Anda di halaman 1dari 9

Hukum Tata Negara

“ Sumber Hukum Tata Negara“

Dosen Pengampu :
Kholis Bidayati, S.H, M.A

Disusun Oleh :

Arif Rizwan Padila


(21150008)
Akbar Bayu Pratama
(21150009)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA JAKARTA
(UNUSIA)
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum tata negara berdasarkan doktrin ilmu pengetahuan hukum, lazimnya dipahami
sebagai bidang ilmu hukum tersendiri yang membahas mengenai struktur ketatanegaraan dalam
arti statis, mekanisme hubungan antara kelembagaan negara, dan hubungan antara negara dengan
warga negara.1Hukum tata negara dari berbagai definisi para ahli, terdapat kesamaan pendapat
bahwa merupakan norma yang mengatur mengenai penataan dalam penyelenggaraan sebuah
organisasi sosial yang disebut negara. Unsur pokok dalam hukum tata negara adalah konstitusi
yang artinya, kalau kita akan mempelajari tentang hukum tata negara maka yang utama harus
dipelajari adalah konstitusi atau hukum dasar.1
Hukum positif yang baik dan efektif adalah hukum yang sesuai dengan living law yang
sebagai inner order dari masyarakat mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalamnya. Oleh karena
itu, merupakan sebuah keharusan dalam pembentukan undang-undang harus banyak
memperhatikan apa yang ada dan berkembang dalam realitas kehidupan masyarakat. Untuk
mewujudkan kepastian dan keserasian dalam hukum serta kesatuan tafsiran, maka perlu secara riil
dan objektif. Selama ini, timbul anggapan sinis bahwa yang merupakan sumber hukum hanya pada
teks-teks yang telah terkodifikasi. Selain itu bukanlah sumber hukum. Mengenai hal itu maka,
makalah ini akan membahas mengenai sumber hukum tata negara.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana definisi sumber hukum?


2) Apa saja sumber hukum tata negara ?
3) Bagaimana hierarki perundang – undangan di Indonesia menurut UU No.10 Tahun
2004 dan UU No. 12 Tahun 2011 ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi sumber hukum.


2. Untuk mengetahui apa saja sumber hukum tata negara.
3. Untuk mengetahui hierarki perundang-undangan di Indonesia menurut UU No. 10 Tahun
2004 dan UU No. 12 Tahun 2011.

1
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia – Edisi Revisi, Jakrata : RajaGrafindo Persada, 2012, h. 3-8.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sumber Hukum


Sumber hukum bermacam-macam pengertian adalah tergantung pada sudut mana kita
melihatnya. Namun demikian sebagai gambaran berikut dua pakar hukum dibawah ini sebagai
gambaran tentang sumber hukum. Menurut Bagir Manan2, menelaah dan mempelajari sumber
hukum memerlukan kehati-hatian karena istilah sumber hukum mengandung berbagai pengertian.
Tanpa kehati-hatian dan kecermatan yang mendalam mengenai apa yang dimaksud dengan sumber
hukum, dapat menimbulkan kekeliruan bahkan menyesatkan.
Menurut Soedikno Mertokusumo3, sumber hukum dapat diartikan dalam beberapa arti,
diantaranya adalah:
1. Sumber hukum diartikan sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan
hukum, misalnya kehendak Tuhan, akal manusiam jiwa bangsam dan sebagainya;
2. Sumber hukum menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan pada hukum yang
sekarang berlaku, seperti hukum Prancis, hukum Romawi, dan lain-lain.
3. Sumber hukum sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara formal
kepada peraturan hukum (penguasa atau masyarakat).
4. Sumber hukum sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum, mislanya dokumen,
undang-undang, dan sebagainya
5. Sumber hukum sebagai sumber terhadinya hukum atau sumber yang menimbulkan hukum.
Sementara itu menurut Joeniarto, sumber hukum dapat dibedakan dalam pengertian berikut ini :
1. Sumber hukum hukum dalam pengertian sebagai asalnya hukum positif, wujudnya dalam
bentuk yang konkrit ialah berupa keputusan dari yang berwenang untuk mengambil keputusan
mengenai hal-hal tertentu.
2. Sumber hukum dalam pengertiannya sebagai tempat ditemukannya aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan hukum positif. Wujudnya ialah berupa peraturan-peraturan atau ketetapan
baik tertulis maupun tidak tertulis.
3. Selain istilah sumber hukum dihubungkan dengan filsafat, sejarah, dan masyarakat, kita
mendapatkan sumber hukum filosofis, sumber hukum historis, dan sumber hukum sosiologis. 4
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat
dan memaksa, sehingga apabila aturan –aturan itu dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas
dan nyata bagi pelanggarnya.5 Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan
berlakunya hukum secara formal, darimana hukum itu dapat ditemukan, dan sebagainya.

2
Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan (Bandung: Armico, 1987), h. 9.
3
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty, 1996). h. 69.
4
Joeniarti, Selayang Pandang Sumber-sumber Hukum Tata Negara di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1991, h. 5.
5
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta:Sinar Grafika,cetakan ke-10 2008), h. 117.
Pengertian Sumber Hukum menurut pasal 1 Ketetapan MPR No. III/MPR/2000,
Ditetapkan bahwa :
(1) Sumber Hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-
undangan;
(2) Sumber Hukum terdiri atas sumber Hukum tertulis dan tidak tertulis;
(3) Sumber Hukum dasar nasional adalah (i) Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan (ii) batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

B. Sumber Hukum Tata Negara


Menurut Utrecht, sumber hukum tata negara dapat dibagi dalam arti formil dan arti
materil. Sumber hukum dalam arti formil adalah sumber hukum yang dikenal dari bentuknya.
Karena bentuknya itu, hukum berlaku umum, diketahui, dan ditaati. Di sinilah suatu kaidah
memperoleh kualifikasi sebagai kaidah hukum dan bagi yang berwenang ia merupakan petunjuk
hidup yang harus diberikan perlindungan.
Adapun yang dimaksud dengan sumber hukum materil adalah sumber hukum yang
menentukan terhadap isi kaidah hukum Tata Negara, yaitu faktor-faktor masyarakat yang
mempengaruhi pembentukan hukum, faktor-faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari
aturan-aturan hukum, atau tempat dari mana materi hukum itu diambil. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia yang kemudian menjadi falsafah negara, merupakan sumber
hukum materil yang tidak saja menjiwai, bahkan harus dilaksanakan oleh setiap bentuk peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu, Pancasila merupakan alat penguji untuk setiap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, apakah ia bertentangan atau tidak dengan Pancasila, sehingga
peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan Pancasila tidak boleh berlaku.6
Hukum yang dibentuk dan berlaku di Indonesia haruslah berdasar dan dijiwai
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, mempersatukan Indonesia,
bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
dan menjamin keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila menjadi tolok ukur dalam
keberlakuan hukum positif di Indonesia. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa di Indonesia
tidak akan diatur bahwa seseorang boleh tidak beragama, karena asas pertama dalam Pancasila
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, ketika nilai-nilai Ketuhanan hidup dan menjiwai berbagai aspek
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia juga tidak akan mengatur dan menyetujui
berbagai kebijakan yang mencederai kemanusiaan bangsa lain, seperti menyetujui penyerangan
kekuatan internasional di bawah koordinasi lembaga internasional terhadap sebuah negara, serta
hal-hal lainnya yang bertentangan dengan kelima sila dalam Pancasila.

6
Moh. Kusnardi & Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara, FH
UI, Jakarta, 1988, h. 45.
Sedangkan macam-macam sumber hukum Tata Negara Formil adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Perundang-undangan ketatanegaraan
2. Hukum adat ketatanegaraan
3. Hukum kebiasaan ketatanegaraan, atau Konvensi ketatanegaraan
4. Yurisprudensi ketatanegaraan
5. Traktat ketatanegaraan
6. Doktrin ketatanegaraan.
Sumber-sumber Hukum Tata Negara Indonesia, antara lain :
1. Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 sebagai sumber hukum, yang merupakan hukum dasar peraturan perundang-
undangan tertulis yang mengatur masalah kenegaraan dan merupakan dasar ketentuan-ketentuan
lainnya. Peraturan perundang-undangan (atau disebut juga sebagai perundang-undangan) adalah
hukum tertulis yang dibentuk dengan cara-cara tertentu oleh pejabat yang berwenang dan
dituangkan dalam bentuk tertulis.7 Disebut peraturan perundang-undangan karena dibuat atau
dibentuk oleh badan yang menjalankan fungsi perundang-undangan (legislator).8
2. Ketetapan MPR
Dalam Pasal 3 UUD 1945 ditentukan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat
menetapkan Undang- Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dengan istilah
menetapkan tersebut maka orang berkesimpulan, bahwa produk hukum yang dibentuk oleh MPR
disebut Ketetapan MPR.
3. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
Undang-undang Undang-undang mengandung dua pengertian, yaitu :
a. undang-undang dalam arti materil : peraturan yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
b. undang-undang dalam arti formal : keputusan tertulis yang dibentuk dalam arti formal sebagai
sumber hukum dapat dilihat pada Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) UUD 1945.
4. Peraturan Pemerintah
Untuk melaksanakan undang-undang yang dibentuk oleh Presiden dengan DPR, oleh
UUD 1945 kepada presiden diberikan kewenangan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah guna
melaksanakan undang-undang sebagaimana mestinya. Dalam hal ini berarti tidak mungkin bagi
presiden menetapkan Peraturan Pemerintah sebelum ada undang-undangnya, sebaliknya suatu
undang-undang tidak berlaku efektif tanpa adanya Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
UUD 1945 menentukan Keputusan Presiden sebagai salah satu bentuk peraturan
perundang-undangan. Bentuk peraturan ini baru dikenal tahun 1959 berdasarkan surat presiden no.
2262/HK/1959 yang ditujukan pada DPR, yakni sebagai peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh presiden untuk melaksanakan Penetapan Presiden. Kemudian melalui Ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966, Keputusan Presiden resmi ditetapkan sebagai salah satu bentuk
peraturan perundang-undangan menurut UUD 1945. Keputusan Presiden berisi keputusan yang
bersifat khusus (einmalig) adalah untuk melaksanakan UUD 1945, Ketetapan MPR yang memuat
garis-garis besar dalam bidang eksekutif dan Peraturan Pemerintah.

7
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: Rajawali Press, 2012, h. 33.
8
Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, Mandar Maju, Bandung, 1995, h. 17.
6. Peraturan pelaksana lainnya
Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah seperti Peraturan Menteri,
Instruksi Menteri dan lain-lainnya yang harus dengan tegas berdasarkan dan bersumber pada
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
7. Convention (Konvensi Ketatanegaraan)
Konvensi Ketatanegaraan adalah perbuatan kehidupan ketatanegaraan yang dilakukan
berulang-ulang sehingga ia diterima dan ditaati dalam praktek ketatanegaraan. Konvensi
Ketatanegaraan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan undang-undang, karena diterima
dan dijalankan, bahkan sering kebiasaan (konvensi) ketatanegaraan menggeser peraturan-peraturan
hukum yang tertulis.
8. Traktat
Traktat atau perjanjian yaitu perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih. Kalau kita
amati praktek perjanjian internasional bebrapa negara ada yang dilakukan 3 (tiga) tahapan, yakni
perundingan (negotiation), penandatanganan (signature), dan pengesahan (ratification). Disamping
itu ada pula yang dilakukan hanya dua tahapan, yakni perundingan (negotiation) dan
penandatanganan (signature).

C. Hierarki Perundang-Undangan Di Indonesia Menurut UU No. 10 Tahun 2004 Dan


Menurut UU No.12 Tahun 2011
Konsep hierarki peraturan perundang-undangan tidak dapat dilepaskan dari teori Hans
Kelsen dan Hans Nawiasky.9 Teorinya adalah sebagai berikut:
Menurut Hans Kelsen, pada dasarnya terdapat dua golongan norma dalam hukum, yakni
norma yang bersifat inferior dan norma yang bersifat superior. Terkait kedua norma tersebut,
validitas dari norma yang lebih rendah dapat diuji terhadap norma yang secara hierarki berada di
atasnya. Berangkat dari teori Hans Kelsen tersebut, Hans Nawiasky kemudian merincikan bahwa
susunan norma hukum tersusun dalam bangunan hukum berbentuk stupa (stufenformig) yang
terdiri dari bagian-bagian tertentu (zwischenstufe). Adapun hierarki bagian tersebut adalah
staatsfundamentalnorm (norma dasar), staatsgrundgesetz (norma yang sifatnya dasar dan luas,
dapat tersebar dalam beberapa peraturan), formellgesetz (sifatnya konkret dan terperinci),
verordnungsatzung (peraturan pelaksana), dan autonome satzung (peraturan otonom).
Berdasarkan pasal 7 UU Nomor 10 Tahun 200410, jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah.

9
Nisrina Irbah Sati. Ketetapan MPR dalam Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Jurnal Hukum &
Pembangunan Vol. 49 No. 4, 2019.
10
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
Sedangkan pada perubahan undang-undang pada pasal 7 UU Nomor 12 Tahun 201111,
jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
d. Peraturan Pemerintah (PP)
e. Peraturan Presiden (Perpres)|
f. Peraturan Daerah Provinsi (Perda Provinsi)
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Perda Kabupaten/Kota)

11
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sumber hukum adalah segala sesuatu yang
menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu
dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya. Sumber hukum tata
negara dapat dibagi dalam arti formil dan arti materil. Sumber hukum dalam arti formil adalah
sumber hukum yang dikenal dari bentuknya. Karena bentuknya itu, hukum berlaku umum,
diketahui, dan ditaati. Di sinilah suatu kaidah memperoleh kualifikasi sebagai kaidah hukum dan
bagi yang berwenang ia merupakan petunjuk hidup yang harus diberikan perlindungan.
Adapun yang dimaksud dengan sumber hukum materil adalah sumber hukum yang
menentukan terhadap isi kaidah hukum Tata Negara, yaitu faktor-faktor masyarakat yang
mempengaruhi pembentukan hukum, faktor-faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari aturan-
aturan hukum, atau tempat dari mana materi hukum itu diambil.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang kemudian menjadi falsafah
negara, merupakan sumber hukum materil yang tidak saja menjiwai, bahkan harus dilaksanakan oleh
setiap bentuk peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, Pancasila merupakan alat penguji
untuk setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku, apakah ia bertentangan atau tidak dengan
Pancasila, sehingga peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan Pancasila tidak boleh
berlaku
DAFTAR PUSTAKA

Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan (Bandung: Armico, 1987).


Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, Mandar Maju, Bandung,
1995.
Joeniarti, Selayang Pandang Sumber-sumber Hukum Tata Negara di Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, 1991.
Moh. Kusnardi & Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara, FH UI, Jakarta, 1988.
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia – Edisi Revisi, Jakrata : RajaGrafindo Persada,
2012.
Nisrina Irbah Sati. Ketetapan MPR dalam Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan di
Indonesia. Jurnal Hukum & Pembangunan Vol. 49 No. 4, 2019.
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta:Sinar Grafika,cetakan ke-10. 2008.
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty, 1996).
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

Anda mungkin juga menyukai