KAJIAN PUSTAKA
Evaluasi menawarkan banyak manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan lembaga
pendidikan lainnya. Penilaian memungkinkan siswa untuk menentukan sejauh
mana keberhasilan pendidikan mereka. Dalam situasi di mana siswa menerima nilai
yang memuaskan, itu bertindak sebagai insentif untuk mendorong siswa untuk lebih
meningkatkan kinerja mereka. Dalam situasi jika hasil tidak sesuai, siswa berupaya
untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran, tetapi sangat penting untuk
memberikan dorongan positif dari guru sehingga siswa tidak menjadi hilang
harapan. Dari sudut pandang guru, hasil evaluasi bisa dijadikan tolak ukur dan dasar
berhasil atau tidaknya proses pembelajaran, sedangkan sekolah, hasil evaluasi bisa
dimanfaatkan untuk memperbaiki mutu pembelajaran di sekolah.
Wirawan (2012, hlm. 20) juga membedakan evaluasi berbasis objek menjadi
beberapa jenis, antara lain evaluasi program. Yang kemudian menginterpretasikan
program sebagai suatu metode atau rencana kegiatan yang dilakukan berdasarkan
suatu keputusan dan sasaran pada suatu periode, Jadi, definisi evaluasi program
adalah teknik untuk mendapatkan, menganalisa, dan menggunakan data untuk
menemukan jawaban. Ada 3 jenis evaluasi yaitu evaluasi proses, hasil, dan dampak.
Penyelenggaraan KKO merupakan program pendidikan bagi siswa yang berbakat
di bidang olahraga, agar dapat berkembang sesuai dengan bakat olahraga yang
dimiliki siswa, sehingga siswa KKO berkembang dimasukkan ke dalam evaluasi
program yang kemudian dievaluasi dengan langkah-langkah terkait dalam evaluasi
program. Evaluasi dilakukan untuk mencapai tujuan yang berbeda-beda, tergantung
dari objek evaluasinya. Menurut Wirawani (2012, hlm. 22-23), evaluasi memiliki
beberapa tujuan, yaitu:
1) Mengukur dampak sosial dari program.
yang disebutkan dalam akronim CIPP merupakan unsur evaluasi yang menjadi
komponen dari proses tindakan.
Dapat disimpulkan bahwa model CIPP adalah model evaluasi yang melihat
program yang dinilai sebagai sebuah struktur. Maka dari itu penggunaan model
CIPP adalah setelah selesai identifikasi oleh ahli dan harus melakukan analisis
menurut komponen-komponennya.
Purwanto (2013, hlm. 29) Evaluasi input atau output untuk mendapatkan
jawaban mengenai solusi permasalahan. Evaluasi ini memberikan arahan untuk
permasalahan, cara mengatasi, manfaat, resiko, kesempatan dan peluang untuk
pihak berwenang membuat keputusan, kebijakan, prioritas untuk semua kegiatan,
rencana, dan target biaya yang dibutuhkan.
Arikunto (2015, hlm. 4) Input adalah bahan baku yang masuk ke dalam
transformasi. Dalam dunia sekolah, bahan baku berarti calon siswa baru yang
datang ke sekolah. Sebelum masuk sekolah, kemampuan calon siswa dinilai
terlebih dahulu. Dengan penilaian ini, kami ingin mengetahui apakah dia dapat
mengikuti pelajaran di masa mendatang dan menyelesaikan tugas yang diberikan
kepadanya.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi input menentukan bagaimana input akan
digunakan untuk mencapai tujuan program. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi
untuk mendapatkan masukan (orang dan tempat) yang mampu dan berguna dalam
pelaksanaan program pelatihan.
sesuatu yang sudah dalam keadaan matang. Seorang siswa yang sedang belajar
diibaratkan dengan seseorang yang sedang mengalami proses perubahan dari
ketidaktahuan atau ketidakmampuan menjadi sudah tahu atau tahu.
Evaluasi proses dalam model CIPP mengacu pada “apa” kegiatan dalam
program dilakukan, “siapa” yang bertanggung jawab atas program tersebut,
“kapan” kegiatan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diorientasikan pada
seberapa jauh kegiatan yang dilakukan dalam program telah dilaksanakan sesuai
rencana.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi proses adalah ketika seseorang yang
bertanggung jawab untuk menjaga semua kegiatan program yang sedang
berlangsung harus pandai membantu semua orang yang terlibat dalam evaluasi
proses.
memfasilitas karyawan fokus pada pencapaian kinerja yang berarti dan pada
akhirnya memfasilitasi pengguna yang lebih luas dan menilai keberhasilan kinerja
untuk memenuhi kondisi target.
mencapai. c) Tujuan dari operasional adalah menghasilkan data spesifik dan terukur
bahwa anggota sebuah unit organisasi diharapkan untuk mencapai.
Proses perencanaan berlangsung dalam konteks lingkungan. Pemimpin harus
memahami konteks ini sepenuhnya dan menyeluruh untuk menentukan misi
organisasi dan mengembangkan tujuan dan rencana strategis, taktis, dan
operasionalnya (R. W. Griffin, 2015). Perencanaan artinya perumusan tujuan dan
metode untuk mendapatkan tujuan (Horne & Jr, 2005). Selain itu, Schermerhorn
dkk. (Schermerhorn, 2014) Perencanaan adalah tahap menentukan maksud dan
tujuan usaha dan cara-cara yang diperlukan untuk mencapainya. Rencana
mengarahkan manajer mengetahui kinerja dan sarana untuk mendapatkannya.
Menurut Taylor (2017), perencanaan adalah fungsi manajemen yang pertama
dan terpenting. Lanjutan Menurut Ramasamy (2014) perencanan yaitu memilih dan
mengasosiasikan daa serta pembuatan dan pemakaian asumsi mengenai waktu yang
akan datang dalam merepresentasikan dan memformulasikan aktifitas yang
direncakan dipandangan penting untuk meraih hasil yang diharapkan.
Merencanakan tujuan organisasi, membuat metode komprehensif dan menciptakan
berbagai rencana mengabungkan dan meyatukan aspek-aspek suatu kegiatan
(Robbins & Judge, 2017). Perencanaan terkait dengan tindakan masa depan dan
merupakan tugas utama manajemen (Samson, 2004).
Fungsi perencanaan termasuk mengetahui tujuan organisasi,
mengembangkan strategi keseluruhan agar tujuan terwujudu, dan membuat
seperangkat rencana yang tepat untuk menggabungkan dan mengkordinasikan
tindakan (Robbins, Stephen P., 2013).
Usman (2006, hlm. 7) menjelaskan tujuan perencanaan adalah sebagai
tersebut:
Tujuan Perencanaan
1) mencocokkan realisasi dengan perencaan
2) Memperoleh informasi cara melakukan dan menyelesaikan suatu fungsi
3) Memperoleh informasi pihak perencana (struktur organisasi) sesuai kualifikasi
dan nomor
4) Memperoleh informasi kegiatan sistem, termasuk biaya dan kualitas karyawan
5) Menyeleksi kegiatan dan efesiensi waktu dan anggaran
6) Memperoleh informasi gambaran umum tentang tugas kerja.
7) Penyelarasan dan integrasi beberapa sub-fungsi
8) Identifikasi kendala yang muncul
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
23
dalam proses komunikasi dalam suatu sistem sosial untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
pergerakan yaitu prilaku bisa ditentukan, diatur, dikelola atau diganti dengan
metode kompensasi yang positif yang dikontrol dengan baik.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bawah penggerak seorang manajer yang
merintah, menugaskan, memandu dan mendorong karyawan atau SDM untuk
menjalankan tugasnya mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.
dalam volume latihan khusus olahraga yang setara diperoleh peningkatan kinerja
yang lebih besar (Güllich, 2017). Kelas olahraga merupakan model pendidikan
yang dilaksanakan di sekolah sasaran yang mengikutsertakan sekelompok siswa
yang didefinisikan sebagai “berbakat” dalam olahraga (mereka yang berprestasi di
bidang olahraga) di dalam sekolah (Mahendra, 2017).
(Pt, 2010) Dalam petunjuk pelaksanaan kelas penjasorkes pada Departemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Umum dijelaskan bahwa kelas penjasorkes
merupakan kegiatan sampingan yang diharapkan dapat membangkitkan minat dan
mengarahkan bakat siswa ke dalam potensi diri. Atlet di masa depan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kelas olahraga
merupakan model perkembangan pembinaan olahraga anak sekolah dalam bentuk
pendidikan menengah. Dalam model ini, tugas utama siswa dalam pelajaran
olahraga adalah mengamati proses pembinaan olahraga, namun tanpa
meninggalkan tanggung jawabnya di bidang akademik.
2.10.2 Kurikulum
Dalam buku panduan pelaksanaan kelas olahraga Direktorat Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2010, hlm. 9), perencanaan
kurikulum kelas olahraga meliputi:
1) Pembuatan silabus, silabus pelaksanaan program kelas olahraga harus mengacu
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sedangkan program latihan
harus disesuaikan dengan kalender akademis di sekolah masing-masing dan
dimasukan dalam rencana kerja dan anggaran sekolah (RKAS).
2) Alokasi waktu, program latihan kelas olahraga dilaksanakan dengan alokasi
waktu antara 10-16 jam/minggu, diluar jam pelajaran.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kelas olahraga
juga mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan atau sering disebut dengan
KTSP. Artinya, program-program yang ditawarkan dalam kelas olahraga
disesuaikan dengan kemampuan sekolah. Program-program latihan kelas olahraga
juga disesuaikan dengan kalender akademis sekolah. Selain itu, pelaksanaan kelas
olahraga berada di luar jam pelajaran umum. Jadi, siswa kelas olahraga masih tetap
belajar bersama siswa-siswa lainnya.
yang dipakai guru dan siswa untuk kegiatan belajar mengajar. Prasarana pendidikan
yaitu semua perlengkapan, perangkat, dan media yang dipakai oleh guru dan siswa
untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran.
Alat bantu pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyimpan bahan
pembelajaran atau untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Alat peraga adalah
semua jenis perangkat yang digunakan untuk mempresentasikan (mewujudkan,
membuat terlihat) objek atau subjek (yang tidak terlihat oleh mata atau tidak
berwujud atau sulit untuk dirasakan). Media pembelajaran yaitu benda yang
berisikan topik dari pemberi pelajaran kepada peserta didik. Tentang perencanaan
infrastruktur sekolah.
Menurut Suryosubroto (2004, hlm. 115), mereka wajib menginvestigasi, yaitu
melihat kembali aset yang ada, sebelum memegang tempat tertentu. Barulah dapat
ditentukan ruangan mana yang dibutuhkan berdasarkan kepentingan pendidikan
sekolah. Arikunto (1987, hlm. 10) menjelaskan konsep sarana pendidikan sebagai
segala sesuatu yang terkait dengan proses belajar misal perabot, buku, alat tulis, dll.
Kesimpulannya sarana pelatihan adalah alat atau media yang terkait dengan
belajar mengajar untuk membantu tercapainya tujuan yang ditetapkan. Sekolah
yang menyelenggarakan KKO diharapkan dapat memenuhi kebutuhan siswa di
KKO baik dari segi ruang kelas maupun sarana prasarana. Oleh karena itu, sebelum
melakukan pembelian perlu dilakukan analisis kebutuhan pada saat perencanaan.
2.11.4 Supervisi
Pengawasan harus dilakukan secara efektif, menyeluruh dan sesuai rencana.
Tujuan pemantauan pelaksanaan program adalah untuk memastikan penggunaan
sumber daya program pelajaran pendidikan jasmani secara tepat. Tujuan khusus
dari buku pedoman ini adalah untuk menguasai komponen utama program kelas
olahraga, yang meliputi:
1) Uji seleksi untuk siswa KKO.
2) Penghargaan kelompok pelaksana kelas pelatih dan olahraga.
3) Biaya kompetisi antar sekolah penyelenggaraan KKO.
4) Ukur kemajuan pelatihan.
5) Menyusun laporan.
Pengawasan dilakukan oleh Tim Direktorat Pembinaan SMP, Tim Program
Desentralisasi SMP Provinsi, Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Badan Inspeksi
Depdiknas.
2.11.6 Kompetisi
Untuk mengukur hasil supervisi pembelajaran penjasorkes, setiap sekolah
yang melaksanakan program pembelajaran penjasorkes harus:
1) Menyelenggarakan lomba antar sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran
penjasorkes sesuai dengan lokasi kegiatan yang disupervisi, secara berkala
minimal 2 kali di tahun pertama.
2) Keikutsertaan dalam Olimpiade Olahraga Mahasiswa Nasional (O2SN) tingkat
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
2.11.7 Pelaporan
Sebagai bentuk tanggung jawab pelaksanaan program KKO, pengelola
program sekolah berkewajiban melaporkan capaian yang diperoleh. Ringkasnya,
permasalahan yang ditunjukkan oleh pelaksana KKO terkait dengan pembelajaran,
pembinaan olahraga, sarana dan prasarana, serta pengelolaan dan pembiayaan.
luar yaitu profesi orang tua, relasi social, kondisi rumah, peluang belajar, kondisi
ekonomi, dan lingkungan.
Faktor internal. Prestasi akademik dipengaruhi oleh factor yang berasal dari
individu. Faktor internal terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Kecerdasan
Tingkat kecerdasan seseorang dapat dilihat dengan jelas pada prestasi
akademiknya di sekolah pada semua mata pelajaran. Siswa yang memiliki
inteligensi tinggi diharapkan berprestasi lebih baik daripada siswa yang kurang
cerdas.
2) Motivasi
Motivasi adalah daya penggerak seseorang, yang diaktifkan pada saat-saat
tertentu ketika seseorang ingin mencapai tujuannya. Motivasi ini dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
(1) Motivasi internal: motivasi dari diri sendiri untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan, biasanya disebut "niat"
(2) Motivasi eksternal: motivasi yang diterima dari orang lain, seperti pujian
atau penghargaan atas keberhasilan.
(3) Motivasi berprestasi: dimana seseorang memiliki keinginan untuk berjuang
untuk sukses dan memilih kegiatan yang berhasil. Motivasi ini tidak jauh
berbeda dengan motivasi intrinsik.
3) Kepribadian
Ini adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisik dinamis seseorang yang
menentukan bagaimana individu dapat beradaptasi dan menjadi bagian yang
jelas dari lingkungannya. Kepribadian ini dapat berubah dan memanifestasikan
dirinya dalam perilaku.
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi akademik
yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal terbagi menjadi dua bagian,
yaitu:
1) Lingkungan rumah
Dalam hal ini, orang tua memegang peranan yang sangat penting di
lingkungan rumah sebagai pembina dan guru bagi anaknya. Orang tua adalah
pekerja penitipan anak, guru dan psikolog dan berkontribusi pada proses
sosial sosial anak.
2) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang baik yaitu yang aman, nyaman dan kondusif untuk
belajar Misal kelas dengan siswa yang tidak terlalu padat, sehingga guru dapat
mengamati dan mengontrol pembelajaran.
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Demikianlah dua factor lingkungan yang dapat berpengaruh pada sukses atau
tidaknya prestasi sekolah anak. Menurut Tu'us (2004), faktor-faktor berikut
mempengaruhi keberhasilan dan prestasi adalah:
1) Faktor Kecerdasan Kecerdasan mencakup berbagai keterampilan, tidak semata
kemampuan untuk mengerti, menginterpretasikan dan menyelesaian
permasalahan, tetapi juga mencakup kesanggupan untuk belajar dari
pengalaman. Tingkat kemampuan siswa menentukan keberhasilan belajar.
2) Faktor Bakat Bakat merupakan kemampuan bawaan seseorang yang diwarisi
dari orang tua. Bakat setiap orang berbeda-beda. Untuk mencapai kinerja yang
tinggi, setiap orang harus diberi kebebasan untuk belajar sesuai dengan
kemampuannya.
3) Faktor Minat dan Perhatian Terdapat hubungan yang sangat erat antara minat
dan perhatian. Siswa akan lebih fokus jika ia suka pelajaran tersebut. Minat dan
perhatian yang besar berpengaruh baik terhadap hasil belajar siswa.
4) Faktor Motivasi Ketika siswa memiliki motivasi belajar yang baik dan kuat,
maka akan meningkatkan usaha dan aktivitasnya untuk mencapai prestasi yang
tinggi.
5) Faktor metode belajar siswa juga dipengaruhi oleh hasil belajar siswa. Cara
belajar yang efektif memungkinkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
cara belajar yang tidak efektif.
6) Faktor sekolah Situasi yang menguntungkan, hubungan individu dan
komunikasi di sekolah berjalan dengan baik, metode pembelajaran interaktif
aktif, kemungkinan dukungan yang memadai dan siswa yang disiplin
mendorong siswa untuk bersaing satu sama lain dalam pembelajaran lanjutan.
Menurut Hadi (2007, hlm. 72) mengemukakan bahwa ada dua faktor penentu
untuk mencapai prestasi yang maksimal, yaitu: (1) Faktor internal (atlet) meliputi:
faktor psikologis seorang atlet, kondisi fisik tubuh seorang atlet, kondisi fisik
kebutuhan. (2) Faktor eksternal yaitu: kondisi sarana dan prasarana olahraga, sarana
dan prasarana yang menjamin kelangsungan hidup atlet, sistem pertandingan yang
sistematis dan berkesinambungan.
Menurut Ilham (2006, hlm. 53), ada 4 aspek yang mempengaruhi prestasi
olahraga, yaitu:
1) Aspek biologis adalah potensi atau kemampuan dasar tubuh, fungsi organ
2) Tubuh, postur tubuh dan gizi
3) Aspek psikologis adalah intelektual, motivasi, kepribadian, koordinasi gerak
4) Aspek sosial adalah sosial, sarana dan prasarana, cuaca atau iklim
5) Aspek pendukung meliputi pelatih, program pelatihan, penghargaan atau bonus
Pada dasarnya setiap orang memiliki peran kepemimpinan, setiap siswa
memiliki kepemimpinan, yang dapat berbeda-beda antara satu siswa dengan siswa
lainnya. Perbedaan tersebut mempengaruhi proses belajar siswa sehingga hasil
belajar yang diperoleh juga berbeda. Menurut Winkel (2006), perbedaan prestasi
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
akademik disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah cara
belajar atau kebiasaan yang diterapkan oleh seorang individu agar prestasi
belajarnya dapat berjalan dengan baik, tentunya diperlukan strategi yang baik yaitu
melalui pengendalian diri dengan cara yang sebaik-baiknya, semakin banyak orang
yang berprestasi maka semakin baik pula hasil belajarnya. tercapai. Faktor eksternal
adalah lingkungan rumah atau lingkungan sekolah.
Faktor lingkungan mempengaruhi sikap dan reaksi dalam kegiatan belajar
karena individu belajar berinteraksi dengan lingkungan. Tanpa dukungan
lingkungan, orang menghadapi hambatan untuk mencapai hasil akademik dalam
kegiatan sehari-hari dan kegiatan belajarnya, karena lingkungan belajar berperan
sebagai motivasi. Jadi jika motivasinya baik maka akan mendorong dan
mempercepat proses belajar siswa ke arah yang lebih baik. Sebaliknya, jika
motivasinya buruk, maka menjadi hambatan atau hambatan dalam kegiatan belajar.
Siswa berbakat dan calon peserta didik KKO tidak memiliki waktu yang cukup
untuk membagi waktunya sedemikian rupa sehingga waktu belajar dihabiskan
untuk kegiatan lainnya, baik latihan, latihan atau kegiatan lain yang menunjang
prestasi olahraga, sehingga mempengaruhi kegiatan pembelajaran. pencapaian
Atlet tampil lebih buruk dibandingkan dengan non-atlet yang memiliki lebih
banyak waktu untuk belajar. Oleh karena itu, sekolah pelaksana program KKO
sangat membutuhkan keberhasilan akademik dan manajemen prestasi atlet untuk
melihat siswanya mencapai prestasi akademik dan prestasi olahraga.
sering terganggu oleh cuaca. Serta sarana untung cabor olahraga atletik masih
banyak kekurangan.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Gata dkk. (2019) Evaluation Program for
Special Class of Sport in Senior High School Level, hasil penelitian ini Berdasarkan
hasil studi dan pembahasannya dapat diamati bahwa pengelolaan program olahraga
kelas khusus berada pada kategori cukup baik (skor rata-rata 3,18 dalam skala 1 sd
4). Dari 149 responden; 41,6% menyatakan baik; 57,0% menyatakan cukup baik;
dan 1,3% menyatakan tidak baik; dan tidak ada yang berkata miskin. Berdasarkan
penilaian siswa, guru / direktur program dan pelatih juga menunjukkan bahwa
pengelolaan KKO berada pada kategori cukup atau cukup baik. Konteks umum
pengelolaan olahraga kelas dalam kondisi baik. Input pengelolaan program KKO
dalam kategori cukup baik, dan produk pengelolaan program KKO juga dalam
kategori cukup baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andrei dan Peter (2017), Program
Khusus Kelas Olahraga memiliki nilai tambah bagi siswa, antara lain: a) Siswa
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kontribusi unit Pendidikan
Olahraga melalui proses pembelajaran dan pengalaman. b) Memberikan
pembelajaran yang lebih serius kepada siswa. c) Siswa dapat belajar dengan melihat
teman sekelasnya selama pertandingan berlangsung atau saat mereka sedang tidak
dalam permainan. d) Siswa dapat belajar dengan memperhatikan teman lain selama
pertandingan berlangsung atau tidak dalam permainan. e) Memiliki instruktur yang
berpengetahuan luas atau berpengetahuan luas.
Penelitian yang dilakukan Zupancic dan Justin (1998) The Slovene Model of
Sports Classes in Grammar Schools: Psychological and Educational Point of View
hasil Studi tentang karakteristik psikologis dan beberapa prestasi Pendidikan Dari
kedua kelompok mahasiswa tersebut terungkap bahwa tidak ada yang signifikan
perbedaan kemampuan intelektual umum dan perkembangannya antara dua
kelompok. Dengan demikian, penelitian tersebut belum mengkonfirmasi stereotip
public bahwa latihan olah raga intensif berdampak negatif bagi intelektual
perkembangan anak muda. Ini telah mengungkapkan sedikit perbedaan yang
signifikan dalam ciri-ciri kepribadian dan perkembangannya antara siswa dua
kelompok. Dibandingkan dengan RCG, SCG lebih berorientasi pada pencapaian,
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
memiliki ego yang lebih kuat, berperilaku lebih spontan, kurang menuntut, dan
kurang tertekan. SCG sepertinya menjalani, dalam 2 perjalanan tahun, lebih banyak
perubahan dalam sifat kepribadian. Arah perubahannya juga meningkat (dalam
kasus dominasi, kekuatan ego, pembedahan, kecanggihan) atau penurunan (dalam
kasus kecemasan dan suasana hati yang tertekan).
Riset oleh Helen Purnama Sari (2017) yang berjudul “Evaluasi Program
Pembinaan Atlet Pekan Olahraga Nasional Cabang Olahraga Bulu TangkisProvinsi
Sumatera Selatan”. Hasil yang diperoleh yaitu 1) Antecendent berjalan sesuai; 2)
Transaction belum sesuai; 3) Outcome, prestasi atlet PON cabang olahraga
bulutangkis Prov. Sumsel untuk kejuaraan PON belum baik, sebab target yang
diinginkan tidak tercapai.
Riset oleh Hengki Fernando (2018) yang berjudul “Evaluasi Manajemen
Program Pembinaan Olahraga Renang Pada Persatuan Renang Seluruh Indonesia”.
Hasil yang diperoleh yaitu: 1) Struktur pengelolaan dan meode pembinaan program
olahraga rendah telah sesuai dengan kriteria siapa, apa kapan, dimana, bagaimana
dilakukan; 2) Organisasi manajemen kegiatan binaan olahraga renang sesuai
dengan kriteria kepengurusan lengkap, terdapat prosedur kegiatan, kejelasan kerja,
terdapat musyawarah diawal tahun, namun aktivitas rutin masih minim; 3)
Pengelolaan program bina olahraga sesuai dengan kriteria
Yaitu prestasi yang dicapai, realisasi kegiatan, implementasi 5 M (man, money,
method, mechine); 4) Pengelolaan program bina olahraga renang telah sesuai
dengan kriteria kategori termasuk pengawasan, pelaporan, evaluasi, dan
monitoring.
Penelitian Didik Assalam (Assalam, Didik, Sulaiman, Taufiq, 2015) yang
berjudul Evaluasi Program Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Pecak Silat Pusat
Pendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Kalimantan Timur”. Dari
penelitian diketahui bahwa: 1) Context mencakup latar belakang, visi dan misi
sangat baik karena PPLP sebagai lembaga pembinaan olahraga pelajar dibidang
akademik dan menemukan siswa yang berpotensi menjadi atlet berprestasi pada
level nasional; 2) Input penerimaan pelatih berpatokan pada arahan Kemenpora dan
seleksi atlet menurut kriteria dari Dispora; 3) Process manajemen program latihan
telah sesauai karena pelatih mempersiapkan kegiatan pelatihan, dana,
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
fasilitas yang sesuai sehingga semua program ini memerlukan pengelolaan yang
baik agar efektif dan efisien mencapai tujuan penyelenggaraan program KKO. Oleh
karena itu penelitian ini perlu bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana evaluasi
manajemen kelas khusus olahraga terhadap hasil akademik dan prestasi olahraga di
SMP Negeri 3 Cikarang Utara.