Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan sebuah sistem dimana kegiatan trnasformasi ilmu
pengetahuan dan belajar mengajar berlangsung di dalamnya. Terdapat banyak program
yang diaksanakn untuk mencapai tujuan yang ada di dalam pendidikan. Di dalam
program pendidikan terdapat tujuan dan prosedur pelaksanaan. Dalam menilai apakah
sebuah program telah terlaksana sesuai prosedur yang telah ditentukan dan untuk menilai
apakah program tersebut telah berhasi mencapai tujuan yang diharapkan, maka sebuah
program membutuhkan evaluasi guna memberi penilaian terhada program tersebut.
Evaluasi program sangatlah penting dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana
kualitas sistem perbaikan yang efektif dalam praktik pendidikan dan hasil. Standar
terhadap program, tujuan program, praktik belajar mengajar, hasil belajar membutuhkan
penilaian dan diintegrasikan ke dalam sistem evaluasi.
Evaluasi adalah sarana untuk mempertimbangkan nilai atas dasar tindakan
(kualitatif dan kuantitatif) dianggap valid dan dapat diandalkan, yang membandingkan
hasil aktual dari program dengan hasil yang diantisipasi
Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh, memberikan, dan
menerapkan informasi deskriptif dan menghakimi tentang manfaat dan senilai beberpaa
objek tujuan, desain, implementasi dan hasil untuk memandu keputusan perbaikan,
memberikan laporan pertanggungjawaban, menginformasikan keputusan diseminasi, dan
meningkatkan pemahaman dari fenomena yang terlibat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Model CIPP?
b. Siapa pengemuka Evaluasi Model CIPP?
c. Apa latar belakang munculnya Evaluasi Model CIPP?
d. Bagaimana langkah-langkah penerapan Evaluasi Model CIPP?
e. Apa saja kelebihan dan kekurangan Evaluasi Model CIPP?
f. Bagaimana implementasi Evaluasi Model Cipp dalam pembelajaran sejarah?
1.3 Tujuan
a. Agar para pembaca memahami pengertian, konsep dan hal-hal dasar mengenai
Evaluasi Model CIPP
b. Agar para pembaca dapat mengetahui siapa tokoh yang mengemukakan Evaluasi
Model CIPP
c. Supaya para pembaca dapat mengetahui hal apa yang melatarbelakangi munculnya
Evaluasi Model CIPP
d. Supaya para pembaca dapat memahami langkah-langkah penerapan Evaluasi Model
CIPP
e. Agar para pembaca dapat mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan Evaluasi
Model CIPP
f. Supaya para pembaca dapat melihat gambaran implementasi Evaluasi Model CIPP
dalam pembelajaran sejarah

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Konsep Dasar dan Pengertian Evaluasi Model CIPP


A. Konsep Dasar Model Evaluasi

Jika hal yang ingin dinilai adalah sistem pembelajaran, dan istilah yang tepat untuk
menilai sistem pembelajaran adalah evaluasi, bukan penilaian. Kalau evaluasi dan
penilaian bersifat kualitatif, maka pengukuran bersifat kuantitatif (skor/angka) yang
diperoleh dengan menggunakan suatu alat ukur atau instrumen yang standar (baku).
Dalam konteks hasil belajar, alat ukur atau instrumen tersebut dapat berbentuk tes atau
non-tes. Tes standar sering digunakan untuk menyeleksi calon mahasiswa PTN.

Dalam sistem pembelajaran (maksudnya pembelajaran sebagai suatu sistem), evaluasi


merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk
mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil ang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan
(feed back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan
pembeajaran. Di sekolah, kita sering mendengar bahwa guru sering memberikan ulangan
harian, ujian akhir semester, ujian blok, tagihan, tes tertulis, tes lisan, tes tindakan, dan
sebagainya. Istilah-istilah ini pada dasarnya merupakan bagian dar sistem evaluasi itu
sendiri.1

Model evaluasi merupakan desain atau rancangan evaluasi yang dikembangkan ahli
evaluasi ataupun evaluator dalam melaksanakan evaluasi suatu program. Dalam ilmu
evaluasi program pendidikan ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi
suatu program. Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun maksudnya sama
yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan
objek yang dievaluasi, yang tujuannya untuk menemukan tindak lanjut suatu program.2

Menurut Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:

1) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.


2) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
3) Formatif Sumatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Micheal Scriven.
4) Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
5) Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
6) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan.
7) CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam.
8) Discrepancy Model yang dikembangkan oleh Provus.

Ada juga model evaluasi yang dikelompokkan Nana Sudjana dan R. Ibrahim
(2007:234) yang membagi model evaluasi menjadi empat model utama, yaitu
“measurement, congruence, educational system, dan ilumination”. Berikut pembahasan
mengenai Model CIPP Evaluation Model yang dikembangkan oleh Stufflebeam.3

B. Model CIPP (context, input, process, product)

Model evaluasi ini merupakan yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para
eveluator. Model CIPP ini dikembangkan oleh Stuffleneam,dkk. (1967) di Ohio State
University. CIPP yang merupakan sebuah dari huruf awal empat buah kata, yaitu:

1
Zainal Arifin.2016.Evaluasi Pembelajaran.Bandung:Remaja Rosdakarya.Hal 2
2
Shodiq Abdullah.2012.Evaluasi Pembelajaran.Semarang:Pustaka Rizki Putra.Hal 153.
3
Zainal Arifin.2016.Evaluasi Pembelajaran.Bandung:Remaja Rosdakarya.Hal 73-74.
 Context evaluation: evaluasi terhadap konteks
 Input evaluation: evaluasi terhadap masukan
 Process evaluation: evaluasi terhadp proses
 Product evaluation: evaluation terhadap hasil

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran
evaluasi yang tidak lain adalah komponen dan proses sebuah program kegiatan. Dengan
kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi
sebagai sebuah sistem. Dengan sebagai, jika tim evaluator sudah menentukan model
CIPP sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi program yang ditugaskan
maka mau tidak mau mereka harus menganalisis program tersebut berdasarkan
komponen-komponennya.

Model CIPP hanya berhenti pada mengukur output (Product), sedangkan CIPP
sampai pada implementasi dari product. Sebagai Contoh, jika Product berhenti pada
lulusan, sedangkan outcome (s) sampai pada bagaimana kiprah lulusan tersebut di
masyarakat atau di pendidikan lanjutannya, atau untuk product pabrik, bukan hanya
mengandalkan kualitas barang, tetapi kepuasan pemakai atau konsumen.4

a. Evaluasi Konteks

Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan


yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program.5 Evaluasi konteks
adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak
terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Contoh pengajuan
pertanyaan, menurut Suharsimi (2008:46) untuk evaluasi yang diarahkan pada program
makanan tambahan anak sekolah (PMTAS).

1) Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program


2) Tujuan pengembangan apakah yang belum dapat tercapai program.

4
Suharismi Arikunto dan Cepi Safruddin.2008.Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara. Hal 45-46.
5
Farida Yusuf.2000.Evaluasi Program.Jakarta:Rineka Cipta. Hal 14.
3) Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan.
4) Tujuan manakah yang paling mudah dicapai.6

b. Evaluasi Masukan

Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan. Maksud dari evaluasi
masukan adalah kemampuan awal siswa dan sekolah dalam menunjang PMTAS, antara
lain kemampuan sekolah dalam menyediakan petugas yang tepat, pengatur menu yang
andal, ahli kesehantan yang berkualitas, dan sebagainya.7

Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang


ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan,
bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi:
sumber daya manusia, sarana dan peralatan pendukung, dana anggaran dan berbagai
prosedur dan aturan yang diperlukan.8

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk program pendidikan yang berkenaan


dengan masukan antara lain:

1) Apakah makanan yang diberikan kepada siswa berdampak jelas pada perkembangan
siswa?
2) Berapa orang siswa yang menerima dengan senang hati atas makanan tambahan itu?
3) Bagaimana reaksi siswa terhadap pelajaran setelah menerima makanan tambahan?
4) Seberapa tinggi kenaikan nilai siswa setelah menerima makanan tambahan?9

c. Evaluasi Proses

Evaluasi Proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur


atau rancangan Implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk
keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi

6
Shodiq Abdullah.2012.Evaluasi Pembelajaran.Semarang:Pustaka Rizki Putra.Hal 160.
7
Suharismi Arikunto dan Cepi Safruddin.2008.Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara. Hal 46.

8
Shodiq Abdullah.2012.Evaluasi Pembelajaran.Semarang:Pustaka Rizki Putra.Hal 161.
9
Suharismi Arikunto dan Cepi Safruddin.2008.Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara. Hal 47.
proses meliputi koleksi dan penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik
pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh
mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki.10

Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” ?(what) kegiatan yang
dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab
program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Oleh Stufflebeam diusulkan pertanyaan
–pertanyaan sesuai sesuai dengan jadwal?

1) Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?


2) Apakah staf yang terlibat di dalam pelakasanaan program akan sanggup menangani
kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan?
3) Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal?
4) Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program dan
kemungkinan jika program dilanjutkan?11

d. Evaluasi Produk atau Hasil

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa evaluasi produk merupakan


penilaian yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dalam pencapian tujuan yang
telah ditetapkan. Data yang dihasilkan akan sangat menentukan apakah program
diteruskan,dimodifikasi atau dihentikan.12

Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang
terjadi pada masukan mentah, dalam contoh PMTAS adalah siswa yang menerima
makanan tambahan. Evaluasi produk merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi
program. Dalam program PMTAS, pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan, antara
lain:

10
Shodiq Abdullah.2012.Evaluasi Pembelajaran.Semarang:Pustaka Rizki Putra.Hal 161.
11
Suharismi Arikunto dan Cepi Safruddin.2008.Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara. Hal 47.
12
Shodiq Abdullah.2012.Evaluasi Pembelajaran.Semarang:Pustaka Rizki Putra.Hal 162.
1) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?
2) Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara rincian
proses dengan pencapaian tujuan?
3) Dalam hal-hal apakah berbagai kebuuhan siswa sudah dapat dipenuhi selama proses
pemberian makanan tambahan (misalnya variasi makanan, banyaknya ukuran
makanan, dan ketepatan waktu pemberian)?
4) Apakah dampak yang diperoleh siswa dalam waktu yang relatif panjang dengan
adanya program makanan tambahan ini?13

1.2 Pengemuka Evaluasi Model CIPP

Daniel L. Stufflebeam

Model context input process product merupakan hasil kerja para tim peneliti yang
tergabung dalam suatu organisasi komite Phi Kappsa USA, yang ketika itu diketuai oleh
Daniel Stuffle-Beam. Model CIPP ini juga termasuk model yang tidak terlalu
menekankan pada tujuan suatu program. Model CIPP, pada prinsipnya konsisten dengan
definisi evaluasi program pendidikan yang diajukan oleh komite tentang “Tingkatkan
untuk mengambarkan pencapaian dan penyediakan informasi guna pengambilan
keputusan alternatif”.14

Konsep evaluasi model CIPP ( context, input, process and product) pertama kali
ditawarkan oleh stufflebeam pada 1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA ( the
Elementary and Secondary Education Act). Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam
dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi
untuk memperbaiki.15

Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan
oleh para evaluator. Oleh karena itu, uraian yang diberkan relatif panjang dibandingkan

13
Suharismi Arikunto dan Cepi Safruddin.2008.Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara. Hal 47-48.
14
Sukardi, 2011. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara: hal 62-63
15
Abdullah, 2012. Evaluasi Pembelajaran. Semarang. IKAPI: hal,159-160
dengan model-model lainnya. Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk.
1997 di Ohio state university. CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal
emapat buah kata, yaitu

Context evaluation : evaluasi terhadap konteks


Input evaluation : evaluasi terhadap masukan
Process evaluation : evaluasi terhadap proses
Product evaluation : evaluasi terhadap hasil

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran
evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan dengan
kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi
sebagai sebuah sistem. Dengan kata demikian, jika tim evaluator sudah menentukan
model CIPP sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi program yang
ditugaskan maka mau tidak mau mereka harus menganalisis program tersebut
16
berdasarkan komponen-komponennya.

Stufflebeam (1969,1971,1983, Stufflebeam dan shinkfield 1985) adalah ahli yang


mengusulkan pendekatan yang berorientasi kepada pemegang keputusan ( a decision
oriented evaluation approach structured) untuk menolong administrator membuat
keputusan. Ia merumuskan evaluasi sebagai “suatu proses yang menggambarkan ,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
keputusan.” Dia membuat pedoman kerja untuk melayani para manajer dan administrator
menghadapi empat macam keputusan pendidikan, membagi evaluasi menjadi empat
macam, yaitu:
1. Contect evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini membantu
merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan
merumuskan tujuan program.

16
Jabar, 2008. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta. PT Bumi Aksara: hal 45
2. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong , mengatur keputusan,
menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan
strategi untuk mencapai kebutuhan. Bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya?
3. Process evaluation, to serve implementaing decision. Evaluasi proses untuk membantu
mengimplementasikan keputusan sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa
yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab prosedur dapat dimonitor dan
diperbaiki.
4. Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk menolong
keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang dilakukan setelah
program berjalan? Huruf pertama dari konteks evalasi dijadikan ringkasan CIPP, model
17
ini terkenal dengan model CIPP oleh Stufflebeam.
Stufflebeam, dalam bukunya Education Evaluation and Decision Making,
menggolongkan sistem pendidikan atas 4 dimensi yaitu context, input, process, and
product, serta mengajukan suatu model yang merupakan singkatan dari keempat dimensi
diatas. 18
Pengertian keempat masing-masing dimensi diatas adalah:
(1) context yaitu situasi atau latar belakang yang memengaruhi jenis-jenis tujuan dan
strategi pendidikan, misalnya keadaan ekonomi negara, pandangan hidup masyarakat dan
sebagainya.
(2) input yaitu sasaran/modal/bahan dan rencana strategi untuk mencapai tujuan.
(3) proccess yaitu pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/ modal/ bahan di
lapangan.
(4) product yaitu hasil yang dicapai selama dan akhir pengembangan sistem pendidikan
yang bersangkutan. 19
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Stufflebeam, bahkan menambahkan
satu dimensi lagi dalam evaluasi yaitu dimensi context yang belum sepenuhnya tercakup
dalam dimensi yang diajukan oleh stake. Dengan kata lain, menurut Stufflebeam, sistem

17
Tayibnapis, 2000. Evaluasi Program. Jakarta. Rineka Cipta: hal 14.
18
Daryanto, 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta: hal 88.
19
Purwanto, 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar: hal 29
pendidikan itu hendaknya dinilai dari segi latar belakangnya, sarana/ rencana
kegiatannya, proses pelaksanaannya dan hasil yang dicapainya, agar dapat diperoleh
informasi yang luas. 20

1.3 Latar Belakang Munculnya Evaluasi Model CIPP

Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan


evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk
mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta
keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan
penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi
diagnostic, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya,
evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, prooses, hasil dan
outcome. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.121

Pengertian evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran


yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran.
Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan
pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara
kuantitatif, sedangkann yang dimaksud disini adalah proses pembuatan keputusan nilai
keberhasilan pembelajaran secara kualitatif. Kemampuan pembelajar dalm
menyampaikan materi kepada pembelajar dan bagi pembelajar sebagai penjajagan
seberapa banyak materi yang mampu mereka serap selama proses pembelajaran. Dari
hasil tes, pembelajar/penyusun silabus dapat mengubah/memperbaiki silabus, metode,
dan media. Tes merupakan pengumpul informasi.

Evaluasi yang diajarkan oleh seorang guru mungkin berjalan dengan baik. Tetapi
mungkin hasil penilaian yang mereka lakukan itu buruk mutunya. Sehubungan dengan
itu, maka untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan evaluasi yang baik perlu
sebelumnya ditentukan unsur-unsur apa dalam situasi belajar yang dianggap penting.

20
Daryanto, 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta: hal 89
21
Elis Ratna Wulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Pustaka Setia,2013) hal 30
Bahkan aspek terpenting dalam segala macam belajar, ialah tujuan pelajar itu sendiri,
belajar itu dimulai karena adanya dorongan keperluan (need) atau karena adanya suatu
persoalan yang dirasakan memaksa oleh pelajar atau karena adanya suatu situasi
pengalaman yang hendak dikuasai. 22

Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan


pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas pembelajar dan kualitas sistem penilaiannya. Kualitas pembelajaran
inni dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik,
diperlukan sistem penilaian yang baik pula. Agar penilaian dapat berafungsi dengan baik,
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk menetapkan standar
penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam
melakukan kegiatan penilaian. Untuk mewujudkan hal tersebut, makaperlu kerjasama
yang baik dari beberapa pihak terkait, seperti guru, siswa dan sekolah. Ketiga pihak
tesebut memiliki peranan yang berbeda-beda sesuai dengan proporsi masing-masing. Jika
masing-masing pihak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya
maka akan tercipta suatu suasana yang kondusif, dinamis, dan terarah untuk perbaikan
kualitas peembelajaran melalui perbaikan sistem penilaian.23

Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak
mungkin dipisahkan dari belajar, maka harus diberikan secara wajar agar tidak
merugikan. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari sejauh mana
penguasaan kompetensi yang telah dikuasai oleh seluruh siswa di kelas itu. Pada
dasarnya hasil belajar siswa dapat dinyatakan dalam tiga aspek yang biasa disebut dengan
domain atau ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dalam proses pembelajaran, tes ,merupakan alat yang digunakan untuk


mengetahui tercapai atau tidaknya suatu standar kompetensi yang telah dipelajari oleh
siswa di setiap pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat ahli yang mengatakan
bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

22
Asrul dan Rusydi dan Rosnita, Evaluasi Pembelajaran (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2014) hal 11
23
Elis Ratna Wulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Pustaka Setia,2013) hal 55
mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Dalam proses pembelajaran, tes merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui
tercapai atau tidaknya suatu standar kompetensi yang telah dipelajari oleh siswa di setiap
pemnelajaran. Hal tesebut senada dengan pendapat ahli yang mengatakan bahwa tes
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dalam susasa, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.24

1.4 Langkah-langkah Penerapan Evaluasi Model CIPP


Menurut (Ghazali Darussalam, 2010, h, 4) melalui teori model CIPP, evaluasi
efektivitas satu program dimulai dengan sebuah lembaga yang mengoperasikan sistem
kontrol (kursus atau progam) kemudian diikuti dengan evaluasi dalam dimensi pertama
yaitu evaluasi konteks dengan menetapkan tujuan kurikulum. Berikutnya adalah dimensi
kedua, evaluasi masukan memfokuskan pada penggunaan berbagai strategi dan metode
pengajaran dan pembelajaran sebagai isi dari kursus. Dimensi ketiga adalah evaluasi dari
proses yang difokuskan pada penilaian dari implementasi proses dan permasalahan yang
ada yang dapat menghindari komponen program dalam bentuk konteks dan masukan.
Akhirnya dimensi keempat adalah evaluasi produk yang berfokus pada pencapaian hasil
tentu seseorang atau program. Sehingga, proses evaluasi diharapkan scara keseluruhan
mulai dari keadaan awal/pemenuhan tujuan program1.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan Evaluasi Model CIPP dalam proses
pembelajaran yakni diawali dengan menetapkan tujuan kurikulum lalu menggunakan
strategi dan metode pengajaran dan pembelajaran kemudian penilaian atas implementasi
pembelajaran dan permasalahan yang ada, dan terakhir adalah penentuan akan hasil dari
pencapaian siswa.
Adapun langkah pertama yakni menetapkan tujuan kurikulum. Adapun kurikulum
adalah semua kegiatan dan pengalaman belajar yang diterima siswa melalui upaya dan
tanggung jawab sekolah2. Dengan demikian penetapan tujuan kurikulum adalah langkah
awal yang sanga penting dalam penerapan Evaluasi Model CIPP. Kemudian langkah
kedua yakni menggunakan strategi dan metode dalam pengajaran dan pembelajaran.
Startegi dan metode pengajaran merupakan salah satu komponen yang ada dalam sistem

24
Elis Ratna Wulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Pustaka Setia,2013) hal 95
pembelajaran, tidak dapat dipisahkan dari komponen lain yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor sebagai berikut: tujuan pembelajaran, materi ajar, peserta didik/siswa, fasilitas,
waktu dan guru3. Selanjutnya yakni langkah ketiga dalam penerapan Evaluasi Model
CIPP adalah penilaian atas implementasi pembelajaran dan permasalahan yang ada.
Penilaian merupakan bagian yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran, sehinggga
perlu diperhatikan pula hal-hal yang berkaitan dengan penilaian dalam pembelajaran
tersebut. Penilaian digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa serta keberhasilan
siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran4. Dan langkah yang terakhir adalah
penentuan akan hasil dari pencapaian siswa. Apakah siswa tersebut telah berhasil
memnuhi tujuan yang diharapkan ataukah belum berhasil.

1.5 Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model CIPP

Dibandingkan dengan model- model evaluasi yang lain, model CIPP memiliki
beberapa kelebihan antara lain : lebih komprehensif, karena objek evaluasi tidak hanya
pada hasil semata tetapi juga mencakup konteksm masukan (input), proses maupun hasil.
Selain memiliki kelebihan model CIPP juga memiliki keterbatasan, antara lain penerapan
model ini dalam bidang program pemeblajaran di kelas mempunyai tingkat
keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tanpa adanya modifikasi. Hal ini dapat terjadi
karena untuk mengukur konteks, masukan maupun hasil dalam arti yang luas akan
melibatkan banyak pihak yang membutuhkan waktu dan biaya yang lebih.25

Keunggulan Model CIPP

A. Merupakan sistem kerja yang dinamis


B. Memiliki pendekatan yang bersifat holistik dalam proses evaluasinya yang bertujuan
memberikan gambaran yang detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteks
hingga saat proses implementasinya.
C. Dapat melakukan perbaikan selama program berjalan maupun dapat memberikan
informasi final
D. Memiliki potensi untuk bergerak pada evaluasi formatif dan sumatif

25
Eko putro Widoyoko.2009.Evaluasi Program Pembelajaran.Yogyakarta:Pustaka Belajar.Hal 184.
E. Lebih komperehensif dari model lainnya.

Kelemahan model CIPP


A. Tidak terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan yang
sedang berlangsung
B. Kurang adanya modifikasi yang berdampak pada tingkat keterlaksanaan yang kurang
tinggi.
C. Cenderung fokus pada rational management daripada mengakui realita yang ada
D. Bila diterapkan secara partial akan melemahkan ide dasar.26

Kelebihan dan Kelemahan Model CIPP Meskipun diakui bahwa evaluasi model
CIPP dianggap lebih universal dan relatif lebih lengkap untuk mengevaluasi kegiatan
program-program pembangunan, namun demikian masih memiliki beberapa kelemahan
dan kelebihan dibandingkan dengan model-model evaluasi yang lain.

Beberapa kelemahan yang ada ada adalah: 1) pandangan evaluator mungkin tidak sejalan
dengan pengambilan keputusan, 2) fokus evaluasi menekankan pada hasil program, 3)
tidak terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan yang
sedang berlangsung, 4) cenderung fokus pada rational management daripada mengakui
realita yang ada, 5) terkesan top down dengan sifat manajerial dalam pendekatannya, dan
6) bila diterapkan secara terpisah (partial) akan melemahkan ide dasar.

Keunggulan evaluasi model CIPP: 1) memperbaiki dan mengembangkan program, 2)


menyajikan informasi terkait dengan pengambilan keputusan, 3) memberikan umpan
balik untuk penyusunan program, 4) merupakan system kerja yang dinamis, 5) memiliki
pendekatan yang bersifat holistik dalam proses evaluasinya. 6) dapat melakukan

26
Nurjannah Nonchi.2017. Implementasi Gernas Kakao. Makassar.Cv Sah Media.Hal 43-44).
perbaikan selama program berjalan maupun dapat memberikan informasi final, dan 7)
lebih komprehensif dari model lainnya.27

Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan (a decision oriented evaluation


approach structured). Tujuannya adalah untuk membantu administrator (pimpinan)
didalam membuat keputusan. Menurut Stufflebeam, mengungkapkan bahwa, “ the CIPP
approach is based on the view that the most important purpose of evaluation is not to
prove but improve.” (1993). The CIPP Model is adaptable and widely applicable. This
model has been applied to evaluate materials, personnel, students, programs, and projects
in a range of disciplines (Stufflebeam,. et. al.,2000). Sementara itu menurut Bledsoe. &
Graham (2005) tujuan evaluasi adalah untuk mencari konformasi dari tujuan suatu
program. Sedangkan Worthen, B. (1990) menyatakan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk
: 1) contribute to decisions about program installation; 2) to contribute to decisions about
program continuation, expansion, or "certification"; 3) to contribute to decisions about
program modifications; 4) to obtain evidence to rally support for a program; 5) to obtain
evidence to rally opposition to a program; 6) to contribute to the understanding of basic
psychological, social, and other processes.28

Pernyataan tersebut, menjelaskan bahwa evaluasi model CIPP tidak hanya


bermaksud mengevaluasi aspek tertentu saja, namun dapat digunakan secara
komprehensif untuk melihat berbagai hal terkait dengan suatu program dengan tujuan
untuk perbaikan berbagai program, termasuk program pembangunan. Implementasi suatu
program, mempunyai perbedaan dalam evaluasi. Perbedaan tersebut terjadi karena
maksud dan tujuan dari suatu program berbeda. Sebagai contoh, evaluasi dalam program
pembelajaran pada pendidikan luar sekolah untuk melihat sejauh mana program
pembelajaran telah berjalan sesuai dengan rencana akan berbeda dengan evaluasi pada
kinerja guru yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat kualitas, loyalitas, atau
motivasi dari kerja guru, sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena adanya perbedaan tersebut, muncul beberapa teknik evaluasi dalam

27
Utsman.(Tanpa Tahun). Evaluasi Program Pembangunan Masyarakat dengan Model CIPP. Journal
Unnes. Semarang:Unnes.Hal 8.
28
Utsman.(Tanpa Tahun). Evaluasi Program Pembangunan Masyarakat dengan Model CIPP. Journal Unnes.
Semarang:Unnes.Hal 2
pengimplementasian suatu program. Salah satu teknik dalam evaluasi ialah model
evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product). 29

Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis


dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
serta penyusunan program selanjutnya (Stark & Thomas, 1994, h. 12). Evaluasi
merupakan suatu proses penentuan nilai dengan mempertimbangkan hasil observasi atau
koleksi data yang diperoleh (Cizek, 2000, h. 16). Evaluasi program mengumpulkan
informasi tentang suatu program atau beberapa aspek dari suatu program guna membuat
keputusan penting tentang program tersebut (Carter McNamara, 2008, h. 3).30

Evaluasi ini difokuskan pada pembelajaran yang menunjuk pada proses kegiatan
belajar mengajar pada PAUD Inklusi. Pembelajaran merupakan suatu proses
penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (Abdul Majid, 2006, h. 15). Tujuan evaluasi pembelajaran adalah
untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut
tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem
penilaian itu sendiri (Zainal Arifin, 2013, h. 16).31

1.6 Implementasi Evaluasi Model CIPP dalam Pembelajaran Sejarah

29
Utsman.(Tanpa Tahun). Evaluasi Program Pembangunan Masyarakat dengan Model CIPP. Journal Unnes.
Semarang:Unnes.Hal 2-3.

30
Subar junanto dan Nur Arini. 2018. Evaluasi Program Pembelajaran di PAUD Inklusi dengan Model Context,
Input, Process, Product (CIPP).Journal Of Disability Studies, Vol 5 No. 2.IAIN Surakarta.Hal 183-184.
31
Subar junanto dan Nur Arini. 2018. Evaluasi Program Pembelajaran di PAUD Inklusi dengan Model Context,
Input, Process, Product (CIPP).Journal Of Disability Studies, Vol 5 No. 2.IAIN Surakarta.Hal 184.

Anda mungkin juga menyukai