Anda di halaman 1dari 36

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Evaluasi


Kata evaluasi berasal dari kata bahasa Inggris "evaluation" dan berarti sesuatu
seperti penilaian atau evaluasi. Makna kata dalam definisi tersebut juga
menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi dilakukan secara hati-hati dan bertanggung
jawab, strategi diterapkan secara efektif, dan dapat dipandang sebagai upaya untuk
mencapai tujuan yang ditentukan. Evaluasi, dengan demikian, adalah suatu sistem
untuk memahami keterampilan dan kemajuan baik sebelum, selama, dan setelah
proses kegiatan, melalui pengumpulan data, dan membandingkannya dengan norma
atau standar tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Jody dkk. (2011) evaluasi adalah “identifikasi, klarifikasi, dan penerapan
kriteria yang masuk akal untuk menentukan nilai (layak atau pantas) dari suatu
objek, dan dalam kaitannya dengan kriteria tersebut”. Evaluasi program oleh
Brinkerhof dkk. (1983) adalah karya investigasi sistematis tentang apa yang
berharga dari objek. Gronlund dan Linn (2008) menggambarkan evaluasi sebagai
kegiatan mendapatkan, menganalisis, menjelaskan dan menginterpretasikan
informasi untuk menarik kesimpulan kemampuan siswa untuk encapai tujuan
pendidikan mereka. Evaluasi paling sederhana didefinisikan sebagai menentukan
nilai sesuatu. Evaluasi program, dalam bentuknya yang paling sederhana, terdiri
dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menilai nilai atau kegunaan suatu
program dalam meningkatkan aspek-aspek tertentu dari sistem pendidikan
(Worthen, 1990).
Evaluasi memegang peranan penting dalam menentukan derajat pencapaian
tujuan berdasarkan hasil evaluasi. Hasil evaluasi harus dapat mendukung
pengembangan program, implementasi, kebutuhan peningkatan program,
akuntabilitas, motivasi dan peningkatan pengetahuan, serta membantu mereka yang
terlibat dalam program (Muri, 2017). Sementara itu, menurut Wirawan (2012, hlm.
7) evaluasi adalah “penelitian yang mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan
informasi yang bermanfaat tentang objek evaluasi, kemudian

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
10

mengevaluasinya dan membandingkannya dengan indikator evaluasi, dan hasilnya


digunakan untuk membuat keputusan. objek evaluasi. objek evaluasi".
Owen (1993, hlm. 3) menuliskan bahwa evaluasi adalah tahapan
mengumpulkan informasi untuk memudahkan pihak yang berkepentingan
memutuskan suatu obyek atau evaluasi. Penilaian bisa digunakan untuk
meningkatkan, merevisi dan mengkoreksi penilaian. Evaluasi ini bisa dapat bentuk
draft, keputusan, kegiatan, jadwal, kebijakan, rencana, persosnal atau komunitas
(Jody L. Fitzpatrick, James R. Sanders, 2011)
Sawitri (2007, hlm. 13) evaluasi adalah kajian sistematis (proses pengumpulan
data) dari berbagai aspek pengembangan dan pelatihan program vokasi untuk
mengetahui manfaatnya. Evaluasi merupakan proses untuk menilai. Djaali,
Mulyono dan Ramly (2000, hlm. 3) juga menyatakan hal yang sama, pengertian
evaluasi bisa dimaknai sebagai tahap pengukuran suatu hal menurut standar yang
akan dievaluasi. Evaluasi adalah tindakan penelitian yang terstruktur berkaitan
dengan keberhasilan atau kebenaran sebuah tujuan.
Evaluasi adalah proses mengidentifikasi dan kemudian mengukur atau
mengukur hubungan antara masukan dan hasil belajar siswa, dan menentukan
kombinasi pertimbangan mediasi yang mengoptimalkan hasil belajar, masukan
yang diberikan, dan pemantauan keuangan berkelanjutan dari dampak sistem
eksternal. Penilaian adalah kegiatan yang kompleks di mana banyak faktor yang
mempengaruhi hasil belajar diidentifikasi (Kirkpatrick, 1976) (Alkin, 1967).
Arikunto (2009, hlm. 2) menyatakan bahwa evaluasi suatu tindakan yang
bertujuan untuk menemukan hal berharga, dan memperoleh data yang berguna
untuk mengevaluasi suatu kegiatan, tindakan, metode dan adanya strategi opsional.
untuk mencapainya. tujuan yang pasti. sasaran Evaluasi menyoroti perbedaan
antara yang diinginkan dan hasil aktual dari solusi yang diberikan. Terkadang
tindakan yang dipilih benar-benar menyelesaikan masalah. Evaluasi merupakan
tahap penelitian yang terstruktur mengenai keberhasilan atau kebenaran sebuah
tujuan. Selain itu, menurut Hollenbeck dkk. (2010) Pada tahap ini, manajer
menggunakan informasi penilaian sebagai data diagnostik dan proses pemecahan
masalah dimulai kembali.

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11

Stufflebeam (2003) menyatakan mengenai pengertian Evaluasi. Dia


mengatakan bahwa:
Evaluation is the most common way of outlining, getting, giving, and applying
illustrative and critical data about the legitimacy and worth of a few item's
objectives, plan, execution, and results to direct improvement choices, give
responsibility reports, illuminate regulation/spread choices, and work on
comprehension of the elaborate peculiarities. (hlm. 31)

Evaluasi menawarkan banyak manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan lembaga
pendidikan lainnya. Penilaian memungkinkan siswa untuk menentukan sejauh
mana keberhasilan pendidikan mereka. Dalam situasi di mana siswa menerima nilai
yang memuaskan, itu bertindak sebagai insentif untuk mendorong siswa untuk lebih
meningkatkan kinerja mereka. Dalam situasi jika hasil tidak sesuai, siswa berupaya
untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran, tetapi sangat penting untuk
memberikan dorongan positif dari guru sehingga siswa tidak menjadi hilang
harapan. Dari sudut pandang guru, hasil evaluasi bisa dijadikan tolak ukur dan dasar
berhasil atau tidaknya proses pembelajaran, sedangkan sekolah, hasil evaluasi bisa
dimanfaatkan untuk memperbaiki mutu pembelajaran di sekolah.
Wirawan (2012, hlm. 20) juga membedakan evaluasi berbasis objek menjadi
beberapa jenis, antara lain evaluasi program. Yang kemudian menginterpretasikan
program sebagai suatu metode atau rencana kegiatan yang dilakukan berdasarkan
suatu keputusan dan sasaran pada suatu periode, Jadi, definisi evaluasi program
adalah teknik untuk mendapatkan, menganalisa, dan menggunakan data untuk
menemukan jawaban. Ada 3 jenis evaluasi yaitu evaluasi proses, hasil, dan dampak.
Penyelenggaraan KKO merupakan program pendidikan bagi siswa yang berbakat
di bidang olahraga, agar dapat berkembang sesuai dengan bakat olahraga yang
dimiliki siswa, sehingga siswa KKO berkembang dimasukkan ke dalam evaluasi
program yang kemudian dievaluasi dengan langkah-langkah terkait dalam evaluasi
program. Evaluasi dilakukan untuk mencapai tujuan yang berbeda-beda, tergantung
dari objek evaluasinya. Menurut Wirawani (2012, hlm. 22-23), evaluasi memiliki
beberapa tujuan, yaitu:
1) Mengukur dampak sosial dari program.

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12

2) Mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan berjalan sesuai yang direncanakan.


3) mengetahui kepatuhan terhadap standar implementasi program.
4) Evaluasi program bisa digunakan untuk mengetahui dan memastikan aspek
program mana yang berjalan dan mana yang gagal.
5) Mengembangkan sdm program.
6) Mematuhi ketentuan perundang-undangan.
7) Akreditasi program.
8) Mengukur efektivitas biaya dan efektivitas biaya.
9) Membuat keputusan tentang program.
10) Kewajiban.
11) Menjadi umpan balik kepada manajer dan program.
12) Membuat teori evaluasi dan penelitian evaluasi.
Berdasarkan pemaparan Wirawan tentang evaluasi program, peneliti dalam
penelitian ini mencoba mengevaluasi pengelolaan KKO di SMP Negeri 3 Cikarang
Utara untuk mencapai hasil yang maksimal di bidang olahraga dan akademik.
Peneliti menyadari bahwa evaluasi merupakan usaha berupa proses yang
tersetruktur dan berkesinambungan mendapatkan, menjelaskan,
menginterpretasikan dan menyampaikan semua informasi yang didapatkan
sehingga bermanfaat dalam pengambilan keputusan, perumusan kebijakan dan
persiapan tindakan program berikutnya.

2.2 Tujuan Evaluasi


Sawitri (2007, hlm. 10) Tujuan evaluasi adalah untuk memperkuat
pengambilan keputusan yang masuk akal, tidak untuk menguji hipotesis.
Menentukan tujuan sehingga dapat berfokus pada unsur-unsur dalam realisasi, yang
mencakup: 1) apa yang dievaluasi, 2) siapa yang mengevaluasi, 3) bagaimana
pelaksanaannya. Definisi tujuan evaluasi tergantung dari jenis penilaian yang
dipakai, tujuan besar disajikan dalam bentuk umum, sementara tujuan khusus
disajikan dalam bentuk khusus dan terbatas serta rincian dari tujuan umum tersebut.
Evaluasi harus memiliki tujuan yang diinginkan, sama seperti evaluasi itu
sendiri. Arikunto (2009, hlm. 18) mengatakan bahwa tujuan evaluasi program
merupakan cara memastikan keberhasilan program dengan pengetahuan

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13

pelaksanaan kegiatan program, sebab petugas evaluasi ingin mengetahui komponen


dan sub-komponen program mana yang tidak. dilaksanakan dan mengapa. Evaluasi
bertujuan untuk memastikan apakah program berjalan sebagaimana yang
direncanakan.

2.3 Model Evaluasi


Ada banyak model evaluasi sistematis yang berbeda dalam penelitian evaluasi,
misalnya Arikunto dan Safrudin (2004, hlm. 2) memisahkan model evaluasi
menjadi delapan, yaitu:
1) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.
2) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
3) Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven.
4) Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
5) Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
6) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan.
7) CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam.
8) Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus.
Muryadi (2017) Penerapan model evaluasi tertentu bukanlah faktor tunggal
sebagai penentu kesuksesan proses evaluasi. Ada beberapa faktor lainnya juga.
Faktor-faktor ini dapat bervariasi untuk setiap perusahaan yang memiliki peringkat,
tetapi sebagian besar berasal dari sumber eksternal yang tidak terduga dari mereka
yang berkuasa. Sementara itu, Sudjana dan Ibrahim (2007, hlm. 234)
mengelompokkan model asesment menjadi empat model utama, yaitu
“Measurement, Compatibility, Training System dan Light”. Arikunto (2009, hlm.
8) Model evaluasi program adalah model evaluasi berorientasi pada tujuan, model
evaluasi non-tujuan, model evaluasi formatif-sumatif, model evaluasi manifes,
model evaluasi CSE-UCLA, CIPP, model evaluasi, dan model konflik. Widoyoko
(2009, hlm. 173) menjelaskan juga beberapa model evaluasi program, yaitu
evaluasi model Kirkpatrick, evaluasi model CIPP, evaluasi model Beebe Wheel,
evaluasi model Provus (model discrepancy), evaluasi model horizontal
(Countenance model) dan model evaluasi Brinkerhoff.
Dapat disimpulkan bahwa ilmu evaluasi program memiliki banyak model yang
dapat diterapkan Meskipun tidak sama, tetapi tujuannya sama, yaitu mengumpulkan
informasi mengenai subjek yang dievaluasi, dengan tujuan memberikan bahan
kepada pengambil keputusan untuk menentukan pemantauan program.
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14

2.4 Model Evaluasi CIPP


Owen (1993, hlm. 21) CIPP adalah model evaluasi yang menggunakan
pendekatan evaluasi berorientasi manajemen atau yang disebut bentuk evaluasi
manajemen program. Model CIPP dari Stufflebeam dkk. (1989) didasarkan pada
pandangan bahwa tujuan terpenting dari evaluasi program bukanlah untuk
membuktikan (prove) tetapi untuk memperbaiki (correct). Oleh karena itu, model
ini juga diklasifikasikan sebagai evaluasi program yang berorientasi perbaikan
(improvement oriented evaluasi) (Stufflebeam dkk. 2000) atau bentuk evaluasi
perkembangan stufflebeam dkk. (1993) dengan kata lain, model CIPP digunakan
untuk mendukung pengembangan organisasi dan untuk membantu para pemimpin
organisasi dan karyawan dalam memperoleh dan menggunakan input secara
sistematis untuk menanggapi kebutuhan penting dengan lebih baik, atau setidaknya
untuk melakukan sebaik mungkin dengan sumber daya yang tersedia. Owen (1993,
hal. 22).
Stufflebeam (2003) mengatakan tentang mengenai model evaluasi CIPP
dijelaskan sebagai berikut:
The models center ideas are signified sound abbreviation CIPP, which
represents assessments of a substance's specific situation, info, cycle, and
item. Setting assessments evaluate needs, issue, resources, and chances to
assist choices producers with characterizing objectives and needs and assist
more extensive gathering of us with making a decision about objectives, needs
and results. Input assessments survey elective methodology, contending
activity plans, and spending plan for. (hlm. 31)

Model evaluasi CIIP merupakan model evaluasi yang dikembangkan oleh


Stufflebeam (2003) yang bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap
perbaikan kurikulum serta mengambil keputusan tentang penyelesaian program.
Model penilaian CIPP adalah paling umum dan sering digunakan para analis. Maka
deskripsi ini lebih panjang daripada model lainnya. Model CIPP diciptakan oleh
Stufflebeam di Ohio State University. CIPP adalah singkatan dari: Context
Evaluation, Input Evaluation, Process Evaluation, Product Evaluation. Empat kata

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15

yang disebutkan dalam akronim CIPP merupakan unsur evaluasi yang menjadi
komponen dari proses tindakan.
Dapat disimpulkan bahwa model CIPP adalah model evaluasi yang melihat
program yang dinilai sebagai sebuah struktur. Maka dari itu penggunaan model
CIPP adalah setelah selesai identifikasi oleh ahli dan harus melakukan analisis
menurut komponen-komponennya.

2.4.1 Evaluasi Konteks (Context Evaluation)


Evaluasi konteks yang menjawab pertanyaan tentang apa yang perlu
dilakukan. Penilaian ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan dasar program.
Para ahli memberikan pendapatnya tentang evaluasi konteks, diantaranya
Stufflebeam (1985), yang menjelaskan bahwa tujuan evaluasi konteks adalah untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan berbagai objek, seperti lembaga,
program, kelompok sasaran atau orang, dan untuk memberikan pedoman perbaikan.
Evaluasi kontekstual juga bertujuan untuk memeriksa apakah tujuan dan prioritas
saat ini memenuhi kebutuhan seseorang.
Sax (1989) menjelaskan bahwa evaluasi konteks merupakan penjabaran dan
interpretasi lingkungan target, populasi, kebutuhan yang tidak diperoleh, sampel
yang akan mendapatkan, sasaran program. Evaluasi konteks menjadi dasar untuk
memvalidasi pelaksanaan suatu program. Sejalan dengan Stufflebeam (1985) lebih
lanjut menjelaskan bahwa evaluasi konteks:
To evaluate the article's general status, to distinguish its lack, to recognize
the current qualities that could be utilized to cure the inadequacies, to analyze
issues whose arrangement would work on the item's prosperity, and as a
general rule, to describe the projects climate. A setting assessment likewise
is pointed toward inspecting whether existing objectives and needs are
sensitive to the requirements of whoever should be served. (hlm. 172)

Evaluasi konteks terutama merujuk pada pengenalan kekuatan dan


kelemahan organisasi dan memberikan input buat perbaikan organisasi. Evaluasi
ini dilakukan untuk mendapatkan informasi penilaian yang dapat digunaan dalam
mendesain kondisi yang tepat dan berkaitan dengan program atau aktifitas

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
16

pembelajaran dan kegiatan pelatihan. Penilaian kontekstual juga dimaksudkan


untuk menginformasikan definisi “goal and objectives”
Stufflebeam dkk. (1989) pada dasarnya evaluasi konteks mengacu pada
pengenalan kekurangan dan kelebihan organisasi dan untuk memberikan saran
koreksi organisasi. Mahmudi (2011) menjelaskan bahwa evaluasi ini berkaitan
dengan menyediakan data untuk menentukan tujuan yang terbaik,
memformulasikan lingkungan yang tepat dan mengenali permasalahan terkait
dengan kegiatan dan program belajar, serta kurikulum. Dalam hal ini evaluasi
konteks diartikan juga untuk memberikan informasi untuk memformulasikan. “goal
and objectives”.
Muri (2017, hlm. 124) Evaluasi konteks diawali dengan identifikasi
konseptual untuk mengenali dan mengartikulasikan bidang yang akan dievaluasi,
dilanjutkan dengan analisis empiris terhadap aspek yang akan dievaluasi dengan
menggunakan survei dan tes. Kemudian, mencakup dua metode (analisis
konseptual dan analisis empiris) dalam memperoleh permasalahan pokok dari aspek
yang akan dievaluasi.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi konteks adalah penilaian terhadap
keseluruhan situasi institusi, mengetahui kekurangan, memetakan keunggulan yang
dapat digunakan untuk meminimalisir kekurangan, mendiagnosis dan mencari
masalah yang dihadapi organisasi. untuk solusi.

2.4.2 Evaluasi Masukan (Input Evaluation)


Stufflebeam (1985) Evaluasi masukan bertujuan untuk membantu
menentukan program yang akan digunakan untuk melakukan perubahan yang
diperlukan. Evaluasi memudahkan penggunanya mengeluarkan keputusan, mencari
sumber daya yang dibutuhkan, opsi, strategi dan rencana untuk meraih tujuan dan
sasaran serta cara mencapainya. Bagian penilaian input meliputi: (a) sumber daya
manusia (b) fasilitas dan peralatan pendukung, (c) keuangan/anggaran dan (d)
berbagai prosedur dan kebijakan yang diperlukan.
Mahmudi (2011) Evaluasi masukan mencari kendala dan kemungkinan
sumber daya yang tersedia. Tujuan utamanya adalah untuk membantu klien
mengevaluasi alternatif sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
17

Purwanto (2013, hlm. 29) Evaluasi input atau output untuk mendapatkan
jawaban mengenai solusi permasalahan. Evaluasi ini memberikan arahan untuk
permasalahan, cara mengatasi, manfaat, resiko, kesempatan dan peluang untuk
pihak berwenang membuat keputusan, kebijakan, prioritas untuk semua kegiatan,
rencana, dan target biaya yang dibutuhkan.
Arikunto (2015, hlm. 4) Input adalah bahan baku yang masuk ke dalam
transformasi. Dalam dunia sekolah, bahan baku berarti calon siswa baru yang
datang ke sekolah. Sebelum masuk sekolah, kemampuan calon siswa dinilai
terlebih dahulu. Dengan penilaian ini, kami ingin mengetahui apakah dia dapat
mengikuti pelajaran di masa mendatang dan menyelesaikan tugas yang diberikan
kepadanya.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi input menentukan bagaimana input akan
digunakan untuk mencapai tujuan program. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi
untuk mendapatkan masukan (orang dan tempat) yang mampu dan berguna dalam
pelaksanaan program pelatihan.

2.4.3 Evaluasi Proses (Process Evaluation)


Menurut Stufflebeam dan Shinkfield (1985) inti dari evaluasi proses adalah:
memantau implementasi program/rencana. Dan memberikan feedback pada
pengawas serta karyaan mengenai kemauan rencana menurut waktu dan anggara
yang sudah ditetapkan dengan sumber daya yang ada secara efektif. untuk
memandu perubahan rencana sesuai dengan kebutuhan, untuk secara teratur
mengevaluasi seberapa banyak peserta program dapat menerima dan melaksanakan
peran atau tanggung jawab mereka. Senada dengan pendapat Worthen (1990),
menjelaskan bahwa evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan (1) do distinguish
or foresee in procedural plan or its execution during execution stage, (2) to give
data to customized choices, and (3) to keep a record of the method as it happens.
Arikunto (2015, hlm. 6) Evaluasi proses bertujuan untuk menemukan solusi dari
kegiatan yang dilakukan dan mengetahui pelaksanan rencana, memfasilitasi divisi
program untuk menjalankan tugas dan memfasilitasi kelompok pengguna yang
lebih banyak dalam evaluasi program dan menginterpretasikan signifikansinya.
Proses tersebut diibaratkan sebuah mesin yang mengolah bahan mentah menjadi

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
18

sesuatu yang sudah dalam keadaan matang. Seorang siswa yang sedang belajar
diibaratkan dengan seseorang yang sedang mengalami proses perubahan dari
ketidaktahuan atau ketidakmampuan menjadi sudah tahu atau tahu.
Evaluasi proses dalam model CIPP mengacu pada “apa” kegiatan dalam
program dilakukan, “siapa” yang bertanggung jawab atas program tersebut,
“kapan” kegiatan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diorientasikan pada
seberapa jauh kegiatan yang dilakukan dalam program telah dilaksanakan sesuai
rencana.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi proses adalah ketika seseorang yang
bertanggung jawab untuk menjaga semua kegiatan program yang sedang
berlangsung harus pandai membantu semua orang yang terlibat dalam evaluasi
proses.

2.4.4 Evaluasi Produk (Product Evaluation)


Stufflebeam dan Shinkfield (1985) menjelaskan bahwa tujuan evaluasi
produk adalah: menilai, menginterpretasikan dan menentukan kinerja program,
kemampuann program memenuhi kebutuhan pengguna Menurut Sax (1989, hlm.
598) peran evaluasi hasil adalah membantu membuat keputusan tentang
melanjutkan, menghentikan dan mengubah program, hasil apa yang telah dicapai
dan apa yang telah dilakukan setelah program diluncurkan. Stufflebeam (2003) juga
menjelaskan “penilaian kinerja mengidentifikasi dan mengevaluasi hasil setiap saat
untuk mendorong karyawan fokus pada hasil yang lebih besar dan menilai kinerja
upaya untuk mencapai tujuan yang telah dibuat”.
Evaluasi produk merupakan tahap akhir kegiatan yang bertujuan utuk menilai
kinerja tujuan menurut kriteria dan ketentuan khusus. Jika fokusnya pada proses
pengelolaan pelajaran olahraga khusus, penilaian produk lebih terkait dengan
berapa lama keterampilan kepemimpinan pelajaran olahraga khusus ditransfer, dan
dalam hal hasil akademik dan prestasi olahraga. Dengan demikian, dalam hal ini
evaluasi produk adalah evaluasi pengelolaan KKO terhadap hasil akademik dan
prestasi olahraga.
Kesimpulannya langkah terakhir dari model CIPP, dimana peneliti mencoba
untuk mengidentifikasi dan mencapai output dan manfaat yang diharapkan. Ini juga

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
19

memfasilitas karyawan fokus pada pencapaian kinerja yang berarti dan pada
akhirnya memfasilitasi pengguna yang lebih luas dan menilai keberhasilan kinerja
untuk memenuhi kondisi target.

2.5 Tujuan Model Evaluasi CIPP


Wirawan (2012, hlm. 35) Tujuan evaluasi CIPP adalah: a) mengukur dampak
program, b) menilai kepatuhan terhadap rencana pelaksanaan program, c)
mengukur kepatuhan terhadap standar program dengan bantuan evaluasi program,
dimungkinkan untuk mengidentifikasi dan cari tahu yang mana. dimensi program
fungsional dan mana yang tidak, pengembangan personel program, hukum yang
memenuhi persyaratan yang dihasilkan, akreditasi program, mengukur anggaran
setiap program, membuat keputusan tentang program, bertanggung jawab atas
manajemen dan implementasi program program. program, memberikan umpan
balik kepada manajer program dan mengevaluasi teori-teori ilmiah.
Mahmudi (2011) Evaluasi dilakukan untuk mencapai tujuan yang berbeda-beda,
tergantung dari objek evaluasinya. Tujuan evaluasi adalah:
1) Evaluasi kontekstual yang melayani keputusan perencanaan, yaitu evaluasi
kontekstual yang membantu manajer membuat rencana kebijakan, syarat
program dan mengartikulasikan sasaran program.
2) Evaluasi input, keputusan struktural. Tujuan penilaian adalah untuk memandu
keputusan, mengidentifikasi sumber, alternatif, rencana dan strategi untuk
mencapai kebutuhan dan metode kerja apa yang akan digunakan untuk
mencapainya.
3) Evaluasi proses melayani keputusan implementasi. Tujuan dari kegiatan
evaluasi ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan
keputusan. Pertanyaan yang perlu Anda jawab adalah sudah berapa lama rencana
tersebut dilaksanakan, apakah rencana tersebut sejalan dengan praktik bisnis,
dan apa yang perlu diperbaiki.
4) Evaluasi produk untuk keputusan daur ulang. Tujuan dari kegiatan evaluasi ini
adalah untuk membantu pengambilan keputusan baru. Pertanyaan yaitu apa
tujuan pelaksanaan program.

Kesimpulannya yaitu tujuan evaluasi CIPP adalah untuk mengidentifikasi dan


mengukur keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan sekolah yang
menyelenggarakan KKO.

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
20

2.6 Konsep Manajemen


Asal kata manajemen yaitu manus dan agere. Diterjemahkan dari bahasa latin
artinya tangan dan pelaksanaan. Kemudian disatukan menjadi managere, diartikan
memecahkan. Kemudian diartikan kedalam bahasa Inggris sebagai verb artinya
untuk mengatur, administasi, dan noun sebagai administrator yaitu individu yang
bertugas dalam fungsi adminstrasi. Singkatnya manajemen yaitu pengelolaan atau
pengaturan.
Kepemimpinan adalah cara melakukan sesuatu dalam kelompok dengan
fasilitas, sarana prasana yang ada secara maksimal (Samson, 2004). Suatu proses
dimana segala sesuatu yang dilakukan individu atau kelompok dapat dikelola.
Aspek kontrol yang hanya dimaknai dari fungsi yang dijalankan (Drucker, 2012).
Manajemen tahu hal yang akan dibuat dan memastikan hal itu dibuat melalui
metode terbaik (Taylor, 2017).
Manajemen merupakan teknik memecahkan masalah dengan bantuan
pihaklain. Manajemen merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengarahkan
kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan (Ahmed, 2011). Pelaksana manajemen
untuk mencapai tujuan organisasi tertentu, organisasi tersebut harus memiliki
keterampilan kepemimpinan (R. W. Griffin, 2015). Jika suatu organisasi tidak
memiliki keterampilan kepemimpinan yang memadai, dipastikan usaha akan gagal.
Pada kehidupan nyata, manajemen yang tepat memainkan peran penting.
Manajemen adalah proses membuat rencana, organisir, arahan, memimpin dan
mengarahkan suatu usaha (Ahmed, 2011).
Manajemen adalah ilmu yang mengontrol penggunaan sumber daya dan
pengambilan keputusan, penempatan fasilitas sarana dan prasarana dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan (Robbins & Judge, 2017).
Manajemen yaitu serangkaian kegiatan pada fasilitas dan sarana prasarana
organisasi (SDM, finansial, data, peralatan), termasuk rencana, organisasi, putusan,
arahan dan kontrol (R. Griffin, 2012), ditujukan untuk memperoleh hasil yang
diharapkan secara maksimal (Horne & Jr, 2005). Kepemimpinan yaitu
mengarahkan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan kelompok secara
maksimal. Ini adalah seni bekerja melalui kelompok yang terorganisir secara formal
dan dengan orang-orang (Koontz Harold, 1955).
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
21

Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan/manajemen adalah bagian krusial


dan terpadu dari keseluruhan proses pembelajaran. Sebab tanpa kepemimpinan,
maka tujuan pendidikan tidak akan dapat dilaksanakan secara maksimal dan
komprehensif.

2.7 Fungsi-fungsi Manajemen


Agar dapat menggunakan sumber belajar semaksimal mungkin, maka harus
dilakukan pengelolaan sumber-sumber daya dengan menyeluruh. Manajemen dapat
diringkaskan dalam empat kegiatan: perencanaan, pengorganisasian, penerapan,
pemantauan, dan pengendalian (Robbins & Judge, 2017). Selanjutnya menurut
(Ahmed, 2011) Manajemen memiliki lima fungsi seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengarahan dan pengendalian.
Samson (Samson, 2004) (dalam Fayol, 1916) memberikan teori manajemen
yang didasarkan pada pengalamannya di sebuah perusahaan. Ia mengklasifikasikan
beberapa elemen manajemen ke dalam lima kategori seperti yang disebutkan di
bawah ini: Perencanaan, Pengorganisasian, Kepemimpinan, Koordinasi, Kontrol.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen selalu menjadi unsur inti
internal dari proses manajemen perusahaan, yang dijadikan tolok ukur bagi
pengawas dalam menjalankan fungsi-fungsi perusahaan.

2.7.1 Perencanaan (Planning)


Mason (2012) langkah pertama dalam proses manajemen. Perencanaan
adalah proses mengidentifikasi tujuan; menyiapkan cara untuk meraih sasaran dan
membuat perencanaan yang memadukan dan mengelola aktivitas institusi. Untuk
menjadi manajer yang baik, manajer harus memiliki kemampuan perencanaan yang
baik.
Hollenbeck (2010) Perencanaan adalah proses melihat ke depan untuk
memutuskan apa yang harus dilakukan. Manajer yang berencana mencoba
mengantisipasi masa depan menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan perusahaan
dan mengidentifikasi cara mencapainya. Pada perencanaan, manajer menetapkan
tiga jenis tujuan dan sasaran: a) Sasaran strategis adalah hasil yang diharapkan
dicapai oleh organisasi secara keseluruhan mengejar misinya. b) Tujuan fungsional
atau divisi adalah hasil yang diharapkan unit-unit di dalam perusahaan untuk
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
22

mencapai. c) Tujuan dari operasional adalah menghasilkan data spesifik dan terukur
bahwa anggota sebuah unit organisasi diharapkan untuk mencapai.
Proses perencanaan berlangsung dalam konteks lingkungan. Pemimpin harus
memahami konteks ini sepenuhnya dan menyeluruh untuk menentukan misi
organisasi dan mengembangkan tujuan dan rencana strategis, taktis, dan
operasionalnya (R. W. Griffin, 2015). Perencanaan artinya perumusan tujuan dan
metode untuk mendapatkan tujuan (Horne & Jr, 2005). Selain itu, Schermerhorn
dkk. (Schermerhorn, 2014) Perencanaan adalah tahap menentukan maksud dan
tujuan usaha dan cara-cara yang diperlukan untuk mencapainya. Rencana
mengarahkan manajer mengetahui kinerja dan sarana untuk mendapatkannya.
Menurut Taylor (2017), perencanaan adalah fungsi manajemen yang pertama
dan terpenting. Lanjutan Menurut Ramasamy (2014) perencanan yaitu memilih dan
mengasosiasikan daa serta pembuatan dan pemakaian asumsi mengenai waktu yang
akan datang dalam merepresentasikan dan memformulasikan aktifitas yang
direncakan dipandangan penting untuk meraih hasil yang diharapkan.
Merencanakan tujuan organisasi, membuat metode komprehensif dan menciptakan
berbagai rencana mengabungkan dan meyatukan aspek-aspek suatu kegiatan
(Robbins & Judge, 2017). Perencanaan terkait dengan tindakan masa depan dan
merupakan tugas utama manajemen (Samson, 2004).
Fungsi perencanaan termasuk mengetahui tujuan organisasi,
mengembangkan strategi keseluruhan agar tujuan terwujudu, dan membuat
seperangkat rencana yang tepat untuk menggabungkan dan mengkordinasikan
tindakan (Robbins, Stephen P., 2013).
Usman (2006, hlm. 7) menjelaskan tujuan perencanaan adalah sebagai
tersebut:
Tujuan Perencanaan
1) mencocokkan realisasi dengan perencaan
2) Memperoleh informasi cara melakukan dan menyelesaikan suatu fungsi
3) Memperoleh informasi pihak perencana (struktur organisasi) sesuai kualifikasi
dan nomor
4) Memperoleh informasi kegiatan sistem, termasuk biaya dan kualitas karyawan
5) Menyeleksi kegiatan dan efesiensi waktu dan anggaran
6) Memperoleh informasi gambaran umum tentang tugas kerja.
7) Penyelarasan dan integrasi beberapa sub-fungsi
8) Identifikasi kendala yang muncul
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
23

9) Memandu pencapaian tujuan.


Manfaat Perencanaan
1) Standar penerapan dan pengendalian
2) Pilihan Pilihan Terbaik
3) Menentukan tingkatan prioritas, tujuan dan kegiatan
4) Menjaga penggunaan sumber daya organisasi.
5) Membantu otoritas kontrol dalam beradaptasi dengan transformasi
6) kondisi dan situasi.
7) Alat memfasilitasi koordinasi dengan pihak terkait dan
8) Instrumen mengetahui pekerjaan berbahaya.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bawah perencanaan strategi
komprehensif bertujuan untuk membuat rencana-rencana detail yang menyeluruh
dan memadukan serta mengkoordinasikan berbagai kegiatan.

2.7.2 Pengorganisasian (Organizing)


Schermerhorn dkk. (2014) memilih strategi adalah tahapan krusial sedangkan
implementasi strategi akan dapat dilihat selaras atau tidak dengan tujuan jika
manfaat dan hasil sesuai yang diharapkan. Menurut Yohannes (2006, hlm. 81),
pemikiran berkelanjutan mendesain sistem formal, mengkategorikan, menyusun
dan mengelompokkan tugas atau kerja pada SDM agar dapat mempermudah
tercapainya tujuan. Reorganisasi melibatkan restrukturisasi perusahaan
menggunakan bagan organisasi dan deskripsi pekerjaan (Peaucelle & Guthrie,
2015). Selain itu, Sondang (2007, hlm. 60) organisasi adalah berbagai fase di mana
SDM, Sarana, Prasarana, Pekerjaan, Kegiatan, Wewenang serta tanggung jawab
dikelompokkan sehingga organisasi yang dikelola sebagai satu kesatuan tercipta
dan tujuan yang ditetapkan tercapai lebih awal. Mengenai beberapa karakteristik
organisasi (Sudjana, 2007, hlm. 107), di antaranya:
1) Organisasi mengacu pada upaya para manajer atau pengawas untuk
mempertemukan SDM dan non SDM yang dibutuhkan.
2) SDM yaitu orang atau sekelompok orang dengan syarat spesifik. Misal latar
belakang pendidikan, fisik, skill sesuai yan dibutuhkan dalam pengembangan
organisasi.
3) Ketersediaan SDM non-manusia, termasuk sarana, prasarana, instrumen,
ruangan kerja, anggaran, lingkungan kerja dan lainnya.
4) Sumber daya ini digabungkan dalam sebuah unit
5) Di dalam organisasi ada pembagian peranan dan tanggung jawab sesuai rencana
kerja yang dibuat.
6) Rangkaian kegiatan bertujuan untuk meraih sasaran kerja.
7) Staf memiliki peran yang paling penting dan menentukan untuk mendapatkan
tujuan.
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
24

Kesimpulannya yaitu pengorganisasian adalah upaya memadukan manusia dan


sumber daya lainnya yang diperlukan ke dalam satu kesatuan untuk melaksanakan
kegiatan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.7.3 Kepemimpinan (Leadership)


Kepemimpinan yaitu kecakapan atau kemampuan mengarahkan para pelaksana
pendidikan bekerja semaksimal mungkin agar dapat mewujudukan tujuan belajar
secara menyeluruh. Menurut Barrow (1997) Kepemimpinan didefinisikan selaku
proses sikap mempengaruhi orang ataupun kelompok mengarah tujuan yang
diresmikan, serta kepemimpinan daya guna hendak didetetapkan oleh seberapa baik
tujuan ini tercapai. Selanjutnya menurut Robbins dan Stephen (2013) dimana para
pemimpin merasa bergairah, bersemangat, serta aktif, mereka bisa jadi lebih
berikan tenaga pada bawahannya dan mengantarkan rasa keberhasilan, kompetensi,
optimisme, serta kenikmatan. Politisi, Selaku contoh, sudah belajar buat
menampilkan antusiasme kala berdialog tentang mereka kesempatan
memenangkan pemilihan, apalagi kala telaah komentar menampilkan
kebalikannya. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang tinggi pada kedua
dimensi kepemimpinan. Begitupun, manajer yang baik dalam merencanakan dan
memimpin tugas juga baik dalam kedua dimensi kepemimpinan. Dua dimensi
kepemimpinan tersebut adalah: (1) kepemimpinan berorientasi tugas; dan (2)
kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan. Maka, kepemimpinan yang baik
adalah yang mengintegrasikan perspektif tugas dan dan orientasi interpersonal.
Melalui peningkatan dan penggabungan kedua hal tersebut manajemen yang efektif
mampu mencapai tujuan organisasi tepat waktu. Karena manajemen yang efektif
akan menghasilkan kinerja yang efektif pula. Pemimpin yang baik akan bekerja
sama dengan bawahannya dengan baik. Dengan cara ini, manajer mendapat banyak
bantuan dari pemikiran, antusiasme dan energi bawahan, yang menciptakan rasa
kebersamaan dan persatuan yang memfasilitasi proses pendelegasian dan
pemecahan masalah, yang semuanya berkontribusi pada perencanaan pelatihan.
Dengan demikian kepemimpinan yaitu kapasitas untuk menimbulkan perubahan
pola tingkah laku (fungsi) lainnya dan berperan sebagai pengaruh antar manusia

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
25

dalam proses komunikasi dalam suatu sistem sosial untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.

2.7.4 Penggerak (Actuating)


Actuating menurut terminology yaitu mengarahkan atau disebut juga
mendorong pelaksanaan, sementar secara istilah actuating yaitu menyarankan
sumber daya manusia untuk berkoordinasi dan bekerjasama dengan lebih optimal
untuk meraih sasaran dan tujuan organisasi atau perusahaan. Nurcholiq (2017, hlm.
138) Pergerakan (Actuating) merupakan suatu upaya yang dijalankan untuk
mendapatkan sasaran atau tujuan perusahaan dan berpatokan pada perencanaan
(planning) serta kordinasi berdasarkan pendapat. Jhon, dkk (2000) Penggerakan
adalah seluruh upaya, metode, cara, teknik untuk menggerakkan SDM untuk
bekerja dengan rela, bersemangat dan maksimal untuk mendapatkan sasaran
organisasi maksimal berdasarkan pendapat. Supaya pergerakan bisa terlaksana
dengan maksimal dan efesien maka dibutuhkan beberapa aspek yang bisa
mempengaruhi orang untuk mengerjakan suatu hal, yaitu membutuhkan
komunikasi, leadership, fasilitas, sarana, prasarana dan motivasi. Pimpinan atau
pengarah harus dapat memimpin bawahannya ketika program dilaksanakan supaya
kegiatan sesuai dengan target yang ditentukan.
Mendorong atau menggerakkan (actuating) termasuk tindakan yang
dilaksanakan oleh pimpinan untuk memulai atau meneruskan kegiatan yang sudah
ditentukan dalam rencana dan organisasi sehingga tujuan bisa dicapai secara
maksimal. Menggerakkan artinya upaya untuk mengarahkan sumber daya manusia
dengan suatu cara agar mereka mau dan berupaya untuk membantu organisasi
mencapai sasarannya. Artinya sebagai stimulasi sumber daya manusia kelompok
mengimplementasikan berbagai tugas dengan semangat keinginan yang kuat.
Penggerak ialah kemampuan seseorang agar dapat meraih tujuan yang sudah
ditentukan dengan antusiasme tinggi. Aspek utama dari organisasi yaitu kesatuan
langkah ataupun tindakan berdasarkan pada perintah yang jelas untuk meraih tujuan
tersebut. Pimpinan yang bijaksana biasanya memiliki relasi yang baik dengan
bawahannya yang bersifat suportif dan menaikkan rasa kepercayaan diri dengan
mengikutsertakan kelompok dalam membuat kebijakan. Prinsip dasar pada

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
26

pergerakan yaitu prilaku bisa ditentukan, diatur, dikelola atau diganti dengan
metode kompensasi yang positif yang dikontrol dengan baik.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bawah penggerak seorang manajer yang
merintah, menugaskan, memandu dan mendorong karyawan atau SDM untuk
menjalankan tugasnya mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.

2.7.5 Pengawasan (Controlling)


Pengawasan merupakan tahapan pemantauan kinerja organisasi secara
keseluruhan untuk memastikan bahwa semua tugas dilakukan menurut perencanaan
yang sudah dibuat (Pabo, 2013, hlm. 3). Melalui pemantau tujuannya agar bisa
memudahkan implementasi kebijakan yang sudah ditentukan secara maksimal
untuk meraih tujuan yang pasti. Pengendalian/pemantauan adalah proses untuk
mengetahui apakah semua kegiatan yang disusun dan diatur sudah
diimplementasikan untuk mencapai tujuan. (Benjamin, 2013, hlm. 2). Program dan
kegiatan telah dilaksanakan berdasarkan rencana, sehingga tiap perusahaan
melaksanakan program pengendalian ataupun control atau kegiatan pengendalian.
Kegiatan pengendalian bertujuan untuk memastikan (1) prilaku personel organisasi
diarahkan pada pada tujuan organisasi, bukan hanya tujuan personal, dan (2) tidak
ada pelanggaran yang signifikan antara perencanaan dan realisasi. Pada pokoknya
pengendalian mengacu pada usaha mengontrol, mempromosikan dan
meningkatkan aktivitas organisasi daripada mengendalikan kualitas dalam arti yang
lebih besar. Jadi jelas bahwa pemantauan melibatkan tindak memastikan apakah
kegiatan sudah sesuai dengan rencana awal.
Jika organisasi berjalan menuju tujuan yang diharapkan, diperlukan
pengawasan yang teratur dan berkesinambungan oleh pimpinan. pengawasan
adalah serangkaian pemeriksaan untuk memastikan bahwa rencana dan pekerjaan
sudah selaras. Ada berbagai tahapan dalam proses kontrol, yaitu: 1) penetapan
standard dan teknik pengukuran kinerja, 2) pengukuran prestasi kerja, 3)
perbandingan standard dan kinerja, 4) mengambil tindakan korektif atau korektif.
Kesimpulannya Pengawasan adalah proses di mana pelaksanaan semua
fungsi organisasi dikendalikan, agar standard dan kinerja kerja selaras berjalan
sebagaimana rencana awal.

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
27

2.8 Manajemen Olahraga


Husdarta (2011, hlm. 36) menyatakan bahwa manajemen olahraga (sport
management) berperan krusial dalam manajemen pendidikan jasmani dan kegiatan
olahraga. Menurut Harsuki (2012, hlm. 63), definisi manajemen olahraga adalah
gabungan keahlian yang berkaitan dengan pembuatan rencana, organisasi atau
pengaturan, kendali, anggaran, manajemen, serta evaluasi pada organisasi atau
divisi dimana jasa atau produk pokok berkaitan dengan olahraga atau kegiatan fisik.
Harsuki (2012, hlm. 5) menyatakan bahwa kelembagaan pengelolaan olahraga
dapat dikelompokkan menjadi enam bagian utama, yaitu:
1) Pengelolaan olahraga sekolah untuk SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi
2) Pengelolaan institusi, kelompok. Lembaga pada kegiatan olimpiade (Olympic
movment). Contoh Misalnya, Komite Olimpiade Internasional (IOC), Dewan
Olimpiade Asia (OCA), Federasi Sea Games, KONI organisasi olahraga dan
fungsional besar, serta klub atau asosiasi olahraga.
3) Pengelolaan olahraga profesional misal WBO, WBA, WBC, IBF, KTI (Komisi
Tinju Indonesia)), sepak bola, motor, golf dan lainnya
4) Pengelolaan olahraga rekreasi misal FOMI (Federasi Olahraga Masyarakat
Indonesia) PORPI Persatuan Olahraga Pernapasan Indonesia (PORPI) dan
lainnya
5) Badan Olahraga Nasional seperti KEMENPORA dan DISPORA di tingkat
provinsi, kota, dan daerah.
6) Bisnis Olahraga dan Manajemen Industri
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah bahwa manajemen olahraga merupakan
subyek yang masih dibilang baru namun sudah banyak peningkatan pengetahuan
dan cakupannya tidak terbatas wilayah namun juga diberbagai institusi pendidikan
secara global.

2.9 Manajemen Kelas Khusus Olahraga


Pengembangan bakat selama tujuan rentang usia remaja untuk
mempromosikan kemajuan kinerja atlet saat ini, tetapi juga, dan mungkin terutama,
untuk mengembangkan potensi anak muda perkembangan masa depan kinerja
hingga dewasa. Di dalam konteksnya, pengalaman praktik multisport awal telah
disarankan untuk mengembangkan potensi atlet muda dalam jangka Panjang
peningkatan kinerja khusus olahraga (Güllich, 2018). Yang penting, keterlibatan
orang lain olahraga dianggap berinteraksi dengan praktik khusus olahraga jangka
panjang dan disarankan untuk meningkatkan kemanjurannya di kemudian hari

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28

dalam volume latihan khusus olahraga yang setara diperoleh peningkatan kinerja
yang lebih besar (Güllich, 2017). Kelas olahraga merupakan model pendidikan
yang dilaksanakan di sekolah sasaran yang mengikutsertakan sekelompok siswa
yang didefinisikan sebagai “berbakat” dalam olahraga (mereka yang berprestasi di
bidang olahraga) di dalam sekolah (Mahendra, 2017).
(Pt, 2010) Dalam petunjuk pelaksanaan kelas penjasorkes pada Departemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Umum dijelaskan bahwa kelas penjasorkes
merupakan kegiatan sampingan yang diharapkan dapat membangkitkan minat dan
mengarahkan bakat siswa ke dalam potensi diri. Atlet di masa depan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kelas olahraga
merupakan model perkembangan pembinaan olahraga anak sekolah dalam bentuk
pendidikan menengah. Dalam model ini, tugas utama siswa dalam pelajaran
olahraga adalah mengamati proses pembinaan olahraga, namun tanpa
meninggalkan tanggung jawabnya di bidang akademik.

2.10 Konsep Kelas Khusus Olahraga


Program pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, termasuk program kelas
fitnes. Dalam petunjuk penyelenggaraan kelas khusus olahraga, Ditjen Dikdasmen
menyatakan bahwa tujuan diadakannya kelas olahraga (Pt, 2010)
1) Untuk mengembangkan keterampilan dan minat siswa dalam olahraga.
2) Meningkatkan kualitas akademik dan prestasi olahraga.
3) Kembangkan keterampilan kolaboratif.
4) Meningkatkan kapasitas pengembangan pelatihan kerja dan kegiatan olah raga
di sekolah.
5) Meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
6) Meningkatkan mutu pendidikan sebagai bagian dari pembangunan karakter.
Andrei dan Peter (2017), program khusus kelas olahraga memiliki nilai
tambah bagi siswa, antara lain:
1) Siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kontribusi unit
Pendidikan Olahraga melalui proses pembelajaran dan pengalaman.
2) Memberikan pembelajaran yang lebih serius kepada siswa.
3) Siswa dapat belajar dengan melihat teman sekelasnya selama pertandingan
berlangsung atau saat mereka sedang tidak dalam permainan.
4) Siswa dapat belajar dengan memperhatikan teman lain selama pertandingan
berlangsung atau tidak dalam permainan.
5) Memiliki instruktur yang berpengetahuan luas atau berpengetahuan luas.

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29

Tujuan diadakannya kelas olahraga adalah membina dan mengembangkan


bakat dan potensi atlet sejak dini agar konsisten dibidangnya dan memberikan
kesempatan kepada calon siswa untuk berkembang dalam wadah kelas olahraga
guna mencapai prestasi yang maksimal.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tujuan diadakannya
mata pelajaran pendidikan jasmani pada dasarnya adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik. Melalui pembinaan ini diharapkan dapat melahirkan atlet-
atlet sukses di tingkat daerah, nasional dan internasional.

2.10.1 Penerimaan Siswa Kelas Khusus Olahraga


Kriteria dan aspek persyaratan peserta kelas olahraga terdapat pada
Pedoman Pelaksanaan Kelas Olahraga Ditjen Dikdasmen (2010, hlm. 7):
1) Warga Negara Indonesia
2) Memiliki Ijazah saat lulus SD atau sederajat, tidak lebih dari 1 tahun setelah
matrikulasi ke SMA saat masuk.
3) Ijazah VI rata-rata minimal 6,0
4) Peserta kelas olahraga wajib mengikuti kelas olahraga VII (tujuh) dari kelas
5) Siswa dari sekolah yang menyelenggarakan kelas olahraga dan/atau sekolah
lain dianjurkan.
6) Anda sehat, tidak merokok, tidak menggunakan narkoba dan tidak pernah
terlibat kejahatan.
7) Memenuhi persyaratan cabang olahraga masing-masing, meliputi aspek
antropometri, kemampuan fisik, keterampilan dan psikologi.
8) Lulus seleksi program pendidikan jasmani yang diselenggarakan oleh sekolah.
9) Maksimal 2 kelompok belajar diterima di kelas pendidikan jasmani.
10) Berkeinginan untuk mengikuti semua program pelajaran olahraga dan
mendapat izin dari orang tua/wali.
Selain kriteria keikutsertaan kelas olahraga, beberapa langkah dilakukan
dalam seleksi siswa baru. Menurut B. Suryosubroto (2004, hlm. 74-78), langkah-
langkah memilih mesin penerimaan baru adalah: (1) membentuk panitia, (2)
mengirimkan formulir pendaftaran, (3) menentukan jangka waktu pendaftaran, dan
(4) menentukan peserta yang diterima. Rekrutmen mahasiswa yang datang ke
jurusan olahraga tentunya berdasarkan sistem yang mengidentifikasi seluruh unit
calon mahasiswa yang memiliki potensi nyata di berbagai bidang, seperti fisik,
mental, moral dan emosional. Oleh karena itu, rekrutmen mereka didasarkan pada
serangkaian tes yang dapat mengukur karakteristik fisik dan motorik mereka, yang

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30

mengukur keunggulan dan kualitas mental-emosional, sekaligus mengukur aspek


kepribadian dan potensi moral mereka (Mahendra, 2017).
Hal ini dinilai penting karena atlet terbaik harus memiliki semua kualitas
tersebut agar tidak terpuruk dan menimbulkan masalah dalam prosesnya, termasuk
beban berat pembinaan ke depan. Secara fisik, perekrutan para atlet ini diawali
dengan pengukuran antropometri lengkap, dan hasilnya secara khusus
dibandingkan dengan parameter antropometri kontemporer untuk setiap cabang
olahraga juga, kesehatan atlet, yang harus diselidiki dengan cermat, termasuk
memantau riwayat kesehatan atlet dan keluarganya serta riwayat yang cermat.
Kalaupun menurut atlet berprestasi di bidangnya, jika antropometri dan riwayat
kesehatan serta berbagai indikator dasar fungsi organ tubuh tidak memenuhi syarat,
maka atlet tidak memiliki harapan untuk mengikuti program ini.
Dilihat dari kebugaran jasmani, atlet harus lulus serangkaian tes kebugaran
jasmani dan keterampilan motorik untuk menggambarkan potensi fisik dan
motoriknya secara menyeluruh. Persyaratan awal dapat berupa tes yang
dikembangkan di Australia, seperti pencarian olahraga, meskipun tes ini juga dapat
langsung menggunakan tes kebugaran untuk olahraga yang telah dikembangkan
oleh masing-masing olahraga di tingkat dunia.
Dari segi psikis dan mental, atlet harus diuji dengan tes yang berkaitan
dengan kemampuan psikis dan mentalnya untuk menghadapi beban latihan yang
tinggi. Setiap kandidat harus melewati serangkaian tes psikologi praktis untuk
melihat ketahanan mental dan psikologis mereka terkait kecemasan, stabilitas,
keberanian, kesiapan, dan kemarahan. Kualitas emosional yang digambarkan
menentukan bahwa atlet adalah kualitas seorang atlet dengan kemampuan bertarung
yang tinggi dan kemampuan untuk fokus pada tujuan yang ditetapkan.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa komponen utama dalam kelas
olahraga adalah siswa. Tanpa siswa yang ternyata memiliki potensi yang tinggi
dalam bidang olahraga, tidak mungkin dapat diselenggarakan pelajaran olahraga.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan siswa dengan potensi yang nyata, kegiatan
seleksi dilakukan secara ketat sesuai dengan beberapa kriteria dan prosedur yang
dapat diperhatikan.

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31

2.10.2 Kurikulum
Dalam buku panduan pelaksanaan kelas olahraga Direktorat Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2010, hlm. 9), perencanaan
kurikulum kelas olahraga meliputi:
1) Pembuatan silabus, silabus pelaksanaan program kelas olahraga harus mengacu
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sedangkan program latihan
harus disesuaikan dengan kalender akademis di sekolah masing-masing dan
dimasukan dalam rencana kerja dan anggaran sekolah (RKAS).
2) Alokasi waktu, program latihan kelas olahraga dilaksanakan dengan alokasi
waktu antara 10-16 jam/minggu, diluar jam pelajaran.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kelas olahraga
juga mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan atau sering disebut dengan
KTSP. Artinya, program-program yang ditawarkan dalam kelas olahraga
disesuaikan dengan kemampuan sekolah. Program-program latihan kelas olahraga
juga disesuaikan dengan kalender akademis sekolah. Selain itu, pelaksanaan kelas
olahraga berada di luar jam pelajaran umum. Jadi, siswa kelas olahraga masih tetap
belajar bersama siswa-siswa lainnya.

2.10.3 Sarana prasarana


Pada buku pedoman penyelenggaraan KKO, Dirjen Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah (2010, hlm. 9), menjelaskan beberapa sarana dan prasarana
wajib untuk mengadakan KKO, yaitu:
1) Fasilitas yang harus dimiliki sekolah, meliputi:
(1) Gedung sekolah
(2) Lapangan olahraga
(3) Alat perlengkapan olahraga
(4) Ruang usaha kesehatan sekolalah (UKS)
(5) fitness center yang telah dimiliki sekolah.
(6) Perpustakaan dan ruang multimedia yang dapat mendukung program kelas
olahraga, antara lain buku, koran, tabloid, film, dan CD olahraga.
2) Fasilitas diluar sekolah
(1) Sarana dan prasarana milik pemerintah daerah setempat.
(2) Sarana dan prasarana yang ada di klub olahraga.
Menurut Mahendra (2017), suatu kategori olahraga diharapkan memiliki
syarat minimal sarana dan prasarana yang baik untuk minimal satu cabang olahraga
atau lebih. Maka, sarana dan prasarana olahraga sekolah-sekolah tersebut dapat
ditingkatkan secara bertahap dan terjaga kualitasnya. Selanjutnya menurut Tatang
M. Amiri (2011) menjabarkan bahwa sarana pendidikan yaitu semua perangkat
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32

yang dipakai guru dan siswa untuk kegiatan belajar mengajar. Prasarana pendidikan
yaitu semua perlengkapan, perangkat, dan media yang dipakai oleh guru dan siswa
untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran.
Alat bantu pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyimpan bahan
pembelajaran atau untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Alat peraga adalah
semua jenis perangkat yang digunakan untuk mempresentasikan (mewujudkan,
membuat terlihat) objek atau subjek (yang tidak terlihat oleh mata atau tidak
berwujud atau sulit untuk dirasakan). Media pembelajaran yaitu benda yang
berisikan topik dari pemberi pelajaran kepada peserta didik. Tentang perencanaan
infrastruktur sekolah.
Menurut Suryosubroto (2004, hlm. 115), mereka wajib menginvestigasi, yaitu
melihat kembali aset yang ada, sebelum memegang tempat tertentu. Barulah dapat
ditentukan ruangan mana yang dibutuhkan berdasarkan kepentingan pendidikan
sekolah. Arikunto (1987, hlm. 10) menjelaskan konsep sarana pendidikan sebagai
segala sesuatu yang terkait dengan proses belajar misal perabot, buku, alat tulis, dll.
Kesimpulannya sarana pelatihan adalah alat atau media yang terkait dengan
belajar mengajar untuk membantu tercapainya tujuan yang ditetapkan. Sekolah
yang menyelenggarakan KKO diharapkan dapat memenuhi kebutuhan siswa di
KKO baik dari segi ruang kelas maupun sarana prasarana. Oleh karena itu, sebelum
melakukan pembelian perlu dilakukan analisis kebutuhan pada saat perencanaan.

2.11 Pelaksaan Kelas Khusus Olahraga


Dalam petunjuk penyelenggaraan pelajaran pendidikan jasmani Dirjend.
Pendidikan Dasar dan Menengah (2010, hlm. 17), sistem pembinaan kategori
olahraga merupakan terintegrasi dari sistem pembinaan olahraga nasional. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggalakkan program pembelajaran pendidikan jasmani
di sekolah: a) Siswa KKO berada dalam satu kelompok belajar berjumlah 40
orang)Siswa KKO masuk dalam beberapa kelompok belajar dan dalam satu
kelompok belajar kelas pendidikan jasmani.
Ericsson (1996) menyatakan dengan jelas bahwa praktik yang disengaja
mengacu pada “pelatihan individual kegiatan yang dirancang khusus oleh seorang
pelatih atau guru untuk meningkatkan aspek tertentu dari kinerja individu melalui

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33

pengulangan dan perbaikan berturut-turut”. Meskipun siswa di KKO tidak sama


dalam bidang olahraga pilihan mereka, pada pengajaran KKO mereka masih berada
di kelas yang sama, dan mempunyai siswa dengan jumlah yang tidak berbeda jauh
dengan siswa dikelas reguler.

2.11.1 Cabang Olahraga


1) Atletik
2) sepak bola
3) bola basket
4) Karate
5) Takewondo
6) Pencak silat
7) Sepatu roda
8) Panahan
9) Renang
Pada buku panduan pelaksanaan KKO, ada satu cabang olahraga yang
ditentukan dan harus diadakan yaitu atletik. Penentuan cabang olahraga adalah
berdasarkan potensi yang ada disekolah terkait.

2.11.2 Program Latihan


Pada program pembelajaran pada KKO tidak jauh berbeda dengan pelajaran
kelas reguler, hanya konteksnya saja yang berlainan.
1) Latihan dilakukan menurut program yang diberikan.
2) Pelatihan disesuaikan dengan keterampilan individu.
3) Program pelatihan didasarkan pada proses bertahap dan berkesinambungan serta
memiliki tujuan yang jelas, terukur dan dapat di pertanggung jawabkan.
4) Tahapan pelatihan diselenggarakan berdasarkan kalender lomba dan kalender
akademik sekolah.
5) Masa latihan terdiri dari latihan umum, persiapan khusus, kompetisi dan fase
transisi, yang meliputi aspek fisik, teknik, taktis dan psikologis.
6) Wajib melakukan tes kesehatan, fisik, profesional dan psikologis secara teratur
selama pelatihan.

2.11.3 Evaluasi Kelas Khusus Olahraga


Dalam pedoman pelaksanaan KKO Ditjen Dikdasmen (2010, hlm. 21)
dijelaskan tentang evaluasi bahwa untuk menjamin kelancaran dan transparansi
jalannya program pembelajaran penjasorkes dilakukan supervisi , pemantauan,
evaluasi dan pelaporan yang efektif dan terintegrasi diperlukan. Secara rinkas,
kegiatan-kegiatan ini dapat dilaksanakn oleh badan lain selain dari pihak sekolah.

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34

Dimana pengelola program akan memberikan gambaran singkat pelaksanaan


pengawasan, pemantauan, evaluasi serta pelaporan.

2.11.4 Supervisi
Pengawasan harus dilakukan secara efektif, menyeluruh dan sesuai rencana.
Tujuan pemantauan pelaksanaan program adalah untuk memastikan penggunaan
sumber daya program pelajaran pendidikan jasmani secara tepat. Tujuan khusus
dari buku pedoman ini adalah untuk menguasai komponen utama program kelas
olahraga, yang meliputi:
1) Uji seleksi untuk siswa KKO.
2) Penghargaan kelompok pelaksana kelas pelatih dan olahraga.
3) Biaya kompetisi antar sekolah penyelenggaraan KKO.
4) Ukur kemajuan pelatihan.
5) Menyusun laporan.
Pengawasan dilakukan oleh Tim Direktorat Pembinaan SMP, Tim Program
Desentralisasi SMP Provinsi, Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Badan Inspeksi
Depdiknas.

2.11.5 Monitoring dan Evaluasi


Tujuan pemantauan yaitu memastikan bahwa program sudah berjalan sesuai
dengan rencana untuk mengetahui apakah ada pergeseran atau perubahan dari
rencana dan mencegah kegagalan program. Selain itu tujuannya juga untuk
mendapatkan informasi mengenai kinerja KKO. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam kegiatan ini yaitu misal hambatan dan permasalahan.
Kementerian Pendidikan bertanggung jawab untuk mengevaluasi pelajaran
olahraga. Unsur-unsur yang dievaluasi adalah: 1) Pelaksanaan proses akademik, 2)
Pelaksanaan proses pembinaan olahraga, 3) Sarana dan prasarana dan (4)
Pelaksanaan manajemen dan keuangan.

2.11.6 Kompetisi
Untuk mengukur hasil supervisi pembelajaran penjasorkes, setiap sekolah
yang melaksanakan program pembelajaran penjasorkes harus:
1) Menyelenggarakan lomba antar sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran
penjasorkes sesuai dengan lokasi kegiatan yang disupervisi, secara berkala
minimal 2 kali di tahun pertama.
2) Keikutsertaan dalam Olimpiade Olahraga Mahasiswa Nasional (O2SN) tingkat
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35

Kabupaten/Kota. Sebaliknya, penyelenggara O2SN di tingkat kecamatan,


sekolah yang melaksanakan KKO harus berpartisipasi di tingkat kecamatan.

2.11.7 Pelaporan
Sebagai bentuk tanggung jawab pelaksanaan program KKO, pengelola
program sekolah berkewajiban melaporkan capaian yang diperoleh. Ringkasnya,
permasalahan yang ditunjukkan oleh pelaksana KKO terkait dengan pembelajaran,
pembinaan olahraga, sarana dan prasarana, serta pengelolaan dan pembiayaan.

2.12 Hakikat Akademik dan Prestasi Olahraga


Maesaroh (2013) Prestasi akademik merupakan gabungan dari kata prestasi
dan akademik. Prestasi adalah hasil yang dicapai (apa yang dilakukan, dibuat, dll.).
Menurut Daryanto (2017, hlm. 99), kegiatan akademik adalah semua kegiatan yang
disebutkan dalam kurikulum dan pelaksanaannya berlangsung di kelas. Kursus
mengacu pada hasil yang dicapai oleh siswa setelah pelajaran. Prestasi olahraga
adalah penilaian atas hasil kerja yang dilakukan dalam bidang olahraga. Rola
(2006) Keberhasilan akademik dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, empat faktor
yang mempengaruhi keberhasilan akademik yaitu:
1) Pengaruh keluarga dan budaya. Perkembangan keberhasilan sangat dipengaruhi
oleh kepercayaan dan kebebasan orang tua untuk anaknya, profesi orang tua,
serta jumlah dan urutan anak dalam keluarga.
2) Peran konsep diri. Konsep diri adalah bagaimana orang berpikir tentang diri
mereka sendiri. Jika seseorang percaya bahwa dia dapat melakukan sesuatu,
maka dia termotivasi untuk melakukannya sedemikian rupa sehingga
mempengaruhi perilakunya.
3) Pengaruh peran gender. Prestasi akademik yang tinggi biasanya identik dengan
kejantanan, sehingga banyak wanita yang tidak belajar dengan maksimal,
apalagi jika dia berada di kalangan pria. Perempuan cenderung takut sukses,
artinya ditolak masyarakat jika berhasil, namun konsep ini terus diperdebatkan.
4) Pengakuan dan prestasi. Orang bekerja keras ketika mereka merasa orang lain
peduli pada mereka. Termasuk pengakuan dari orang tua dan orang-orang
terdekatnya. Orang – orang termotivasi karena adanya dorongan mencapai
tujuan mereka.
Menurut Saputro dkk. (2015), ada dua factor yang berpengaruh pada
keberhasilan belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
berasal dari diri pribadi misal kekuatan fisik, cacat tubuh, penyakit, kondisi
kejiwaan misal minat, bakat, perhatian, kecerdasan. Kemudian factor eksternal atau

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36

luar yaitu profesi orang tua, relasi social, kondisi rumah, peluang belajar, kondisi
ekonomi, dan lingkungan.
Faktor internal. Prestasi akademik dipengaruhi oleh factor yang berasal dari
individu. Faktor internal terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Kecerdasan
Tingkat kecerdasan seseorang dapat dilihat dengan jelas pada prestasi
akademiknya di sekolah pada semua mata pelajaran. Siswa yang memiliki
inteligensi tinggi diharapkan berprestasi lebih baik daripada siswa yang kurang
cerdas.
2) Motivasi
Motivasi adalah daya penggerak seseorang, yang diaktifkan pada saat-saat
tertentu ketika seseorang ingin mencapai tujuannya. Motivasi ini dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
(1) Motivasi internal: motivasi dari diri sendiri untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan, biasanya disebut "niat"
(2) Motivasi eksternal: motivasi yang diterima dari orang lain, seperti pujian
atau penghargaan atas keberhasilan.
(3) Motivasi berprestasi: dimana seseorang memiliki keinginan untuk berjuang
untuk sukses dan memilih kegiatan yang berhasil. Motivasi ini tidak jauh
berbeda dengan motivasi intrinsik.
3) Kepribadian
Ini adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisik dinamis seseorang yang
menentukan bagaimana individu dapat beradaptasi dan menjadi bagian yang
jelas dari lingkungannya. Kepribadian ini dapat berubah dan memanifestasikan
dirinya dalam perilaku.
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi akademik
yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal terbagi menjadi dua bagian,
yaitu:
1) Lingkungan rumah
Dalam hal ini, orang tua memegang peranan yang sangat penting di
lingkungan rumah sebagai pembina dan guru bagi anaknya. Orang tua adalah
pekerja penitipan anak, guru dan psikolog dan berkontribusi pada proses
sosial sosial anak.
2) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang baik yaitu yang aman, nyaman dan kondusif untuk
belajar Misal kelas dengan siswa yang tidak terlalu padat, sehingga guru dapat
mengamati dan mengontrol pembelajaran.
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37

Demikianlah dua factor lingkungan yang dapat berpengaruh pada sukses atau
tidaknya prestasi sekolah anak. Menurut Tu'us (2004), faktor-faktor berikut
mempengaruhi keberhasilan dan prestasi adalah:
1) Faktor Kecerdasan Kecerdasan mencakup berbagai keterampilan, tidak semata
kemampuan untuk mengerti, menginterpretasikan dan menyelesaian
permasalahan, tetapi juga mencakup kesanggupan untuk belajar dari
pengalaman. Tingkat kemampuan siswa menentukan keberhasilan belajar.
2) Faktor Bakat Bakat merupakan kemampuan bawaan seseorang yang diwarisi
dari orang tua. Bakat setiap orang berbeda-beda. Untuk mencapai kinerja yang
tinggi, setiap orang harus diberi kebebasan untuk belajar sesuai dengan
kemampuannya.
3) Faktor Minat dan Perhatian Terdapat hubungan yang sangat erat antara minat
dan perhatian. Siswa akan lebih fokus jika ia suka pelajaran tersebut. Minat dan
perhatian yang besar berpengaruh baik terhadap hasil belajar siswa.
4) Faktor Motivasi Ketika siswa memiliki motivasi belajar yang baik dan kuat,
maka akan meningkatkan usaha dan aktivitasnya untuk mencapai prestasi yang
tinggi.
5) Faktor metode belajar siswa juga dipengaruhi oleh hasil belajar siswa. Cara
belajar yang efektif memungkinkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
cara belajar yang tidak efektif.
6) Faktor sekolah Situasi yang menguntungkan, hubungan individu dan
komunikasi di sekolah berjalan dengan baik, metode pembelajaran interaktif
aktif, kemungkinan dukungan yang memadai dan siswa yang disiplin
mendorong siswa untuk bersaing satu sama lain dalam pembelajaran lanjutan.
Menurut Hadi (2007, hlm. 72) mengemukakan bahwa ada dua faktor penentu
untuk mencapai prestasi yang maksimal, yaitu: (1) Faktor internal (atlet) meliputi:
faktor psikologis seorang atlet, kondisi fisik tubuh seorang atlet, kondisi fisik
kebutuhan. (2) Faktor eksternal yaitu: kondisi sarana dan prasarana olahraga, sarana
dan prasarana yang menjamin kelangsungan hidup atlet, sistem pertandingan yang
sistematis dan berkesinambungan.
Menurut Ilham (2006, hlm. 53), ada 4 aspek yang mempengaruhi prestasi
olahraga, yaitu:
1) Aspek biologis adalah potensi atau kemampuan dasar tubuh, fungsi organ
2) Tubuh, postur tubuh dan gizi
3) Aspek psikologis adalah intelektual, motivasi, kepribadian, koordinasi gerak
4) Aspek sosial adalah sosial, sarana dan prasarana, cuaca atau iklim
5) Aspek pendukung meliputi pelatih, program pelatihan, penghargaan atau bonus
Pada dasarnya setiap orang memiliki peran kepemimpinan, setiap siswa
memiliki kepemimpinan, yang dapat berbeda-beda antara satu siswa dengan siswa
lainnya. Perbedaan tersebut mempengaruhi proses belajar siswa sehingga hasil
belajar yang diperoleh juga berbeda. Menurut Winkel (2006), perbedaan prestasi
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38

akademik disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah cara
belajar atau kebiasaan yang diterapkan oleh seorang individu agar prestasi
belajarnya dapat berjalan dengan baik, tentunya diperlukan strategi yang baik yaitu
melalui pengendalian diri dengan cara yang sebaik-baiknya, semakin banyak orang
yang berprestasi maka semakin baik pula hasil belajarnya. tercapai. Faktor eksternal
adalah lingkungan rumah atau lingkungan sekolah.
Faktor lingkungan mempengaruhi sikap dan reaksi dalam kegiatan belajar
karena individu belajar berinteraksi dengan lingkungan. Tanpa dukungan
lingkungan, orang menghadapi hambatan untuk mencapai hasil akademik dalam
kegiatan sehari-hari dan kegiatan belajarnya, karena lingkungan belajar berperan
sebagai motivasi. Jadi jika motivasinya baik maka akan mendorong dan
mempercepat proses belajar siswa ke arah yang lebih baik. Sebaliknya, jika
motivasinya buruk, maka menjadi hambatan atau hambatan dalam kegiatan belajar.
Siswa berbakat dan calon peserta didik KKO tidak memiliki waktu yang cukup
untuk membagi waktunya sedemikian rupa sehingga waktu belajar dihabiskan
untuk kegiatan lainnya, baik latihan, latihan atau kegiatan lain yang menunjang
prestasi olahraga, sehingga mempengaruhi kegiatan pembelajaran. pencapaian
Atlet tampil lebih buruk dibandingkan dengan non-atlet yang memiliki lebih
banyak waktu untuk belajar. Oleh karena itu, sekolah pelaksana program KKO
sangat membutuhkan keberhasilan akademik dan manajemen prestasi atlet untuk
melihat siswanya mencapai prestasi akademik dan prestasi olahraga.

2.13 Penelitian Relevan


Dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Anggun (2012)
Pengelolaan KKO Di Smp Negeri 1 Kalasan, bahwa hasil penelitian ini (1)
manajemen peserta didik di KKO SMP Negeri 1 Kalasan sudah dilaksanakan
dengan baik diihat dari segi perencanaan, pelaksaan, evaluasi. (2) manajemen
kurikulum KKO di SMP Negeri 1 Kalasan dilaksanakan dengan baik, dilihat dari
segi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. (3) manajemen sarana prasarana di KKO
masih belum optimal, hal ini dikarenakan sarana yang digunakan masih terbatas
dengan tidak adanya gedung indoor untuk kegiatan pelatihan, sehingga pelatihan

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39

sering terganggu oleh cuaca. Serta sarana untung cabor olahraga atletik masih
banyak kekurangan.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Gata dkk. (2019) Evaluation Program for
Special Class of Sport in Senior High School Level, hasil penelitian ini Berdasarkan
hasil studi dan pembahasannya dapat diamati bahwa pengelolaan program olahraga
kelas khusus berada pada kategori cukup baik (skor rata-rata 3,18 dalam skala 1 sd
4). Dari 149 responden; 41,6% menyatakan baik; 57,0% menyatakan cukup baik;
dan 1,3% menyatakan tidak baik; dan tidak ada yang berkata miskin. Berdasarkan
penilaian siswa, guru / direktur program dan pelatih juga menunjukkan bahwa
pengelolaan KKO berada pada kategori cukup atau cukup baik. Konteks umum
pengelolaan olahraga kelas dalam kondisi baik. Input pengelolaan program KKO
dalam kategori cukup baik, dan produk pengelolaan program KKO juga dalam
kategori cukup baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andrei dan Peter (2017), Program
Khusus Kelas Olahraga memiliki nilai tambah bagi siswa, antara lain: a) Siswa
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kontribusi unit Pendidikan
Olahraga melalui proses pembelajaran dan pengalaman. b) Memberikan
pembelajaran yang lebih serius kepada siswa. c) Siswa dapat belajar dengan melihat
teman sekelasnya selama pertandingan berlangsung atau saat mereka sedang tidak
dalam permainan. d) Siswa dapat belajar dengan memperhatikan teman lain selama
pertandingan berlangsung atau tidak dalam permainan. e) Memiliki instruktur yang
berpengetahuan luas atau berpengetahuan luas.
Penelitian yang dilakukan Zupancic dan Justin (1998) The Slovene Model of
Sports Classes in Grammar Schools: Psychological and Educational Point of View
hasil Studi tentang karakteristik psikologis dan beberapa prestasi Pendidikan Dari
kedua kelompok mahasiswa tersebut terungkap bahwa tidak ada yang signifikan
perbedaan kemampuan intelektual umum dan perkembangannya antara dua
kelompok. Dengan demikian, penelitian tersebut belum mengkonfirmasi stereotip
public bahwa latihan olah raga intensif berdampak negatif bagi intelektual
perkembangan anak muda. Ini telah mengungkapkan sedikit perbedaan yang
signifikan dalam ciri-ciri kepribadian dan perkembangannya antara siswa dua
kelompok. Dibandingkan dengan RCG, SCG lebih berorientasi pada pencapaian,
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40

memiliki ego yang lebih kuat, berperilaku lebih spontan, kurang menuntut, dan
kurang tertekan. SCG sepertinya menjalani, dalam 2 perjalanan tahun, lebih banyak
perubahan dalam sifat kepribadian. Arah perubahannya juga meningkat (dalam
kasus dominasi, kekuatan ego, pembedahan, kecanggihan) atau penurunan (dalam
kasus kecemasan dan suasana hati yang tertekan).
Riset oleh Helen Purnama Sari (2017) yang berjudul “Evaluasi Program
Pembinaan Atlet Pekan Olahraga Nasional Cabang Olahraga Bulu TangkisProvinsi
Sumatera Selatan”. Hasil yang diperoleh yaitu 1) Antecendent berjalan sesuai; 2)
Transaction belum sesuai; 3) Outcome, prestasi atlet PON cabang olahraga
bulutangkis Prov. Sumsel untuk kejuaraan PON belum baik, sebab target yang
diinginkan tidak tercapai.
Riset oleh Hengki Fernando (2018) yang berjudul “Evaluasi Manajemen
Program Pembinaan Olahraga Renang Pada Persatuan Renang Seluruh Indonesia”.
Hasil yang diperoleh yaitu: 1) Struktur pengelolaan dan meode pembinaan program
olahraga rendah telah sesuai dengan kriteria siapa, apa kapan, dimana, bagaimana
dilakukan; 2) Organisasi manajemen kegiatan binaan olahraga renang sesuai
dengan kriteria kepengurusan lengkap, terdapat prosedur kegiatan, kejelasan kerja,
terdapat musyawarah diawal tahun, namun aktivitas rutin masih minim; 3)
Pengelolaan program bina olahraga sesuai dengan kriteria
Yaitu prestasi yang dicapai, realisasi kegiatan, implementasi 5 M (man, money,
method, mechine); 4) Pengelolaan program bina olahraga renang telah sesuai
dengan kriteria kategori termasuk pengawasan, pelaporan, evaluasi, dan
monitoring.
Penelitian Didik Assalam (Assalam, Didik, Sulaiman, Taufiq, 2015) yang
berjudul Evaluasi Program Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Pecak Silat Pusat
Pendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Kalimantan Timur”. Dari
penelitian diketahui bahwa: 1) Context mencakup latar belakang, visi dan misi
sangat baik karena PPLP sebagai lembaga pembinaan olahraga pelajar dibidang
akademik dan menemukan siswa yang berpotensi menjadi atlet berprestasi pada
level nasional; 2) Input penerimaan pelatih berpatokan pada arahan Kemenpora dan
seleksi atlet menurut kriteria dari Dispora; 3) Process manajemen program latihan
telah sesauai karena pelatih mempersiapkan kegiatan pelatihan, dana,
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41

kesejahteraan, konsumsi, transportasi di PPLP sepenuhnya dibiayai APBN; 4)


Prorduct, prestasi pencak silat PPLP mengalami penurunan dan target belum
tercapai.
Sebuah studi sebelumnya yang dilakukan Emrich (Emrich, 2009) bahwa
menganggap sekolah olahraga elit jerman (ESS) bermanfaat untuk atlet muda
berbakat dengan menawarkan pendidikan sekolah dan kondisi pelatihan yang
optimal, memungkinkan siswa untuk menampilkan yang terbaik. Evaluasi lembaga
ESS secara sistematis dianalisis secara empiris data tentang tujuan yang dianggap
berasal dan dicapai dengan mengumpulkan data individu dan kolektif
menggunakan kuesioner. Secara individu, kinerja sekolah dan prospek pekerjaan
pasca sekolah, serta kompetitif Keberhasilan peserta Olimpiade Musim Panas 2004
dan Olimpiade Musim Dingin 2006.
Studi lain yang dilakukan Santoso (2020) Pelaksanaan kelas khusus olahraga
berjalan dengan baik. Penerimaan siswa baru pada kelas khusus olahraga melalui
uji kelengkapan berkas, uji fisik, dan tes kemampuan cabang olahraga. Dana untuk
melaksanakan kelas khusus olahraga masih bergantung pada APBD, BOS dan
komite sekolah. Terbatasnya keberadaan alat/ perangkat. Minimnya fasilitas
lapangan yang tersedia dengan beberapa fasilitas yang disewa/disewakan dari pihak
lain dan keadaan lapangan masuk dalam kategori B dan C. Lebih banyak pelatih
mengawasi olahraga Kategori B dan C. Sebagian pelatih yang belum berlisensi.
Proses pembelajaran yang mendukung pencapaian akademik siswa kelas khusus
olahraga berdasarkan program belajar yang diinstruksikan pemerintah. Penempatan
waktu untuk mengembangkan talenta dan proses pencapaian pengembangan bakat
masuk dalam kategori B dan C. Banyak siswa kelas khusus olahraga mencapai
prestasi ditingkat kabupaten. Prestasi olahraga di tingkat nasional yang sangat
rendah. Tidak ada perbedaan prestasi antara kelas regular dan kelas khusus.
Selaras dengan pendapat Kurniawan (2019) Program pembinaan berkembang
dengan baik, namun sarana prasarana dan transportasi masih kurang, pembiayaan
konsumsi kurang, serta kesejahteraan pelatih dan atlet belum maksimal. Sepak bola
PPLOP memiliki rekam jejak dari tahun 2010 hingga 2019, namun dua tahun tanpa
prestasi sejak pindah ke Semarang.

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42

2.14 Kerangka Berpikir


Kelas khusus olahraga merupakan model pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah menengah pertama dengan sasaran yang ikutserta sekelompok siswa yang
didefinisikan sebagai “berbakat” dalam olahraga. kelas khusus olahraga diharapkan
dapat membangkitkan minat belajar dan mengarahkan bakat siswa ke dalam potensi
diri untuk menjadi atlet hebat di masa depan.
Sebuah program penyelenggaraan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya manajemen. Manajemen olahraga adalah kombinasi keterampilan yang
terkait dengan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penganggaran,
pengelolaan, dan evaluasi dalam konteks organisasi atau departemen yang produk
atau layanan utamanya terkait dengan olahraga atau aktivitas fisik.
Dalam suatu program penyelenggaraan harus dilakukan evaluasi program
dimana evaluasi sebagai proses sistematis mengumpulkan, menganalisis, dan
menafsirkan informasi untuk menentukan sejuah mana program penyelenggaraan
kelas khusus olahraga berlangsung untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam rangka meningkatkan prestasi olahraga, pemerintah melalui dinas
pendidikan sekolah menengah, Depdiknas berupaya melaksanakan program kelas
khusus olahraga pada tingkatan pendidikan menengah dengan beberapa proyek
sekolah menengah. Kelas khusus olahraga ini merupakan program nonkulikuler
yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan bakat untuk membimbing
kemampuan siswa menjadi atlet profesional di masa mendatang.
Kelas khusus olahraga ini juga bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi, karena kelas khusus olahraga ini dengan dukungan
program Latihan dapat menghasilkan siswa yang berpotensi menjadi atlet-atlet
unggulan. Kegiatan kelas khusus olahraga ini merupakan kegiatan yang menjadikan
kelas khusus olahraga sebagai wadah pengembangan potensi siswa berbakat. Salah
satu sekolah yang menyelenggarakan program kelas khusus olahraga tersebut
diawali dengan proses pembentukan team khusus penyelenggaraan kelas khusus
olahraga, perencanaan yang meliputi pemilihan calon peserta didik kelas khusus
olahraga dengan sesuai kemampuan yang dimiliki oleh siswa, kurikulum yang
digunakan kelas khusus olahraga sama dengan kurikulum siswa reguler yaitu
KURTILAS, penugasan pelatih yang berkualitas dan penyiapan infrastruktur serta
M. Jefri Maulana, 2023
EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43

fasilitas yang sesuai sehingga semua program ini memerlukan pengelolaan yang
baik agar efektif dan efisien mencapai tujuan penyelenggaraan program KKO. Oleh
karena itu penelitian ini perlu bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana evaluasi
manajemen kelas khusus olahraga terhadap hasil akademik dan prestasi olahraga di
SMP Negeri 3 Cikarang Utara.

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN
PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44

Proses pengumpulan data


Berikut adalah bagan prosedur penelitian yang digambarkan secara general yang dilaksanakan dalam penelitian Evaluasi
Manajemen Kelas Khusus Olahraga terhadap hasil akademik dan Prestasi Olahraga Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten
Bekasi.

M. Jefri Maulana, 2023


EVALUASI MANAJEMEN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) TERHADAP HASIL AKADEMIK DAN PRESTASI OLAHRAGA DI SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai