Anda di halaman 1dari 13

BAB II

ISI

A. Pengertian Evaluasi Kurikulum


Ada tiga istilah yang saling berkaitan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan
penilaian (test, measurement, and assessment). Tes merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran. Objek yang bisa diukur dari tes antara lain kemampuan
peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respon peserta terhadap sejumlah
pertanyaan yang disediakan menggambarkan kemampuannya dalam bidang tertentu.
Tes adalah bagian tersempit dari evaluasi.
Pengukuran merupakan penetapan suatu angka yang menyatakan kemampuan
individu menurut aturan tertentu. Kemampuan ini bisa berupa kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Pengukuran lebih luas dari tes, karena bisa mendapatkan informasi tanpa
menggunakan tes. Penilaian adalah kegiatan menafsirkan status individu dari data
pengukuran dengan menggunakan aturan-aturan tertentu.
Sedangkan evaluasi memiliki makna yang berbeda dari tes, pengukuran dan
penilaian. Eko Putro Widoyoko menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses yang
sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,
menginterpretasikan dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat
digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun
menyusun program selanjutnya.1
Sedangkan menurut Abdul Majid, “evaluasi dapat dimaknai sebagai proses yang
dilakukan oleh seseorang (evaluator) untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
suatu program telah tercapai yang dilakukan secara berkesinambungan. 2
Dari beberapa pendapat di atas maka evaluasi adalah proses yang sistematis
dan berkesinambungan dalam mengumpulkan data untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan suatu program dan menentukan keputusan selanjutnya.
Sedangkan pengertian kurikulum adalah sebagai berikut: 3
1. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
1
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 6.
2
Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015), 33.
3
Lismina, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Sidoarjo: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2018), 197-198.
3
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk
mendapatkan keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
3. Menurut Hilda Taba, kurikulum adalah rencana pembelajaran yang berkaitan
dengan proses dan pengembangan individu anak didik. Kurikulum merupakan
seperangkat rencana yang menjadi pedoman dan pegangan dalam proses
pembelajaran.
Dengan demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah penerapan prosedur
ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan
tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Atau, evaluasi kurikulum
adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum,
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas
pengembang kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum.
Pada dasarnya, evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang memiliki
hubungan sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat organis, dan
prosesnya secara evalusioner. Menurut Tyler evaluasi kurikulum pada dasarnya adalah
suatu proses untuk mengecek keberlakuan kurikulum yang harus diterapkan dalam
empat tahap. Tahap pertama adalah evaluasi terhadap tujuan pembelajaran, tahap
kedua adalah evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum atau proses pembelajaran
yang meliputi metode, media, dan evaluasi pembelajaran, tahap ketiga adalah evaluasi
terhadap efektivitas baik efektivitas terhadap waktu, tenaga, dan biaya, serta tahap
keempat adalah evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai. 4

B. Konsep Evaluasi Kurikulum


Wand dan Brown (1957) mendefinisikan evaluasi sebagai “…refer to the act or
process to determining the value of something”.5 Evaluasi mengacu kepada suatu
proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi. Evaluasi merupakan suatu
proses, yaitu dalam suatu pelaksanaan evaluasi terdiri dari berbagai macam tindakan
yang harus dilakukan. Dengan demikian evalusi bukanlah hasil atau produk, akan tetapi
rangkaian kegiatan. Evaluasi juga berhubungan dengan pemberian nilai atau arti, yaitu
evaluasi dapat menunjukkan kualitas yang dinilai. Evaluasi memiliki makna yang

4
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 201.
5
Edwin Wand and Brown, Gerald W, Essentials of Educational Evaluation, (New York: Holt-
Rinehart and Winston, 1957), 4.
4
berbeda dengan pengukuran. Pengukuran biasanya berkenaan dengan masalah
kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur.
Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, dengan evaluasi dapat
diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan
keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang
kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu
dilakukan. Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum.
Evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan
pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan
system pendidikan dan pengembangan model kurikulum.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala
sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu
perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu
pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya. Sukmadinata menjelaskan
bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus untuk
mengetahui proses dan hasil pelaksanaan system pendidikan dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan.6 Evaluasi juga meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari
yang bersifat sangat informal sampai dengan yang sangat formal.
Secara garis besar, berbagai konsep/model evaluasi yang telah dikembangkan
selama ini dapat digolongkan ke dalam empat rumpun model – measurement,
congruence, illumination, dan educational system evaluation.
1. Measurement
Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk
mengungkapkan perbedaan individual maupun kelompok. Hasil evaluasi
digunakan terutama untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pendidikan dan
perbandingan efektifitas antara dua atau lebih program/metode pendidikan.
Obyek evaluasi dititik beratkan pada hasil belajar terutama dalam aspek kognitif
dan khususnya yang dapat diukur dengan alat evaluasi yang obyektif dan dapat
dibakukan. Jenis data yang dikumpulkan dalam evaluasi adalah data obyektif
khususnya skor hasil tes. Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh
pendekatan/cara-cara berikut:
a. Menempatkan `kedudukan` setiap siswa dalam kelompoknya melalui
pengembangan norma kelompok dalam evaluasi hasil belajar.
6
N. S. Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), 173.
5
b. Membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang
menggunakan program/metode pengajaran yang berbeda- beda, melalui
analisis secara kuantitatif.
c. Teknik evaluasi yang digunakan terutama tes yang disusun dalam bentuk
obyektif, yang terus dikembangkan untuk menghasilkan alat evaluasi yang
reliabel dan valid.

2. Congruence
Evaluasi pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian atau
congruence antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk
melihat sejauh mana perubahan hasil pendidikan telah terjadi. Hasil
evaluasi diperlukan dalam rangka penyempurnaan program, bimbingan
pendidikan dan pemberian informasi kepada pihak-pihak di luar pendidikan.
Obyek evaluasi dititik beratkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif,
psikomotorik maupun nilai dan sikap. Jenis data yang dikumpulkan adalah data
obyektif khususnya skor hasil tes. Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh
pendekatan/cara-cara berikut:
a. Menggunakan prosedur pre-and post-assessment dengan menempuh
langkah-langkah pokok sebagai berikut: penegasan tujuan, pengembangan
alat evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi.
b. Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bagian demi bagian.
c. Teknik evaluasi menackup tes dan teknik-teknik evaluasi lainnya yang cocok
untuk menilai berbagai jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan.
d. Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara dua atau lebih
program.

3. Illumination
Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai: pelaksanaan
program, pengaruh faktor lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan
program serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar. Evaluasi
lebih didasarkan pada judgment (pertimbangan) yang hasilnya diperlukan untuk
penyempurnaan program. Obyek evaluasi mencakup latar belakang dan
perkembangan program, proses pelaksanaan, hasil belajar dan kesulitan-
kesulitan yang dialami. Jenis data yang dikumpulkan pada umumnya data

6
subyektif (judgment data) Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh
pendekatan/cara-cara berikut:
a. Menggunakan prosedur yang disebut Progressive focussing dengan langkah-
langkah pokok: orientasi, pengamatan yang lebih terarah, analisis sebab-
akibat.
b. Bersifat kualitatif-terbuka, dan flesksibel-eklektif.
c. Teknik evaluasi mencakup observasi, wawancara, angket, analisis dokumen
dan bila perlu mencakup pula tes.

4. Educational System Evaluation


Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance setiap
dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan
judgment. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program dan
penyimpulan hasil program secara keseluruhan. Obyek evaluasi mencakup input
(bahan, rencana, peralatan), proses dan hasil yang dicapai dalam arti yang lebih
luas. Jenis data yang dikumpulkan meliputi baik data obyektif maupun data
subyektif (judgment data). Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh
pendekatan/cara-cara berikut:
a. Membandingkan performance setiap dimensi program dengan kriteria
internal.
b. Membandingkan performance program dengan menggunakan kriteria
eksternal yaitu performance program yang lain.
c. Teknik evaluasi mencakup tes, observasi, wawancara, angket dan analisis
dokumen.

C. Standar Evaluasi Dalam Kurikulum


Dalam PP Nomor 32 Tahun 2013, tentang penataan Standar Nasional
Pendidikan dikemukakan beberapa ketentuan tentang penilain atau evaluasi kurikulum
sebagai berikut:7
1. Evaluasi kurikulum merupakan upaya pengumpulan dan mengolah informasi
dalam rangka meningkatkan efetivitas pelaksanaan kurikulum pada tingkat
nasional, daerah dan satuan pendidikan.
2. Evaluasi kurikulum dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, satuan
pendidikan dan/atau masyarakat.
7
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakrya
Offset 2013), 137-138.
7
3. Evaluasi muatan nasional dan muatan local dilakukan oleh pemerintah.
4. Evaluasi muatan local dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
5. Evaluasi kurikulum tingkat satuan pendidikan dilakukan oleh satuan pendidikan
yang berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat.
6. Evaluasi muatan nasional, muatan local, dan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dapat dilakukan oleh masyarakat.
7. Evaluasi kurikulum digunakan untuk menyempurnakan kurikulum.
Untuk mendapatkan data yang lengkap, utuh dan menyeluruh tentang evaluasi
kurikulum dapat dilakukan dengan menilai rancangan kurikulum dan menilai
pengembangan kurikulum di kelas.

D. Kedudukan Evaluasi Dalam Kurikulum


Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, maka evaluasi mempunyai kedudukan
yang sangat penting dan strategis. Kedudukan evaluasi kurikulum dapat dilihat dari
berbagai segi, antara lain:8
1. Kurikulum adalah suatu program.
Kurikulum merupakan suatu program yaitu terdiri atas serangkaian tindakan atau
kejadian yang telah direncanakan dan disusun melalui proses pemikiran yang
matang. Ciri suatu program adalah sistematik, sistemik dan terencana.
2. Guru sebagai pengembang kurikulum perlu mengetahui keefektifan dan efisiensi
sistem kurikulum.
Dalam kurikulum terdapat proses sebab-akibat. Guru yang menyampaikan isi
kurikulum merupakan penyebab utama bagi terjadinya proses belajar peserta
didik. Meskipun tidak setiap perbuatan belajar merupakan akibat perbuatan
pendidik menyampaikan isi kurikulum akan tetapi guru itu sebagai “figur sentral”
yaitu dimana guru harus dapat memilih isi dan menetapkan strategi
pengembangan kurikulum yang tepat, sehingga dapat mendorong perbuatan
belajar peserta didik yang aktif, kreatif, konstruktif, produktif, inovatif, dan efektif.
Dalam pengembangan kurikulum, guru akan melakukaan kegiatan evaluasi yang
merupakan dampak tindakan guru sebagai bentuk penguasaan kompetensi yang
didalamnya termasuk menilai proses dan hasil belajar yang berupa “dampak
pembelajaran” sedangkan dari sisi peserta didik yang melakukan kegiatan
belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar evaluasi
8
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakrya
Offset 2013), 266-267.
8
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Dampak
pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti yang terlihat dalam buku
rapor dan ijazah. Dan dampak pengiring merupakan penerapan kompetensi di
bidang lain yang merupakan transfer pembelajaran.

E. Tujuan Evaluasi Kurikulum


Tujuan evaluasi kurikulum yaitu mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum
secara keseluruhan, ditinjau dari berbagai aspek. Adapun indikator kinerja yang
dievaluasi adalah evektivitas, efisiensi, relevansi, dan kelayakan program. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan acuan dan gambaran program kedepan. Sementara
itu, menurut Ibrahim diadakanya evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk keperluan
berikut:9
1. Perbaikan Program
Peranan evaluasi, yaitu lebih bersifat kontruktif, informasi hasil evaluasi dijadikan
masukan perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang
dikembangkan. Evaluasi kurikulum dipandang sebagai proses dan hasil yang
relevan untuk dijadikan acuan pengembangan kurikulum yang akan
dilaksanakan.
2. Pertanggungjawaban Kepada Berbagai Pihak
Evaluasi kurikulum menjadi bentuk laporan yang harus dipertanggung jawaban
dari pengembang kurikulum kepada pihak-pihak yang bersangkutan,
diantaranya: Pemerintah, orang tua, pelaksana satuan pendidikan, masyarakat,
dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut serta dalam
pengembangan kurikulum yang bersangkutan.
3. Penentuan Tindak Lanjut Hasil Pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembang kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua
kemungkinan pertanyaan. Pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau
tidak akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi
yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut
akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada?.

F. Fungsi Evaluasi Kurikulum


Di dalam pendidkan formal evaluasi begitu penting keberadaanya, dengan
adanya evaluai guru menjadi tahu nilai arti kinerjanya selama melaksanakan proses

9
9
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali, 2012), 99-100.
belajar mengajar, sedangkan bgai pengembang kurikulum evaluasi dapat memberikan
informasi untuk perencanaan perbaikan kurikulum yang akan ditetapkan dan
dimasukkan ke dalam sistem. Selain hal tersebut, ada beberapa fungsi evaluasi
kurikulum pendidikan:10
1. Sebagai umpan balik bagi peserta didik.
2. Sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian peserta didik mencapai tujuan yang
telah dietapkan.
3. Memberi informasi dan acuan untuk pengembangan program kurikulum.
4. Sebagai dasar peserta didik secara individual untuk memutuskan masa depan
sehubungan dengan bidang pekerjaan dan pengembangan karir.
5. Untuk pengembang kurikulum dalam khusus yang ingin dicapai
6. Sebagai umpan balik semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan di
sekolah, seperti; orang tua, tenaga pendidik, pengembang kurikulum, untuk
perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan
pendidikan termasuk juga untuk masyarakat.

G. Objek Evaluasi Kurikulum


Objek evaluasi harus berhubungan dengan kegiatan nyata dan telah terjadi
karena tidak mungkin orang melakukan evaluasi terhadap sesuatu yang masih dalam
pikiran teoritis atau angan-angan, kecuali orang tersebut melakukan penelitian. Objek
evaluasi harus bertitik tolak dari tujuan evaluasi itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar
apa yang dievaluasi relevan dengan apa yang diharapkan. Objek evaluasi kurikulum
dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu (a) dimensi-dimensi kurikulum, mencakup dimensi
rencana, dimensi kegiatan dan dimenasi hasil, (b) komponen-komponen kurikulum,
mencakup tujuan, isi, proses (metode, media, sumber, lingkungan), dan evaluasi
(formatif dan sumatif) dan (c) tahap-tahap pengembangan kurikulum, mencakup tahap
perencanaan (Silabus dan RPP), pelaksanaan (sekolah dan di luar sekolah),
monitoring, dan evaluasi.
Oemar Hamalik (2008) dalam Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum
mengemukakan aspek-aspek kurikulum yang perlu dinilai atas tiga kategori yaitu yang
pertama kategori masukan, meliputi ketercapaian target kurikulum yang telah
ditentukan, kemampuan awal (entry behavior) peserta didik, kemampuan profesional
guru, sarana dan prasarana, waktu, dan sumber informasi. Yang kedua kategori proses,
meliputi koherensi antara unsur-unsur dalam program pembelajaran, isi kurikulum,

10
10
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rawamangun, 2010), 339.
pemilihan dan penggunaan strategi media pembelajaran, organisasi kurikulum,
prosedur evaluasi, bimbingan dan penyuluhan, dan pembelajaran remidi. Dan yang
ketiga adalah kategori produk/kelulusan, meliputi kemampuan peserta didik, jumlah
lulusan, penyerapan dalam dunia kerja, kesesuaian dengan bidang pekerjaan. 11

H. Prinsip dan Desain Evaluasi Kurikulum


Evaluasi kurikulum pada intinya ditujukan untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik mampu mencapi tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan merupakan acuan
dari keseluruhan komponen yang ada di dalam kurikulum. Baik komponen bahan,
metode maupun evaluasi. Apa yang dipelajari siswa agar memperoleh pengalaman
belajar sesuai dengan tujuan tercermin dari isi kurikulum. Bagaiaman Isi kurikulum luas
dan dalamnya ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian bila ingin
diketahui apakah tujuan itu tercapai seluruhnya atau tidak, maka seluruh komponen
menjadi dasar melakukan evaluasi
Dalam pelaksanaan evaluasi kadang-kadang dipengaruhi oleh faktor subyektif
guru. Bila ini terjadi maka hasil evaluasi tidak dapat menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dari hasil yng dicapai. Dengan demikian, bila diinginkan agar hasil evaluasi
dapat menggambarkan keadaan sebenarnya dari hasil belajar atau hasil kurikulum,
maka evaluasi perlu dilakukan secara obyektif. 12
Berdasarkan penjelasan di atas, dalam melukukan evaluasi kurikulum perlu memegang
beberapa prinsip sebagai berikut: 13
1. Evaluasi mengacu kepada tujuan
2. Evaluasi bersifat komprehensif atau menyeluruh
3. Evaluasi dilaksanakan secara obyektif.
Desain Evaluasi menguraikan tentang, data yang harus dikumpulkan dan
analisis data untuk membuktikan nilai dan efektikitas kurikulum. Berikut adalah
beberapa komponen desain evaluasi diantaranya :
1. Penentuan garis besar evaluasi, dilakukan dengan cara mengidentifikasi tingkat
pembuatan keputusan, proyek situasi keputusan bagi setiap tingkat pembuatan
keputusan dengan menentukan lokas, focus, waktu dan komposisi alternatifnya.
2. Pengumpulan informasi, dilakukan dengan cara merinci sumber-sumber
informasi yang akan dikumpulkan, merinci instrument dan metode pengumpulan
11
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), 90.
12
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009), 127.

11
13
Ibid.
informasi yang diperlukan, merinci prosedur sampling yang akan digunakan,
merinci kondisi dan jadwal informasi untuk dikumpulkan.
3. Organisasi informasi, dilakukakan dengan cara merinci format informasi yang
akan dikumpulkan, merinci alat pengkodean, pengorganisasian, dan
penyimpanan informasi.
4. Analisis informasi, dilakukan dengan cara merinci prosedur analisis yang akan
dilaksanakan dan merinci alat untuk melaksanakan analisis.
5. Pelaporan informasi dilakukan dengan cara merinci penentuan piahk penerima
(audience) laporan evaluasi, alat penyedia informasi pada penerima informasi,
spesifikasi format laporan informasi dan jadwal pelaporan informasi.

I. Jenis-Jenis Evaluasi Kurikulum


Dilihat dari kurikulum sebagai suatu program maka terdapat jenis evaluasi yang
dibagi menjadi lima jenis, diantaranya:
1. Evaluasi perencanaan dan pengembangan
Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain kurikulum. Sasaran
utamanya adalh memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan
kurikulum.persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan
kebutuhan. Hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi
kurikulum serta keberhasilannya. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum
kurikulum disusun dan dikembangkan.
2. Evaluasi monitoring
Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah kurikulum mencapai sasaran
secara efektif, dan apakah kurikulum terlaksana sebagaimana mestinya. Hasil
evaluasi ini sangat baik untuk mengetahui kemungkinan pemborosan sumber-
sumber dan waktu pelaksanaan, sehingga dapat dihindarkan.
3. Evaluasi dampak
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu
kurikulum. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai
indikator ketercapaian tujuan kurikulum.
4. Evaluasi efisiensi-ekonomis
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi kurikulum. Untuk itu,
diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan
dalam kurikulum dengan kurikulum lainnya yang memiliki tujuan yang sama.

12
5. Evaluasi program komprehensif
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kurikulum secara menyeluruh, mulai dari
perencanaan, pengembangan, implementasi, dampak, serta tingkat keefektifan
dan efisiensi.

Dalam percakapan sehari-hari seringkali terdengar orang berbicara tentang


evaluasi formatif dan evaluasi sumatif dalam pengertian jenis evaluasi. Seperti telah
dibahas sebelumnya evaluasi formatif dan sumatif menunjukkan fungsi evaluasi dan
bukan jenis evaluasi. Dalam evaluasi kurikulum jenis evaluasi itu menunjukkan dimensi
kurikulum yang dievaluasi. Jadi, dalam setiap jenis evaluasi kurikulum kedua fungsi
evaluasi dapat dilakukan. Oleh karen dalam evaluasi reflektif, evaluasi rencana,
evaluasi proses maupun evaluasi hasil fungsi formatif dan sumatif evaluasi dapat
dilakukan.
Sedangkan untuk mencapai tujuan evaluasi ada empat jenis evaluasi yang perlu
dilakukan:14
1. Evaluasi reflektif
Dipergunakan untuk menyebutkan jenis evaluasi yang memusatkan
perhatiannya terutama terhadap kurikulum sebagai ide. Jenis evaluasi ini
mencoba mengkaji mengenai ide yang dikembangkan dan diajadikan landasan
bagi kurikulum dalam dimensi lainnya.
Evaluasi terhadap ide tersebut dapat dilakukan pada waktu pertama kali suatu
ide dikemukakan seseorang, atau pada waktu kurikulumsebagai rencana telah
selesai ditulis, atau dapat pula dilakukan apabila kurikulum dalam setiap
dimensinya telah dikembangkan. Persoalan evaluasi terhadap ide tidak akan
pernah mengalami kehabisan bahan selama masyarakat terus berkembang dan
penemuan-penemuan baru dalam pengetahuan terus berlangsung.
2. Evaluasi rencana
Merupakan jenis evaluasi yang banyak dilakukan sekarang terutama setelah
banyak inovasi diperkenalkan dalam pengembangan kurikulum, dan setelah
teknologis pengembangan kurikulum sebagai rencana menghasilkan format-
format tertentu. Proses pengembangan tujuan, umpamanya, telah berkembang
sedemikian rupa sehingga dikenal berbagai jenjang tujuan yang harus
diperhatikan, baik tujuan yang bersifat ideal maupun tujuan yang bersifat
operasional. Teknis-teknis yang demikian harus diikuti dengan seksama oleh
14
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2008), 90-91.
13
pengembang kurikulum sebagai rencana. Demikian pula dengan proses
pengembangan belajar (baik konten maupun proses) yang dimiliki suatu
kurikulum sebagai rencana, bahkan alat evaluasi hasil belajar yang tercantum
dalam kurikulum sebagai rencana tersebut.
Seperti juga evalusi reflektif, evaluasi rencana dapat dilakukan baik pada waktu
proses penulisan kurikulum sebagai rencana sedang berlangsung maupun pada
waktu penulisan itu telah selesai dilaksanakan.
3. Evaluasi Proses
Kadang-kadang disebut pula dengan istilah evaluasi implementasi kurikulum. Di
sini dipergunakan istilah proses untuk memperkuat pengertian kurikulum sebagai
suatu proses, sebagai sesuatu yang terjadi di sekolah. Lagipula, istilah evaluasi
proses dianggap lebih memberikan kedudukan yang sama antara dimensi
kurikulum sebagai ide, rencana, hasil dan kurikulum sebagai kegiatan. Tetapi
tidak dalam suatu nuansapun pengertian evaluasi proses dibedakan dengan
pengertian evaluasi implementasi. Jadi kedua istilah itu dapat saja dipergunakan
secara bergantian.
Evaluasi proses berkembang sangat cepat sejak tahun 70-an. Adanya
kesadaran bahwa proses ternyata banyak menentukan keberhasilan suatu
kurikulum merupakan dorongan yang kuat untuk memberikan perhatian yang
seksama terhadap evaluasi proses.
Dalam evalusi proses ini perhatian evaluator telah diarahkan tidak saja kepada
apa yang terjadi dengan kurikulum sebagai kegiatan. Evaluator telah pula
mencoba melihat mengenai berbagai faktor yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sebagai kegiatan. Evaluasi terhadap kepemimpinan
kepala sekolah, pengetahuan dan siakap serta kegiatan guru, faktor siswa serta
peralatan belajar dianggap fokus yang penting. Demikian pula dengan interaksi
yang terjadi dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Tak luput dari perhatian
evaluator adalah strategi implementasi yang dipergunakan pada waktu
memperkenalkan kurikulum kepada sekolah dan guru-guru. Bahkan sistem
supervisi yang dilakukan para pengawas tak terlepas dari kajian evaluasi proses
ini. Pandangan bahwa suatu kurikulum sebagai suatu kegiatan adalah suatu
sistem yang menyangkut berbagai komponen diterapkan secara seksama,
walaupun hal ini tidak selalu berarti bahwa pendekatan yang dipergunakan
berdasarkan syistem approach.

14
4. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil merupakan jenis evaluasi kurikulum yang paling tua. Bahkan pada
mulanya yang dimaksudkan dengan evaluasi identik dengan evaluasi hasil ini.
Demikian pula yang dimaksudkan dengan evaluasi kurikulum sering diartikan
sebagai evaluasi hasil.
Lebih lanjut, hasil yang dimaksud adalah hasil belajar dalam pengertian
pengetahuan. Jumlah pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan indikator
keberhasilan suatu kurikulum.

15

Anda mungkin juga menyukai