Anda di halaman 1dari 19

MODEL- MODEL

EVALUASI
PROGRAM BK
Evaluasi Goal Attainment
Tyler adalah seorang yang dianggap bapak evaluasi, karena pada
tahun 1950 telah memberikan sumbangannya dalam memberikan
definisi pada evaluasi. Tyler menganggap evaluasi merupakan
proses pembandingan antara tujuan yang ditetapkan dengan
tujuan yang dapat dicapai. Definisi Tyler ini memiliki penekanan
pada apa yang telah dicapai melalui program.
Menurut Tyler evaluasi (dalam kaufman dan Thomas, 1980)
pengertian evaluasi perlu ditekankan pada pemerolehan gambaran
mengenai evektifitas sistem pendidikan yang mempengaruhi
pencapaian tujuan pendidikan/pembelajaran. Penekanan evaluasi
pada aspek hasil ini didasarkan pada pemahaman bahwa tujuan
pendidikan/pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku
yang diinginkan pada peserta didik.
Model evaluasi berbasis tujuan telah dikembangkan dan digunakan selama
delapan tahun pada akhir 1930. Proses ini membawa Tyler memahami
evaluasi sebagai proses menentukan seberapa besar tujuan sebuah program
dapat dicapai. Berdasarkan pemikiran itulah, maka Tyler mengembangkan
langkah-langkah yang digunakan yang dilakukan dalam melakukan evaluasi
(Fitzpatrick, et.al, 2004:72). Langkah-langkah tersebut meliputi:

1) Menentuan tujuan seluas-luasnya atau sasaran-sasaran


2) Mengklasifikasikan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran
3) Menegaskan sasaran dalam bentuk perilaku
4) Menemukan situasi-situasi dalam pencapaian tujuan yang dapat dilihat
5) Mengembangkan atau memilih teknik pengukuran
6) Mengumpulkan hasil data
7) Membandingkan hasil data dengan perilaku berdasarkan tujuan
Kelebihan evaluasi model Goal Attainment

Kelebihan evaluasi goal attainment merupakan model evaluasi yang


sederhana penekanan evaluasi hanya pada aspek hasil saja membuat evaluasi
mudah dipahami, diikuti dan di implementasikan. Model evaluasi ini sudah
disimulasikan selama bertahun-tahun sehungga menghasilkan tindakan dan
instrumen yang sudah diperhalus. Literatur evaluasi berorientasi tujuan
banyak, serta diisi dengan ide kreatif untuk mengaplikasikan pendekatan ini.
Perkembangan model evaluasi berbasis tujuan dalam waktu yang lama
membuat cara-cara melakukan pengukuran menjadi bervariasi. Tyler
mencoba menggunakan ukuran-ukuran lain dari suatu capaian yang tidak
sama denganukuran-ukuran yang dipegunakan sebelumnya. Kemajua ini,
ditambahkan lagi dengan adanya pengembangan berbagai intrumen, baik
individual maupun kelompok yang dapat digunakan dalam evaluasi.
Kekurangan evaluasi model Goal Attainment
Meskipun memilik banyak kelebihan, akan tetapi model evaluasi Goal Attainment ini juga
memiliki kekurangan. Bebeapa kekurangan tersebut meliputi :
1) Mengabaikan aspek perencanaan dan proses pada proses pembelajaran
2) Banyak kekurangan standar penilaian yang penting untuk di observasi
3) Ketidaksesuaian antara tingkat tujuan dan pelaksanaannya
4) Pengabaian nilai tujuan pendekatan evaluasi itu sendiri
5) Mengabaiakan alternatif-alternatif penting yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan program
6) Melalaikan konteks yang memiliki wewenang evaluasi
7) Mengabaikan hasil penting lainnya yang ditutupi oleh tujuan (hasil yang sengaja
didapatkan dari kegiatan)
8) Mengabaikan fakta-fakta dari nilai program yang tidak dapat digambarkan dengan
tujuan itu sendiri
MODEL EVALUASI
FORMATIVE DAN
SUMMATIVE
PENGERTIAN
Menurut Scriven (1991) dalam diktat teori dan praktek evaluasi
program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman, 2009), evaluasi
formatif adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu
produk atau program tertentu sedang dikembangkan dan biasanya
dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan perbaikan

Sedangkan Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan


setelah sekumpulan progr a m pelajaran selesai diberikan. Dengan kata
lain evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai
diajarkan (Sudijono, 2007: 23) .
Tujuan Evaluasi Formatif
1) Evaluasi formatif adalah mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung,
sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahui hambatan dan hal-hal yang menyebabkan
program tidak lancar, pengambilan keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang
mendukung kelancaran pencapaian tujuan program.
2) Untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan untuk melakukan perbaikan suatu
produk atau program.

Tujuan Evaluasi Sumatif


1) Untuk mengukur ketercapaian program.
2) Untuk mengetahui seberapa jauh kurikulum yang telah disusun sebelumnya memberikan hasil pada
siswa antara lain mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Fungsi Evaluasi Formatif dan Sumatif


Fungsi Evaluasi Formatif
1) Sebagai balikan bagi siswa dan guru tentang kemajuan belajar.
2) Untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaikai proyek, kurikulum, atau
lokakarya.

Fungsi Evaluasi Sumatif


1) Menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan, pada akhir program atau pengajaran.
2) Sebagai sarana untuk mengetahui posisi atau kedudukan individu di dalam kelompoknya.
TEKNIK EVALUASI FORMATIVE
1. Review ahli (Expert Review); yakni evaluasi dimana ahli
mengkaji ulangprogram layanan dengan atau tanpa
kehadiran evaluator. Ahli ini bisa ahli materi, ahli teknis,
pernacang, atau instruktur.
2. Evaluasi orang per orang (one-to-one Evaluation); yaitu
wawancara yang dilakukan secara perorangan oleh
evaluator terhadap beberapa siswa dimana secara satu
persatu sisa diminta untuk memebrikan komentarnya.
3. Evaluasi kelompok kecil (small group); yaitu evaluasi
diaman evaluator menguji cobakan suatu program
layanan pada suatu kelompok siswa dan mencatat
performance dan komentar-komentarnya.
4. Uji lapangan (field test); yaitu evaluasi di mana evaluator
mengobservasi program layanan ynag diujicobakan
kepada sekelompok siswa tertentu dalam suatu situasi
nyata.
MODEL EVALUASI RESPONSIF
Evaluasi responsif merupakan model penelitian evaluasi yang bersifat kualitatif. Evaluasi
ini juga diberi nama evaluasi yang berpusat pada klien. Penelitian responsif mengambil
sampel dengan cara purposive (secara sengaja), mencari informasi dari pihak yang
bersebrangan, dan laporan bersifat ekspresif atau disesuaikan dengan kebutuhan.

Model Evaluasi Responsif dikembangkan pada tahun 1975 oleh Robert Stake. Evaluasi ini
diberi nama evaluasi yang berpusat pada klien. Menurut Stake, Evaluasi disebut respon
jika memenuhi tiga kriteria:
1. Lebih berorientasi pada secara langsung kepada aktivitas program dari pada tujuan
program
2. Merespons kepada persyaratan kebutuhan informasi dari audiens;
3. Perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang dilayani dilaporkan dalam
kesuksesan dan kegagalan dari program.
Dalam evaluasi responsif lebih dikenal isu ketimbang rumusan masalah. Isu
merupakan hal penting yang menjadi kajian, atau sebuah studi evaluasi. Hal yang
menjadi permasalahan sebuah program dapat menjadi isu dalam penelitian. Karena
itu pemahaman awal akan program yang dievaluasi dapat memudahkan dalam
menentukan isu.
Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan pemberian makna atau
melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang-orang yang terlibat,
berminat dan berkepentingan dengan program pembelajaran. Tujuan evaluasi
adalah untuk memahami semua komponen program pembelajaran melalui berbagai
sudut pandang yang berbeda. Instrumen yang digunakan pada umumnya
mengandalkan observasi langsung maupun tidak langsung dengan interpretasi data
yang inpresionistik.
Kelebihan dan Kelemahan
Evaluasi Responsif
Kelebihan evaluasi responsif
Peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya
mengakomodasi pendapat yang ambigu serta tidak fokus.
Kekurangan evaluasi responsif :
-Pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau
penyederhanaan informasi
-Tidak mungkin menampung semua sudut pandang dari berbagai
kelompok
-Membutuhkan waktu dan tenaga
Langkah-langkah kegiatan evaluasi
1. Observasi
2. Merekam hasil wawancara
3. Pengumpulan data
4. Mengecek pengetahuan awal
5. Mengembangkan desain atau model

Berdasarkan langkah-langkah ini evaluator


mencoba responsif terhadap orang-orang yang
berkepentingan pada hasil evaluasi
MODEL CIPP
(Context, Input, Proses, Product)
Stufflebeam merupakan ahli evaluasi yang mengusulkan evaluasi melalui pen­‐
dekatan yang berorientasi kepada pengambilan keputusan (a decision oriented
evaluation approach structured)
Stufflebeam berpendapat bahwa evaluasi seharusnya memiliki tujuan untuk
memperbaiki (to improve) bukan untuk membuktikan (to prove). Dengan
demikian evaluasi seharusnya dapat membuat suatu perbaikan, me­‐
ningkatkan akuntabilitas, serta pemahaman yang lebih dalam mengenai fe­‐
nomena. Menurut Stufflebeam, evaluasi seharusnya dapat memberikan
gam­baran yang menyeluruh terhadap program. Lebih daripada itu,
menurutnya, penelaahan menyeluruh terhadap program harus dilakukan
melalui sebuah cara yang sistematis. Stufflebeam melihat evaluasi sebagai
sebuah tahapan yang sistematis dan menyeluruh. Pada akhirnya, ia melihat
terdapat empat komponen evaluasi yang juga merupakan tahapan dalam
evaluasi. Keempat komponen tersebut adalah context, input, process, serta
product.
Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah untuk mengidentifikasi kekuatan


dan kelemahan suatu objek, seperti institusi, program, populasi target, atau
orang, dan juga untuk menyediakan arahan untuk perbaikan. Stufflebeam
mengemukakan bahwa objektivitas utama dari tipe ini adalah untuk menelaah
status objek secara keseluruhan, untuk mengidentifikasikan kekurangan, untuk
mengidentifikasikan kekuatan yang dimiliki yang dapat digunakan untuk
memperbaiki kekurangan, untuk mendiagnosis masalah sehingga dapat
ditemukan solusi yang dapat memperbaikinya, dan secara umum untuk
memberikan gambaran karakteristik lingkungan/setting program (Stufflebeam &
Shienfield, 1985:169). Evaluasi konteks juga bertujuan untuk melihat apakah
tujuan yang lama dan prioritas terhadapnya telah sesuai dengan kebutuhan
yang seharusnya dilayani. Apa pun yang menjadi fokus objeknya, hasil dari
evaluasi konteks harus menyediakan dasar untuk penyesuaian (pemantapan)
tujuan dan prioritas, serta target perubahan yang dibutuhkan.
Evaluasi Input (Input Evaluation)
Orientasi utama dari evaluasi input adalah untuk membantu menentukan program yang
membawa pada perubahan yang dibutuhkan. Evaluasi input mempermasalahkan apakah
strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan program sudah tepat.

Evaluasi input bertujuan untuk mengidentifikasikan dan menelaah ka­pabilitas sistem, alternatif
strategi program, desain prosedur di mana strategi akan diimplementasikan. Input dalam
program bimbingan dan konseling dapat berupa jumlah sumber daya manusia dalam divisi
bimbingan dan konseling, dukungan keuangan, ruangan, peralatan seperti komputer, software,
serta me­dia bimbingan.

Evaluasi input ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode menginventarisasi dan
menganalisis sumber-sumber yang tersedia, baik gu­ru bimbingan konseling, ataupun material,
strategi solusi, relevansi desain prosedur, kepraktisan dan biaya, kemudian dibandingkan dengan
kriteria yang ditetapkan berdasarkan telaah literatur, atau dengan mengunjungi program yang
telah berhasil, atau berdasarkan ahli.
Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk melihat apakah
pelaksanaan program sesuai dengan strategi yang telah direncanakan.
Evaluasi proses bertujuan untuk mengidentifikasi­kan atau memprediksi dalam
proses pelaksanaan, seperti cacat dalam desain prosedur atau
implementasinya. Evaluasi proses juga bertujuan untuk me­nyediakan
informasi sebagai dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat, dan
menilai prosedur kegiatan dan peristiwa.
Evaluasi proses ini dapat dilakukan dengan memonitor kegiatan, ber­interaksi
terus-menerus, serta dengan mengobservasi kegiatan, dan stall Hal ini dapat
melibatkan pengukuran pre-test dan post-test terhadap pengetahuan dan
keterampilan, mengobservasi perilaku tertentu pada siswa, self-report
mengenai perbaikan tingkah laku, penilaian performance rutin (tingkat, tes
terstandar, portofolio), self study yang terus-menerus, studi kasus individual,
kehadiran dan data kedisplinan, kesesuaian antara program dengan
pelaksanaan, ke­terlaksanaan program, pengukuran sosiometri, serta
hambatan-hambatan yang ditemui.
Evaluasi Produk (Product
Evaluation)
Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur,
terpretasikan, dan menilai pencapaian program.
Evaluasi produk juga bertujuan mengumpulkan deskripsi dan
penilaian terhadap luaran (outcome) dan meng­hubungkan itu
semua dengan objektif, konteks, input, dan informasi proses,
serta untuk menginterpretasikan kelayakan dan keberhargaan
program.
Evaluasi produk dapat dilakukan dengan membuat definisi
operasional dan mengukur kriteria objektif, melalui
mengumpulkan penilaian dari stakeholder, dengan unjuk kerja
(performing) baik dengan menggunakan analisis secara
kuantitatif, maupun kualitatif (Trotter et al., 1998:136) . Analisis
kuan­titatif digunakan untuk mengetahui pengaruh program pada
tujuan yang ditetapkan, sedangkan analisis kualitatif dapat
digunakan untuk memperkaya informasi mengenai aspek produk.
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai