Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum mempunyai pengertian yang beraneka ragam, dari segi macam,
aspek dan ruang lingkup yang luas sekali cakupannya. Kebanyakan para ahli
hukum mengatakan tidak mungkin menbuat suatu definisi tentang apa
sebenarnya hukum itu Hukum memiliki ruang lingkup dan aspek yang luas.
Hukum dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan, disiplin, kaidah, tata
hukum, petugas(hukum), keputusan penguasa, proses pemerintahan, perilaku
yang ajeg atau sikap tindak yang teratur dan juga sebagai suatu jalinan nilai-
nilai. Hukum juga merupakan bagian dari norma,yaitu norma Hukum atau
ilmu hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui
Lembaga atau institusi hukum.Untuk mendapatkan sumber-sumber tata
hukum di Republik Indonesia, yang berkaitan dengan sistem pemerintahan,
dalam hal ini terutama sistem pemerintahan pusat. Dan hukum di Indonesia
juga di kenal dengan tata perundang-undangan yaitu suatu susunan peraturan
yang di buat oleh pihak yang berwenang. Bahwa pembentukan peraturan
perundang-undangan merupakan suatu syarat dalam rangka pembentukan
hukum nasional yang hanya dapat terwujud apabila dengan cara metode yang
baku, pasti dan yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat
peraturan perundang-undangan.
Peraturan Perundangan-undangan merupakan instrumen yang dapat
menumbuhkan kesadaran masyarakat suatu bangsa, dimana melalui aturan
tersebut setiap orang dianggap mengetahui batasan hak dan kewajiban.
peraturan mampu menjaga dan melindungi hak-hak warga negara sebagai
salah satu ciri negara hukum. Pada dasarnya Indonesia merupakan negara
hukum (rechstaat) sebagaimana telah ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (3)
Undang-undang Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun 1945. Dan setiap

1
penyusunan peraturan tidak boleh mengabaikan asas dan pedoman
penyusunan perundang-undangan baik dalam perancangan, perumusan
sampai pada penetapannya dalam kerangka mewujudkan cita hukum. Selain
itu, pembuatan produk hukum diharapkan mampu menciptakan keadilan,
kepastian hukum dan kemanfaatan bagi masyarakat sebagaimana yang
tertuang dalam tujuan hukum. Substansi aturan yang diciptakan pun harus
mempunyai unsur yang jelas dan membawa hasil yakni sebuah produk aturan
yang sifatnya implementatif, artinya dapat diterapkan secara maksimal. Tidak
lupa juga adanya hak pengujian sebuah undang-undang dalam tata urutan
pengaturan perundang-undangan ini yang dimaksudkan untuk mengkaji
kelayakan suatu undang-undang sebelum disahkan dan di implementasikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Inilah yang melatar belakangi
pembuatan makalah ini agak kita belajar akan tata urutan suatu peraturan
perundang-undangan.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mengkaji dan mengulas tentang Perbandingan Tata Urutan
Peraturan Perundang-Undangan maka diperlukan subpokok bahasan yang
saling berhubungan, sehingga penyusun membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Peraturan Perundang-Undangan
2. Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3. Menurut Ketetapan MPR
4. Menurut UU No.10 Tahun 2004
5. Menurut UU No.12 Tahun 2011
6. Hak Uji Undang-Undang

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pengantar
Hukum Indonesia dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan

2
penyusun dan pembaca tentang Perbandingan Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan.
BAB II
PEMBAHASAN

Perbandingan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan


2.1 Pengertian Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Perundang-undangan sebagai produk hukum, bukan
merupakan produk politik semestinya ditempatkan sebagai norma yang
digali bersumber pada kemajemukan bangsa Indonesia, kaya akan budaya,
nilai dan pluralisme hukum. Legislatif yang merupakan representasi dari
rakyat bukan lagi mempertimbangkan untung rugi atau kepentingan elite
penguasa dalam menjalankan fungsinya, apakah dalam setiap fungsi
pengawasan, budgeting atau legislasi. Karakteristik tersebut merupakan
wujud dari negara hukum pancasila dimana pembentuk peraturan
perundang-undangan memahami spirit atau filosofi yang terkandung
didalamnya. Bingkai Indonesia sebagai negara hukum mensyaratkan adanya
partisipasi masyarakat dalam mengawal proses pembuatan peraturan
perundang-undangan setiap sidangnya di ranah legislatif menghendaki para
wakil rakyat di parlemen untuk berdialog, berkomunikasi dengan rakyatnya
sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan pembuatan hukum, sehingga
mencapai suatu konsensus bersama, bukan keputusan politik dan
kepentingan penguasa, tanpa membuka ruang-ruang publik yang merupakan
tipologi hukum responsif. Kegagalan legislasi dalam menciptakan produk
hukum yang responsif dan partisipatif akan mengakibatkan pula hilangnya
makna filosofi dari cita hukum Pancasila yang sebenarnya sumbernya dari
akar budaya Indonesia asli. Norma hukum yang dikristalkan menjadi
peraturan perundang-undangan pada akhirnya memiliki tujuan hukum yang
membahagiakan rakyatnya, sehingga mampu menghadirkan produk hukum
yang mengandung nilai keadilan sosial (social justice/substantial justice).

3
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

Menurut prof. Bagir Manan, “Peraturan perundang-undangan adalah setiap


putusan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan oleh Lembaga dan
atau Pejabat Negara yang mempunyai (menjalankan) fungsi legislatif sesuai
dengan tata cara yang berlaku.1

2.2 Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar
(konstitusi) yang tertulis yang merupakan peraturan perundangan-undangan
tertinggi dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.

2.3 Menurut Ketetapan MPR


A. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR
mengenai sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan perundang-
undangan Republik Indonesia2.
Urutannya yaitu :
1) UUD 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Keputusan Presiden;
6) Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan
Instruksi Menteri.
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

1
Jurnal Legislasi Indonesia
2
https://hukum.malangkota.go.id/tata-urutan-peraturan-perundang-undangan-di-indonesia

4
B. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Undang-Undang 3.
Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan perundang-
undangan RI yaitu :
1) UUD 1945;
2) Tap MPR;
3) UU;
4) Peraturan pemerintah pengganti UU;
5) PP;
6) Keppres;
7) Peraturan Daerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam
sidang MPR, yang terdiri dari 2 (dua) macam yaitu :
1. Ketetapan yaitu putusan MPR yang mengikat baik ke dalam atau keluar
majelis
2. Keputusan yaitu putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja

2.4 Menurut UU No. 10 Tahun 2004


Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang pembentukan
peraturan perundang-undangan 4.
Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) UU/Perppu;

3
https://hukum.malangkota.go.id/tata-urutan-peraturan-perundang-undangan-di-indonesia
4
https://hukum.malangkota.go.id/tata-urutan-peraturan-perundang-undangan-di-indonesia

5
3) Peraturan Pemerintah;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah.
Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.

2.5 Menurut UU No. 12 Tahun 2011


Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan menegaskan bahwa Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum negara, dan dalam penjelasan UU
tersebut menyatakan bahwa Penempatan Pancasila sebagai sumber dari
sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan Pancasila
sebagai dasar dan ideologi Negara serta sekaligus filosofis bangsa dan
Negara sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak
boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila 5.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :

1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar
(konstitusi) yang tertulis yang merupakan peraturan perundangan-undangan
tertinggi dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.
2) Ketetapan MPR;
Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam
sidang MPR, yang terdiri dari 2 (dua) macam yaitu :
• Ketetapan yaitu putusan MPR yang mengikat baik ke dalam atau keluar
majelis
• Keputusan yaitu putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja
3) UU/Perpu;
5
https://hukum.malangkota.go.id/tata-urutan-peraturan-perundang-undangan-di-indonesia

6
• Undang-undang adalah peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan Persetujuan bersama Presiden.
• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh presiden dalam hal
ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan : Perppu diajukan
ke DPR dapat menerima/menolak Perppu tanpa melakukan perubahan;
Bila disetujui oleh DPR, Perppu dapat ditetapkan menjadi Undang-
Undang; Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
4) Peraturan Presiden;
Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan.
5) Peraturan Daerah Provinsi;
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi dengan persetujuan Gubernur.
6) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota dengan persetujuan Bupati/Walikota.

2.6 Hak Uji Undang-undang


Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama
dan terakhir yang putusannya bersifat final guna, antara lain menguji
undang-undang terhadap UUD. Putusan final Mahkamah, sebagaimana
dimaksud Pasal 24C UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak
membuka peluang bagi upaya hukum banding, kasasi ataupun upaya
hukum lainnya.Berbeda halnya dengan hak uji (toetsingsrecht) undang-

7
undang yang dimiliki Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung diberi
kewenangan menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang, sebagaimana dimaksud Pasal 24 A UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Kewenangan pengujian peraturan perundang-undangan yang


menjadi kewenangan Mahkamah Agung merupakan bagian dari fungsi
peradilan (justitieele functie) mahkamah dalam pemeriksaan tingkat kasasi
namun pengujian peraturan perundang-undangan sedemikian dapat pula
dimohonkan langsung kepada Mahkamah Agung (vide pasal 11ayat (3)
Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman).

Pengujian undang-undang yang menjadi kewenangan Mahkamah


Konstitusi adalah menguji secara konstitusionalitas suatu undang-undang,
menguji sejauh mana undang-undang yang bersangkutan bersesuai atau
bertentangan (tegengesteld) dengan UUD. Constitutie is de hoogste wet!
Judicial Review di Mahkamah Konstitusi Manakala Mahkamah Konstitusi
memandang suatu undang-undang bertentangan dengan UUD maka
undang-undang tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Menurut Pasal 51 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003


tentang Mahkamah Konstitusi, terdapat 2 (dua) macam pengujian undang-
undang, yakni:

– Pengujian undang-undang secara formal (formele toetsing),


yaknipengujian terhadap suatu undang-undang dilakukan karena
prosespembentukan undang-undang tersebut dianggap pemohon tidak
memenuhiketentuan berdasarkan Undang-Undang Dasar.
– Pengujian undang-undang secara materiil (materieele toetsing), yakni
pengujian terhadap suatu undang-undang dilakukan karena terdapat materi

8
muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang yang dianggap
pemohon bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

Dalam hal suatu pembentukan undang-undang tidak memenuhi


ketentuan pembentukan undang-undang berdasarkan UUD maka undang-
undang tersebut dinyatakan Mahkamah Konstitusi tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat. Apabila suatu materi muatan ayat, pasal
dan/atau bagian undang-undang dinyatakan mahkamah bertentangan
dengan UUD maka materi muatan ayat,pasal dan/atau bagian undang-
undang tersebut tidak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat [Pasal
57 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003].

Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan permohonan


wajib dimuat dalam Berita Negara, dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari kerja sejak putusan diucapkan. Undang-undang yang diuji
tetap berlaku,sebelum ada putusan yang menyatakan bahwa undang-
undang tersebut bertentangan dengan UUD (Pasal 57 ayat 3 dan Pasal 58
Undang-UndangNomor 24 Tahun 2003).

Mahkamah Konstitusi tidak membatalkan keberlakuan suatu


undangundang tetapi menyatakan bahwasanya suatu undang-undang, atau
materi ayat, pasal dan/atau bagian undang-undang tidak lagi mempunyai
kekuatan hukum mengikat (not legally binding). Mahkamah tidaklah dapat
mengubah rumusan redaksi ayat, pasal dan/atau bagian undang-undang6.

6
https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/prosedur-berperkara/hak-uji-materiil-ppu

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, terdapat
berbagai macam perbandingan tata urutan dalam sebuah peraturan perundang-
undangan, dimana baik dari UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu
sendiri sampai ke Undang-Undang No.12 Tahun 2011 memiliki tata urutan yang
berbeda-beda dalam setiap isinya.
Dan adapun setiap undang-undang yang telah dibuat harus di uji kelayakannya,
sebagai pembuktian apakah isi dari undang-undang tersebut sesuai atau
bertentangan dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
merupakan hukum dasar (konstitusi) tertulis dimana merupakan peraturan
perundangan-undangan tertinggi dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan
nasional.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa hukum yang mempelajari hukum Indonesia dengan
disusunnya makalah ini diharapkan agar dapat belajar dan mengetahui tentang arti
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia
ini sesuai dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

10
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal LEGISLASI INDONESIA

https://hukum.malangkota.go.id/tata-urutan-peraturan-perundang-
undangan-di-indonesia/#:~:text=Peraturan%20Perundang%2Dundangan
%20adalah%20peraturan,ditetapkan%20dalam%20Peraturan
%20Perundang%2Dundangan.

https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/prosedur-berperkara/hak-uji-
materiil-ppu#:~:text=Hak%20uji%20materiil%20(HUM)
%20adalah,perundang%2Dundangan%20yang%20lebih%20tinggi.

11

Anda mungkin juga menyukai