1. Bentuk
Bentuknya harus naskah tertulis yang
merupakan undang-undang yang tertinggi yang
berlaku dalam suatu negara.
2. Isi
Isinya merupakan suatu peraturan yang bersifat
fundamental yaitu tidak semua masalah yang
penting harus dimuat dalam UUD, melainkan
hanya bersifat pokok-pokok saja.
Undang-Undang / PERPU
Undang-Undang (UU)
T.J. Buys, mengatakan bahwa UU mempunyai 2
(dua) arti, yaitu :
a. UU dalam arti formil yaitu setiap keputusan
pemerintah yang merupakan UU karena cara
pembuatannya. (Misalnya UU yang dibentuk DPR
bersama Pemerintah)
b. uu dalam arti materil yaitu setiap keputusan
pemerintah yang menurut isinya mengikat
langsung setiap penduduk.
Meskipun pembentukan UU dilakukan oleh DPR +
Pemerintah bukan berarti setiap peraturan yang
dibuat oleh selalu berbentuk UU.
Konstruksi di dalam UUD 45 menyebutkan bahwa di
dalam membuat perjanjian atau perdamaian atau
menyatakan perang dengan negara lain harus
mendapat persetujuan dari DPR. Artinya
persetujuan tersebut tidak dalam bentuk UU.
Semua UU pada hakikatnya merupakan pelaksana
dari UUD, namun ada pasal-pasal tertentu di dalam
UUD yang memerintahkan secara langsung hal-hal
tertentu harus di atur dengan UU.
UU yang dibuat atas perintah langsung dari UUD
disebut dengan UU organik.
Contoh :
a. UU Nomor 32 Thn 2004 ttg Pemerintahan
Daerah, perintah langsung dari pasal 18 UUD 45
b. UU Nomor 24 Thn 2003 ttg Mahkamah
Konstitusi perintah langsung dari pasal 24C UUD
45.
Dalam kepustakaan dijumpai beberapa arti dari undang-
undang (wet) sebagai berikut:
1. Undang-undang dalam arti materiel (wet in materiele zin)
Yaitu, peraturan tertulis yang dibuat oleh penguasa
negara (overheid) yang mempunyai kekuatan mengikat
secara umum dan berdaya laku ke luar.
2. Undang-undang dalam arti formal (wet in formele zin)
Yaitu, yang menunjukkan segi formalitas terbentuknya
undang-undang (de wijze van totstandkoming). Yang
dimaksud adalah persesuain kehendak (overeensteming)
antara pemerintah dan badan legislative. Hasil dari
persesuaian kehendak tersebut tertuang dalam peraturan
tertulis (undang-undang) yang konkret).
3. Undang-undang pokok
Dalam praktek dikenal adanya undang-undang pokok.
Undang-undang pokok merumuskan dasar-dasar bagi
penyelenggaraan kenegaraan di bidang tertentu dan berisi
ketentuan pokok saja. Contoh: undang-undang nomor 14
tahun 1970 (LN 1970 : 74) tentang ketentuan-ketentuan
pokok kekuasaan kehakiman.
4. Undang-undang organik
Undang-undang organik adalah undang-undang yang
mengatur materi atau persoalan yang digariskan oleh
ketentuan-ketentuan hukum yang menjadi dasarnya (UUD
45, TAP MPR atau undang-undang (pokok)). Contoh:
undang-undang tentang Anggaran Belanja dan Pendapatan
Negara (APBN) adalah undang-undang organik yang
melaksanakan ketentuan pasal 23 ayat (1) UUD 1945.
5. Undang-undang non organik
Undang-undang non organik mengatur hal-hal yang tidak
ditentukan secara eksplisit oleh UUD, TAP MPR atau
undang-undang (pokok).