Anda di halaman 1dari 11

KULIAH HUKUM TATA NEGARA

Oleh :
Dr. H. Utang Rosidin, SH, MH

FAKULTAS SYARI’AH & HUKUM


UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
LINGKUP KAJIAN HTN
Hukum Menurut Isinya :
1. Hukum Privat (Hk. Perdata)
2. Hukum Publik (Hk. Pidana, HTN, HAN)

Istilah HTN di Indonesia


Hukum Tata Negara istilah Belanda Staatsrecht
Hukum Negara istilah Inggris Constitutional Law
istilah dari Prancis droit constitutionnel

Istilah ini mempunyai arti


Staatsrechtwetenschap (Ilmu Hukum Tata Negara)
Membahas teori-teori ketatanegaraan

Positief Staatsrecht (Hukum Tata Negara Positif)


Membahas konstitusi yang berlaku di suatu negara
Pengertian Hukum Tata Negara
Van Vollenhoven
Hukum Tata Negara mengatur semua masyarakat hukum menurut tingkatannya
dan menentukan wilayah lingkungan rakyatnya dan akirnya menentukan badan-
badan dan fungsinya masing-masing yang berkuasa dalam lingkungan
masyarakat hukum itu, serta menentukan susunan dan wewenangnya dari
badan-badan tersebut.
Menurutnya, Hukum Tata Negara adalah mengkaji negara dalam keadaan statis,
adapun negara dalam keadaan dinamis, dikaji dalam Hukum Administrasi
Negara.

Scholten
Hukum Tata Negara adalah Hukum yang mengatur organisasi dari pada negara.

Van der Pot


Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan yang menentukan badan-badan
yang diperlukan serta wewenangnya masing-masing, hubungannya satu dengan
yang lainnya, dan hubungannya dengan individu-individu.
Logemann
Hukum Tata Negara adalah Hukum yang mengatur organisasi negara.
Menurutnya jabatan merupakan pengertian yuridis dari fungsi, sedangkan fungsi adalah
pengertian yang bersifat sosiologis.

Apeldoorn
Membagi pengertian Hukum Negara dalam arti sempit dan dalam arti luas. Hukum Negara
dalam arti sempit maksudnya adalah Hukum Tata Negara yang menunjukkan orang-orang
yang mempunyai kekuasaan pemerintahan dan batas-batas kekuasaannya. Adapun
Hukum Negara dalam arti luas adalah Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi
Negara.

Kusumadi Pudjosewojo
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur bentuk negara (kesatuan atau federal),
dan bentuk pemerintahan (kerajaan atau republik), yang menunjukan masyarakat hukum
atasan maupun bawahan, beserta tingkatannya, yang selanjutnya menegaskan wilayah
dan lingkungan rakyat dari masyarakat-mayarakat hukum itu dan akhirnya menunjukan
alat-alat perlengkapan dari masyarakat hukum itu beserta susunan, wewenang, tingkatan
diantara alat kelengkapan itu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa :


"Hukum Tata Negara adalah Sekumpulan peraturan hukum yang mengatur
organisasi dari pada negara, hubungan antar alat perlengkapan negara
dalam garis vertikal maupun horizontal, serta kedudukan warga negara
dan hak-hak asasinya.”
Objek Kajian HTN
• Prof. Mr. Burkens
Objek Penyelidikan ilmu hukum tata negara adalah sistem pengambilan
keputusan dalam negara, seperti dapat kita lihat dalam berbagai hukum tata
negara positif, seperti dalam UUD, UU, peraturan berbagai Lembaga Negara,
dan Konvensi.

Prof. Mr. Belinfante


Tidak membatasi pada ketentuan yang diangkat oleh Burkens, akan tetapi yang
tidak diatur dalam hukum positif pun merupakan objek penyelidikan ilmu hukum
tata negara, sebagai contoh adalah pembentukan kabinet.

Prof. Mr. A.M Donner


Objek Penyelidikan Ilmu Hukum Tata Negara adalah Penerobosan Negara
dengan hukum. Artinya, negara sebagai organisasi (kekuasaan/rakyat/jabatan)
diterobos oleh aneka ragam hukum.
Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu
Pengetahuan Lainnya
1. Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Negara
Ilmu Negara merupakan suatu pengantar dan ilmu dasar pokok bagi mata kuliah hukum
tata negara. Oleh karena itu hukum tata negara tidak dapat dipelajari secara ilmiah dan
teratur sebelum terlebih dahulu mempelajari tentang pengetahuan pokok-pokok pada
negara.

2. Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Politik


Ditunjukan oleh Barent dengan perumpamaan bahwa Hukum Tata Negara sebagai
kerangka manusia, sedangkan Ilmu Politik merupakan daging yang ada di sekitarnya.
Hubungan antara HTN dengan Ilmu Politik ini juga terlihat dari lahirnya suatu Undang-
undang, jika diselidiki dari proses pembuatannya, dihasilkan dari perjuangan beberapa
golongan agar kepentingannya terpenuhi. Biasanya golongan yang kuat kedudukannya di
masyarakat, banyak menentukan akan terbentuknya suatu undang-undang.

3. Hubungan Hukum Tata Negara (HTN) dengan Hukum Administrasi Negara (HAN)
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa Hukum tata negara adalah mengkaji negara
dalam keadaan statis, sedangkan Hukum Aministrasi Negara mengkaji Negara dalam
keadaan dinamis, sehingga dari sini kita bisa melihat bahwa ada keterkaitan antara HTN
dengan HAN.
SUMBER HUKUM TATA NEGARA
Sumber hukum menurut Sudikno Mertokusumo dapat diartikan :
1. Sebagai asas hukum, yaitu sesuatu yang merupakan permulaan
hukum, misalnya kehendak tuhan, akal manusia, jiwa bangsa, dan
sebagainya.
2. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan pada
hukum yang sekarang berlaku.
3. Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara
formal kepada peraturan hukum
4. Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum, seperti
dokumen, undang-undang, dan sebagainya.
5. Sebagai sumber terjadinya hukum atau sumber yang menimbulkan
hukum.
Sumber Hukum Tata Negara
1. Sumber Hukum Materil adalah sumber yang menentukan isi kaidah hukum
tata negara, diantaranya adalah :
a. Dasar dan pandangan hidup bernegara
b. Kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat merumuskan
kaidah-kaidah hukum tata negara.
2. Sumber Hukum Formil adalah sumber hukum yang dikenal dari bentuknya.
Dengan bentuknya ini, menyebabkan hukum ini berlaku umum, diketahui dan
ditaati. Sumber hukum ini yaitu :
A. Hukum Perundang-undngan ketatanegaraan
Hukum yang tertulis yang dibentuk dengan cara-cara tertentu oleh pejabat
yang berwenang yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Disebut hukum
perundang-undangan karena dibuat dan dibentuk oleh badan yang
menjalankan fungsi perundang-undangan (legislator).
B. Hukum adat ketatanegaraan
Hukum Adat merupakan hukum asli bangsa Indonesia yang tidak tertulis,
namun tumbuh dan dipertahankan dalam persekutuan masyarakat hukum
adat.
C. Konvensi ketatanegaraan
Konvensi ketatanegaraan adalah hukum yang tumbuh dalam praktek
penyelenggaraan negara untuk melengkapi, menyempurnakan, dan menghidupkan
kaidah-kaidah hukum perundang-undangan atau hukum adat ketatanegaraan.
D. Yurisprudensi ketatanegaraan
Yurisprudensi yaitu kumpulan keputusan-keputusan pengadilan mengenai persoalan
ketatanegaraan yang setelah disusun secara teratur memberikan kesimpulan tentang
adanya ketentuan-ketentuan hukum tertentu yang ditemukan atau dikembangkan
oleh badan-badan pengadilan.
E. Traktat ketatangeraan
Traktat atau Perjanjian Internasional adalah persetujuan yang diadakan oleh
indonesia dengan negara-negara lain, dimana Indonesia telah mengikat diri untuk
menerima hak-hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian yang diadakannya itu.
Perjanjian ni tidak cukup ditandatangani saja, tetapi juga harus diratifikasi sebelum
perjanjian itu mengikat.
F. Doktrin ketatanegaraan
Doktrin ketatanegaraan adalah ajaran-ajaran tentang Hukum Tata Negara yang
ditemukan dan dikembangkan di dalam dunia ilmu pengetahuan sebagai hasil
penyelidikan dan pemikiran seksama berdasarkan logika formal yang berlaku.
HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TAP MPRS NO. TAP MPR NO. III/ UU NO. 10 TAHUN UU No.12 Tahun
XX/MPRS/1966 MPR/ 2000 2004 2011

1. UUD 1945 1. UUD 1945 1. UUD 1945 1. Undang-Undang Dasar


2. Tap MPRS/MPR 2. TAP MPR 2. UU/Perppu Negara Republik Indonesia
3. UU/ Perppu 3. UU 3. PP Tahun 1945
4. PP 4. Perpu 4. Perpres 2. Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat
5. Kepres 5. PP 5. Perda :
3. UU/Perppu
6. Peraturan-peraturan 6. Kepres Perda Provinsi
pelaksana lainnya 4. PP
7. Peraturan Daerah Perda Kab/Kota
Seperti : 5. Perpres
Perdes.
Peraturan Menteri 6. Perda Provinsi
Instruksi Menteri, dan lain- 7. Perda Kabupaten/Kota
lainnya
Adanya tata urutan (hierarki) peraturan perundang-undangan ini mengandung
beberapa prinsip dalam Peraturan perundangan, yaitu :
1. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukannya dapat
dijadikan landasan atau dasar hukum bagi peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah
2. Peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah harus bersumber atau
memiliki dasar hukum dari peraturan perundang-undangan yang tingkatnya
lebih tinggi
3. Isi atau muatan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya
4. Suatu peraturan perundang-undangan hanya dapat dicabut, diganti, atau
diubah dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau paling
tidak dengan yang sederajat
5. Peraturan yang baru akan mengenyampingkan peraturan perundang-
undangan yang lama.

Anda mungkin juga menyukai