Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MUSDALIFAH RANGKUTI

NIM : 5212131003

MATKUL : STATISTIK A

ANALISIS EVALUASI KURIKULUM DENGAN MENGGUNAKAN CIPP

Model CIPP merupakan model evaluasi program yang menggunakan empat aspek yang
akan dievaluasi yakni contex, input, proces, dan product dimana dalam model evaluasi CIPP ini
mencakup evaluasi formatif dan sumatif.

1. Konsep Dasar dan Pengertian Evaluasi Model CIPP

a) Konsep Dasar Model Evaluasi

Jika hal yang ingin dinilai adalah sistem pembelajaran, dan istilah yang tepat untuk menilai
sistem pembelajaran adalah evaluasi, bukan penilaian. Kalau evaluasi dan penilaian bersifat
kualitatif, maka pengukuran bersifat kuantitatif (skor/angka) yang diperoleh dengan
menggunakan suatu alat ukur atau instrumen yang standar (baku).

Dalam konteks hasil belajar, alat ukur atau instrumen tersebut dapat berbentuk tes atau
non-tes. Tes standar sering digunakan untuk menyeleksi calon mahasiswa PTN Dalam sistem
pembelajaran (maksudnya pembelajaran sebagai suatu sistem), evaluasi merupakan salah satu
komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran. Hasil ang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan (feed back) bagi guru dalam
memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembeajaran. Di sekolah, kita sering
mendengar bahwa guru sering memberikan ulangan harian, ujian akhir semester, ujian blok,
tagihan, tes tertulis, tes lisan, tes tindakan, dan sebagainya. Istilah-istilah ini pada dasarnya
merupakan bagian dar sistem evaluasi itu sendiri.

Model evaluasi merupakan desain atau rancangan evaluasi yang dikembangkan ahli evaluasi
ataupun evaluator dalam melaksanakan evaluasi suatu program. Dalam ilmu evaluasi program
pendidikan ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program.
Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun maksudnya sama yaitu melakukan
kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang
tujuannya untuk menemukan tindak lanjut suatu program.

Model evaluasi yang dikelompokkan Nana Sudjana dan R. Ibrahim (2007:234) yang
membagi model evaluasi menjadi empat model utama, yaitu “measurement, congruence,
educational system, dan ilumination”. Berikut pembahasan mengenai Model CIPP Evaluation
Model yang dikembangkan oleh Stufflebeam.

b) Model CIPP (context, input, process, product)

Model evaluasi ini merupakan yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para
eveluator. Model CIPP ini dikembangkan oleh Stuffleneam,dkk. (1967) di Ohio State University.
CIPP yang merupakan sebuah dari huruf awal empat buah kata, yaitu:

 Context evaluation: evaluasi terhadap konteks

 Input evaluation: evaluasi terhadap masukan

 Process evaluation: evaluasi terhadp proses

 Product evaluation: evaluation terhadap hasil

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi
yang tidak lain adalah komponen dan proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model
CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.
Dengan sebagai, jika tim evaluator sudah menentukan model CIPP sebagai model yang akan
digunakan untuk mengevaluasi program yang ditugaskan maka mau tidak mau mereka harus
menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-komponennya.

Model CIPP hanya berhenti pada mengukur output (Product), sedangkan CIPP sampai pada
implementasi dari product. Sebagai Contoh, jika Product berhenti pada lulusan, sedangkan
outcome (s) sampai pada bagaimana kiprah lulusan tersebut di masyarakat atau di pendidikan
lanjutannya, atau untuk product pabrik, bukan hanya mengandalkan kualitas barang, tetapi
kepuasan pemakai atau konsumen.

 Evaluasi Conteks

Analisi ini mencakup pemahaman tentang latar belakang dan tujuan dari kurikulum
Merdeka. Tujuan dari kurikulum ini adlaah untuk memberikan keleluasaan bagi siswa dalam
memilih dan mengembangkan minat dan bakat mereka sendiri. Dalam analisis ini, penting
untuk mengevaluasi apakah kurikulum ini sesuai dengan kebutuhan dan konteks Pendidikan di
negara tersebut.

Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang


akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program. Evaluasi konteks adalah upaya
untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan
sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Contoh pengajuan pertanyaan, menurut Suharsimi
(2008:46) untuk evaluasi yang diarahkan pada program makanan tambahan anak sekolah
(PMTAS).
1) Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program

2) Tujuan pengembangan apakah yang belum dapat tercapai program

3) Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan.

4) Tujuan manakah yang paling mudah dicapai.

 Evaluasi Masukan

Evaluasi ini melibatkan pemeriksaan komponen-input dari kurikulum Merdeka. Ini


melibatkan penilaian terhadap sumber daya manusia, perencanaan, dan sumber daya lain yang
terlibat dalam implementasi kurikulum ini. Misalnya, penting untuk mengevaluasi apakah
pendidik yang terlibat dalam kurikulum ini memiliki kualifikasi dan pengetahuan yang tepat
untuk mendukung pembelajaran yang mandiri.
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan. Maksud dari evaluasi masukan
adalah kemampuan awal siswa dan sekolah dalam menunjang PMTAS, antara lain kemampuan
sekolah dalam menyediakan petugas yang tepat, pengatur menu yang andal, ahli kesehantan
yang berkualitas, dan sebagainya.

Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang ada,


alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana
prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi: sumber daya
manusia, sarana dan peralatan pendukung, dana anggaran dan berbagai prosedur dan aturan
yang diperlukan.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk program pendidikan yang berkenaan dengan


masukan antara lain:
1) Apakah makanan yang diberikan kepada siswa berdampak jelas pada perkembangan siswa?
2) Berapa orang siswa yang menerima dengan senang hati atas makanan tambahan itu?
3) Bagaimana reaksi siswa terhadap pelajaran setelah menerima makanan tambahan?
4) Seberapa tinggi kenaikan nilai siswa setelah menerima makanan tambahan?9

 Evaluasi Proses

Pada tahap ini, analisis difokuskan pada proses implementasi kurikulum Merdeka. Evaluasi
ini dilakukan dengan melihat sejauh mana strategi pembelajaran yang dikembangkan sesuai
dengan kurikulum ini dan sejauh mana praktek mengajar yang diterapkan telah mendukung
pengembangan keleluasaan bagi siswa. Selain itu, analisis juga mencakup evaluasi terhadap
sistem evaluasi yang digunakan dalam kurikulum Merdeka.

Evaluasi Proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau
rancangan Implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan
program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi
koleksi dan penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan
program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah
diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki.

Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” ?(what) kegiatan yang dilakukan
dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program,
“kapan” (when) kegiatan akan selesai. Oleh Stufflebeam diusulkan pertanyaan –pertanyaan
sesuai sesuai dengan jadwal?

1) Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?


2) Apakah staf yang terlibat di dalam pelakasanaan program akan sanggup menangani kegiatan
selama program berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan?

3) Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal?


4) Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program dan kemungkinan
jika program dilanjutkan?

 Evaluasi Produk atau Hasil

Evaluasi akhir dilakukan terhadap produk apa yang dihasilkan dari kurikulum Merdeka.
Dalam analisis ini, perlu dinilai sejauh mana kesesuaian antara tujuan akhir kurikulum dengan
keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan program
ini. Evaluasi juga melibatkan pengukuran terhadap tingkat kepuasan siswa, orang tua, dan staf
pendidik terhadap hasil akhir dari kurikulum ini.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa evaluasi produk merupakan penilaian
yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dalam pencapian tujuan yang telah ditetapkan.
Data yang dihasilkan akan sangat menentukan apakah program diteruskan,dimodifikasi atau
dihentikan.

Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang
terjadi pada masukan mentah, dalam contoh PMTAS adalah siswa yang menerima makanan
tambahan. Evaluasi produk merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi program. Dalam
program PMTAS, pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan, antara lain:
1) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?
2) Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara rincian proses
dengan pencapaian tujuan?
3) Dalam hal-hal apakah berbagai kebuuhan siswa sudah dapat dipenuhi selama proses
pemberian makanan tambahan (misalnya variasi makanan, banyaknya ukuran makanan, dan
ketepatan waktu pemberian)?
4) Apakah dampak yang diperoleh siswa dalam waktu yang relatif panjang dengan adanya
program makanan tambahan ini?

2. Langkah-langkah Penerapan Evaluasi Model CIPP

Menurut (Ghazali Darussalam, 2010, h, 4) melalui teori model CIPP, evaluasi efektivitas satu
program dimulai dengan sebuah lembaga yang mengoperasikan sistem kontrol (kursus atau
progam) kemudian diikuti dengan evaluasi dalam dimensi pertama yaitu evaluasi konteks
dengan menetapkan tujuan kurikulum. Berikutnya adalah dimensi kedua, evaluasi masukan
memfokuskan pada penggunaan berbagai strategi dan metode pengajaran dan pembelajaran
sebagai isi dari kursus. Dimensi ketiga adalah evaluasi dari proses yang difokuskan pada
penilaian dari implementasi proses dan permasalahan yang ada yang dapat menghindari
komponen program dalam bentuk konteks dan masukan.

Akhirnya dimensi keempat adalah evaluasi produk yang berfokus pada pencapaian hasil
tentu seseorang atau program. Sehingga, proses evaluasi diharapkan scara keseluruhan mulai
dari keadaan awal/pemenuhan tujuan program1 Dapat disimpulkan bahwa penerapan Evaluasi
Model CIPP dalam proses pembelajaran yakni diawali dengan menetapkan tujuan kurikulum
lalu menggunakan strategi dan metode pengajaran dan pembelajaran kemudian penilaian atas
implementasi pembelajaran dan permasalahan yang ada, dan terakhir adalah penentuan akan
hasil dari pencapaian siswa.

Adapun langkah pertama yakni menetapkan tujuan kurikulum. Adapun kurikulum adalah
semua kegiatan dan pengalaman belajar yang diterima siswa melalui upaya dan tanggung
jawab sekolah2. Dengan demikian penetapan tujuan kurikulum adalah langkah awal yang sanga
penting dalam penerapan Evaluasi Model CIPP. Kemudian langkah kedua yakni menggunakan
strategi dan metode dalam pengajaran dan pembelajaran. Startegi dan metode pengajaran
merupakan salah satu komponen yang ada dalam system pembelajaran, tidak dapat dipisahkan
dari komponen lain yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: tujuan pembelajaran,
materi ajar, peserta didik/siswa, fasilitas, waktu dan guru3. Selanjutnya yakni langkah ketiga
dalam penerapan Evaluasi Model CIPP adalah penilaian atas implementasi pembelajaran dan
permasalahan yang ada.

Penilaian merupakan bagian yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran, sehinggga perlu
diperhatikan pula hal-hal yang berkaitan dengan penilaian dalam pembelajaran tersebut.
Penilaian digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa serta keberhasilan siswa dalam
pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran4. Dan langkah yang terakhir adalah penentuan akan
hasil dari pencapaian siswa. Apakah siswa tersebut telah berhasil memnuhi tujuan yang
diharapkan ataukah belum berhasil.

3. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model CIPP

Dibandingkan dengan model- model evaluasi yang lain, model CIPP memiliki beberapa
kelebihan antara lain : lebih komprehensif, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata
tetapi juga mencakup konteksm masukan (input), proses maupun hasil. Selain memiliki
kelebihan model CIPP juga memiliki keterbatasan, antara lain penerapan model ini dalam
bidang program pemeblajaran di kelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi
jika tanpa adanya modifikasi. Hal ini dapat terjadi karena untuk mengukur konteks, masukan
maupun hasil dalam arti yang luas akan melibatkan banyak pihak yang membutuhkan waktu
dan biaya yang lebih.

keunggulan Model CIPP

 Merupakan sistem kerja yang dinamis

 Memiliki pendekatan yang bersifat holistik dalam proses evaluasinya yang bertujuan
memberikan gambaran yang detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteks
hingga saat proses implementasinya.
 Dapat melakukan perbaikan selama program berjalan maupun dapat memberikan
informasi final

 Memiliki potensi untuk bergerak pada evaluasi formatif dan sumatif

 Lebih komperehensif dari model lainnya.

Kelemahan model CIPP

 Tidak terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan yang


sedang berlangsung

 Kurang adanya modifikasi yang berdampak pada tingkat keterlaksanaan yang kurang
tinggi.

 Cenderung fokus pada rational management daripada mengakui realita yang ada

 Bila diterapkan secara partial akan melemahkan ide dasar.

Kelebihan dan Kelemahan Model CIPP Meskipun diakui bahwa evaluasi model CIPP
dianggap lebih universal dan relatif lebih lengkap untuk mengevaluasi kegiatan program-
program pembangunan, namun demikian masih memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan
dibandingkan dengan model-model evaluasi yang lain.

Beberapa kelemahan yang ada ada adalah: 1) pandangan evaluator mungkin tidak sejalan
dengan pengambilan keputusan, 2) fokus evaluasi menekankan pada hasil program, 3) tidak
terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan yang sedang
berlangsung, 4) cenderung fokus pada rational management daripada mengakui realita yang
ada, 5) terkesan top down dengan sifat manajerial dalam pendekatannya, dan 6) bila
diterapkan secara terpisah (partial) akan melemahkan ide dasar.

Keunggulan evaluasi model CIPP: 1) memperbaiki dan mengembangkan program, 2)


menyajikan informasi terkait dengan pengambilan keputusan, 3) memberikan umpan balik
untuk penyusunan program, 4) merupakan system kerja yang dinamis, 5) memiliki pendekatan
yang bersifat holistik dalam proses evaluasinya. 6) dapat melakukan "perbaikan selama
program berjalan maupun dapat memberikan informasi final, dan 7) lebih komprehensif dari
model lainnya.

Anda mungkin juga menyukai