Anda di halaman 1dari 18

Hukum Tata Negara

Pengantar Hukum Indonesia

110110210329 Diinah Diyaanah


110110210345 Gloria Fransisca
110110210303 Yoan Shevila Kristiyenda
A. PENDAHULUAN

Hukum adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat norma-norma dan


aturan- aturan yang mengatur tingkah laku manusia.Ada pula yang menyebutkan
hukum merupakan aturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang dapat mengatur
masyarakat dan dikenai sanksi jika melanggarnya.

Dengan adanya hukum,tingkat kejahatan akan berkurang.Pemegang kekuasaan


tidak dapat berlaku sewenang-wenang karena telah dibatasi oleh hukum.Selain itu
hukum membantu untuk melindungi hak dan kewajiban setiap warga negara.Maka dari
itu negara harus memiliki sistem hukum yang tepat.

Ketika hukum ditegakkan, maka perkara akan diselesaikan. Dalam


penyelesaiannya perlu melalui proses pengadilan yang sesuai dengan aturan yang
berlaku. Hakikatnya, tujuan hukum yaitu universal dengan terwujudnya ketentraman,
ketertiban dan kesejahteraan masyarakat.

Hukum juga memiliki beberapa tujuan. Dengan adanya hukum, kemakmuran


masyarakat akan terjamin. Pergaulan masyarakat akan lebih tertata dan menjadi
petunjuk atau pedoman dalam menghadapi keputusan negara. Hukum juga digunakan
sebagai sarana mewujudkan keadilan sosial dan sebagai penegak
pembangunan.Semua hukum yang berlaku di negara manapun pasti memiliki unsur
tersendiri.Dengan begitu,hukum yang berlaku dapat diakui oleh warga negara tersebut.

Hukum memiliki banyak cabang antara lain hukum administrasi negara,hukum


internasional dan hukum tata negara,hukum tata negara juga merupakan sebuah
hukum yang wajib kita ketahui tentang apa-apa saja yang harus dibahas dalam hukum
tata negara ini,oleh karena itu tujuan saya membuat atau mengangkat hokum tata
negara sebagai tema makalah saya adalah untuk bisa menambah wawasan kita
tentang apa itu hukum tata negara tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa hal yang akan dibahas seperti berikut :
a. Apa itu Hukum Tata Negara?
b. Apa tujuan Hukum Tata Negara?
c. Apa saja sumber Hukum Tata Negara?
d. Apa saja Asas-Asas yang berlaku pada Hukum Tata Negara?
e. Bagaimana ruang lingkup Hukum Tata Negara?

C. Pembahasan
a. Pengertian Tata Negara

Hukum Tata Negara merupakan istilah yang berasal dari bahasa Belanda
Staatsrecht yang artinya adalah hukum Negara. Staats berarti negara-negara,
sedangkan recht berarti hukum. 1Tata Negara berarti sistem penataan negara yang
berisi ketentuan mengenai struktur kenegaraan dan mengenai substansi norma
kenegaraan. Dengan kata lain, Hukum Tata Negara merupakan cabang Ilmu Hukum
yang membahas mengenai tata struktur kenegaraan, mekanisme hubungan antar
struktur kenegaraan, serta mekanisme hubungan antara struktur negara dengan warga
negara.

Mengenai definisi hukum tata negara masih terdapat perbedaan pendapat di antara ahli
hukum tata negara. Berikut pengertian Hukum Tata Negara menurut beberapa ahli :
1. 2Cristian Van Vollenhoven Hukum Tata Negara mengatur semua masyarakat hukum
atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatan-tingkatannya, yang masing-

1DennisaTrischa Aditya “Hukum Tata Negara Menurut Para Ahli Baik Diluar Negeri
Ataupun Di Indonesia” Osf Preprints | Jelaskan Istilah Dan Pengertian Hukum Tata
Negara Menurut Para Ahli Baik Diluar Ataupun Di Indonesia diakses pada tanggal 12
Septembeer 2021.

2Eka N.A.M. Sihombing, Irwansyah “HUKUM TATA NEGARA” HUKUM TATA


NEGARA - EKA N.A.M. SIHOMBING, IRWANSYAH - Google Buku h.2
masing menentukan wilayah atau lingkungan rakyatnya sendiri-sendiri, dan
menentukan badan-badan dalam lingkungan masyarakat hukum yang bersangkutan
beserta fungsinya masing-masing, serta menentukan pula susunan dan wewenangnya
dari badan-badan tersebut.

2. J. H. A. Logemann Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi


negara. Negara adalah organisasi jabatan-jabatan. Jabatan merupakan pengertian
yuridis dan fungsi, sedangkan fungsi merupakan pengertian yang bersifat sosiologis.
Karena negara merupakan organisasi yang terdiri dari fungsi-fungsi dalam
hubungannya satu dengan yang lain maupun dalam keseluruhannya, maka dalam
pengertian yuridis, negara merupakan organisasi jabatan.

3. J. R. Stellinga Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur wewenang dan
kewajiban alat-alat perlengkpan negara, mengatur hak dan kewajiban warga negara.

4. 3Kusumadi Pudjosewojo Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur bentuk
negara dan bentuk pemerintahan, yang menunjukkan masyarakat hukum yang atasan
maupun yang bawahan, beserta tingkatan-tingkatannya yang selanjutannya
menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat-masyarakat hukum itu dan
akhirnya menunjukkan alat-alat perlengkapan yang memegang kekuasaan dari
masyarakat hukum itu, beserta susunan, wewenang, tingkatan imbangan dari dan
antara alat perlengkapan negara itu.

5. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim Hukum Tata Negara dapat dirumuskan sebagai
sekumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi dari pada negara, hubungan
antar alat perlengkapan negara dalam garis vertikal dan horizontal, serta kedudukan
warga negara dan hak azasinya

3Putri Hasri Wahyuni. S “Hukum Tata Negara” OSF Preprints | UTS resume HTN
diakses pada 12 September 2021.
6. Paul Scholten Menurut Paul Scholten, Hukum Tata Negara itu tidak lain adalah het
recht dat regelt de staatsorganisatie, atau hukum yang mengatur tata organisasi
negara. Dengan rumusan demikian, Scholten hanya menekankan perbedaan antara
organisasi negara dari organisasi non-organisasi, seperti gereja dan lain-lain.

7. Van Der Pot Hukum Tata Negara adalah peratuaran-peraturan yang menentukan
badan-badan yang diperlakukan beserta kewenangannya masing-masing,
hubungannya satu sama lain, serta hubungannya dengan individu warga negara dan
kegiatannya. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hukum
tata negara adalah hukum yang mengatur organisasi negara, hubungan alat
perlengkapan negara, susunan dan wewenang serta hak dan kewajiban warga negara.

b. Tujuan Hukum Tata Negara

4Berikut adalah beberapa tujuan dari hukum tata negara :

1. Menyebarluaskan pengertian-pengertian baru yang


terkandung pada Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 pasca-amandemen.
2. Mendorong supaya muncul kesadaran warga negara
Indonesia akan hak dan kewajiban asasinya sebagai
subjek Hukum Tata Negara Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
3. Membantu para pemula memahami garis besar ruang
lingkup ilmu pengetahuan tentang Hukum Tata
Negara.

4Adinda Febrian Gumanti “Perkembangan Tata Urutan Peraturan Perundang -


Undangan Yang Pernah Ada” OSF Preprints | Tata peraturan perundang-undangan
yang pernah ada di indonesia h.5
4. Mengakrabkan masyarakat Indonesia dengan
pengetahuan tentang Hukum Tata Negara.
5. Mendorong perkembangan lebih lanjut Studi tentang
Hukum Tata Negara di Indonesia.

c. Sumber – sumber hukum tata negara

Indonesia adalah negara kesatuan yang ber bentuk republik. Dalam mengatur
kehidupan berbangsa dan berne gara haruslah mempunyai kaidah-kaidah hukum yang
jelas dan tidak bertentangan dengan hukum tata negara. Dengan begitu sumber hu
kum tata negara Indonesia pada dasarnya adalah segala bentuk dan wujud peraturan
hukum tentang ketatanegaraan yang beresensi dan bereksistensi di Indonesia dalam
suatu sistem dan tata urutan yang telah diatur.

Pasal 1 Tap MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan menentukan, bahwa :

(1) Sumber Hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk menyusun peraturan
perundangan-undangan;
(2) Sumber Hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum tidak tertulis;
(3) Sumber hukum dasar nasional adalah:
(a) Pancasila sebagaimana tertulis dalam Pembukaan UUD 1945;
(b) Batang Tubuh UUD 1945 (Pasal-Pasal dalam UUD 1945).

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Tap MPR Nomor III/MPR/2000 tersebut setidaknya


terdapat tiga subtansi dasar yang diatur: Pertama, mengenai pengertian sumber
hukum, yaitu bahwa yang dimaksud sumber hukum adalah sumber yang menjadi bahan
dalam penyusunan aturan-aturan hokum (peraturan perundang-undangan). Kedua,
mengenai jenis sumber hokum, yaitu sumber hukum tertulis dan tidak tertulis. Ketiga,
sumber hukum dasar nasional Indonesia yang meli puti Pancasila dan Pasal-Pasal
dalam UUD 1945.
Secara umum sumber hukum tata negara Indonesia dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu:
(1) sumber hukum materiil; dan
(2)sumber hukum formal.

1. Sumber Hukum Materiil Pancasila

5Sumber hukum materiil adalah Sumber hukum yang menen tukan isi hukum.
Sumber ini diperlukan ketika akan meyelidiki asal usul hukum dan menentukan isi
hukum. Misalnya, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang
kemudian menjadi falsafah negara merupakan sumber hukum dalam arti materiil yang
tidak saja menjiwai bahkan dilaksanakan oleh setiap peraturan hukum. Karena
pancasila merupakan alat penguji untuk setiap peraturan hukum yang belaku, apakah ia
bertentangan atau tidak dengan pancasila, sehingga peraturan hukum yang
bertentangan dengan pancasila tidak boleh berlaku.

Menurut Tap. MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Tata Urutan Peraturan


Perundang-undangan Republik Indonesia, yang menjadi sumber hukum materiil
perundang-undangan Republik Indonesia adalah Pancasila. Artinya, bahwa "Pancasila'
merupakan sumber tertib hukum dalam arti sumber dari segala sumber hukum, hal ini
men gandung pengertian bahwa Pancasila merupakan pandangan hidup, kesadaran
dan cita-cita hukum serta cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan
bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial, per damaian nasional dan mondial, cita-cita
mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral yang meliputi suasana
kejiwaan serta watak dari rakyat negara Indonesia.

5Titik Triwulan Tutik, S.H., M.H. “KONSTRUKSI HUKUM TATA NEGARA INDONESIA
PASCA AMENDEMEN UUD 1945” Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945 - Dr. Titik Triwulan Tutik, S.H., M.H. - Google Books h.39
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum juga mengandung
pengertian, bahwa semua sumber hukum yang berlaku di Indonesia (baik formal
maupun materiil) seluruhnya bersumber pada Pancasila. Menurut Tap. MPRS No.
XX/MPRS/1966, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum mewujudkan
dirinya dalam: Pro klamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945; (2) Dekrit Presdien 5 Juli 9;
(3) UUD Proklamasi; dan (4) Supersemar 11 Maret 1966.

Di dalam sistem norma hukum negara Indonesia Pancasila merupakan norma


fundamental hukum (staatsfundamentalnorm) yang merupakan norma hukum yang
tertinggi, yang kemudian berturut-turut diikuti oleh norma hukum di bawahnya."

Ada beberapa alasan mengenai Pancasila sebagai sumber dari se gala sumber hukum
dalam arti materiil:
1. Pancasila merupakan isi dari sumber hukum;
2. Pancasila merupakan pandangan hidup dan falsafah negara;
3. Pancasila merupakan jiwa dari setiap peraturan yang dibuat, diberlakukan, segala
sesuatu peraturan perundang-undangan atau hukum apa pun yang bertentangan
dengan jiwa 'Pancasila' harus di cabut dan dinyatakan tidak berlaku.

2. Sumber Hukum Formal

6Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang dikenal dalam bentuknya.
Karena bentuknya itulah sumber hukum formal diketahui dan ditaati sehingga hukum
berlaku umum. Selama belum mempu nyai bentuk, suatu hukum baru merupakan
perasaan hukum dalam masyarakat atau baru merupakan cita-cita hukum, oleh
karenanya be lum mempunyai kekuatan mengikat."

6Titik Triwulan Tutik, S.H., M.H. “KONSTRUKSI HUKUM TATA NEGARA INDONESIA
PASCA AMENDEMEN UUD 1945” Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945 - Dr. Titik Triwulan Tutik, S.H., M.H. - Google Books h.41
Menurut Philipus M. Hadjon," dalam sumber-sumber hukum dalam arti formal
diperhitungkan terutama bentuk tempat hukum itu dibuat menjadi positif oleh instansi
pemerintah yang berwenang'. mDengan kata lain, bentuk wadah sesuatu badan
pemerintah tertentu dapat menciptakan hukum.

Sumber-sumber hukum formal meliputi:


(1) Peraturan Perundang undangan (aturan hukum);
(2) Kebiasaan (costum) dan adat;
(3) Perjanjian antar negara (traktat/treaty);
(4) Keputusan-keputusan hakimi (jurisprudensi);
(5) Pendapat atau pandangan ahli hukum (dok trin).

a. Undang-undang

Istilah undang-undang di sini berbeda dengan istilah undang undang dalam


undang-undang yang disebutkan dalam hukum tata negara Indonesia. Karena undang-
undang dalam hukum tata negara Indonesia adalah produk legislatif presiden
(pemerintah) bersama sama Dewan Perwakilan Rakyat. Seperti ditetapkan Pasal 5
Ayat 1 dan Pasal 20 UUD 1945 yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa
negara.

Pertama, undang-undang dalam arti formal, ialah setiap keputusan pemerintah


yang merupakan undang-undang karena cara pembuat annya (terjadinya). Misalnya,
pengertian undang-undang, menurut ketentuan UUD 1945 hasil amendemen adalah
bentuk peraturan yang dibuat pemerintah bersama-sama DPR.

Kedua, undang-undang dalam arti materiil ialah setiap keputusan pemerintah


yang menurut isinya mengikat langsung setiap penduduk. Sistem dan Tata Urutan
Perundangan Republik Indonesia telah diatur dalam Tap. MPRS No. XX/MPRS/1966,
yang oleh Tap. MPR No. V/MPR/1973 dinyatakan tetap berlaku. Sumber-sumber
hukum formal tersebut adalah UUD 1945, dengan tata urutan peraturan perundang-
undangan meliputi:
(1) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945);
(2) Ketetapan MPRS/MPR;
(3) Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU):
(4) Peraturan Pemerintah (PP);
(5) Keputusan Presiden (Kepres);
(6) Peraturan-peraturan pelaksana lainnya seperti: Peraturan Menteri, Instruksi Menteri,
Peraturan Daerah (Perda), dan sebagainnya.

Dalam rangka pembaruhan sistem peraturan perundang-undang an di era


reformasi, Sidang Tahunan PR Tahun 2000 telah men etapkan Ketetapan No.
III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan. Dalam Pasal 2 diten tukan bahwa tata urutan peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia adalah: (1) Undang-Undang Dasar 1945; (2) Ketetapan
MPR: (3) Undang-undang; (4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang: (5)
Peraturan Pemerintah: (6) Keputusan Menteri: dan (7) Peraturan daerah.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 7 Avat (1) UU No. 10 Tahun 2004 Tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan me nentukan jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan meliputi: (1) UUD 1945; (2) Undang-undang
(UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu): (5) Peraturan
Pemerintah (PP): (4) Peraturan Presiden; dan (5) Peraturan daerah (Perda).

Pasal 7 Ayat (2) UU No. 10 Tahun 2004 menentukan bahwa per aturan daerah
meliputi: (1) Peraturan Daerah Provinsi yang dibuat oleh DPRD Provinsi bersama
gubernur; (2) Peraturan Daerah Kabupaten Kota yang dibuat oleh DPRD Kabupaten
bersama Bupati Wali Kota: dan (3) Peraturan Desa peraturan yang setingkat, dibuat
oleh badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau
nama lainnya.
1) Undang-Undang Dasar (UUD)

Pada umumnya sebelum suatu negara berdiri, maka dipersiapkan terlebih


dahulu undang-undang dasar (UUD)-nya. Yang menjadi per tanyaan mengapa suatu
UUD harus dipersiapkan? Apakah UUD itu? Samakah UUD dengan konstitusi?

Istilah Undang-Undang Dasar (UUD) merupakan terjemahan is tilah Belanda


grondwet. Wet megandung arti undang-undang, sedang kan grond mengandung arti
dasar. Dalam kepustakaan Belanda, istilah grondwet disamakan dengan istilah
constitutie. Kalau dalam grondwet terdapat geschreven grondwet (UUD tertulis) dan
ongeschreven grondwet (UUD tak tertulis), hal ini juga berlaku dalam konstitutie.
Dengan demikian dalam kepustakaan Belanda grondwet dan consti tutie mempunyai
makna sama.

Secara umum istilah UUD diartikan sebagai hukum dasar tertu lis, karena di
samping UUD ini berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, yang merupakan sumber
hukum, misalnya kebiasaan-kebi asaan (konvensi), traktat dan sebagainya.

Menurut K. Wantjik Saleh :

UUD adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi dalam suatu negara, yang
menjadi dasar segala peraturan perundang undangan. Dengan kata lain, badrva semua
pera Turan perundang-undangan harus tunduk pada Undang Undang Dasar atau tidak
boleh bertentangan dengan UUD.

Menurut Joeniarto :

UUD adalah suatu dokumen yang mengang yug aturan-atur an dan ketentuar
ketentuan ang poke atau dasar dansar mengenai ketatanegaraan daripada suatu
negara yang lazim kepadanya diberikan sifat lihur dan kekal dan apabila akan
mengadakan perubahan hanya boleh dilakukan dengan prosedur yang berat kalau
dibandingkan dengan cara pembuatan atau perubahan bentuk-bentuk peraturan dan
ketetapan lainnya.

Isi suatu UUD pada pokoknya menggambarkan cita-cita suatu bangsa, garis
besar, asas dan tujuan negara, pengaturan tata tertib pelbagai lembaga negara,
penyebutan hak-hak asasi manusia, peng atura tentang perundang-undangan dan
segala sesuatu yang bersifat pengaturan secara dasar, sehingga ia merupakan suatu
frame work of the nation.

Sebagai sumber hukum formal, UUD 1945 memiliki arti: Pertama, merupakan
hukum dasar tertulis yang mengatur masalah kenegaraan. Kedua, merupakan hukum
dasar bagi pengembangan peraturan, un dang-undang atau penetapan-penetapan
lainnya mengenai sesuatu khusus yang berkaitan dengan kepentingan negara dan
masyarakat harus berintikan pada UUD 1945 atau pasal-pasalnya. Oleh karena itu,
jelaslah bahwa UUD 1945 menjadi inti, sumber hukum-hukum lainnya. Dengan kata lain
UUD 1945 merupakan bentuk peraturan perundang-undangan yang tertinggi yang
memuat ketentuan-keten tuan pokok dan menjadi dasar serta sumber bagi semua
peraturan perundang-undangan bawahan dalam negara.

2) Ketetapan MPRS/MPR

Ketetapan MPR dibuat dan ditetapkan oleh MPR. Istilah Ketetapan dalam Tap.
MPR/MPRS sebenarnya tidak ada dalam UUD 1945. Istilah ini diambil MPRS pada
Sidang Pertama, dari bunyi Pasal 5 UUD 1945, di mana terdapat sumber hukum,
bahwa MPR ber wenang menetapkan UUD, GBHN, memilih presiden dan wapres dan
sebagainya. Kemudian oleh Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 dijadikan sebagai
salah satu bentuk peraturan perundang-undangan (sumber hukum).

Bentuk peraturan yang bernama ketetapan MPR ini untuk per tama kali keluar pada
tahun 1960, yaitu Ketetapan MPR Sementera: RI No. 1/MPRS/1960 tentang Manifesto
Polit RI sebagai GBHN.
3) Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Un dang-undang
(Perpu)

7Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Un dang sebagai


sumber hukum dapat dilihat dari Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 5 ayat (1)
dan pasal 20 ayat (1) serta pasal 22. Undang-Undang ini selain berfungsi
melaksanakan Un dang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara/Majelis Permusyawaratan Rakyat, juga meng atur hal-hal yang tidak
diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 maupun Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara/ Majelis Permusyawaratan Rakyat. Undang-
Undang sebagai pelak sana dari Undang-Undang Dasar 1945, umpamanya Undang
Undang Nomor 16/1969, tentang anggota Majelis Permusyawarat an Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, adalah pelaksanaan dari
pasal 2 (ayat (1) dan pasal 19 Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang sebagai
pelaksana dari Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Se mentara antara lain
adalah Undang-Undang no. 15/1969 tentang Pemilihan Umum sebagai pelaksanaan
dari ketetapan Majelis Per musyawaratan Rakyat Sementara no. 1/MPRS/1966 jo no.
XLII MPRS 1968. Undang-Undang yang bukan merupakan pelaksana an dari Undang-
Undang Dasar 1945 atau Ketetapan Majelis Per. musyawaratan Rakyat
Sementara/Majelis Permusyawaratan Rak yat adalah umpamanya Undang-Undang no.
1/1974 tentang Per kawinan. Undang-Undang yang melaksanakan pasal-pasal terten tu
dari Undang-Undang Dasar 1945 disebut Undang-Undang Or ganik, umpamanya
Undang-Undang no. 16/1969.

Bentuk peraturan lain yang juga merupakan sumber hukum yang sederajat
dengan Undang-Undang ialah Peraturan Pemerin tah Pengganti Undang-Undang
(Perpu). Sebenarnya dari namal dan badan yang menetapkannya, tingkat Perpu, ini
adalah di ba wah Undang-Undang. Tetapi karena bentuk peraturan ini dimak sud

7 Moh. Kusnardi S.H., Harmaily Ibrahim S.H. “TATA NEGARA INDONESIA” h. 46.
sebagai pengganti Undang-Undang, maka derajatnya sama dengan Undang-Undang.
Perpu, ini ditetapkan oleh Presiden dalam hal kegentingan yang memaksa, yang kalau
ditetapkan dalam ben. tuk Undang-Undang akan membutuhkan waktu yang cukup
lama, sedangkan keadaan yang genting itu harus segera dapat diatasi, sehingga
kepada Presiden diberikan hak untuk menetapkan Per aturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang, dengan syarat bah wa Presiden harus meminta persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam sidang berikutnya. Kalau Dewan Perwakilan Rakyat menye
tujuinya maka Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang itu dijadikan Undang-
Undang. Sebaliknya kalau Dewan Perwakilan Rakyat menolaknya, maka Presiden
harus mencabut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut. Hal ini
diatur da lam pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945.

4). Peraturan Pemerintah

Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) untuk men jalankan


undang-undang sebagaimana mestinya (Pasal 5 Ayat 2 UUD 1945). PP ini memuat
aturan-aturan yang bersifat umum. Karena peraturan pemerintah diadakan untuk
meaksanakan undang-undang, maka tidak mungkin bagi presiden menetapkan
peraturan pemerintah sebelum ada undang-undang. Peraturan pemerintah memuat
aturan aturan umum untuk melaksanakan undang-undang. Sebagai con toh Peraturan
Pemerintah Nomor Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagai pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

5. Keputusan Presiden

Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang dan


Peraturan Pemerintah adalah bentuk-bentuk per aturan yang disebut oleh Undang-
Undang Dasar 1945. Tidak de mikian halnya dengan Keputusan Presiden Keputusan
Presiden sebagai bentuk peraturan yang baru, ditetapkan oleh Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara no. XX/MPRS/ 1966. Keputusan Presiden ini
dimaksud untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan
Majelis Per musyawaratan Rakyat Sementara/Majelis Permusyawaratan Rak yat dalam
bidang eksekutif, atau Peraturan Pemerintah, dan ber sifat sekali (einmahlig).

6. Peraturan pelaksana lannya.

Yang dimaksud dengan peraturan pelaksanaan lainnya ada lah bentuk-bentuk


peraturan yang ada setelah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara no.
XX/MPRS/1966, dan harus bersumber kepada peraturan perundangan yang lebih
tinggi, umpamanya Peraturan Menteri, Peraturan Daerah dan sebagainya. Sumber-
sumber hukum formil dari Hukum Tata Negara ter sebut di atas, adalah sesuai dengan
Ketetapan Majelis Permusya waratan Rakyat Sementara no. XX/MPRS/1966, 38) yang
kemu dian oleh Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat no. V/MPR/1793
dinyatakan berlaku. 39).

d. Asas – asas Hukum tata negara

1.Asas Pancasila

8Asas pancasila adalah sumber hukum materil karena itu setiap pengaturan isi
peraturan perundangan tidak boleh bertentangan pada Pancasila dan bila terjadi maka
peraturan tersebut harus segera dicabut. Pancasila sebagai asas Hukum Tata Negara
bisa dilihat dari: Asas Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila Ke-1). Asas Prikemanusiaan
(Sila Ke-2). Asas Kebangsaan (Sila Ke-3). Asas Kedaulatan Rakyat (Sila Ke-4) Asas
keadilan (Sila Ke-5)

2.Asas Kedaulatan Rakyat

8
Adinda Febrian Gumanti “Perkembangan Tata Urutan Peraturan Perundang -
Undangan Yang Pernah Ada” OSF Preprints | Tata peraturan perundang-undangan
yang pernah ada di indonesia h.6
Dalam Hukum Tata Negara pengertian kedaulatan bisa relatif, maksudnya bahwa
kedaulatan itu tidak hanya dikenal pada negara-negara yang memiliki kekuasaan penuh
keluar dan kedalam tapi juga dapat dikenakan kepada negara-negara yang
berhubungan pada sebuah perjanjian yang berbentuk traktat atau dalam bentuk
konfederasi atau federasi.kedaulatan tersebut tidak terpecah-pecah karena dalam suatu
negara hanya ada satu kekuassan yang teringgi. Kedaulatan rakyat adalah bahwa
rakyatlah yang memiliki wewenang yang tertinggi yang menentukan segala wewenang
dalam negara kedaulatan rakyat diwakilkan pada MPR, kekuasaan majelis itu nyata dan
ditentukan oleh UUD tapi oleh karena majelis merupakan sebuah badan yang besar
dan lamban sifatnya maka ia menyerahkan lagi kepada badan-badan yang ada
dibawahnya.

3.Asas Negara Hukum

Yang dimaksud dengan Negara Hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang
menjamin keadilan pada warga Negaranya. Keadilan adalah syarat bagi tercapainya
kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan perlu
di ajarkan rasa susila pada setiap manusia supaya dia menjadi warga Negara yang
baik. Demikian pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada bila peraturan
hukum itu mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup antar warga negaranya.

4.Asas Pembagian Kekuasaan

Pengertian pembagian kekuasaan beda dari pengertian pemisahan kekuasaan.


Pemisahan kekuasaan artinya bahwa kekuasaan Negara itu terpisah-pisah dalam
beberapa bagian, baik mengenai orangnya ataupun fungsinya. Kenyataan
menunujukan bahwa sebuah pemisahan kekuasaan murni tidak bisa dilaksanakan.
Karena itu pilihan jatuh kepada istilah pembagian kekuasaan yang artinya bahwa
kekuasaan itu dibagi-bagi dalam beberapa bagian, namun tidak dipisahkan. Hal
membawa konsekuensi bahwa di antara bagian-bagian tersebut dimungkinkan adanya
kerjasama.

5.Asas Negara Kesatuan


Salah satu cara untuk menjaga keutuhan negara ini yakni dengan membentuk hukum
tata negara yang bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini. Terkandung dalam
UUD 1945, pasal 1 ayat (1) sudah ditegaskan bahwa Indonesia merupakan suatu
negara kesatuan yang berbentuk republik. Setiap hukum tata negara yang hendak
dibentuk harus memperhatikan pada hal ini. Tidak dibenarkan adanya materi di dalam
hukum tata negara yang mempunyai peluang untuk memecah belah bangsa ini. Oleh
sebab itu, salah satu tahapan kebijakan publik adalah menguji kebijakan publik, semata
untuk mencegah supaya kebijakan publik tersebut berpotensi menjadi penyebab konflik
sosial

e. Ruang Lingkup Hukum Tata Negara

9Ruang lingkup Hukum Tata Negara dalam pembahasan ini adalah penyelidikan Hukum
Tata Negara dalam arti sempit menurut Logemen

1) Jabatan-jabatan apa yang terdapat di dalam susunan ketatanegaran tertentu

2) Siapa yang mengadakannya

3) Bagaimana cara memperlengkapi mereka dengan pejabat-pejabat

4) Apa yang menjadi tugasnya (lingkup pekerjaanya)

5) Apa yang menjadi wewenangnya

6) Perhubungan kekuasaan satu sama lain

7) Di dalam batas-batas Organisasi (dan bagian-bagiannya) menjalankan tugasnya.

9Drs. Abu Tamrin, SH. M.Hum Nur Habibi Ihya, SHI, MH “HUKUM TATA NEGARA”
BAB I (uinjkt.ac.id) h.29
D. Daftar Pustaka

ADITYA, D. T. (2020). HUKUM TATA NEGARA MENURUT PARA AHLI BAIK


DILUARNEGERI ATAUPUN DI INDONESIA. Retrieved from https://osf.io/qxznp
Drs. Abu Tamrin, S. M. (2010). HUKUM TATA NEGARA. Retrieved from
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44412/1/ABU%20TAM
RIN-FSH.pdf
Guman, A. F. (2020). PERKEMBANGAN TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGANYANG PERNAH ADA. Retrieved from https://osf.io/tdj8n

S.H., M. K. (1976). HUKUM TATA NEGARA INDONESIA.


Titik Triwulan Tutik, S. M. (2020). KONSTRUKSI HUKUM TATA NEGARA INDONESIA
PASCA AMENDEMEN UUD 1945. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=HW7IDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=P
R5&dq=Sumber+hukum+materiil+adalah+Sumber+hukum+yang+menen+tukan+
isi+hukum.+Sumber+ini+diperlukan+ketika+akan+meyelidiki+asal+usul+hukum+
dan+menentukan+isi+hukum.+Misalnya,+Pancasila+se
Wahyuni., P. H. (n.d.). Hukum Tata Negara. Retrieved from https://osf.io/mr5h2

Anda mungkin juga menyukai