori ini adalah untuk menjelaskan, menginterpretasi,
dan menerjemahkan teks-teks Alkitab. supaya isinya dapat dipahami
oleh umat. Melalui proses tersebut, pembaca dapat mengerti berita
yang disampaikan oleh Alkitab.
 Hermeneutika Sebagai Metodologi Filologi
Perkembangan rasionalisme dan lahirnya filologi klasik pada abad
ke-18 memiliki pengaruh besar terhadap hermeneutika bibel. Dari
posisi ini kemudian muncul metode kritik historis dalam teologi,
baik mazhab interpretasi bibel gramatis maupun historis. Keduanya
menegaskan bahwa metode interpretasi yang diaplikasikan terhadap
bibel juga dapat diaplikasikan pada teks-teks yang lainnya.
 Hermeneutika sebagai Ilmu Pemahaman Linguistik
Salah seorang pemikir hermeneutika Schleiermacher memahami
hermeneutika sebagai ilmu atau seni pemahaman. Konsepsi
hermeneutika ini mengimplikasikan kritik radikal dari sudut pandang
filologi, karena ia berusaha melebihi konsep hermeneutika sebagai
sejumlah kaidah dan berupaya membuat hermeneutika sistematis-
koheren, sebuah ilmu yang mendeskripsikan kondisi-kondisi
pemahaman dalam semua dialog. Hasilnya bukan hermeneutika
filologi namun hermeneutika umum yang prinsip-prinsipnya bisa
digunakan sebagai fondasi bagi semua ragam interpretasi teks.
 Hermeneutika sebagai Fondasi Metodologis
Geisteswissenschaften ( ilmu kemanusiaan )
Pemikir hermeneutika lainnya Wilhelm Dilthey yang berpendapat
bahwa hermeneutika adalah inti disiplin yang bisa dijadikan sebagai
pondasi bagi ilmu kemanusiaan yakni semua disiplin yang fokus
pada pemahaman seni, aksi dan tulisan manusia. Untuk menafsirkan
ekspresi hidup manusia, apakah itu berkaitan dengan hukum, karya
sastra maupun kitab suci yang membutuhkan tindakan pemahaman
historis.
 Hermeneutika sebagai Fenomenologi eksistensi dan Pemahaman
Eksistensial
Hermeneutika dalam konteks ini tidak mengacu pada ilmu atau
kaidah interpretasi teks atau pada metodologi bagi ilmu kemanusiaan
Melainkan pada penjelasan fenomenologisnya tentang keberadaan
manusia itu sendiri. Heidegger mengidentifikasikan bahwa
pemahaman dan interpretasi merupakan model fondasional
keberadaan manusia.
 Hermeneutika sebagai Sistem Interpretasi
hermeneutika sebagai sistem interpretasi yang digunakan manusia
untuk meraih makna di balik mitos dan simbol.
Salah satu psikologi yang berhubungan dengan hermeneutika adalah
Teori Psikoanalisa yang merupakan salah satu teori yang membahas
tentang hakikat dan perkembangan bentuk kepribadian yang dimiliki
oleh manusia. Yang memiliki unsur utama dalam teori ini adalah
motivasi, emosi dan aspek kepribadian lainnya, merupakan bentuk
yang sangat nyata hermeneutika karena unsur-unsur situasi
hermeneutis semuanya terdapat di dalam teori psikoanalisa.
5. Konsep Dasar Hermeneutika
 Teori Hermeneutika
Ada tiga makna hermeneutika yang mendasar
1. Mengungkapkan sesuatu yang tadinya masih dalam pikiran
melalui kata-kata sebagai medium penyampaian.
2. Menjelaskan secara rasional sesuatu sebelum masih samar-
samar sehingga maknanya dapat dimengerti.
3. Menerjemahkan suatu bahasa yang asing ke dalam bahasa lain.
Dengan demikian hermeneutika merupakan proses mengubah
sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti. Definisi lain,
hermeneutika metode atau cara untuk menafsirkan simbol berupa
teks untuk dicari arti dan maknanya, metode ini mensyaratkan
adanya kemampuan untuk menafsirkan masa lampau yang tidak
dialami, kemudia di bawa ke masa depan.
 Filsafat Hermeneutika
Hermeneutika filosofis yang dikemukakan Gadamer adalah refleksi
kritis tentang pemahaman dan interpretasi yang berlandaskan
ontologi keterbatasan temporal Dasein, sebuah hermeneutika yang
tidak mengobjektivasi pengalaman dan amat sadar dengan
historikalitas pemahaman.
 Hermeneutika Kritis
Hermeneutika kritis adalah hermeneutika yang menitik beratkan
pada bagaimana cara pemahaman, atau bagaimana cara pemahaman
yang benar. Sedangakan yang menjadi tujuan dalam pencarian
hermeneutika adalah makna yang dikehendaki oleh “pengagas teks”
oleh karena tujuannnya adalah objektif dengan pemahaman yang
akurat, proporsional dan komprehensif, karena dengan pemahaman
yang akurat dan komprehensif itulah yang menjadi perhatian utama
dalam hermeneutika teoritis.
6. Al-Qur’an dalam Persepsi Farid Esack
Farid Esack lahir dari keluarga miskin kulit hitam lahir di Wnyberg,
sebuah kota bagian dari sebuah kota terkenal di Afrika Selatan
bernama Café Town pada tahun 1959. Sang ayah telah
meninggalkan keluarganya ketika dia baru berusia tiga minggu,
sehingga dia hidup bersama ibunya yang menjadi single parent
bersama enam saudara laki-lakinya. Kemelaratan menjadi bagian
dari kehidupan Esack semenjak kecil, ibunya hanya seorang buruh
pabrik yang meski harus bekerja sejak pagi buta hingga malam tetap
saja tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga. Sehingga tidak
hanya kemiskinan yang dialami oleh Esack kecil tetapi dia juga
menjadi saksi dari para korban Apartheid, eksploitasi ekonomi
kapitalis dan patriarkhi sebagaimana yang dialami oleh ibunya.
Berbagai pengalaman hidup termasuk pengalaman dalam beragama
membentuk diri Farid Esack sebagai seorang yang pluralis. Pilihan
menjadi seorang yang pluralis ini kemudian yang membuat Farid
Esack mencari legitimasi dari teks-teks agama yang dipahaminya
dan ditafsirkannya melalui sebuah metodologi yang kemudian
dikenal dengan hermeneutika pembebasan. Lebih lanjut, dia tidak
hanya menafsirkan al-Qur’an tetapi juga mempunyai perhatian
pada persoalan metodologi dimana dia membangun prinsip-prinsip
hermeneutika pembebasannya yang semua itu mempunyai tujuan
praksis, yakni membebaskan masyarakat Afrika Selatan dari segala
macam bentuk ketertindasan.
Al Quran menurut Farid Esack
Menurut Esack, jika dilihat dari lingkup sosio historis dan linguistik
yang tercermin dalam isi, gaya, tujuan dan bahasa al-Qur’an serta
kontekstualitas yang berbeda antara ayat-ayat Makkiyah dan
Madaniyah, maka al-Qur’an adalah wahyu yang merupakan
tanggapan atas masyarakat tertentu. Pembacaan al Qur’an secara
sepintas memperlihatkan bahwa walau diklaim sebagai petunjuk
bagi umat manusia, tetapi secara umum ditujukan kepada orang-
orang Hijaz selama periode pewahyuannya.
Prinsip tadrij yakni bahwasannya Al Quran diwahyukan secara
berangsur-angsur,mencerminkan dengan baik interaksi kreatif antara
kehendak Tuhan, realitas bumi dan kebutuhan komunitas untuk
ditanggapi. Disinilah menurut Esack Al-Qur’an mempunyai sifat
yang progresif dalam pewahyuannya, sifat progresif ini
diilustrasikan dengan baik misalnya dalam kasus larangan minum
alkohol. Oleh karena itu memahami al-Qur’an dalam konteks
historisnya bukan berarti membatasi pesan-pesannya pada konteks
itu, tetapi memahami makna pewahyuannya dalam konteks tertentu
dimasa lalu agar dapat mengkontekstualisasikannya dalam
kenyataan kontemporer.
Berangkat dari pandangan Esack tentang al-Qur’an dan penafsiran
Al Qur’an. Esack membangun metodologinya sendiri yang dikenal
dengan hermeneutika pembebasan. Esack memang mempunyai
perhatian khusus dengan persoalan metodologi dan hermeneutika,
karena menurut Esack hubungan antara turunnya al-Qur’an dengan
konteks dan interpretasinya sangat krusial dan berimplikasi pada
pemaknaan yang didapatkan.
7. Kunci-kunci Hermeneutika Penerimaan
Dalam menyusun hermeneutika al-Qur’annya, Farid Esack
merumuskan kunci-kunci hermeneutikanya yang pada dasarnya
dilandasi oleh semangat perjuangan dan kondisi real masyarakat
Afrika Selatan. Adapun kunci
atau prinsip hermeneutik al-Qur’an Farid Esack adalah:
 Taqwa
Taqwa (integritas dan kesadaran) merupakan ukuran protektif untuk
menghindarkan diri dari pemahaman yang serampangan terhadap
teks al Qur’an yang dipergunakan untuk melegitimasi ideologi yang
mungkin tidak konsisten dengan pandangan dunia Islam.
 Tauhid
Tauhid (keesaan Tuhan). Pada hakekatnya prinsip ini
mengimplikasikan penolakan terhadap konsepsi dualistik mengenai
pengalaman manusia. Dengan adanya prinsip ini maka diharapkan
akan mempunyai pemahaman Al Qur’an yang holistik. Pemahaman
semacam ini akan menjaga dari pemilihan teks-teks tertentu yang
selektif dan arbitrer.
 An Nas
An-Nas (Manusia dan rakyat). Manusia merupakan faktor yang
sangat penting dalam skema Ilahiah. Para penafsir dan sasaran al-
Qur’an adalah An-Nas. Terkait dengan tugas An Nas mengurus
bumi, al-Qur’an haruslah didekati dengan suatu cara yang
memberikan dukungan tertentu bagi kebutuhan manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pemahaman haruslah digali dari
pengalaman dan aspirasi al-Nas.
 Mustad’afun fi al-Ard (kaum tertindas di muka bumi)
Mustad’afun fi al-Ard (kaum tertindas di muka bumi), ini ada dalam
konteks sosio-politik yang menindas, dimana al-Qur’an dipahami
dengan obyek masyarakat yang sedang mengalami transformasi.
Realitas penindasan ini niscaya membentuk pemahaman. Perintah
Ilahi kepada Muhammad juga terkandung perintah untuk dekat
dengan orang-orang yang termarjinalkan.
 Adl dan qisth
Dalam konteks ketidakadilan Al Qur’an menjadi alat ideologis bagi
perlawanan terhadap segala penindasan dan pelecehan.
 Jihad
Jihad (Perjuangan dan praksis). “Barangsiapa berjuang di jalan kami,
akan kami tunjukkan jalan-jalan kami”. Ayat ini mengimplikasikan
suatu proses dialektis di mana perjuangan membentuk petunjuk
sebagaimana petunjuk membentuk perjuangan.
8. langkah-langkah yang digunakan Esack dalam menafsirkan Al
Qur’an adalah:

 Menetapkan satu tema tertentu yang akan dibahas


 Membaca ayat yang berkaitan dengan tema atau isu yang telah
ditentukan sebelumnya
 Memaparkan pandangan para mufassir sebelumnya tentang ayat-ayat
tersebut
 Menyimpulkan kemudian menjelaskan makna yang paling sesuai
setelah melihat konteks ayat dan Asbab An nuzul
 Membahas bagaimana seharusnya ayat tersebut dipahami
 Menjelaskan bagaimana kontekstualisasi ayat untuk muslim Afrika
Selatan dan atau konteks lainnya yang serupa

Jelaskan relevansi Materi kajian tentang pendekatan hermeneutika dalam kajian Al Quran pada
materi dari KB yang modul ini sangat relevan dan sesuai untuk menambah khazanah keilmuan
sudara pelajari tentang ilmu-ilmu penafsiaran Al Quranbagi murid kelas XI MA materi
semester 1 bab 2 dengan judul kaidah kaidah tafsir Quran buku peminatan
dalam konteks keagamaan.
pembelajaran Diharapkan dengan belajar materi ini akan dapat menambah khazanah
materi yang pengetahuan siswa terkait materi kaidah kaidah tafsir Al Quran sehingga
saudaraampu saat mereka mengetahui ilmu tentang kajian tafsir Al Quran dapat dilakukan
ini! secara hermeneutika, dan mereka mengetahui perbedaan tentang konsep
Hermeneutika dengan tafsir Al Quran konvensional.
Pertama, terkait konsep keaslian Al-Qur’an, para ulama tafsir konvensional
sepakat bahwa Al-Qur’an senantiasa terjaga keasliannya hingga hari kiamat,
sedangkan para pengusung hermeneutika berpandangan bahwa Al-Qur’an
telah banyak mengalami perubahan terutama sejak diturunkan dari Allah ke
manusia. Kedua, dalam tafsir konvensional, Al-Qur’an diposisikan sebagai
firman Allah yang sakral, sementara menurut pengusung hermeneutika, Al-
Qur’an adalah produk budaya yang bersifat profan. Ketiga, paradigma
penafsiran konvensional menempatkan makna teks dan pengarang (Allah)
lebih dominan dibanding penafsir, sedangkan paradigma hermeneutika
menempatkan penafsir lebih dominan dari pada pengarang teks. Keempat,
tafsir konvensional selalu mengedepankan sisi atau makna teologis dalam
pembacaan Al-Qur’an, sedangkan dalam hermeneutika unsur teologis sama
sekali tidak diperhatikan. Dengan mengetahui perbedaan perbedaan diatas
diharapkan siswa dapat memahami penafsiran Al Quran dengan bijak dan
sesuai dan tentunya tidak bertentangan dengan sumber hukum islam yaitu Al
Quran dan Hadis. Karena sejatinya Al Quran sebagai mukjizat dengan segala
isinya akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman dimana kasus atau
peristiwa pada zaman dahulu berbeda dengan apa yang terjadi pada saat ini
akan tetapi hukum hukum dalam Al Quran masih bisa depergunakan salah
satunya dengan metode tafsir kontekstual dan kontemporer seperti konsep
tafsir hermeneutika.
Setelah mempelajari materi dari KB ini, saya akan merancang pembelajaran
Jelaskan rencana yang berpusat pada siswa pada mata pelajaran yang saya ampuh. Dengan
penerapan (aplikasi) menggunakan metode pembelajaran Discovery learning dengan langkah
dari konsep/ langkah sebagai berikut :
pengetahuan yang 1)Pemberian rangsangan (stimulation)
2)Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement)
saudara pelajari dari
3)Pengumpulan data (data collection)
KB dalam mata 4)Pengolahan data (data processing)
pelajaran yang Siswa melakukan pengolahan data dan verifikasi untuk kemudian presentasi
saudara ampu! di depan kelas
5)Pembuktian (verification)
Siswa melakukan diskusi dan kelompok untuk verifikasi informasi tentang
materi terkait
6)Menarik simpulan/generalisasi (generalization)

Jelaskan pula Tantangan :


tantangan dan Siswa masih belum mampu memanfaatkan teknologi secara maksimal dalam
solusinya dalam proses mengomunikasikan atau mempresentasikan penemuannya.
Solusinya : siswa diharapkan mempelajari aplikasi design grafis sehingga
menerapkan bisa menyampaikan presentasi dengan lebih jelas dan menarik.
konsep/
pengetahuan yang
sudara pelajari dari
KB dalam
pembelajaran di
kelas.
Jelaskan keterkaitan Kata moderasi berasal dari bahasa Latin yaitu moderatio, yang artinya
materi modul dalam adalah ke sedang an atau tidak kelebihan dan juga tidak kekurangan. Kata
KB ini dengan tersebut mengandung makna penguasaan diri dari sikap sangat kelebihan
dan sikap kekurangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata moderasi
moderasi beragama mengandung dua pengertian yaitu Pengurangan kekerasan dan Penghindaran
keekstreman. Sedangkan orang yang memperaktekan nilai moderasi adalah
moderat, yaitu orang yang menghindari perilaku ekstrim dan
berkecenderungan terhadap sesuatu, artinya orang tersebut memiliki
penguasaan diri dari sikap berlebihan. Begitu pula dalam memilih,
mempelajari dan menelusuri ayat ayat Al Quran dan hadis terdapat beragam
metode, dari mulai metode tafsir konvensional dan tafsir Quran modern
seperti hermeneutika. Ada banyak pro dan kontra mengenai pengaplikasian
ke dua metode ini. Seperti contohnya kontra terhadap konsep hermeneutika
karena metode ini berasal dari barat atau non muslim yang dibutuhkan untuk
memahami Bibel dalam rangka mencari kebenarannya dan mengkritisinya,
karena isi Bibel dianggap problematis, Berbeda dengan Al-Qur’an yang
diyakini kesakralannya.
Metode metode ini tentunya mempunya beberapa kelebihan dan kekurangan
yang bisa menjadi pelengkap satu dengan yang lainnya sesuai dengan
kebutuhan dalam menelusuri sebuah masalah. Dengan adanya perbedaan ini
hendaknya kita menerapkan sikap yang moderat yaitu sikap saling
menghargai pendapat asalkan pendapat itu tidak bertentangan dengan
sumber hukum islam itu sendiri yaitu Al Quran dan hadist. Dari perbedaan
ini kita bisa mengambil pelajaran atau ibrah bahwa sebagai manusia sosial
manusia tidak akan pernah bisa lepas dari keberagaman. Dan dalam
menghadapi keberagaman itu seharusnya kita bisa mengedepankan toleransi
dan bijak dalam menghadapi perbedaan dengan mengedepankan nilai nilai
moderasi beragama agar terhindar dari bencana konflik antar umat
beragama.

Anda mungkin juga menyukai