disamping MPR dan DPR, karnah presiden dipilih langsung oleh rakyat UUD 1945 pasal 6A
ayat melaiakn dipilih langsung ole rakyat.
E. presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Sistem ini menurut UU 1945 sebelum amandemen dijelaskan dalam penjelasan UUD
1945, namun dalam UUD 1945, hasil amandemen 2002 juga memiliki isi yang sama, sebagai
berikut : “Disamping presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus
mendapat persetujuan DPR untuk membentuk Undang-Undang ( Gezetgebung ) pasal 5 ayat (1)
dan untuk menetapkan anggaran pendapat dan belanja negara ( Staatsbergrooting ) sesuaio pasal
23. Oleh karnah itu presiden harus berkerja sama dengan Dewan, akan tetapi presiden tidak
bertanggung jawab kepada Dewan, artinya kedudukan presiden tidak tergantung dewan.
F. menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab kepada
Dewan Prwakilan Rakyat
Sistem ini dijelaskan dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam penjelasan UUD
1945, sebagai berikut :
“presiden dalam melaksanakan tugas pemeritahannya dibantu oleh menteri-menteri negara (Pasal
17 ayat (1) UUD 1945 hasil amendemen ), presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-
mentri negara ( Pasal 17 Ayat (2) UUD 1945 hasil amndemen 2002). Menteri-menteri negara itu
tidak bertanggung jawab kepada perwakilan rakya”.
g. kesuasan kepala negara tidak tak-terbatas
sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisip dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 dan masih
sesuai dengan penjelasan UUD 1945 dijelaskan sebagai berikut :
menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden dan wakil presiden dipilh oleh rakyat
secara langsung ( UUD 1945 hasil amandemen 2002 pasal 6A ayat (1). Dengan demikian dalam
sistem kekuasan kelembagaan negara presiden tidak lagi merupakan mendateris MPR bahkan
sejajar dengan DPR . jikalamuka presiden melanggar Undang-undang maupum Undang-Undang
dasar, maka MPR dapat melakukan impeachment.
Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepada dewan perwakilan rakyat, ia bukan
“Dikator”, artinya kekuasan tidak tak-terbatas. Diatas telah ditegaskan bahwa ia bukan
mandataris permusyawarahan rakyat, namun demikian ia tidak dapat mengubarkan DPR atau
MPR kecuali itu ia harus memperhatiakn sunggu-sungguh suara dewan perwakilan rakyat.
6. negara Indonesia adalah negara hukum
Menurut penjelasan UUD 1945, negara Indonesia adalah negara hukum, negara hukum yang
berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasan. Sifat negara hukum hanya dapat
ditujuakn jika kalau alat-alat perlengkapanya bertindak menurut dan berikat kepada aturan-aturan
yang tentukan oleh dahuluh oleh alat-alat perlengkapan yang kuasai untuk mengadakan aturan-
aturan.
Ciri-ciri negara hukum adalah
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asas yang mengandung persaman dalam bidang
politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayan.
b. Peradialan yang bebas dari suatu pengharuh kekuasan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami
dapat dilasanakan dan aman dalam melaksanakannya .
Pancasila sebagai dasar negara yang mencerminkan jiwa bangsa Indonesia harus
menjiawai semua peraturan hukum dan pelaksanaannya , ketentuan ini menunjukan bahwa di
negara Indonesia dijamin adanya perlindungan hak-hak asasi manusiab berdasarkan ketentuan
hukum bukan kemauan seorang yang menjadi dasar kekuasan. Menjadi suatu kewajiban bagi
setiap penyelenggaran negara untuk menegakan keadiakn dan kebenaran berdasarkan pancasilah
dan selanjutnya melakuakn penyusiunan peraturan pelaksanaan. Disamping itu sifat hukum yang
berdasarkan pancasial, hukum mempuyai pungsi penganyoaman agar cita-cita luhur bangsa
Indonesia tercapai dan terpilihara namun demikian untuk menegakan hukum demi keadilan dan
kebenaran merluakan badan-badan kehakiman yang kokoh kuat yang tidak muda dipengharuhi
oleh lembaga-lembaga lainya. Pemimpin eksekutif ( presiden ) wajib berkerja sama dengan
badan-badan kehakiaman untuk menjamin penyelenggaran pemeritahan yang bersih dan sehat.
Dalam era Repormasi dewasa ini bangsa Indonesia benar-benar akan mengembalaikan peranaan
hukum, apparat penegak hukum beserta seluru sistem peraturan Perundang-Undangaan akan
dikembaliakan dasar-dasar negara hukum yang berdasarkan pancasial dan UUD 1945 hasil
amandemen 2002 yang mengembangkan amat demokerasi dan perlindungan hak-hak asasi
manusia.
Ada pun pembangunaan hukum diindonesia sesuai tujuan negara hukum, diharkan pada
terhujudnya sistem yang mengabadi pada kepentingan nasional terutam rakyat, melaluhi
penyusunan materi hukum yang bersumberkan pada pancasial sebagai sumber filosopinya dan
undang-undang dasar 1945 sebagai dasar konsitistionalnya , serta aspriasi rakyat sebagai sumber
materialnya.
BAB VI
RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA
A. Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum
Pengertian Rule of Law dan negara hukum pada hakiaktnya sulit disampaikan.
Ada sementara pakar mendeskrispkan bahwa pengertian negara hukum dan Rule of Law
itu hampir dafat dikatakan sama, namun terdapat pula sementara pakar menjelaskan
bahwa meskipun antar negara hukum Rule of law tidak dapat dipisahkan namun masing-
masing memiliki penekan masing-masing. Menurut phlipus m.hadjon misalnya bahwa
negara hukum yang menurut istilah bahasa belanda rechtsstaat lahir dari suatu perjjungan
menentang absolutipusme, yaitu dari kekuasaan raja yang sewenng-wenang untuk
mewujudkan negara yang didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan oleh
karena itu dalam proses perkembangannya rechsstaat itu lebih memiliki ciri yang
revollusioner. Gerakaan masyrakat yang menghendakibahwa kekuasaan raja maupun
penyelengara negara harus dibatasi dan diataur melalui suatu peraturan perundang-
undangan, dan pelaksanaan dalam hubungannya degan segala peraturan peerundang-
undangan itulah yang sering diistilahkan denggan Rule of Law. Oleh karna itu menurut
hadjhone Rule of Law lebih memiliki ciri yang evolusioner, sedangkan upaya untuk
mewujudkan negara hukum atau rechtsstaat lebih memiliki ciri yang revolusioner,
misalnya gerakan revolusi prancis serta gerakan melawan absolutism di eropa lainnya,
baik dalam melawan kekuasaan raja, bngsawan maupun golongan teologis.
Oleh karena itu menurut Friedman, antara pengertian negara hukum atau
rechtsstaat dan Rule of Law sebenarnya saling mengisi garis (Friedman, 1990:546). Oleh
karena itu berdasarkan bentuknya sebenarnya Rule of Law adalah kekuasaan public yang
diatur secara legal oleh karena itu setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam
masyrakat termasuk negara mendasarkan pada Rule of Law. Berdasarkan pengertian
tersebut maka setiap negara yang legal senantiasa menegakkan Rule of Law. Dalam
hubungan ini pengertian Rule of law berdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan
dengan peraturan perundan-undangan yang berlaku dalam suatu negara kosekuensinya
setiap negaraakan mengatakan mendasarkan pada Rule of Law dalam kehidupan
knegaraannya, meskipun negara tersebut adalah negara otoriter. Atas dasar alasan ini
maka diakui bahwa sulit menentukan pengertian Rule of Law dalam hal ini munculnya
bersifat enogen , artinya muncul dan berkebang dari suatu masyrakat tertentu.
Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis terhadap kekuasaan,
pada daasarnya disebapkan poolitik kekuasaan cendruk corup. Hal ini di chawatirkan
akan menjauhkan fungsi dan peran negara bagi kehidupan individu dan masyrakat. Atas
dasar pengertian tersebut maka terdapat keinginan yang sangat besar untuk melakukan
pembatasan terhadap kekuasaan yang dispotik (Hitchner, 1981:69). Dalam dalam
hubungan inilah maka kehidupan konstitusi menjadi sangat penting bagi kehidupan
masyrakat. Kostitusi dalam hubungan ini dijadikan sebagai perwujudaan hukum tertinggi
yang harus dipatuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah sekalipun sesuai dengan
prinsip government by law, by not man ( pemerintahan bardasarkan hukun, bukan
berdasarkan manusia atau penguasa)
Carl J.Friend dalam bukunya Constitutional Government and Democracy: Theory
and Practice and europa and America, memperkenalkan istilah negara hukum dg istilah
rechsstaat atau constitutional state. demikian juga tokoh lain yang membahas recthsstaat
adalah Friederich J. Stahl, yang menurutnya terdapat empat unsur pokok untuk berdirinya
satu rechsstaat, yaitu: (1) hak-hak manusia; (2) pemisahan atau pembagian kekuasaan
untuk menjamin hak-hak itu; (3) pemerintahar berdasarkan peraturan-peraturan; (4)
peradilan admistrasi dalam peselisihan (Muhtaj, 2005,23)
Bagi negara Indonesia ditentukan secara yuridis formah bahwa negara Indonesia
adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Hal itu tercantum dalam pembukaan UUD
1945 alenia lV, yang secara eksplisit dielaskan bahwa… maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam satu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia… hal ini
mengandung arti bahwa suatu keharusan Negara Indonesia yang didirikan itu berdasarkan
atas Undang-Undang Dasar Negara.
Dengan pengertian lain dalam undang-undang dasar negara Indonesia bahwa
negara Indonesia adalah negara hukum atau rectsstaat dan bukan negara kesatuan.
Didalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap firinsip supermasi hukum
dan konsititusi, dianut perinsif pemisahan dan pembatasan kekuasaan konsitusisional
yang diatur dalm undang-undang dasar, adanya prinsif peradialan yang bebas dan tidak
memihak, yang menjalin bagi setia[ orang termasuk terhadap penyalaguanaan wewenang
menjadi komando tertinggi dalam penyelenggaran negara. Dalam penyelenggaran yang
sesunggunya memimpin adalah hukum itu sendri. Oeleh karnah itu berdasarkan
pengertian ini negara Indonesia pada hakikatnya menganut prinsif Rule of law,
andnotofman, yang sejalan dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang
dijalankan oleh hukum atau homos.
Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan jaminan bahwa hukum
itu sendiri dibangun dan di tegagakan menurut prinsif-prinsif demokrasi. Karnah prinsif
sumpremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada hakitnya berasal dari
kedaulatan rakyat. Oleh karna itu prinsif negara hukum hendaklah dibangun dan
dikembangkan merurut prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat atau dekratische
rechatsstat. Hukum tidak bole dibuat, ditetapkan ditapsirkan dan ditegaggakan dengan
tangan besi berdasarkan kekuasan belakang atau machtsstaat. Prinsif negara hukum tidak
bole ditegaggakan dengan mengabaikan prinsif-prinsif demokrasi yang diataur dalam
undang-undang dasar. Karnah itu prlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan berada ditangan
rakyat yang dilakukan menurut undang-undang dasar atau konstusional demociracey
yang diimbangi dengan penegasan bahwa negara indonesi adalah negara hukum yang
berkedaulatan rakya atau demokratis ( demokratische erchtsstaat ) ( asshiddiqie, 2005 :
69-70 ).
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekan pikiran dan hati nurhani,
hak beragama hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pibadi dihadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadan apa pun**)
(2) Setiap orang berhak bebas dari prilaku yang diskrimanatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhaadap perlakuan yang bersipat diskrimatif
itu.**)