Anda di halaman 1dari 13

Nama : yeni oktarina

Nim : 2111240092

Matakulia : ppkn sd/mi

JAWABAN

1. Jawaban
Penilaian adalah suatu kegiatan untuk membuat keputusan tentang hasil
pembelajaran dari masing-masing siswa, serta keberhasilan siswa dalam
kelas secara keseluruhan. Penilaian juga merupakan indikator keberhasilan
guru dalam proses pembelajaran (Supratiningsih dan Suharja, 2006).
Menurut Davies (1981), pengertian penilaian mengacu pada proses yang
menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-
kerja, proses, orang dan objek. Adapun Sujana (1990) membatasinya
sebagai suatu proses pemberian nilai terhadap objek tertentu berdasarkan
suatu kriteria yang tertentu pula. Untuk menentukan nilai suatu hasil
pembelajaran, penilaian tidak selalu dilakukan melalui proses pengukuran.
Kegiatan penilaian dapat juga Anda lakukan dengan cara
membandingkannya dengan kriteria-kriteria yang berlaku tanpa perlu
melakukan pengukuran terlebih dulu.
2. Jawaban
- Penilaian dalam proses pembelajaran memiliki sejumlah fungsi.
Empat fungsi di antaranya adalah sebagai berikut.
a) Sebagai bahan diagnosis dan pengembangan Artinya, Anda dapat
menggunakan hasil penilaian tersebut sebagai dasar mendiagnosis
kelemahan dan keunggulan siswa, serta hambatan yang
menyertainya. Dengan demikian, jika ada siswa yang tidak berhasil
maka dengan mudah Anda dapat mengetahui penyebabnya melalui
tes ini. Hasil diagnostik ini juga dapat Anda gunakan sebagai
bahan pengembangan kualitas pembelajaran siswa.
b) Sebagai bahan seleksi Artinya, Anda dapat menggunakan hasil
penilaian sebagai dasar seleksi penempatan siswa menurut jenis
jurusan atau jabatannya.
c) Sebagai bahan pertimbangan kenaikan kelas Artinya, Anda dapat
mengguna-kan hasil penilaian sebagai dasar untuk menentukan
apakah siswa yang bersangkutan dapat naik kelas atau tidak.
Wujudnya adalah nilai atau skor dalam rapor siswa.
d) Sebagai bahan pertimbangan untuk penempatan Artinya, Anda
dapat menggunakan hasil penilaian sebagai dasar seleksi
penempatan siswa berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.
- Tujuan PenilaianSelaku guru, tentunya Anda sudah tahu bahwa
penilaian dalam pembelajaran PKn di SD memiliki tujuan tersendiri,
sehingga dalam menjalankan tugas Anda tidak kehilangan arah atau
tidak lepas dari apa yang menjadi tujuan Anda. Tujuan penilaian
dalam proses pembelajaran dijelaskan pada bagian berikut.
a) Sebagai balikan bagi guru untuk mengetahui ketepatan
pemilihan metode dan program yang digunakan
Berdasarkan tujuan kedua, selaku guru Anda juga harus mau
melakukan introspeksi diri. Apakah pembelajaran yang telah
Anda lakukan sudah tepat atau belum? Hasil introspeksi diri
tersebut dapat Anda gunakan sebagai balikan pada diri Anda
sendiri untuk melakukan perbaikan-perbaikan demi
peningkatan kualitas pembelajaran.
b) Mendiagnosa kendala yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran
Berdasarkan tujuan ketiga, selaku pendidik Anda harus mampu
mencari penyebab ketidakberhasilan siswa. Anda harus
mampu menganalisis kendala apa saja yang dialami siswa
sehingga ia tidak dapat berhasil secara optimal.
c) Mendapatkan informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk menempatkan dan menentukan langkah
berikutnya terhadap siswa

3. Jawaban

a) Tes

Instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh


informasi tentang individu atau objek. Sebagai alat pengumpul
informasi atau data, tes harus dirancang secara khusus. Kekhususan
tes terlihat dari bentuk soal tes yang digunakan, jenis pertanyaan,
rumusan pertanyaan yang diberikan, dan pola jawabannya harus
dirancang menurut kriteia yang telah ditetapkan. Demikian juga
waktu yang disediakan untuk menjawab pertanyaan serta
pengadministrasian tes juga dirancang secara khusus. Selain itu
aspek yang diteskanpun terbatas. Biasanya meliputi ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Kekhususan-kekhususan tersebut berbeda
antara satu tes dengan tes yang lain. Tes ini dapat berupa pertanyaan
tertulis, wawancara, pengamatan tenta ng unjuk kerja fisik, checklist,
dan lain-lain.
b) Pengukuran
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan
pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data
melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang
relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini
pendidik menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati
apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka,
mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera
mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan
merasakan. Pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1)
penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan
atau formula tertentu.
c) Penilaian
Menurut Firman (2000:15), penilaian merupakan proses
penentuan informasi yang dilakukan serta penggunaan informasi
tersebut untuk melakukan pertimbangan sebelum keputusan. Suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik
menggunakan tes dan non tes. Penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian
untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang
sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam
kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif tersebut.
d) Evaluasi
Evaluasi menurut Firman (2000:18) merupakan penilaian
terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen.
Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu
keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran.Calengosi
(1995) juga menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai
suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik
yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.Secara garis
besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai
terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat
dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi
merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran
telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002:55).
e) Assesment
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins
(1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa
(outcomes). Kumano (2001) menyatakan bahwa assesment sebagai
“The process of collengting data which shows the development of
learning”.
Resnick (1985) menyatakan bahwa asesmen
menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan
dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa
dalam mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga
tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut
diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil
dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses
belajar siswa. Namun, meskipun proses belajar siswa merupakan
hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga
tetap tidak dikesampingkan. Oleh karena itu, asesmen tidak hanya
dapat menilai hasil dan proses belajar siswa saja akan tetapi juga
kemajuan belajar siswa.
4. Jawaban

a) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan


kemampuan yang diukur.
b) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi,
dan gender.
d) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
f) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
g) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
i) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
5. Jawaban

A. Materi yang terdapat pada kelas 1,2,3,4,5 6 dari semester 1 dan 2


1. Konsep Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam
Undangundang No. 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan
insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradaban dunia.
2. Prinsip Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
a) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai Social Studies
Social Studies merupakan nama atau istilah yang digunakan oleh
lembaga pendidikan di negara lain terutama di negara-negara Barat.
Barr, Barth, dan Shermis (1977) mengidentifikasi "The Three Social
Studies Traditions, yaitu: (1) Social Studies as Citizenship
Transmission (Civic Education); (2) Social Studies as Social Science;
(3) Social Studies as Reflective Inquiry. Tiga tradisi ini memiliki
pengertian, tujuan, isi, dan metode masing-masing (Wahab dan
Sapriya, 2012).
b) Pancasila sebagai prinsip utama dalam pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Pembelajaran erat kaitannya dengan
proses belajar. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pendidikan menyatakan bahwa belajar
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
c) Prinsip Dasar Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menurut
pendapat Budimansyah (2002:8) prinsip-prinsip pembelajaran tersebut
adalah prinsip belajar siswa aktif (student active learning), kelompok
belajar kooperatif (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik,
dan mengajar yang reaktif (reactive learning). Selanjutnya keempat
prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut.
- Prinsip Belajar Siswa Aktif Model ini menganut prinsip belajar
siswa aktif. Aktivitas siswa hampir di seluruh proses pembelajaran,
dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan lapangan, dan
pelaporan. Dalam fase perencanaan aktivitas siswa terlihat pada
saat mengidentifikasi masalah dengan menggunakan teknik bursa
ide (brainstorming). Setiap siswa boleh menyampaikan masalah
yang menarik baginya, disamping tentu saja yang berkaitan dengan
materi pelajaran. Setelah masalah terkumpul, siswa melakukan
voting untuk memilih satu masalah untuk kajian kelas.
- Kelompok Belajar Kooperatif Proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan juga menerapkan prinsip belajar kooperatif,
yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerja sama. Kerjasama
yang dimaksud adalah kerjasama antar siswa dan antar
komponenkomponen lain di sekolah, termasuk kerjasama sekolah
dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama antar
siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah
untuk bahan kajian bersama. Dengan komponenkomponen sekolah
lainnya juga seringkali harus dilakukan kerjasama. Misalnya pada
saat para siswa hendak mengumpulkan data dan informasi
lapangan sepulang dari sekolah, bersamaan waktunya dengan
jadwal latihan olahraga yang diundur atau kunjungan lapangan
yang diubah. Kasus seperti itu memerlukan kerjasama, walaupun
dalam lingkup kecil dan sederhana. Hal serupa juga seringkali
terjadi dengan pihak keluarga.
- Pembelajaran Partisipatorik Prinsip dasar pembelajaran
partisipatori adalah siswa belajar sambil melakoni (learning by
doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa belajar hidup
berdemokrasi. Sebab dalam tiap langkah model ini memiliki
makna yang ada hubungannya dengan praktik hidup berdemokrasi.
Misalnya pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memilih
makna bahwa siswa dapat menghargai dan menerima pendapat
yang didukung suara terbanyak. Pada saat berlangsungnya
perdebatan, siswa belajar mengemukakan pendapat, mendengarkan
pendapat orang lain, menyampaikan kritik dan sebaliknya belajar
menerima kritik, dengan tetap berkepala dingin. Proses ini
mendukung adagium yang mengatakan bahwa “democracy is not
in heredity but learning” (demokrasi itu tidak diwariskan, tetapi
dipelajari dan dialami). Oleh karena itu, mengajarkan demokrasi
itu harus dalam suasana yang demokratis (teaching democracy in
and for democracy). Tujuan ini hanya dapat dicapai dengan belajar
sambil melakoni atau dengan kata lain harus menggunakan prinsip
belajar partisipatori.
c) Reactive Teaching Prinsip dari reactive teaching adalah menekankan
bagaimana guru menciptakan strategi agar murid mempunyai motivasi
belajar. Oleh karena itu, guru harus memahami kondisi siswa sehingga
materi pembelajaran menarik, tidak membosankan. Guru harus
mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah
kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa jika hal ini terjadi,
guru harus segera mencari cara untuk menanggulanginya. Inilah tipe
guru yang reaktif itu.
Dalam usaha mencapai tugas-tugas pembelajaran ini ditempuh
melalui 6 (enam) tahap kegiatan sebagai berikut.
Tahap I : Mengidentifikasi masalah kebijakan publik di masyarakat
Tahap II : Memilih satu masalah untuk kajian kelas
Tahap III: Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh
kelas
Tahap IV: Membuat portofolio kelas
Tahap V : Menyajikan portofolio
Tahap VI: Refleksi terhadap pengamatan belajar dalam pembelajaran
B. Strategi(metode,model,pendekatan) dan media apa yg cocok untuk
masing materi di kelas 1,2,3,4,5,6 semester 1 dan 2
Metode memiliki peranan yang penting dalam upaya mendukung
tercapainya hasil belajar yang diinginkan. Secara pedagogis metode
pembelajaran terbagi atas 3 (tiga) strategi (Uno, 2014) yaitu (1). Strategi
Pengorganisasian: sebagai langkah untuk menentukan isi bidang studi
yang dipilih untuk pembelajaran seperti pemilihan isi, penataan isi,
pembuatan diagram, dan lainnya. (2). Strategi Penyampaian: sebagai
langkah untuk mendapatkan respons siswa dengan menata interaksi
dengan baik. (3). Strategi Pengelolaan: langkah untuk menyiapkan strategi
mengelola kelas. Dengan demikian maka hakikat metode pembelajaran
sangat signifikan dalam menentukan keberhasilan hasil belajar melalui
strategi-strategi belajar yang efektif, kreatif, dan relevan
Langkah Prosedur pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang terstruktur, strategis, dan representatif sebagai
berikut.
a) Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
berkonsepkan deep knowledge dan constructed knowledge. Pada tingkat
menengah pertama, pengembangan materi hendaknya dengan
“Menunjukkan perilaku menghargai dengan dasar moral, norma,
prinsip, dan spirit Kewarganegaraan”. Untuk tingkat menengah ke
atas, pengembangan materi dilakukan dengan “Mengamalkan dengan
kesadaran nilai, moral, norma, prinsip, spirit dan tanggung jawab,
makna kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang
berkeadaban” (Lampiran Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Standar Isi pendidikan Dasar dan Menengah).
b) Menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung
tuladha), membangun kemauan (ing madya mangun karsa), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani) (Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara).
c) Berlandaskan nilai-nilai Pancasila, antara lain dengan menyusun
perangkat pembelajaran yang membentuk peserta didik yang cakap
kompetensinya dan menjadi lulusan yang kompeten dengan merujuk
pada indikator kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan seperti
yang tertuang pada Lampiran Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan
6 . Jawaban
1. Kompetensi
Penjabaran model kompetensi yang selanjutnya dikembangkan pada
kompetensi guru bidang studi yang lebih spesifik pada pembelajaran 1.
Konsep Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, ada beberapa
kompetensi guru bidang studi yang akan dicapai pada pembelajaran ini,
kompetensi yang akan dicapai pada pembelajaran ini adalah guru PPPK
mampu menjelaskan konsep dasar, prinsip, prosedur dan metode
pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
Dalam rangka mencapai komptensi guru bidang studi, maka
dikembangkanlah indikator-indikator yang sesuai dengan tuntutan
kompetensi guru bidang studi. Indikator pencapaian kompetensi yang akan
dicapai dalam pembelajaran 1. Konsep Dasar Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:
a) Menjelaskan konsep dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
b) Mengidentifikasi prinsip-prinsip pembelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan,
c) Menjelaskan prosedur pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan,
d) Menjelaskan metode pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan,
3. Metode Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Metode memiliki peranan yang penting dalam upaya mendukung
tercapainya hasil belajar yang diinginkan. Secara pedagogis metode
pembelajaran terbagi atas 3 (tiga) strategi (Uno, 2014) yaitu (1). Strategi
Pengorganisasian: sebagai langkah untuk menentukan isi bidang studi
yang dipilih untuk pembelajaran seperti pemilihan isi, penataan isi,
pembuatan diagram, dan lainnya. (2). Strategi Penyampaian: sebagai
langkah untuk mendapatkan respons siswa dengan menata interaksi
dengan baik. (3). Strategi Pengelolaan: langkah untuk menyiapkan
strategi mengelola kelas. Dengan demikian maka hakikat metode
pembelajaran sangat signifikan dalam menentukan keberhasilan hasil
belajar melalui strategi-strategi belajar yang efektif, kreatif, dan relevan.
7. Jawaban
ENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SD
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : I (Satu)
Semester : I (Satu)
1. Kompetensi Dasar
Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah.
2. Indikator
Menerapkan cara-cara hidup rukun di rumah (keluarga) dan di sekolah.
3. Alokasi Waktu: 4 x 35 menit (2 pertemuan).
4. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menerapkan cara-cara hidup rukun di
rumah (keluarga) dan di sekolah.
5. Materi Ajar
Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah.
6. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
a) Pendekatan Kontekstual.
b) Pendekatan Cooperatif Learning.
c) Diskusi kelas.
d) Tanya jawab.
e) Ceramah.
f) Penugasan.
7. Langkah-langkah Kegiatan
a. Pertemuan Pertama
(1) Kegiatan Awal
 Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
 Mengajak siswa bertanya jawab tentang kegiatan pagi hari
sejak bangun pagi sampai anak berangkat ke sekolah.
(2) Kegiatan Inti
 Bertanya jawab tentang kesukaan dan kebiasaan anak-anak di
sekolah, dan meskipun berbeda agama, berbeda kesukaan dan
berbeda kebiasaan, tetap harus rukun, tidak boleh bertengkar.
 Guru menjelaskan apa akibatnya jika tidak rukun dengan teman
sekolah.
 Siswa ditugaskan untuk selalu rukun dengan semua temannya
meskipun berbeda kesukaan, berbeda agama dan berbeda
kebiasaannya.
 Siswa diingatkan untuk mempelajari kembali materi mengenai
kerukunan dalam keluarga dan antara teman sekolah, macam-
macam agama di Indonesia, contoh hidup rukun di rumah dan
di sekolah, serta cara menerapkan hidup rukun di rumah dan di
sekolah, kemudian berlatih soal-soal latihan pada “ayo belajar”
hal. 22-24, untuk menghadapi ulangan harian pada pertemuan
berikutnya.
(3) Kegiatan Penutup
 Bersama-sama dengan seluruh siswa membuat kesimpulan dari
materi yang telah dibelajarkan.
 Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama
pertemuan itu, untuk mengetahui ketercapai indikator dan
kompetensi dasar.
 Mengakhiri pelajaran dengan mengajak semua siswa berdoa
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai