PERTEMUAN 3
Selain anak didik, pendidik juga harus mendapatkan evaluasi terkait dengan
pemahaman, keterampilan, metode pengajaran, dan cara memperlakukan anak
didiknya. Hal ini sangat penting agar dalam proses pembelajaran yang membutuhkan
interaksi antara dua pihak, yaitu anak didik dan pendidik, terjadi integrasi mutualis-
konstruktif yang mampu memberikan kemajuan dalam proses transfer pengetahuan dan
pengembangan dunia pendidikan pada umumnya. Karena itulah, ada empat hal yang
bisa dinilai atau dievaluasi terkait dengan kompetensi pendidik ini, yaitu: pertama,
kompetensi pedagogis. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik. Dalam pengertian lain, kompetensi pedagogik adalah
kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau
mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. Karena
pedagogi merupakan hal yang sangat dasariah bagi profesionalitas seorang guru, tentu
saja hal ini harus dievaluasi bahkan sebelum dia menjadi seorang guru. Kompetensi
pedagogis harus diberikan standar tertentu agar seorang guru memang memiliki
kompetensi yang sesuai dengan standar dan kualifikasi dari apa yang telah
dipersyaratkan dan ditentukan sebelumnya. Kedua, kompetensi kepribadian. Guru
harus memiliki kepribadian yang baik sehingga bisa memberikan contoh yang baik
kepada anak didiknya, karena hakikat dalam prinsip pengajaran sebenarnya adalah
pada keteladanan. Keteladanan yang baik akan memberikan contoh kepribadian yang
baik kepada anak didik. Dalam hal ini, Zakiah Darajat menyatakan bahwa kepribadian
akan menentukan apakah seorang guru menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi
anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak
didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang
sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Dengan demikian, guru
harus mempunyai kompetensi kepribadian yang baik, sehingga dalam konteks ini, guru
juga harus dievaluasi dengan menggunakan tes kepribadian agar bisa diketahui sampai
di mana kompetensi kepribadian yang dimilikinya. Ketiga, kompetensi sosial. Dalam
Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi sosial
adalah kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali anak didik, dan masyarakat sekitar.
Dalam pengertian yang lain, kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan
oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi
sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi social. Karena pentingnya kompetensi
sosial ini, maka seorang pendidik harus dievaluasi untuk bisa menilai kepekaan
sosialnya. Hal ini penting agar bisa ada komunikasi yang konstruktif dengan anak
didik, sesama guru, dan bahkan masyarakat di sekitarnya yang akan memberikan
dampak kepada kemajuan pembelajaran anak didik pada khususnya, dan dunia
pendidikan pada umumnya. Keempat, kompetensi profesionalitas. Menurut Undang-
undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah
“kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Sedangkan
dalam pandangan yang lain kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang
diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi
profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya, yaitu penguasaan
bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya,
dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. Dengan demikian, kompetensi
profesional ini terkait erat dengan kapabilitas pendidik menjadi seorang pendidik sesuai
dengan bidang keahlian dan keilmuan yang dimilikinya. Karena itulah, prinsip the right
man on the right place harus ditekankan dalam proses evaluasi terhadap kompetensi
profesional ini. Keempat kompetensi tersebut sudah mencakup segala-galanya yang
harus dimiliki oleh seorang guru agar bisa menjadi layak untuk mengajar atau
memberikan pengajaran kepada anak didiknya. Hal inilah yang harus dibidik oleh
evaluator agar tidak hanya anak didik saja yang dievaluasi, tetapi juga pendidik harus
dievaluasi dan di-upgrade terus-menerus agar bisa memberikan pengajaran yang
proporsional, profesional, dan kontekstual kepada anak didiknya. Dengan demikian,
anak didik akan mendapatkan pembelajaran yang sangat bernilai bagi kehidupannya
nanti.