Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PAPER MATAKULIAH “EVALUASI PEMBELAJARAN”

Dosen Pengampu : Drs. Darwis, M.Si

“KONSEP DASAR EVALUASI, PENGUKURAN DAN PENILAIAN”

Disusun Oleh:
Yesika Safitri 2011306049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu
melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas
mengadakan pengukuran dan penilaian. Hal ini dapat dilihat mulai dari berpakaian,
setelah berpakaian kemudian dihadapkan ke kaca apakah penampilannya sudah
baik atau belum.

Dari kalimat tersebut kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu: evaluasi,
pengukuran, dan penilaian. Sementara orang cenderung lebih mengartikan ketiga
kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam pemakaiannya
tergantung dari kata mana yang siap diucapkannya.Dalam setiap pembelajaran,
pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan.
Hasil yang dimaksud adalah baik atau tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat,
dll. Apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik
tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan demikian
sebaliknya.Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah
dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi
yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi
pembelajaran. Dalam makalah ini penyusun hanya membahas tentang evaluasi hasil
belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi?
2. Apa perbedaan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi?
3. Bagaimana wujud hasil evaluasi pengajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
2. Mengetahui perbedaan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
3. Mengetahui wujud hasil evaluasi pengajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Evaluasi, Pengukuran, dan Penilaian


a. Evaluasi
Mungkin kita pernah atau bahkan sering membaca buku-
buku tentang evaluasi yang di dalamnya menjelaskan arti beberapa
istilah yang hampir sama tetapi berbeda, seperti evaluasi, penilaian,
pengukuran, dan tes. Bahkan bisa jadi kita kebingungan. Apakah
perbedaan antara evaluasi pembelajaran dengan penilaian proses
dan hasil belajar? Apakah pengukuran dan tes itu sama? Tentu saja
istilah-istilah tersebut berbeda satu dengan lainnya, baik ruang
lingkup maupun fokus yang dinilai, tetapi mempunyai hubungan
yang sangat erat.
Evaluasi lebih luas ruang lingkupnya daripada penilaian,
sedangkan penilaian lebih terfokus pada aspek tertentu saja yang
merupakan bagian dari ruang lingkup tersebut. Jika hal yang ingin
dinilai adalah sistem pembelajaran, maka ruang lingkupnya adalah
semua komponen pembelajaran, dan istilah yang tepat untuk menilai
sistem pembelajaran adalah evaluasi, bukan penilaian. Jika hal yang
ingin dinilai satu atau beberapa bagian/komponen pembelajaran,
misalnya hasil belajar, maka istilah yang tepat digunakan adalah
penilaian bukan evaluasi. Di samping itu, ada juga istilah
pengukuran. Kalau evaluasi dan penilaian bersifat kualitatif, maka
pengukuran bersifat kuantitatif (skor/angka) yang diperoleh dengan
menggunakan suatu alat ukur atau instrumen. Dalam konteks hasil
belajar, alat ukur atau instrumen tersebut dapat berbentuk tes atau
non-tes (Zainal, 2014:2).
Dalam sistem pembelajaran (maksudnya pembelajaran sebagai
suatu sistem), evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan
tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keaktifan
pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan
balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan
menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran (Zainal,
2014:2).
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi
yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga
dan jasa (the world and merit) dari tujuan yang dicapai, desain,
implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan,
membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman
terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi
adalah penyediaan infromasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan (Eko, 2009:3).
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee
on Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994:12) menyatakan
bahwa:

Evaluation is the process of ascertaing the decision of concern,


selecting apporapriate information, and collecting and analyzing
informatioan in order to report summary data useful to decision
makers in selecting among alternatives. (Eko, 2009:4).

Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan,


pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan
program selanjutnya. Proses yang menentukan sejauh mana tujuan
pendidikan dapat dicapai. Menurut Eko (2014:4), dalam
pelaksanakan evalusi ada tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu:
a. Penentuan fokus yang akan dievaluasi (focusing the evaluation)
b. Penyusunan desain evaluasi (designing the evaluation)
c. Pengumpulan informasi (collecting information)
d. Analisis dan inteprestasi informasi (analyzing and interpreting)
e. Pembuatan laporan (reporting information)
f. Pengelolaan evaluasi (managing evaluation), dan
g. Evaluasi untuk evaluasi (evaluating evaluation).
Dalam pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam
melakukan evaluasi, evaluator pada tahap awal harus menentukan
fokus yang akan dievaluasi dan desain yang akan digunakan. Hal ini
berarti harus ada kejelasan apa yang akan dievaluasi yang secara
implisit menenkankan adanya tujuan evaluasi, serta adanya
perencanaan bagaimana melaksanakan evaluasi. Selanjutnya,
dilakukan pengumpulan data, menganalisis dan membuat
interprestasi terhadap data yang terkumpul serta membuat laporan.
Selain itu, evaluator juga harus melakukan pengaturan terhadap
evaluasi dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam
melaksanakan evaluasi secara keseluruhan (Eko, 2014:5).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterprestasikan dan
menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan
sebagai dasar membuat keputusan, maupun menyusun program
selanjutnya. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi
tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil
yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang
difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil
keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu,
juga digunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya
maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program (Eko,
2014:6).
Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari
evaluator untuk pengambil keputusan (decision maker). Menurut
Anas (2011:22), ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat
dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu:
a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program
tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat dilaksanakan
sebagaimana diharapkan.
b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai
dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi sedikit).
c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan
bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan
memberikan hasil yang bermanfaat.
d. Menyebarkan program (melaksanakan program di tempat lain
atau mengulangi lagi di lain waktu), karena program tersebut
berhasil dengan baik, maka sangaat baik jika dilaksanakan lagi
ditempat dan waktu lain.
Dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi
ada yang bersifat makro dan ada yang mikro. Evaluasi yang bersifat
makro sasarannya adalah program pendidikan, yaitu program yang
direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi
mikro sering digunakan ditingkat kelas. Jadi sasaran evaluasi mikro
adalah program pembelajaran di kelas dan yang menjadi
penanggung jawabnya adalah guru untuk sekolah atau dosen untuk
perguruan tinggi (Daryanto, 2008:2). Guru mempunyai
tanggungjawab menyusun dan melaksanakan program pembelajaran
di kelas, sedangkan pimpinan sekolah bertanggung untuk
mengevaluasi program pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan
oleh guru.1

1
Riana Putri, “Konsep dasar Evaluasi, Pengukuran, dan Penilaian,” Juni 25, 2018,
https://id.linkedin.com/pulse/konsep-dasar-evaluasi-penilaian-pengukuran-dan-tes-riana-putri
Grounloud dalam kurikulum dan pembelajaran (2011:165)
mengemukakan bahwa “Evaluasi adalah suatu proses yang
sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi
informasi/data untuk menentukan sejauhmana siswa telah mencapai
tujuan pembelajaran. Kemudian pengukuran adalah suatu proses
yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai
tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu (siswa).2
b. Pengukuran
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta
didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, white board, dan
sebagainya. Dalam proses pengukuran, tentu guru harus
menggunakan alat ukur (tes atau non-tes). Alat ukur tersebut harus
standar, yaitu memiliki derajad validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel
sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasa nya menggunakan tes.
Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan
performance peserta didik dengan menggunakan suatu skala
kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif
dari performance peserta didik tersebut dinyatakan dengan angka-
angka (Alwasilah et al.1996). Dapat didefinisan sebagai proses
penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut
aturan tertentu (Ebel &Frisbie, 1986). Pengukuran adalah usaha
untuk mengetahui keadaan sesuatu hal menurut apa adanya, yang
biasanya dinyatakan dalam bilangan.3

2
Arifin, Z. “Evaluasi Pembelajaran (teori dan taktik)” April 18, 2010,
http://www.respository.upi.edu/
3
Sudaryono, “Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran” Juni 02, 2012
Sedangkan menurut Endang Purwanti (2008:4) pengukuran dapat
diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk
memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau
benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
Dari pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan fakta kuantitatif yang disesuaikan dengan kriteria-
kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur.4
Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana
disampaikan Cangelosi adalah proses pengumpulan data melalui
pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk
menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran
selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan
mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan
serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui
apa yang telah dilakukan siswa. Menurut Mardapi pengukuran pada
dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek
secara sistematis. Karakteristik yang terdapat dalam obyek yang
diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih mudah untuk
dinilai. aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti
kognitif, afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya,
kesalahan dalam mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil
mungkin. Kesalahan yang mungkin muncul dalam melakukan
pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu sosial dapat berasal dari
alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur. Dalam bidang
pendidikan usaha pengukuran biasanya melalui penyelenggaraan tes
atau ujian. Alat – alat lain seperti daftar cek, skala ukuran, dan lain
– lain, dapat juga dipakai untuk mengukur aspek – aspek yang sukar
dengan mempergunakan tes atau ujian.

4
Sudaryono, “Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran” Juni 02, 2012
Pengukuran Menurut Ahli
Menurut Ign. Masidjo (1995: 14) pengukuran adalah suatu
kegiatan menentukan kuantitas suatu objek melalui aturan-aturan
tertentu sehingga kuantitas yang diperoleh benar-benar mewakili
sifat dari suatu objek yang dimaksud.
Pengukuran bisa diartikan sebagai proses memasangkan fakta-fakta
suatu objek dengan fakta-fakta satuan tertentu (Djaali & Pudji
Muljono, 2007).
Menurut Endang Purwanti (2008:4) pengukuran dapat diartikan
sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan
angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga
hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk
mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah
membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu yang lain (Anas
Sudiono, 2001).
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuantitas sesuatu (Zaenal Arifin, 2012).
Hopkins dan Antes (1990) mengartikan pengukuran sebagai “suatu
proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka
berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri tentang suatu
objek, orang atau peristiwa.
Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua
karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu;
2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. Pengukuran
merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter
tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang
mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau
formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli.5

5
Edi Elisa, “Kategori Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran” Juni 01, 2021.
Menurut Cangelosi (1995: 21) pengukuran adalah proses
pengumpulan data melalui pengamatan empiris yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang
telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan
membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa,
mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan,
dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar,
menyentuh, mencium, dan merasakan.
Menurut Wiersma & Jurs (1990) pengukuran adalah penilaian
numerik pada fakta-fakta dari objek yang hendak diukur menurut
kriteria atau satuan-satuan tertentu.
Alwasilah et al.(1996), measurement (pengukuran) merupakan
proses yang mendeskripsikan performa siswa dengan menggunakan
suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat
kualitatif dari performa siswa tersebut dinyatakan dengan angka-
angka
Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran
(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan
satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu prose yang dilakukan secara
sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek
tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku.6
c. Penilaian
Sebelum seorang evaluator menilai tentang proses sebuah
pendidikan, maka langkah awal yang dilakukan adalah melakukan
sebuah pengukuran. Dalam penilaian pendidikan, evaluator harus
mengatahui standar penilain yang telah telah ditetapkan oleh
pemerintah sebagai acuan dasar, sehingga dari situ evaluator mampu
melakukan pengukuran sesuai dengan apa yang seharusnya diakur

6
Edi Elisa, “Kategori Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran” Juni 01, 2021
dalam bidang pendidikan. Umumnya sebuah pengukuran, akan
dapat dilakukan dengan baik apabila evaluator mengetahui dengan
pasti objek apa yang akan diukur, dengan begitu evaluator dapat
menentukan instrument yang digunakan dalam pengukuran.
Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif
(system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari
performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka
(Alwasilah et al.1996).
Menurt Ign. Masidjo (1995: 14) pengukuran sifat suatu objek adalah
suatu kegiatan menentukan kuantitas suatu objek melalui aturan-
aturan tertentu sehingga kuantitas yang diperoleh benar-benar
mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud.
Menurut Cangelosi (1991) pengukuran adalah proses pengumpulan
data melalui pengamatan empiris. Pengertian yang lebih luas
mengenai pengukuran dikemukakan oleh Wiersma & Jurs (1990)
bahwa pengukuran adalah penilaian numeric pada fakta-fakta dari
objek yang hendak diukur menurut criteria atau satuan-satuan
tertentu. Jadi pengukuran bisa diartikan sebagai proses
memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan
tertentu (Djaali & Pudji Muljono, 2007).
Sedangkan menurut Endang Purwanti (2008: 4) pengukuran
dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk
memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau
benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
Dari pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan fakta kantitatif yang disesuaikan dengan criteria-
kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur.7

7
Binham, “Konsep Dasar Penilaian dan Evaluasi Pendidikan” Desember 28, 2011,
https://binham.wordpress.com/2011/12/28/konsep-dasar-penilaian-dan-evaluasi-pendidikan/
Perbedaan antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian :

Pengukuran : dilakukan pertama kali sebelum melakukan proses


selanjutnya
Penilaian : dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil pengukuran
(pengumpilan informasi sebelum membuat keputusan)
Evaluasi : kegiatan yang lebih kompleks, dimana mencakup
pengukuran, penilaian dan membandingkan.8

8
Binham, “Konsep Dasar Penilaian dan Evaluasi Pendidikan” Desember 28, 2011,
https://binham.wordpress.com/2011/12/28/konsep-dasar-penilaian-dan-evaluasi-pendidikan/
BAB III

Kesimpulan

Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas


daripada sesuatu. Dalam proses pengukuran tentu harus menggunakan alat ukur.
Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reliabilitas
yang tinggi. Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang berkesinambungan
untuk pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam
rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan
tertentu. Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan
dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu keputusan.

Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran adalah untuk


mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran pada siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Adapun
evaluasi memiliki beberapa fungsi diantaranya evaluasi berfungsi sebagai
penempatan, evaluasi berfungsi formatif, evaluasi berfungsi diagnostic, evaluasi
berfungsi sumatif, evaluasi berfungsi selektif, dan evaluasi berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif
penilaian proses dan hasil belajar terdiri atas sikap, pengetahuan dan pemahaman
peserta didik terhadap bahan pelajaran, kecerdasan peserta didik, perkembangan
jasmani/kesehatan, dan keterampilan. Selain itu terdapat juga prinsip-prinsip umum
evaluasi, diantaranya kontinuitas, komprehensif, adil dan objektif, dan kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA

https://educhannel.id/blog/artikel/pengertian-pengukuran-dalam-pendidikan.html

https://binham.wordpress.com/2011/12/28/konsep-dasar-penilaian-dan-evaluasi-
pendidikan/

https://id.linkedin.com/pulse/konsep-dasar-evaluasi-penilaian-pengukuran-dan-
tes-riana-putri

https://www.kumpulanmakalahmahmud.com/2013/03/konsep-dasar-evaluasi-
pengertian.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai