DISUSUN OLEH :
KEPULAUAN RIAU
2022/2023
A. Definisi Evaluasi Pendidikan
Secara harfiah, evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab al-
Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti penilaian (Sudijono, 2015:1). Akar katanya adalah
value; dalam bahasa Arab al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Denhan demikian,
secara harfiah, evaluasi Pendidikan (educational evaluation= al-Taqdir al-Tarbawi) dapat
diartikan sebagai penilaian dalam (bidang) Pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pembelajaran di dalam kegiatan Pendidikan. Sementara itu, jika dikaitkan
dengan pembelajaran atau evaluasi pembelajaran (learning evaluation), dapat diartikan
sebagai penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Arifin (2013: 5) menjelaskan bahwa, pada hakikatnya, evaluasi adalah suatu proses yang
sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu keputusan.
Menurut Ratnawulan (2015: 19), Evaluasi mencakup sejumlah Teknik yang tidak dapat
diabaikan oleh seorang guru atau pun dosen. Evaluasi bukan sekumpulan Teknik, melainkan
suatu proses yang berkelanjutan, yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang
baik. Evaluasi, dalam pengertian luas, dapat diartikan sebagai suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang diperlukan sebagai dasar untuk
membuat alternatif keputusan.
Evaluasi Pendidikan adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan
informasi yang berguna unutk menetapkan alternatif keputusan (Fkri dkk., 2019: 5).
Pengertian ini memperlihatkan, evaluasi Pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang
di dalamnya menggambarkan sebuah proses pengumpulan dan penyajian informasi
berkaitan dengan komponen komponen Pendidikan yang diperoleh dari kegiatan pengukuran
dan penilaian yang dikehendaki.1
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan evaluasi adalah serangkaian proses atau
kegiatan sistematis yang dilaksanakan dalam rangka memperoleh informasi berkaitan
dengan kegiatan Pendidikan yang telah dilaksanakan untuk menentukan kualitas (nilai dan
makna) dari sesuatu berdasarkan kriteria, standar, dan indicator tertentu. Kegiatan tersebut
dapat menghasilkan informasi berupa hasil belajar mengajar, proses belajar mengajar,
metode belajar mengajar dan lain sebagainya. Kegiatan evaluasi berlangsung untuk
1
Astuti, Mardiah. Evaluasi pendidikan. Deepublish, 2022.hal 1-2.
1
mengambil sejumlah keputusan sesuai dengan hasil yang diperoleh dari proses evaluasi.
Serangkaian kegiatan evaluasi Pendidikan mencakup pula tindakan pengukuran dan
penilaian.
Evaluasi Pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutum
Pendidikan terhadap berbagai komponen Pendidikan pada setiap jalur, jenjang Pendidikan
sebagai bentuk penanggung jawaban penyelenggaraan Pendidikan. Evaluasi mempunyai arti
yang berbeda untuk guru yang berebda. Berikut ini arti yang sudah secara luas diterima oleh
para guru di lapangan. Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu
tujuan telah dapat dicapai. Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi
dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana suatu tujuan dapat dicapaii.
Untuk melakukan evaluasi maka evaluator harus menguasai Teknik evaluasi. Teknik
evaluasi adalah metode yang digunakan agar suatu tujuan evaluasi, yaitu menggali informasi
tentang peserta didik dapat tercapai.2
2
Dr. Ahmad Zainuri, dkk., Evaluasi Pendidikan (Kajian Teoritik), 2021, Jawa Timur: CV Penerbit Qiara Media, hal 58
3
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009, hlm.5
2
a. Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu, hanya sekadar mengetahui
nilai atau ukuran dari sesuatu, misalnya mengukur Panjang baju, berat badan, tinggi
bangunan dan lain-lain.
b. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu, misalnya untuk menguji misalnya
menguji daya tahan mesin jahit, menguji daya tahan lampu pijar, dan lain-lain.
c. Pengukuran yang dilakukan untuk menilai yang dilakukan dengan menguji sesuatu,
misalnya pengukuran kemajuan belajar peserta didik (Ismail, 2016: 3)4
Berdasarkan uraian tersebut diketahui pengukuran Pendidikan berarti serangkaian
kegiatan untuk menentukan kuantitas dari komponen Pendidikan yang diukur dengan
menggunakan alat tertentu yang telah valid dan realibel. Inti dari kegiatan pengukuran
Pendidikan adalah proses yang dilakukan dalam mengukur kuantitas Pendidikan dalam
bentuk angka dan memiliki makna tertentu untuk mengambil keputusan pada bidang
Pendidikan. Pengukuran hasil belajar bersifat kuantitatif, sehingga dinyatakan secara
numerik. Dengan demikian, pengukuran dapat dijadikan sebagai instrument.
Menurut Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) (2007: 5) dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 Tahun 2007 : “Penilaian
Pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menetukan
pencapaian hasil belajar peserta didik. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang
peserta didik, seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas
dan kelulusan. Dalam penilaian sering diistilahkan dengan tes, pengukuran, asesmen, dan
evaluasi yang digunakan dalam satu kegiatan sehingga dalam pengunaannya terkadang akan
membingunkan perbedaan dari istilah-istilah tersebut.
Setiap kegiatan evaluasi selalu diakhiri dengan kegiatan penilaian, dengan demikian
penilaian merupakan bagaian dari kegiatan evaluasi dan tujuannya untuk memperoleh
informasi tentang nilai dan manfaat dari suatu objek yang dievaluasi (Wirawan, 2013: 12).
Evaluasi, pengukuran dan penilaian memiliki fungsi yang sama yaitu menilai peserta didik.
Hal yang membedakan antara pengukuran dan penilaian adalah pengukuran memiliki makna
sebuah proses dalam memberikan nilai kepada peserta didik menggunakan angka-angka,
sedangkan penilaian memberikan penilaian kepada peserta didik berupa kata-kata atau
kalimat yang bersifat kualitatif (Ismail, 2016: 5).
4
Mardiah Astuti, Evaluasi Pendidikan, 2022, Jakarta: Deepublish, hal 10-11
3
Penilaian menurut Permendikbud No. 23 Tahun 2016 adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Proses
menggunakan berbagai instrumen, dan berasal dari berbagai sumber agar lebih
komprehensif. Penilaian harus dilakukan secara efektif. Oleh karena itu, pengumpulan
informasi yang akan digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik harus
lengkap dan akurat agar dihasilkan keputusan yang tepat. Penilaian hasil belajar adalah
proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari
pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun nontes.
4
4. Pengukur Keberhasilan
Fungsi dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program
berhasil diterapkan.5
5. Umpan balik
Hasil pengukuran atau skor tes tertentu dapat digunakan sebagai umpan balik, baik
individu yang menempuh tes maupun bagi guru yang berusaha mentransfer kemampuan
kepada siswa.
6. Menumbuhkan motivasi belajar mengajar
Bagi mereka yang memperoleh hasil penilaian yang kurang baik seharusnya menjadi
cambuk untuk lebih berhasil dalam kegiatan penilaian yang akan datang dan secara tepat
dapat mengetahui kelemahannya. Sedangkan bagi yang memperoleh nilai hasil baik tentu
saja hasil itu dapat menjadi motivasi mempertahankan dan meningkatkan hasilnya. Selain
mendorong siswa untuk belajar lebih baik, dengan adanya penilaian juga dapat
mendorong guru untuk mengajar lebih baik.
7. Pengembangan ilmu
Ilmu seperti pengukuran Pendidikan sangat tergantung pada hasil-hasil tes, pengukuran
dan penilaian yang dilakukan sebagai kegiatan sehari-hari guru dan pendidik lainnya.
Pengukuran dan penilaian akan diperoleh pengetahuan empiric yang sangat berharga
untuk pengetahuan ilmu dan teori.6
Penilaian hasil belajar oleh pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar,
memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.
Berdasarkan fungsinya penilaian hasil belajar oleh pendidik meliputi fungsi formatif dan
fungsi sumatif.
1. Fungsi formatif digunakan untuk memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik
dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama
proses pembelajaran dalam satu semester. Hasil dari kajian terhadap kekurangan
peserta didik digunakan untuk memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP
serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya.
5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hlm. 10-11
6
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, hlm. 35.
5
2. Fungsi sumatif
digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada KD tertentu,
akhir semester, satu tahun pembelajaran, atau masa Pendidikan di satuan Pendidikan.
Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor,
kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan Pendidikan seorang peserta didik.
6
1. Evaluasi Input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
2. EvaluasiTransformasi
Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain materi,
media, metode dan lain-lain.
3. Evaluasi Output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
Berdasarkan subjek :
1. Evaluasi Internal, Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator,
misalnya guru.
2. Evaluasi Eksternal, evaluasi yang dilakukan luar sekolah,orang tua.
7
E. Syarat-Syarat Alat Penilaian yang Baik
Alat penilaian yang baik hendaknya memenuhi beberapa syarat-syarat, antara lain:
a. Valid
Suatu alat ukur dikatakan valid atau mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur
itu betul-betul mengukur apa yang ingin diukur.
b. Reliabel
Suatu tes yang sahih/valid adalah reliabel, tetapi suatu tes yang reliabel belum tentu
valid. Reliabilitas suatu tes menunjuk kepada ketetapan konsistensi, atau stabilitas
hasil tes/suatu ukuran yang dilakukan.
c. Objektif
Penskor hendaknya menilai/menskor apa-adanya, tanpa dipengaruhi oleh subjektif
penskor atau faktor-faktor lainnya diluar yang tersedia.
d. Praktis (Mudah dan murah)
Suatu alat ukur dikatakan praktis apabila biaya alat ukur itu murah. Disamping itu, alat
tersebut mudah diadministrasikan, mudah diskor, dan mudah diinterprestasikan.
e. Norma
Dalam hal ini norma diartikan sebagai patokan kriteria atau ukuran yang digunakan
untuk menentukan dalam pengambilan keputusan.
8
dikatakan valid apabila tes tersebbut mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.
Misalnya unutk mengukur besarnya partissipasi siswa dalam proses pembelajaran, buka
diukur melalui nilai yang diperoleh siswa pada waktu ulangan, tetpai dilihat melalui:
presensi, focus tidaknya perhatian siswa pada pelajaran, dan ketetapan siswa dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Nilai yang diperoleh siswa ketika ulangan,
bukan menggambarkan partisipasi siswa, tetapi menggambarkan prestasi belajar.
Jenis Validitas
Validitas dapat dibedakan atas :
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas ini dipandang dari segi isi alat ukur itu sendiri, berdasarkan materi yang
disampaikan dalam pengajaran dan diharapkan dikuasai oleh mahasiswa.
b. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk mempersoalkan apakah bagian yang penting didalam suatu
konsep ditanyakan atau merupakan bagian dari suatu tes yang disusun.
c. Validitas Kriteria
1. Validitas Prediktif (Predictive Validity)
Jenis validitas ini dikaitkan dengan kenyataan yang akan diperoleh jika hasil tes
itu dihubungkan dengan keberhasilan studi di masa yang akan datang.
2. Validitas Pengukuran Serentak (Concurrent Validity)
Validitas ini diperdapat dengan jalan mengkorelasikan atau melihat hubungan
hasil tes yang dimaksud dengan hasil tes lain yang dipandang sebagai kriterium;
yang diberikan/dilaksanakan pada waktu yang bersamaan dengan pelaksanaan
tes itu.
Cara Mengukur Validitas
Validitas isi dari setiap tes yang dilakukan dapat diukur dengan cara :
a. Menyusun tujuan dengan jelas
b. Merumuskan spesifikasi yang terarah pada tujuan
c. Membuat blue-prin
d. Menyusun instrumente. Mereview instrument
e. Uji coba instrumentg. Analisis hasil uji coba
9
f. Revisi/penyempurnaan instrument.
10
b. Reliabilitas
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes
dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih
subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar
penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat
diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari
suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam
kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang
konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang
berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
Suatu alat ukur dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu dicobakan kepada objek atau
subjek yang sama secara berulang-ulang, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil
pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam
artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Online
https://auliamakro.wordpress.com/evaluasi-pembelajaran/jenis-jenis-evaluasi-pembelajaran/ (diakses pada
Senin, 13 Februari 2023 pukul 22.03 WIB)
https://yudikustiana.wordpress.com/2011/05/18/makalah-penilaian-hasil-belajar-siswa/ (diakses pada
Senin, 13 Februari 2023 pukul 21.49)
http://ohmakalah.blogspot.com/2015/11/penilaian-hasil-belajar.html?m=1 (diakses pada Senin, 13
Februari 2023 pukul 21.37)
http://kumpulanskripdanmakalah.blogspot.com/2018/01/syarat-syarat-dan-jenis-alat-penilaian.html
(diakses pada Senin, 13 Februari 2023 pukul 20.42)
12