Anda di halaman 1dari 14

METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN DICK&CAREY

Dosen Pengampu : Conny Dian Sumadi, S.Pd. M.Pd.

Disusun Oleh :
Moch. Rifa’i 170611100106

Regita Riekenata 170611100112

Nadela Susdiawati 170611100082

Fatimatus Alfaroh 170611100095

Hesty Rohmatul Inayah 170611100091

Nashirotul Arifah 170611100080

Umi Ainun Nazifah 170611100081

Rokhmatul Ummah 170611100116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan
limpah karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penugasan tentang “Metode
Pengembangan Dick&Carey”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi Besar Muhammad SAW. serta semua umatnya di akhir zaman.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membimbing
kami dalam mengerjakan tugas makalah ini, diantaranya :
1. Conny Dian Sumadi, S.Pd, M.Pd, selaku Dosen pembimbing dalam tugas ini,
dan
2. Teman – teman yang telah mendukung kami menyelesaikan makalah ini, serta
semua pihak yang bersangkutan.
Kami menyadari, bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan guna kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
berkepentingan Amin.

Bangkalan, 24 September 2019

Tim Penulis

2
MODEL PENELITIAN PENGEMBANGAN DICK & CAREY

A. Model Penelitian Pengembangan Dick & Carey


Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggris Research
and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat
menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi
di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan
produk tersebut.
Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-
bidang Ilmu Alam dan Teknik. Hampir semua produk teknologi, seperti alat-alat
elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata, obat-
obatan, alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan alat-alat rumah
tangga yang modern diproduk dan dikembangkan melaui penelitian dan
pengembangan. Namun demikian metode penelitian dan pengembangan bisa juga
digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi,
pendidikan, manajemen, dan lain-lain.
Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk tertentu untuk
bidang administrasi, pendidikan dan sosial lainnya masih rendah. Padahal banyak
produk tertentu dalam bidang pendidikan dan sosial yang perlu dihasilkan
melalui research dan development. (Sugiyono: 2016, 407)
Model R&D Dick Carey adalah model pendekatan sistem atau model
pendekatan prosedural yang dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey, dan
James O. Carey dalam The Systematic Design of Instruktion Edisi ke-7 tahun
2009. Kemudian model ini lebih dikenal dengan nama model pengembangan
Dick, Carey, dan Carey atau juga model Dick and Carey. Model prosedural Dick,
Carey, dan Carey ini merupakan model penelitian yang menyarankan agar
penerapan prinsip desain pengembangan disesuaikan dengan langkah-langkah

3
yang harus ditempuh secara berurutan. Model prosedural Dick and Carey ini
merupakan model penelitian yang berorientasi pada pemaparan tahapan
penelitian secara deskriptif. Secara umum tahapan-tahapan dalam penelitian ini
terdiri atas tiga bagian yakni tahap pra-pengembangan, pengembangan, dan
pasca-pengembangan.
Model pengembangan Dick and Carey ini memiliki sepuluh langkah
prosedural. Setiap langkah prosedural dalam komponen penelitian dan
pengembangan dengan model Dick and Carey ini saling dependen dengan
langkah lainnya. Proses langkah evaluasi akan menetukan bentuk revisi atau
perbaikan instruksional pada langkah pengembangan berikutnya. Langkah-
langkah model Dick and Carey ini dijabarkan mulai dari awal pengembangan
sampai pada produk hasil pengembangan.
Model Dick and Carey memiliki ciri khas dari metode R&D pada umumnya,
yakni langkah-langkah yang dikelompokkan dalam lima prosedur penelitian
pengembangan, yakni analisis, pengembangan, desain, implementasi, dan
evaluasi. Kelima langkah prosedur pengembangan tersebut bila diinterpretasikan
dalam 10 model pengembangan Dick and Carey yakni : 1) analisis (analyze)
yang memuat tiga langkah prosedural pada model pengembangan Dick and
Carey di antaranya : menganalisis kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan
(asses needs to identity goals), menganalisis intruksional (conduct instructional
analysis), dan menganalisis pembelajar dan konteks (analysis learners and
contexts), 2) pengembangan (develop), 3) desain (design), dan 4) implementasi
(implement) merupakan langkah-langkah prosedural setelah melakukan tahapan
analisi kebutuhan. Ketiga langkah ini dilakukan secara prosedural berupa siklus
yang dilakukan beberapa kali hingga ditemukan model pengembangan yang
diharapkan selanjutnya pada tahapan kelima model hasil dari langkah-langkah
prosedural develop-design-implement dievaluasi pada tahapan ke 5) evaluasi
(evaluate), tahapan evaluasi berdasarkan model Dick and Carey ditempuh dengan
dua cara, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi ini bersifat

4
menyeluh yang akan mempengaruhi model pengembangan berdasarkan hasil
prosedural pada tahapan develop-design-implement.
Diantara model-model rancangan pengembangan tersebut saat ini salah satu
model rancangan sistem yang sering dipakai dalam penelitian dan pengembangan
secara luas adalah model pendekatan sistem yang dirancang dan dikembangkan
oleh Dick & Carey.
Secara umum menurut model Dick and Carrey, sebelum desainer
merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu menganalisis
pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu.Oleh
karena itu rumusan kemampuan khusus harus berpijak dari kemampuan dasar
atau kemampuan awal. Setelah dirumuskan tujuan khusus yang harus dicapai
selanjutnya dirumuskan tes dalam bentuk criterion reference test, artinya tes yang
mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk itulah maka
dikembangkan strategi pembelajaran, yakni skenario pelaksanaan pembelajaran
yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu dikembangkan
bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.Langkah akhir dari desain
adalah melakukan evaluasi, yaitu evaluasi formatife dan sumatife.Evaluasi
formatife berfungsi untuk menilai efektivitas program dan evaluasi sumatife
berfungsi untuk menentukan kedudukan setiap siswa dalam penguasaan materi
pelajaran.
Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas
maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai
dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada Model
Dick and Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas dan tidak terputus
antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Dengan kata lain, sistem
yang terdapat pada Model Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat
dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.

5
B. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan Dick Carey
Model Dick & Carey banyak di jumpai di banyak buku teks yang beredar di
Indonesia. Model penelitian dan pengembangan yang dirancang oleh Dick &
Carey saat ini merupakan salah satu model yang sering dipakai dalam penelitian
dan pengembangan secara luas. Dalam model tersebut terdiri atas sepuluh
langkah. Terdapat perbedaan istilah yang digunakan antara Model Dick & Carey
1978 dengan model yang terdapat dalam bukunya terbitan tahun 2009.[1]
Meskipun demikian banyaknya langkah atau komponen Model Dick & Carey
1978 sama dengan Model Dick & Carey 2009 hanya terdapat beberapa
perbedaan istilah saja.
Berikut merupakan bentuk alur prosedural dan pengelompokan tahapan
prosedural pengembangan berdasarkan Instructional Design Dick, Carey, dan
Carey

Gambar Model Pengembangan Dick,Carey, and Carey

6
Secara singkat berikut penjelasan mengenai langkah-langkah Model
Penelitian Pengembangan Dick & Carey :

1. Analisis Kebutuhan dan Tujuan (Identity Instructional Goal (s)).


Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau
produk yang akan dikembangkan. Kegiatan analis kebutuhan ini peneliti
mengidentifikasi kebutuhan prioritas yang segera perlu dipenuhi. Dengan
mengkaji kebutuhan, pengembang akan mengetahui adanya suatu keadaan
yang seharusnya ada (what should be) dan keadaan nyata atau riil di lapangan
yang sebenarnya (what is). Dengan cara “melihat” kesenjangan atau gap yang
terjadi, pengembangan mencoba menawarkan suatu alternatif pemecahan
dengan cara mengembangkan suatu produk atau desain tertentu. Tentu saja,
rencana yang akan dilakukan itu dilandasi dari segi teori dan kajian empiris
yang sudah ada sebelumnya, bahwa hal tersebut memang patut atau layak
dilakukan atau diadakan pengkajian lebih luas lagi. Dengan kata lain, bahwa
berdasarkan analisis ini pula, pengembangan mengetengahkan suatu persoalan
atau kesenjangan dan sekaligus menawarkan solusinya.
2. Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis).
Apabila yang dipilih adalah latar pembelajaran, maka langkah
berikutnya pengembangan melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup
ketrampilan, proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt
need”, perlu diidentifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan
produk atau desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi suatu
produk atau desain yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki
kekhasan tersendiri.
3. Analisis Pembelajar dan Konteks (Analyze Learners and Contexts).
Analisis ini bisa dilakukan secara simultan bersamaan dengan analisis
pembelajaran di atas, atau dilakukan setelah analisis pembelajaran.

7
Menganalis pembelajar dan konteks, yang mencakup kemampuan, sikap,
karakteristik awal pembelajar dalam latar pembelajaran. Dan juga termasuk
karakteristik latar pembelajaran tersebut di mana pengetahuan dan
keterampilan baru akan digunakan untuk merancang strategi instrusional.
4. Merumuskan Tujuan Performasi (Write Performance Objectives).
Merumuskan tujaun performasi atau untuk kerja dilakukan setelah
analisis-analisis pembelajar dan konteks. Merumuskan tujuan untuk kerja,
atau operasional. Gambaran rumusan oprasional ini mencerminkan tujuan
khusus program atau produk, prosedur yang dikembangkan. Tujuan ini secara
spesifik memberikan informasi untuk mengembangkan butir-butir tes.
Pengembang melakukan penerjemahan tujuan umum atau dari standar
kompetensi yang telah ada ke dalam tujuan khusus yang lebih operasional
dengan indikator-indikator tertentu.
5. Mengembangkan Instrumen (Develop Assesment Instruments).
Langkah berikutnya adalah mengembangkan instrumen assessment,
yang secara langsung berkaitan dengan tujuan khusus, operasional. Tugas
mengembangkan instrumen ini menjadi sangat penting. Karena instrumen
dalam hal ini bisa berkaitan langsung dengan tujuan operasional yang ingin
dicapai berdasarkan indikator-indikator tertentu, dan juga instrumen untuk
mengukur perangkat produk atau desain yang dikembangkan. Instrumen yang
berkaitan dengan tujuan khusus berupa tes hasil belajar, sedangkan instrumen
yang berkaitan dengan perangkat produk atau desain yang dikembangkan
dapat berupa kuesioner atau daftar cek.
6. Mengembangkan Strategi Instruksional (Develop Instructional Strategy).
Mengembangkan strategi instruksional, yang secara spesifik untuk
membantu pembelajar untuk mencapai tujuan khusus. Strategi instruksional
tertentu yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan dinyatakan secara
eksplisit oleh pengembang. Strategi pembelajaran yang dirancang ini juga
berkaitan dengan produk atau desain yang ingin dikembangkan. Sebagai

8
contoh, apabila pengembang ingin membuat produk media gambar, maka
strategi apa yang dipakai untuk membuat mempresentasikan media gambar
tersebut. Apabila pengembang ingin mengembangkan suatu desain
pembelajaran tertentu, maka strategi apa yang cocok dan dipilih untuk
menunjang desain tersebut. Jadi dengan pendek kata, peranan strategi tetap
sangat penting dalam kaitannya dengan proses pengembangan yang ingin
dilakukan.
7. Mengembangkan dan Memilih Material Instruksional (Develop and
Select Instructional Materials).
Langkah ini merupakan kegiatan nyata yang dilakukan oleh
pengembang. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, yang dalam
hal ini dapat berupa : bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun
pembelajarn, dan media lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian
tujuan. Produk atau desain yang dikembangkan berdasarkan tipe, jenis, dan
model tertentu perlu diberikan argumen atau alasan mengapa memilih dan
mengembangkan berdasarkan tipe atau model tersebut. Alasan memilih tipe
atau model tersebut biasanya dikemukakan dalam subbagian model
pengembangan.
8. Merancang dan Melakukan Evaluasi Formatif (Design and Conduct
Formative Evaluation of Instruction).
Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang
dilaksanakan oleh pengembang selama proses, prosedur, program atau produk
dikembangkan. Atau, evaluasi formatif ini dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan maksud untuk mendukung proses
peningkatan efektivitas.
Dalam kondisi tertentu, pengembang cukup sampai pada langkah ini
Dick & Carey merekomendasikan suatu proses evaluasi formatif yang terdiri
dari tiga langkah :

9
a. Uji coba prototipe bahan secara perorangan (one-to-one trying out) ; uji
coba perorangan ini dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang
produk atau rancangan tertentu. Uji coba perorangan dilakukan kepada
subjek 1-3 orang. Setelah itu dilakukan uji coba perorangan, produk, atau
rancangan revisi.
b. Uji coba kelompok kecil (small group tryout). Uji coba ini melibatkan
subjek yang terdiri atas 6-8 subjek. Hasil uji coba kelompok kecil ini
dipakai untuk melakukan revisi produk atau rancangan.
c. Uji coba lapangan (field tryout). Uji coba ini melibatkan subjek dalam
kelas yang lebih besar yakni sekitar 15-30 subjek (a whole class of
learners).
Selama uji coba ini, pengembang melakukan observasi dan
wawancara. Dengan demikian, pengembang melakukan pendekatan kualitatif
disamping data kuantitatif (hasil tes, skala sikap, rubrik dan sebagainya). Hasil
validasi dari langkah 8 inilah yang kemudian dipakai untuk melakukan revisi
di langkah selanjutnya.
9. Melakukan Revisi Instruksional (Revise Instruction).
Revisi dilakuakn terhadap proses (pembelajaran), prosedur, program,
atau produk yang dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya. Revisi
dilakukan terhadap tujuh langkah pertama yaitu mulai dari : tujuan umum
pembelajaran, analisis pembelajaran, perilaku awal, tujuan unjuk kerja atau
performansi, butir tes, strategi pembelajaran dan/atau bahan-bahan
pembelajaran. Strategi instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua
pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi instruksional untuk
membuatnya menjadi alat instruksional yang lebih efektif.
10. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design and Conduct
Summative Evaluation).
Hasil-hasil pada tahap revisi instruksional dijadikan dasar untuk
menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat tersebut selanjutnya

10
divalidasi dan diujicobakan atau diimplementasikan di kelas dengan evaluasi
sumatif. Setelah suatu produk, program atau proses pengembangan selesai
dikembangkan, langkah berikutnya melakukan evaluasi sumatif. Evaluasi
sumatif ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat efektivitas
produk, program, atau proses secara keseluruhan dibandingkan dengan
program lain.
Untuk keperluan pengembangan ini biasanya peneliti hanya
menggunakan sampai langkah kesembilan, yakni evaluasi formatif di mana
rancangan, proses, atau program sudah dianggap selesai. Akan tetapi, untuk
keperluan uji efektivitas rancangan, proses, dan program secara menyeluruh
diperlukan uji atau evaluasi secara eksternal. Dengan demikian, diperoleh
tingkat efisiensi, efektiviras dan daya tarik rancangan, proses dan program
secara menyeluru
C. Kekurangan dan Kelebihan Penelitian Pengembangan Dick Carey
1. Kelebihan Model Dick Carey
a. Dengan melihat langkah-langkah yang telah disebutkan , maka dapat kita
lihat bahwa model Dick and Carey ini merupakan tahapan prosedural, dari
tahapan prosedural semacam ini dapat dilihat beberapa kelebihan dari
model ini diantaranya :
b. Setiap langkah jelas dan mudah diikuti. Tahapan-tahapan model ini
merupakan tahapan logis sederhana, artinya desain ini merupakan arah
dan cara berpikir dari kebanyakan orang untuk mencapai suatu tujuan atau
program.
c. Teratur, efektif, dan efisien.Langkah-langkah yang dijelaskan tiap tahap
akan menghindarkan desainer dari multitafsir, sehingga setiap desainer
akan melewati urutan yang sama. Bandingkan dengan model sirkular,
yang memungkinkan desainer memilih langkah yang mungkin. Selain itu,
karena telah terperinci urutannya, model ini menjadi satu arah, jelas, dan
efektif.

11
d. Walaupun secara tahapan, merupakan tahapan prosedur, akan tetapi pada
model ini masih menyediakan ruang perbaikan yaitu pada langkah ke-9.
Adanya revisi pada analisis pembelajaran, memungkinkan perbaikan
apabila terjadi kesalahan dan dapat segera dapat dilakukan perubahan pada
analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut
mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya.
e. Model Dick and Carey sangat sesuai untuk design pembelajaran, bahkan
Gall menyebutkan bahwa tak hanya cocok digunakan untuk design
pembelajaran namun juga untuk penelitian pendidikan secara umum.
f. Model Dick and Carey diacu sebagai model teoretis mandiri dalam ranah
disiplin desain pembelajaran dan menjadi salah satu model pengembangan
dalam Research and Development (R&D).
g. Model Dick and Carey relatif sederhana, namun tahapan dan komponen
yang dikembangkan rinci.
h. Setiap langkah model Dick and Carey adalah suatu prosedur yang sangat
sistematis bila dibandingkan dengan model-model instructional lainnya.
Mulai dari tahap awal pengembangan sampai kepada desiminasi produk
yang dikembangkan dengan melakukan proses perbaikan yang
berlangsung secara terus-menerus hingga target (standar kualitas) produk
yang dikembangkan tercapai, yaitu efektif, efisien dan berkualitas.
2. Kelemahan Model Dick Carey
Walaupun model pembelajaran Dick and Carey ini terlihat sangat
sistematis, logis, dan sederhana, akan tetapi kita dapat melihat beberapa
kekurangan, diantaranya adalah :
a. Desain ini merupakan desain prosedural, artinya desainer harus melewati
tahapan-tahapan yang ditentukan, sehingga model desain pembelajaran
Dick dan Carey terkesan kaku, karena setiap langkah telah di tentukan

12
b. Desain Model ini merupakan desain yang matang, artinya tidak
menyediakan ruang untuk uji coba dan kegiatan revisi baru dilaksanakan
setelah diadakan tes formatif.
c. Jika pembelajaran menggunakan basis internet dan model interaktif,
dimana guru tidak bertemu langsung dengan siswa-siswanya, kecuali
interaksi dengan satu atau dua orang siswa. Model ini akan mengalami
kesulitan, terutama ketika harus menganalisis karakteristik siswa.
d. Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran
maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak
nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).

13
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta

Walter Dick, Lou Carey. 2001. The Systemic Design of Instruction. United State:
Addison-Wesley Educational Publishers Inc

Wina Sanjaya. 2013. Perencanaan dan Designe Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana Prenadamedia Group

14

Anda mungkin juga menyukai