Dosen Pengampu :
Prof.Dr. I Made Subawa,S.H.,M.H
Disusun Oleh :
Nama : Ida Ayu Tri Uttari Dewi
Kelas : B
Nim : 2204551060
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
Pendahuluann
Hukum tata negara adalah hukum hubungan tertentu, yang muncul dalam perjalanan
sejarah dan diatur oleh hukum yang disebut negara. Jadi, hukum konstitusional berkaitan dengan
‘negara’. Doktrin negara umum: uraian prinsip-prinsip umum (sintesis) dari berbagai hak negara
dan perbandingan hak negara. Suatu negara diartikan sebagai: sekelompok orang: rakyat atau
bangsa, di wilayah tertentu, diatur oleh pemerintah yang secara efektif dan efektif menjalankan
kewenangan atas rakyat / bangsa. Selain itu, pengakuan oleh negara bagian lain adalah penting.
Konsep ‘negara’ tidak muncul dalam hukum konstitusional positif, tetapi memainkan peran
penting dalam hukum internasional dan hukum privat. Dalam hukum internasional, negara
adalah subjek hukum internasional. Dalam hukum privat, negara adalah badan hukum, tunduk
pada hukum. Sebuah negara (nasional) independen dalam hubungan eksternalnya, kompleks
kantor yang diatur oleh undang-undang yang memiliki hubungan yang diatur secara hukum satu
sama lain dan dengan subjek. Hukum konstitusional adalah hukum utama yang membentuk
kantor pemerintahan, memberikan kekuasaan, dan mengatur hubungan dengan warga negara. Ini
adalah karakteristik hukum konstitusional yang berkaitan dengan hubungan di mana pemerintah
terlibat. Ini terutama hubungan antara berbagai badan pemerintah. Hubungan dengan warga
negara cenderung pada bidang hukum administrasi, kecuali jika kita berbicara tentang alokasi
alat kekuasaan terhadap warga negara. Dalam pengertian konstitusional ‘kekuasaan’ adalah
potensi pemaksaan faktual, ‘kekuasaan’ adalah kekuasaan yang diatur secara hukum. Hukum tata
negara juga mengatur hubungan dalam pemerintahan. Orang atau kelompok orang disebut
kantor. Sebuah kantor dicirikan oleh keberlanjutan dan karakter yang terdefinisi dengan baik
dalam hal struktur, tugas, dan kekuasaan.
Pembahasan
Sumber hukum dalam arti formil diantaranya :
2.Ketetapan MPR
Istilah ketetapan MPR tidak terdapat dalam UUD 1945, namun berdasarkan surat Presiden yang
ditujukan kepada DPR no.2262/HK/1959 tanggal 20 Agustus 1959,dikenal bentuk peraturan
perundang-undangan salah satunya adalah Keputusan MPRS yaitu peraturan perundangundangan
yang dibuat berdasarkan pasal 2 UUD 1945. Istilah ketetapan itu sendiri baru dikenal pada
sidang pertama MPRS yang didasarkan pada pasal 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa MPR
bertugas untuk menetapkan Undang-undang dan Garis-garis besar haluan negara (GBHN).
Kemudian berdasarkan memorandum DPR-GR bahwa sumber hukum Republik Indonesia dan
tata urutan peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia ditetapkan dalam TAP MPRS
No.XX/MPRS/1966 jo Tap MPR No.V/MPR/1973 bahwa Tap MPR tersebut telah ditetapkan
dalam hierarki perundang-undangan Republik Indonesia. Menurut Tap MPR No.I/MPR/1978
pasal 100, produk MPR tersebut dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
Ketetapan (Mempunyai kekuatan Extern dan intern),yang meliputi bidang legislatif
dilaksanakan dengan Undang-undang,dan ketetapan yang meliputi bidang eksekutif
dilaksanakan dengan Keputusan Presiden (Kepres).
Keputusan (Bersifat Intern).
3.Undang-undang/ PERPU
Undang-undang pada dasarnya memiliki arti secara formil dan materiil. Undang-undang dalam
arti formil adalah suatu bentuk keputusan atau ketentuan yang dikeluarkan oleh pembentuk
Undang-undang dengan prosedur tertentu. Undang-undang dalam arti materiil adalah Setiap
bentuk keputusan pemerintah yang mempunyai kekuatan mengikat tanpa memperhatikan
prosedur pembuatannya dan tata cara serta lembaga yang membuatnya. Dasar dari pembuatan
Undang-undang ialah Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) UUD 1945.
Dalam UUD sementara 1950/ atau UUDS 1950 menggunakan istilah Undang-undang darurat
untuk menyebut PERPU tersebut. Pemakaian kata-kata darurat dalam Undang-undang dapat
menimbulkan kekeliruan dengan pengertian hukum darurat negara. Hukum/hak darurat negara
(Staatnoodrecht) berbeda dengan Noodverordeningsrecht yang menjadi dasar dari PERPU
(Peraturan pengganti Undang-undang). dalam Noodverordeningsrecht, karena keadaan mendesak
yang menyebabkan penguasa menyimpang dari cara biasa dalam membuat peraturan yang
setingkat dengan Undang-undang. Sedangkan dalam Staatnoodrecht dikarenakan negara dalam
keadaan bahaya sehingga penguasa menyimpang dari peraturan. Negara dalam keadaan bahaya
(Staatnoodrecht) dibedakan menjadi 2 macam:
Penulisan Undang-undang UU No.52 Prp 1960 : Prp artinya Peraturan pemerintah pengganti
Undang-undang (Perpu). Prps artinya Peraturan Presiden. Pnps artinya Penetapan Presiden.
Apabila dibelakang No dalam UU itu maksudnya adalah bahwa Undang-undang tersebut berasal
dari kata-kata tersebut.
Pasal 5 ayat (2) UUD 1945,Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan
Undang-undang sebagaimana mestinya.Presiden tidak akan menetapkan peraturan pemerintah
tersebut sebelum ada Undang-undangnya,mengingat bahwa Undang-undang tersebut merupakan
sumber hukum tata negara,maka Peraturan pemerintah tersebut juga merupakan sumber hukum
tata negara.
5.Keputusan Presiden
Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah Peraturan Pelaksanaan yang ada
setelah Tap.MPR no.XX/MPR/1966, misalnya Peraturan menteri,yang dibuat berdasarkan pada
peraturan yang lebih tinggi sesuai dengan hierarkinya. 7.Konvensi Pengertian Konvensi menurut
pendapat para ahli yaitu:
7.Traktat Traktat ketatanegaraan tidak sama persis dengan perjanjian,namun ada kemiripan
karena traktat tersebut merupakan suatu perjanjian,hanya saja prosesnya berbeda dengan
perjanjian pada umumnya. Berdasarkan negara yang mengikutinya,Traktat dikelompokkan
menjadi :
KESIMPULAN
Sumber hukum formil itu adalah sumber hukum yang menentukan bentuk dan sebab
terjadinya suatu peraturan dan kaidah hukum sedangkan sumber hukum materil adalah sumber
hukum yang menentukan isi suatu peraturan atau kaidah hukum yang mengikat setiap orang.
DAFTAR PUSTAKA
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tersebut bahwa metoda dalam
mempelejari hukum tata negara yaitu;
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. Hukum Tata Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.