Anda di halaman 1dari 21

PEMBERIAN KODE (CODING)

DALAM PENELITIAN KUALITATIF


(Tugas Mata Kuliah Metopel Kualitatif )

Disusun Oleh :
KELOMPOK 5

EMIL SALIM (NPM. 181804031)


MARUBUN SILALAHI (NPM. 181804001)
MAULANA LIMBONG (NPM. 181804060)
ATIKAH ASNA (NPM. 181804011)
WILLI NEYLICA RAMBE (NPM. 181804040)
IRA RAHMADANI (NPM. 181804059)
SUCILAWATI YANO (NPM. 181804027)
FITRI HANDAYANI (NPM. 181804041)
ASTRI DELIA RAZI (NPM. 181804081)

MAGISTER PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Dalam penelitian kuantitatif pemberian kode dilakukan manakala


pengumpulan data di lokasi penelitian telah selesai. Peneliti mulai mengatur
pengukuran variabel-variabel penelitian yang ada dalam bentuk bilangan, dalam
bentuk yang dapat dibaca oleh komputer selanjutnya akan dianalisis dengan
menggunakan rumus statistik. Pemberian kode terhadap data dalam penelitian
kuantitatif memiliki makna dan peranan yang berbeda apabila dibandingkan dengan
pemberian kode terhadap data dalam penelitian kualitatif. Peneliti mengorganisasi
data mentah ke dalam kategori-kategori konseptual dan menciptakan tema tema atau
konsep, yang kemudian akan digunakan menganalisis data, di mana kegiatan tersebut
merupakan tugas administrasi yang sederhana; sedangkan pemberian kode dalam
penelitian kualitatif merupakan suatu bagian integral dari analisis data, yang dipandu
berdasar pertanyaan penelitian dan mengarahkan pada pertanyaan-pertanyaan
baru. Keadaan yang demikian membebaskan peneliti kualitatif dari keadaan, dan
sekaligus mampu meraba data mentah secara detail, dan mendorong pada pemikiran
tingkat yang lebih tinggi. Hal ini juga memindahkan peneliti ke arah teori dan
generalisasi.

Pemberian kode dalam penelitian kualitatif, di mana kode disebut juga etiket
atau label untuk menandai unit-unit makna pada setiap informasi deskriptif atau
inferensial yang disepakati dan disetujui selama berlangsungnya kajian tersebut.
Kode biasanya ditempatkan pada “potongan-potongan” dari ukuran yang beragam
berupa kata-kata ungkapan kalimat atau alinea secara keseluruhan baik dihubungkan
maupun tidak diumumkan pada latar khusus penelitian kualitatif.

Pemberian kode adalah dua kegiatan yang bersamaan yakni pengurangan data
mekanis dan pengategorian analisis dari data ke dalam tema. Peneliti kualitatif

2
memakai tatanan di dalam mengorganisasi data. Peneliti terlibat secara langsung ke
dalam proses secara mekanis dimana momen analisis yang sebenarnya terjadi selama
kegiatan wawancara dan pengenalan pola.

Pemberian kode dalam penelitian kualitatif merupakan tugas kegiatan


penelitian yang sangat berat mulai dari tumpukan data mentah menjadi tumpukan
data yang dapat dikelola. Sebagai tambahan terhadap pembuatan kelompok-
kelompok data yang dapat dikelola memungkinkan bagi peneliti untuk menemukan
kembali dengan secara cepat bagian-bagian yang relevan di antara sekian banyak
data yang diberi kode, mengarsip data dari data yang meragukan dan data yang kaku.
Ketegangan demi ketegangan dilalui dengan susah payah, semangat menjadi lemah,
bukti-bukti akhirnya yang terus berkembang. Sebab , dalam mengarsip data tersebut
merupakan bentuk manifestasi peneliti kualitatif berjuang dan berupaya memahami
orang-orang secara khusus.
Dalam pemberian kode terhadap data penelitian kualitatif ada tiga kategori
yang perlu dipahami dengan cara yang berbeda-beda pemberian kode merupakan
suatu pekerjaan yang sulit bagi penelitian kurang berpengalaman untuk memahami
dan menguasai data penelitiannya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

B. Pemberian Kode

1. Pemberian Kode Terbuka

Pemberian kode terbuka dilakukan selama berlangsungnya penelitian tahap-


tahap awal dalam kegiatan pengumpulan data. Peneliti menempatkan tema dan
memberi kode atau lebel awal dalam suatu usaha pertama dalam menempatkan
kumpulan-kumpulan data ke dalam kategori-kategori. Peneliti secara pelan
membaca data catatan lapangan, sumber historis atau data lainnya, mencari
istilah kritis, peristiwa-peristiwa penting, tema-tema, kemudian dicatat secara
cermat. Selanjutnya peneliti menulis suatu konsep awal atau memberi lebel pada
sebuah kartu catatan atau pada hasil rekaman dari computer, menerangkan
dengan tinta berwarna cerah dengan cara serupa. Peneliti kualitatif terbuka untuk
menciptakan tema-tema baru untuk mengubah kode-kode data awal tersebut
dalam kegiatan analisis berikutnya. Suatu kerangka teoritis sangat membantu
apabila digunakan dengan cara-cara yang cukup fleksibel.

Tema dan pemberian kode dimana suatu kode tematis yang bagus ialah salah
satu yang mampu menangkap kakayaan kualitatif dari fenomena yang ada, dapat
digunakan dalam analisis, interpretasi, dan penyajian hasil penelitian. Untuk
memberi kode data kedalam tema-tema, peneliti kualitatif terlebih dulu
mempelajari bagaimana “melihat” atau mengenal tema tema yang ada didalam
data. Untuk dapat dan mampu melihat tema-tema dalam data tersebut harus
memiliki kemampuan: 1)mengenal pola-pola yang ada dalam data; 2)memikirkan
dalam hal system dan konsep; 3)mempunyai pengetahuan yang tidak diceritakan
atau memahami latar belakang pengetahuan yang mendalam (seperti mengetahui
mitos Yunani, memahami drama Shakespeare); 4) mempunyai informasi yang
relevan. Selanjutnya pemberian kode data itu mempunyai lima bagian, yaitu label
satu hingga tiga kata atau nama, defenisi dengan satu karakteristik pokok,

4
deskripsi ‘bendera” tentang bagaimana mengenal kode tersebut di dalam data,
semua eksklusi atau kualifikasi. Sebagai contoh lihat paparan berikut:

Label : Membantah peran gender


Defenisi : Ketidaksetujuan antarpribadi secara verbal seperti halnya
konflik atau pembantahan tentang bagaimanakah perilaku
yang baik dapat diterima bagi pria dan wanita dalam
interaksi mereka bersama ataupun terpisah karena
mereka adalah pria.
Flag (Bendera) : Sebuah contoh peringatan yang sarkastik, gurauan, atau
ketidaksetujuan (ungkapan secara halus terhadap
argumentasi kemarahan) terhadap apa-apa yang harus
dilakukan oleh pria maupun wanita karena mereka secara
manusiawi adalah tetap pria atau wanita.
Kualitatif : Hanya berbantahan diantara orang-orang yang
mempunyai gender yang sama untuk mempertimbangkan.
Semua jenis perilaku (baik verbal maupun nonverbal)
dapat menjadi target dari suatu perbantahan. Interaksi
diantara orang-orang yang homoseksual dan transgender
tidak dimasukkan.
Contoh : Diluar kelas Nadia dan Izzah usia 16 Tahun, berdiskusi
tentang janji mereka beberapa waktu yang lalu. Nadia
berkata “kita keluar untuk membeli pizza, sudah pasti
Izzah tidak membayar”; Izzah mengingatkan “sudah pasti
kamu mengira kamu yang membayar” nadia menjawab:
“oh……lupakanlah”

Tiga kesalahan untuk menghindarkan ketika pemberian kode terhadap data


kualitatif, walaupun tetap berada pada label deskriptif saja (bukan pada analitis)
dan memperlakukan cara pengkodean sebagai proses mekanisme murni, dan
dalam pemberian kode tersebut sesuai dan tidak fleksibel.

5
Dalam pemberian kode terbuka untuk membawa tema kepermukaan dari
kedalaman yang ada didalam data. Tema tema tersebut memiliki tingkat abstraksi
yang rendah dari pertanyaan awal peneliti, konsep didalam literature, istilah yang
digunakan oleh para anggota peneliti ditempat-tempat sosial, atau didalam
pikiran baru yang sudah distimulasi oleh pengalaman kedalam data hasil
penelitian. Penting untuk diperhatikan bagi para peneliti, agar peneliti untuk
tetap melihat konsep abstrak didalam data konkret kembali kebelakang dan
kedepan antara konsep abstrak dan data secara detail.

Orang baru kadang-kadang apabila bukan merupakan


karakteristik/kebiasaan akan terhenti atau macet dalam usaha mereka untuk
memanfaatkan pengungkit subtantif yaitu konsep kedisiplinan, karena mereka
memandang sebagai bentuk-bentuk nyata. Peneliti kualitatif yang telah
berpengalaman lebih sering melihat melalui bagian-bagian abstrak ini
merupakan hal yang biasa, realitas empiris yang diperlihatkannya, oleh
karenanya mereka ini mampu menghadapi banyak perubahan-perubahan
konsep. Dengan demikian, kita mendesak orang baru didalam analisis untuk tetap
kembali keabstraksi yang relative lamban walaupun dalam alur cerita. Sebagai
contoh tercermin dari paparan suatu kajian penelitian Le Masters (1975) Tentang
sebuah kedai minuman, ketika itu dia mengetahui bahwa masalah pernikahan
sebagai tema yang menjadi perbincangan. Ketika dia membuka catatan lapangan
yang diberi kode yang sudah diblok dengan tema pernikahan.

“Saya mengenakan dasi di kedai minuman itu pada hari Kamis, karena pada
hari itu saya baru keluar dari sebuah pertemuan. Yahya memperhatikan dan
segera berkata, “sialan, saya mengenakan salah satu dari benda ketika saya dulu
menikah, dan melihat apa yang terjadi padaku. Demi Allah, orang yang
melakukannya pasti akan mengenakannya“, saya memesan bir lalu bertanya
padanya, “mengapa anda menikah?” dia menjawab “apa yang akan kamu
lakukan? kamu tidak akan dapat menghadapi gadis-gadis selama hidupmu.” Hal

6
yang demikian telah banyak saya lakukan sewaktu saya masih bujangan.” Dengan
kedipan mata dan senyuman. Dia berhenti sejenak untuk memesan minuman
lainnya dan menyalakan sebutir rokok, lalu meneruskan percakapannya. “seorang
pria, cepat atau lambat, senang memiliki rumah sendiri, dan beberapa orang anak
melihat bahwa anda harus menikah. Tidak ada cara untuk menghindarinya dan
itu akan menyulitkanmu. “istri si Yahya berkata “oh….dia bukan anak yang tidak
baik, tetapi dia anak yang sedang sial, dan dia akan marah, mereka memicu saya,
apabila anda pergi kepesta ketika dia mulai bersenang-senang, istri Yahya akan
mengatakan “mari kita pulang”.

Meskipun sebagian dari peneliti kualitatif menyatakan bahwa peneliti mulai


melakukan pemberian kode dengan daftar konsep, peneliti tersebut
menghasilkan tema-tema yang sebagian besar diberi kode selama membaca
catatan data. Terlepas apakah peneliti memulai pemberian kode dengan daftar
tema, biasanya peneliti membuat daftar tema setelah melakukan pemberian kode
secara terbuka. Peranan dan tujuannya tercermin dalam hal : 1)membantu
peneliti untuk melihat tema-tema yang muncul sekilas; 2) menstimulasi peneliti
untuk mendapatkan tema-tema pada pemberian kode terbuka dimasa
mendatang; 3) peneliti menggunakan daftar tersebut untuk membuat ruang dari
tema dalam kajian tersebut, sudah diatur, ditentukan atau dibentuk, digabungkan,
dicabut atau dan dihilangkan, atau pun diperluas dalam analisis selanjutnya.

Para peneliti kualitatif beragam dalam melengkapi dan merinci dalam


pemberian kode terhadap data penelitian kualitatif. Sebagian dari mereka
memberi kode setiap baris, atau setiap beberapa kata; sedangkan yang sebagian
lagi memberi kode pada setiap paragraph; mereka marah dan membantah bahwa
banyak dari data penelitian kualitatif tidak diberi kode dan bahkan dibiarkan.
Tingkatan detail dalam pemberian kode bergantung pada pertanyaan penelitian,
yakni kekayaan data dan tujuan penelitian. Sedangkan pemberian kode yang
sifatnya open-ended berkembang mengarah kepada catatan analitis atau memo

7
yang ditulis oleh peneliti untuk dirinya sendiri selama pengumpulan data itu
berlangsung. Peneliti harus menulis memo-memo pada kode data mereka.

2. Pemberian Kode Aksial

Pemberian kode aksial merupakan jalan atau cara kedua pada data penelitian
kualitatif. Selama pemberian kode terbuka pada data , penelitian memusatkan
perhatian pada data aktual yang memberi table kode untuk tema. Tidak ada
kaitan hubungan antara tema dengan konsep yang digambarkan oleh tema-tema.
Sebaliknya, dalam pemberian kode aksial, peneliti kualitatif memulai dengan
sejumlah kode awal yang terorganisasi atau pada konsep permulaan. Pada cara
kedua ini, peneliti memfokuskan diri pada tema yang diberi kode lebih awal dari
pada yang ada pada data. Kode tambahan atau ide yang baru muncul selama ini,
dan peneliti mencatatnya, tetapi tugas utama peneliti untuk meninjau ulang dan
membuktikan kode awal tersebut. Peneliti berpindah kearah pengorganisasian
ide atau tema, dan mengidentifikasi tentang adanya proses konsep lantaran
sangat penting dalam analisis.

Apakah kode-kode yang dibuat atau direvisi sebelumnya maupun sesudahnya


merupakan cara mendasar, adalah kurang penting apabila dibandingkan dengan
adanya beberapa tatanan struktur konsep. Kode-kode yang ada harus tetap
berhubungan secara erat dengan lainnya, dan cara-cara kajian juga tetap penting,
dan ini merupakan bagian yang mengatur dari struktur.

Selama berlangsung pemberian kode aksial data penelitian kualitatif,


penelitian yang menanyakan sebab akibat, kondisi dan intraksi, strategi dan
proses, mencari kategori-kategori atau konsep yang bersama-sama dalam
kelompok. Peneliti mengajukan pertanyaan misalnya: dapatkah saya sebagai
peneliti membagi konsep-konsep yang ada kedalam sub-sub kategori? Dapatkah
peneliti menggabungkan beberapa konsep yang sangat erat kedalam satu lagi
umum? Dapatkah penelitian ini mengoraganisasi kategori-kategori dalam suatu
urutan ( misalnya A, B kemudian C) atau dengan lokasi fisiknya ( misalnya dimana

8
peristiwa itu terjadi ada hubungannya dengan suatu topic minat utama). Sebagai
contoh seorang peneliti lapangan yang sedang berada dilokasi penelitian sedang
mengakaji kehidupan kelas pekerja yang membagi hal-hal umum tentang hal
pernikahan kedalam sub-sub bagian, misalnya keterlibatan, pernikahan. “ peneliti
menandai semua catatan yang berkenaan dengan bagian dari pernikahan,
kemudian menghubungkan pernikahan dengan tema seksualitas, pembagian
pemburuhan dalam tugas rumah tangga, memandang anak-anak dan sebagainya.
Bila tema itu muncul lagi ditempat yang lain, penelitian dianjurkan untuk
membuat perbandingan sehingga dia dapat melihat tema yang baru ( misalnya,
pria dan wanita memiliki sikap-sikap terhadap perkawinan).

Koding aksial tidak hanya menstimulasikan pemikiran tentang hubungan


antara konsep atau tema tetapi hal ini juga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
baru. Hal ini dapat mengambarkan penurunan beberapa tema atau pengujian
yang lainnya secara lebih mendalam. Sebagai tambahan, ini menguatkan
hubungan antara bukti dan konsep ketika penelitian kualitatif mengonsolisasikan
kode-kode yang ada, dan menunjukkan bukti-bukti,penelitian akan mendapatkan
bukti-bukti dibeberapa tempat untuk tema inti dan membentuk jaringan yang
padat tentang dukungan didalam data kualitatif bagi mereka. Hal ini analog
dengan ide tentang indikator-indikator ganda yang digambarkan berkenaan
dengan reabilitas dan pengukuran variabel-variabel. Hubungan antara tema dan
data diperkuat oleh adanya contoh ganda tentang bukti-bukti empiris.

3. Pemberian Kode Selektif

Pada saat seorang peneliti siap untuk cara terakhir ini bagi seluruh data, dan
peneliti telah melakukan identifikasi tema pokok dari proyek penelitian.
Pemberian kode selektif meliputi scanning data dan kode-kode sebelumnya.
Peneliti kualitatif mencari secara selektif kasus-kasus yang menggambarkan
tema-tema dan membuat perbandingan serta membedakan setelah sebagian
besar pengumpulan data terselesaikan kasus-kasus tersebut dimulai setelah
mereka mengembangkan dengan baik konsep-konsep, dan telah mulai

9
mengorganisasi analisis mereka seluruhnya sekitar beberapa generalisasi inti
atau ide inti. Sebagai contoh, seorang peneliti kualitatif mengkaji kehidupan kelas
pekerja di dalam sebuah warung restoran penjual minuman memutuskan untuk
membuat hubungan gender sebagai tema pokok. Di dalam pemberian kode-
selektif, peneliti kualitatif melanjutkan pengkodean tersebut melalui catatan
lapanganya, mencari perbedaan-perbedaan di dalamnya, bagaimana pria dan
wanita berbicara terkait dengan kencan mereka, baik keterlibatannya,
pernikahan, perceraian,affair perselingkuhan hubungan suami istri. Peneliti
selanjutnya membandingkan sikap pria dan wanita pada masing-masing bagian
dari tema pernikahan mereka.

Selama berlangsung pemberian kode selektif tema-tema pokok atau konsep-


konsep pokok, akhirnya mengarahkan peneliti pada pencaharian. Peneliti
mengorganisasikan kembali tema-tema khusus yang diidentifikasikan dalam
pemberian kode sebelumnya, dan mengerjakan dengan teliti lebih dari satu tema.
Sebagai contoh, dalam kajian penjual minuman pada kelas pekerja, peneliti
membuktikan atau menguji pendapat para pekerja tentang pernikahan dalam
rangka untuk memahami kedua tema tentang hubungan gender dan tema-tema
tentang tahap-tahap siklus kehidupan yang berbeda. Peneliti melakukan hal ini
karena masalah pernikahan dapat dilihat dengan dua cara tersebut. Demikian
juga halnya dengan kajian kelas pekerja, peneliti dapat menggunakan
kesederhanaan untuk memahami tema pokok atau aliansi yang gagal, dan juga
untuk memahami tema-tema yang lain. Sumber-sumber pembagian di dalam
pergerakan tersebut yang didasarkan pada perbedaan-perbedaan etnis atau
perbedaan-perbedan agama di antara para anggota pekerja tersebut.

C. Penulisan Memo Analitis

Memo (Memoing) adalah catatan tentang analisis yang berhubungan dengan


perumusan teori. Memo ini bisa terdiri dari catatan kode, catatan teoretik, dan
pencatatan operasional. Memo ini dapat disertai dengan penyajian hubungan antar

10
konsep secara visual atau diagram. Pembuatan memo dan diagram ini merupakan
langkah analisis yang penting (Strauss dan Corbin, 2007: 223-225). Berikut ini adalah
hal-hal yang perlu kita pertimbangkan jika kita menggunakan memo ini (Miles dan
Huberman, 1994: (72- 76).

Berdasarkan penjelasan singkat di atas, memo merupakan perumusan teori


berdasarkan hasil pencatatan lapangan tentang kode-kode dan hubungannya yang
ditemukan analisis ketika proses pengkodean berlangsung. Memo dapat berupa
suatu kalimat, paragraf, atau beberapa halaman. Berikut ini adalah beberapa contoh
memo yang berhubungan dengan penelitian tentang inovasi pembelajaran di atas:

Tabel 1 : Contoh Memo 1

MEMO: PROSES-PROSES PERBANDINGAN (19 MARET)


Mengenalkan program baru akan selalu melahirkan suatu proses perbandingan, khususnya
perbandingan alternatif-alternatif (lihat kasus-kasus TR-KRON atau TR-ORG)

Para peneliti kualitatif selalu menulis catatan. Data mereka direkam atau
dicatat dalam catatan, mereka menulis komentar tentang metode atau strategi
penelitian mereka di dalam catatan dan sebagainya. Mereka merupakan para
pembuat catatan yang memiliki dorongan kuat, menyimpan catatan mereka yang
terorganisasi pada arsip-arsip, sering memiliki banyak arsip dengan jenis catatan
yang berbeda-beda; sebuah arsip tentang hal-hal yang terikat dengan metodologis
(misalnya, lokasi sumber-sumber atau mengenai etis); suatu arsip tentang peta atau
diagram; arsip tentang garis-garis besar secara keseluruhan yang memungkinkan
tentang suatu laporan akhir; arsip tentang orang-orang atau peristiwa-peristiwa
khusus, dan sebagainya.

Memo Analisis adalah jenis catatan khusus. Hal ini merupakan memo atau
pembahasan tentang pikiran dan ide terkait dengan proses pemberian kode yang
ditulis oleh peneliti untuk kepentingan dirinya sendiri. Setiap tema atau konsep yang
telah di beri kode membentuk kasus suatu memo yang terpisah, dan memo tersebut

11
berisi suatu pembahasan tentang konsep atau tema. Catatan teoretis yang masih
kasar membentuk memo awal atau analitis.

Memo-memo analitis membuat hubungan antara data konkret atau bukti-


bukti yang masih kasar dan abstrak, pemikiran-pemikiran teoretis (lihat contoh pada
gambar 11.1). memo analitis ini berisi refleksi peneliti kualitatif dan pikiran tentang
data dan pemberian kode. Peneliti kualitatif menambah pada memo dan
menggunakannya ketika peneliti mengerjakan lewat data dengan masing-masing tipe
pemberian kode. Memo membentuk basis untuk menganalisis data di dalam laporan
penelitian. Memang, ada bagian-bagian yang ditulis kembali dari memo analitis
dengan kualitas yang baik dapat menjadi bagian-bangian dari laporan akhir
penelitian.

Gambar 11.1 Memo Analitis dan Arsip lain

Data Analytic
Notes Memos Other file

Filed By Concept Filed By Purpese

Final Report
Organized By Data

Teknologi yang digunakan dalam penulisan memo analitis adalah sederhana


berupa pena dan kertas, beberapa buku catatan, satu rak berkas arsip, dan fotocopy
tentang berbagai catatan. Sebagai peneliti kualitatif mengunakan komputer, tetapi ini
tidak merupakan keharusan. Banyak cara untuk menulis memo analitis, masing-
masing peneliti mengembangkan gaya atau metodenya sendiri. Beberapa saran

12
konkret berdasarkan pada pengalaman dari para peneliti kualitatif lainnya diberikan
di dalam kotak 2 (lihat saran-saran penulisan memo analitis). Sebagian peneliti
kualitatif membuat copy ganda tentang catatan, kemudian memotongnya dan
menempatkan bagian-bagian dari satu copy ke dalam suatu arsip memo analitis. Hal
ini berjalan dengan baik apabila arsip secara fisik adalah besar dan memo analitis
disimpan di tempat yang berbeda-beda di dalam arsip (misalnya, pada kertas dengan
warna yang lain atau ditempatkan pada bagian awal). Peneliti lainya mencatat di
dalam tempat-tempat arsip memo analitis dalam catatan data di mana sebuah tema
terlihat. Dengan demikian, akan mudah untuk memindahkan antara memo analitis
dan data. Oleh karena catatan-catatan data diterangkan atau ditandai tema-tema,
akan mudah untuk mendapatkan bagian-bagian khusus di dalam data tersebut. Suatu
strategi yang dapat segera dilakukan ialah menyimpan sebuah catatan dengan cepat
tentang lokasi di mana suatu tema pokok telihat di dalam data, tetapi juga
memasukkan kopi-kopi tentang beberapa bagian penting dari catatan sebagai
referensi yang secara mudah diperoleh/didapat.

Ketika seorang peneliti kualitatif meninjau kembali dan memodifikasi memo-


memo analitis, dan peneliti dengan cepat membahas ide tersebut bersama para
peneliti yang lain, dan kembali di literatur dengan suatu fokus tentang ide baru,
memo analitis bisa membantu untuk menghasilkan hipotesis yang potensial, dapat
ditambahkan. Selain itu juga, dapat dikurangi bila diperlukan dan digunakan untuk
mengembangkan tema-tema baru atau kode-kode sistem yang terbaru.

D. Saran-Saran Penulisan Memo Analitis

1. Mulailah menulis memo dengan pendek setelah penelitian mulai mengumpulkan


data dan melanjutkan penulisan memo hingga sebelum laporan penelitian akhir
diselesaikan.
2. Tempatkanlah tanggal pada entri memo sehingga peneliti dapat melihat
kemajuan dan perkembangan berpikir. Hal ini akan membantu apabila peneliti
membaca kembali cukup waktu. Memo yang rumit, karena peneliti secara

13
periodik akan memodifikasi memo sebagai kemajuan dan penambahan bagi
memo tersebut.
3. Interupsi pembuatan kode atau perekaman data untuk menulis sebuah memo,
jangan sampai menunggu dan membiarkan suatu ledakan kretif wawancara baru
hilang tulisan sesegera mungkin, jangan ditunda-tunda.
4. Bacalah secara periodik memo tersebut dan bandingkanlah memo tersebut
tentang kode yang serupa untuk mengetahui apakah memo tersebut dapat
digabungkan, atau apakah perbedaan-perbedaan antara kode-kode dapat dibuat
secara lebih jelas.
5. Simpanlah suatu arsip terpisah untuk memo tentang masing-masing konsep atau
tema. Semua penulisan memo pada tema atau konsep tersebut disimpan bersama
dalam satu arsip, berkas, atau dalam buku catatan. Buatlah label dengan nama
dari konsep atau tema tersebut sehingga dapat ditempatkan dengan mudah.
Penting untuk membuat jenis-jenis atau menyusun ulang memo-memo secara
fisik ketika analisis berlangsung. Jadi Penelitihan harus dapat dan mampu
mambuat jenis-jenis memo tersebut dengan cara-cara tertentu.
6. Simpanlah memo analisis dan catatan data karena mempunyai tujuan yang
berbeda-beda data tersebut adalah merupakan bukti, dan memo analisis
mempunyai maksud konseptual, pembentukan teori. Peneliti tidak melaporkan
data tetapi merupakan komentar tentang bagaimana data terikat bersama atau
bagaimana sebuah kelompok data merupakan suatu contoh dari sebuah tema
atau konsep umum.
7. Acukanlah pada konsep-konsep lainnya di dalam suatu memo analisis. Apabila
atau hubungan sebab akibat dengan konsep-konsep lain. Catatlah ini semua di
dalam memo analisis untuk memudahkan penggabungan, sintesis, dan analitis
kelaknya.
8. Apabila dua ide timbul secara bersamaan tempatkanlah masing-masing didalam
Memo yang terpisah. Usahakanlah untuk menyimpan masing-masing tema yang
berbeda di dalam sebuah memo dan arsip yang berbeda pula.

14
9. Apabila tidak ada yang baru yang dapat ditambahkan pada sebuah memo dan
peneliti kualitatif telah mencapai suatu titik kepuasan/titik jenuh dalam
mendapatkan data lebih lanjut tunjukkanlah hal itu di dalam memo.
10. Simpanlah sebuah daftar kode atau label untuk memo-memo yang akan membuat
peneliti kualitatif melihat daftar tersebut dan Lihatlah semua memo. Apabila
peneliti kualitatif secara periodik membuat jenis-jenis dan mengelompokkan
kembali memo-memo, mengorganisasi kembali daftar-daftar label untuk
menyesuaikan dengan jenis-jenis memo tersebut.

E. Pengembangan Proses Pemberian Kode

Pemberian kode merupakan kegiatan teknis dalam proses pencatatan data ke


arah persiapan untuk analisis data. Sebelum pemberian kode dilakukan, ada
beberapa kegiatan awal yang harus dilakukan peneliti kualitatif, yaitu membaca
ulang catatan hasil pencatatan awal, menyempurnakan hasil catatan awal, pemberian
kode, kemudian membuat kategorisasi. Tentu banyak model lain dalam proses
pembuatan kode terhadap data atau informasi (teks) yang diperoleh peneliti di lokasi
penelitian baik hasil observasi ataupun hasil dari wawancara. Ada beberapa tahapan
dalam pencatatan dan pemberian kode yang selanjutnya akan dipaparkan secara
singkat berikut.

1. Catatan Awal

Yang dimaksud dengan catatan awal disini adalah pencatatan hasil


pengumpulan data selama peneliti kualitatif berada di lokasi penelitian. Catatan
ini disebut sebagai catatan singkat, yaitu catatan yang dibuat saat peneliti
kualitatif sedang melakukan observasi dan wawancara. Biasanya catatan awal ini
ditulis dalam kalimat yang tidak sempurna atau tidak lengkap, karena mengejar
derasnya arus informasi selama observasi atau wawancara berlangsung. Peneliti
biasanya menggunakan singkatan-singkatan tertentu, tetapi tetap dimengerti
oleh peneliti sendiri. Misalnya, kata kompetensi guru disingkat kompt gr; kata
pendidikan disingkat: pddk; manajemen disingkat: mnj. Lihat contoh berikut.

15
Catatan Awal: Bdsrkn PP No. 19 Tahun 2005, Sma gr hrs mmlk 4 kmtns dlm
Kgtn pbm shg mp dpt dphm olh mrd, prsts mngkt. pmrt mensslkn PP tersebut
lwt pntm gr,

2. Catatan Lanjut

Catatan lanjut ini disebut sebagai catatan yang diperluas, yaitu catatan yang
dibuat sesegera mungkin setelah masing-masing sesi lapangan selesai. Segera
setelah peneliti kualitatif melakukan observasi atau wawancara, peneliti mulai
menyempurnakan huruf atau singkatan yang digunakan sehingga menjadi
kalimat sempurna dan komunikatif. Pembetulan catatan ini diperlukan untuk
kepentingan baik untuk reliabilitas data maupun untuk kepentingan teknis proses
pengetikan dengan komputer terutama apabila data teks tersebut harus diketik
oleh orang lain.
Catatan awal dan catatan lanjut biasanya menggunakan kartu catatan dan
ditulis tangan sehingga praktis dan tidak mengganggu interaksi peneliti. Namun
demikian, catatan lanjut bisa saja langsung diketik dengan komputer (apabila
memungkinkan). Pemberian kode peneliti kualitatif bisa menggunakan cara
pemberian kode dengan tangan, terutama dengan pensil.
Catatan lanjut (penyempurnaan dari catatan awal), dilakukan pada saat
peneliti kualitatif meninggalkan lokasi observasi atau wawancara sehingga
peneliti dapat melakukan pembetulan catatan dengan tenang dan benar (lihat
contoh catatan lanjut)

Catatan Lanjut: Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor. 19 Tahun


2005, Semua guru harus memiliki empat kompetensi dalam kegiatan proses
belajar mengajar sehingga mata pelajaran dapat dipahami oleh murid,
prestasi meningkat. Pemerintah menyosialisasikan Peraturan Pemerintah
tersebut lewat penataran guru.

16
3. Penulisan Transkip dan Proses Pemberian Kode

Definisi kode yang dipaparkan oleh saldana (2009:3). Kode dalam penelitian
kualitatif merupakan kata atau frasa pendek yang secara simbolis bersifat
meringkas, menonjolkan pesan, menangkap esensi dari suatu porsi data, baik itu
data berbasiskan bahasa atau data visual. Dengan bahasa yang lebih sederhana,
Kode adalah kata atau frasa pendek yang memuat esensi dari suatu segmen data.
Serta sisi yang lain pengodean. Pengodean adalah aktivitas memberi kode
terhadap segmen-segmen data. Biasanya dalam melakukan pengodean peneliti
membagi tiga kolom kerja. Satu kolom untuk data mentah, satu kolom untuk kode
awal, dan satu kolom lagi untuk kode akhir. Jadi yang dikodekan saat melakukan
analisis adalah makna perasaan, tindakan dari informan, dan lain-lain tergantung
apa yang terkandung dalam segmen data yang dihadapi. Dengan kata lain proses
pemberian kode terhadap data (Informasi) atau teks, peneliti kualitatif membuat
transkip observasi atau wawancara dengan mengetik data dari catatan lanjut
yang di tulis tangan atau mengcopy dari teks yang sudah diketik komputer.
Formatnya adalah ada kolom, nomor baris dan kolom data teks. Pemberian nomor
baris juga penting, dan ini mudah dilakukan karena menggunakan perangkat
komputer.
Transkip data

Baris Data Teks


001 Berdasarkan peraturan pemerinta
002 No 19 Tahun 2005
003 Semua Guru harus memilih
004 Empat kompetensi dalam kegiatan
005 Proses belajar mengajar sehingga mata pelajaran
006 Dapat dipahami oleh murid
007 Prestasi meningkat
008 Pemerintah menyosialisasikan
009 Peraturan pemerintah tersebut
010 Lewat penataran guru

17
Penelitian kualitatif juga menggunakan kode-kode tertentu secara disiplin untuk
kepentingan analisis. Seperti contoh

PEMBUATAN KODE

KATEGORI KODE
Peraturan pemerintah Pp
Semua guru harus memiliki SGHM
Empat kopetensi 4 KPTS
Dalam kegiatan proses belajar mengajar DL KG PBM
Sehingga mata pelajaran SHG MPaksil
Dapat dipahami oleh murid DPT DPHM MRD
Prestasi meningkat PRST MNKT
Pemerintah mensosialisasikan PMRT MNSOSKN
Peraturan pemerintah tersebut PP
Lewat penataran guru LWT PNTR GR

Perlu dipahami bahwa kategori diatas bisa dijabarkan menjadi sub-kategori


atau sub-kategori sesuai dengan kebutuhan. Contohnya kategori teknik
pengumpulan data dijabarkan menjadi sub-kategori atau komponen-komponen
kategori wawancara, observasi dan dokumentasi, itulah ketiganya termasuk
dalam unsur-unsur dalam teknik pengumpulan data penelitian. Namun ketika
peneliti kualitatif berhadapan dengan teks, data itu telah tersedia tidak disaring
melalui catatan lokasi peneliti, jadi hal yang penting bahwa kategori-kategori ini
sebaiknya digunakan dalam satu cara yang standar sehingga peneliti kualitatif
yang lain dapat mengkatagorikan dengan cara yang sama. Dengan ini pemberian
kode pada data adalah menterjemahkan data kedalam kode-kode yang biasanya
dalam bentuk angka. Tujuannya ialah untuk dapat dipindahkan ke dalam sarana
penyimpanan contohnya komputer dan analisis berikutnya dengan data sudah
diubah dalam bentuk-bentuk angka.

F. Komentar Terhadap Hasil Transkip

Apabila transkip atau catatan lapangan pada lokasi penelitian kualitatif sudah
selesai disusun, pada bagian akhir dari transkip terdapat jenis-jenis akhir komentator

18
sebagai alat bantu untuk memanfaatkan transkip, guna meningkatkan mutu
pengumpulan data berikutnya (juga merenungkan esensi proses dan isi
pengumpulan data yang baru saja dilakukan). Adapun jenis-jenis komentator yang
dimaksud dapat dipaparkan sebagai berikut.

1. Komentar Substantif

Komentator substantif merupakan komentator yang berkaitan dengan


substansi atau hasil pengumpulan data (misalnya, isi wawancara, diskusi
kelompok terarah, dan lain sebagainya). Komentar ini dapat berbentuk substansi
yang berhasil dicakup atau pun belum berhasil dalam pengumpulan data, atau
ringkasan topik – topik yang dibicarakan dalam pengumpulan data. Contoh,
wawancara mendalam ini dapat mencakup proses pengambilan keputusan Guru
dalam memilih alat peraga yang sesuai, bagaimana cara memperoleh alat peraga
pembelajaran, dan dampak yang dirasakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

2. Komentar Metodologis

Komentar metodologis berkaitan dengan metode pengumpulan data


termasuk alat pengumpulan datanya. Komentar dapat berisi masalah, kesulitan,
kesan dan perasaan, yang berkaitan dengan situasi atau cara pengumpulan data,
juga proses atau prosedur pengumpulan data ( atau penelitian secara umum )
beserta peran peneliti.
Contoh, saat dilakukan diskusi kelompok terarah dalam pelatihan
peningkatan kualitas Guru (PKG), terdapat 2 guru yang tidak ikut dalam diskusi
kelompok karena sakit. Namun pada saat diskusi kelompok yang dilakukan
bersamaan dengan hari Jum’at shalat berjamaah di masjid, peserta diskusi datang
satu persatu sehingga mengganggu jalannya diskusi terakhir. Misalnya ketika
sudah sampai pada diskusi mengenai dampak alat peraga, tiba-tiba datang
peserta lainnya sehingga mau tidak mau harus dilakukan perkenalan ulang. Hal
ini dianggap mengganggu kelancaran diskusi kelompok.

19
3. Komentar Analisis

Komentator analisis merupakan komentar yang berkaitan dengan analisis


awal dari hasil pengumpulan data, komentator dapat berupa pertanyaan baru
yang muncul berdasarkan hasil pengumpulan data, kemungkinan-kemungkinan
hipotesis yang dapat dikembangkan, tema yang muncul, koding, atau pun
pemikiran yang berkaitan dengan proses analisis selanjutnya. Contoh, meskipun
wawancara bertujuan mengungkap proses pengambilan keputusan guru dalam
memilih alat peraga. Pertanyaan beserta jawabannya terkesan lebih
menggambarkan faktor – faktor apa yang mempengaruhi pengambilan keputusan
tersebut. Bukan proses pengambilan keputusannya sendiri. Pedoman wawancara
perlu ditinjau kembali agar lebih mencerminkan proses pengambilan keputusan.
Apabila seluruh transkip catatan lapangan telah tersusun, secara umum
disarankan agar peneliti membuat minimal 3 kopi, termasuk 1 masker kopi.
Penyimpanan dalam bentuk disket tidak dapat menggantikan kebutuhan untuk
memiliki 3 salinan transkip dalam bentuk cetak. Ketiganya dapat digunakan
antara lain untuk memberikan komentar-komentar substansi dan metodologi
sebuah. Untuk kepentingan analisis sebuah, serta sebuah master.
Selain itu diperlukan cara pengorganisasian transkip sehingga memudahkan
peneliti kualitatif untuk menemukan transkip kembali apabila dibutuhkan dalam
proses analisis data. Cara penyimpanan transkip dapat dilakukan menurut
tanggal pengumpulan data, jenis cara pengumpulan data, atau pun menurut
sistematika lain sebatas bahwa system penyimpanannya memudahkan peneliti
untuk menemukan transkip kembali. Apabila peneliti menggunakan system yang
terlalu rumit dan njeliment, system tersebut jadi justru mempersulit peneliti
sendiri.

20
Daftar Pustaka

Ahmadi,Rulam.2005. Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif, Research and Training


Center. Malang : Universitas Malang Press.

Alwasilah, A.Chaedar.2009. Pokoknya Kualitatif. Jakarta : Pustaka Jaya.

Alda, Asmadi.2003. Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian
Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Chony, Junaidi Dkk. 2017 Metodologi Penelitian Kualitatif. Depok : Sleman Jogjakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai