OLEH KELOMPOK 6
FAKULTAS: HUKUM
2022/2023
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
1. Istilah, Pengertian dan Objek Hukum Tata Negara
2. Hubungan Hukum Tata Negara Dengan Cabang Yang Lain
B. SUMBER-SUMBER HUKUM TATA NEGARA
1. Pengertian Dan Sumber Huukum Umumnya
2. Sumber Hukum Forrmal Hukuum Tata Negara Indonesia
3. Konstitusi sebagai sumber hukum utama
A. PENGERTIAN
B. BAGIAN-BAGIAN WILAYAH NEGARA
C. CARA MEMPEROLEH WILAYAH
Dapat didefinisikan bahwa hukum tata negara adalah sebuah aturan yang bersangkutan
dengan berbagai tindakan suatu negara. Indonesia bukansatu-satunya negara dengan sistem
tersebut, diantaranya diistilahkan juga dalam bahasa Inggris, Constitutional Law.
. Scholten
Menurut Scholten, definisi dari HTN adalah suatu aturan yang mengatur organisasi dalam
negara. Ruang lingkupnya berupa seluruh organ negara, hak serta kewajiban, hubungan, serta
tugas masing-masing dalam melaksanakan tugas kenegaraan.
Definisinya adalah aturan yang melekat pada alat-alat perlengkapan negeri. Aturan tersebut
juga meliputi tugas serta hubungan antara alat pelengkap negara tersebut. Pengertian itu
terangkum dalam sebuah buku berjudul, “Constitutiona Law”, terbit tahun 1936.
3. Kusmandi Pudjosewojo
Sebagai tokoh dalam negeri, pengertian beliau adalah aturan terhadap tata negara kerajaan
maupun pemerintahan. Hukumnya menunjukkan atasan maupun bawahan serta adanya
hirarki atau tingkatan tertentu.
Selanjutnya, definisi hukum tata negara menurut Kusmandi juga menyinggung wilayah
hukum masyarakat tersebut. Nantinya akan menunjukkan perlengkapan dari masyarakat
tersebut.
4. Mac Iver
Van der Von juga mendefinisikannya sebagai aturan-aturan dalam berbagai badan sesuai
kepentingannya masing-masing. Aturan tersebut berkaitan dengan wewenang, dan hubungan
antar badan dengan individu di dalam suatu negeri.
6. Apeldoorn
Intinya pendapat Apeldoorn adalah menyebutkan bahwa hukum dalam negara merupakan
sebuah aturan yang berhubungan dengan administrasi suatu negeri. Pengertiannya bisa dalam
bentuk sempit maupun luas.
Menurut Scholten, definisi dari HTN adalah suatu aturan yang mengatur organisasi dalam
negara. Ruang lingkupnya berupa seluruh organ negara, hak serta kewajiban, hubungan, serta
tugas masing-masing dalam melaksanakan tugas kenegaraan
2. Hubungan HTN dengan cabang lainnya
Hubungan tata negara dengan ilmu negara. Kedua bidang ilmu tersebut, hukum
tata negara dengan ilmu negara mempunyai hubungan yang sangat dekat, di
mana ilmu negara memberikan dasar-dasar teoretis kepada hukum tata negara,
sedangkan hukum tata negara merupakan konkretisasi dari teori-teori ilmu negara
a. pengertian
sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang yang
mempunyai kekuatan yang bersifat yang bersifat memaksa yakni aturan-aturan
yang kalau dilaggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum
menurut pendapat ahli hukum sering disebut juga sebagai doktrin.
Undang-undang pada dasarnya memiliki arti secara formil dan materiil. Undang-undang
dalam arti formil adalah suatu bentuk keputusan atau ketentuan yang dikeluarkan oleh
pembentuk Undang-undang dengan prosedur tertentu.
b. kebiasaan dan hukum
Secara garis besar, hukum adat adalah hukum kebiasaan yang artinya aturan dibuat dari
tingkah laku masyarakat yang tumbuh dan berkembang sehingga menjadi sebuah hukum
yang ditaati secara tidak tertulis. Hukum adat diakui oleh negara sebagai hukum yang sah.
Definisi dan arti kata Judge Made Law adalah pembentukan hukum oleh hakim. Istilah ini
dikenal kuat dalam sistem hukum common law atau Anglo Saxon yang menempatkan
pengadilan sebagai pusat supremasi dalam konteks hukum
Sistem hukum yang berlaku di Indonesia tidak sama seperti sistem hukum Anglo-Saxon yang
menganut aliran freie rechtslehre yang memperbolehkan hakim untuk menciptakan
hukum (judge made law).
D TRAKTAT
Traktat atau treaty merupakan sebuah perjanjian internasional antar negara yang paling tinggi
hukumnya sebab traktat wajib diratifikasi oleh pihak-pihak yang berwenang pada negara
masing-masing peserta, sesuai dengan hukum yang berlaku dari negara tersebut.
b. TAP MPR
Yang dimaksud dengan “Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat”
adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003
tentang ...
C UNDANG-UNDANG (PERPU)
E. PERATURAN PRESIDEN
F. PERATURAN DAERAH
Pengertian Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah Menurut Undang- Undang Nomor
10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dengan
Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah ...
Meskipun dalam Peraturan Tata Tertib MPR Nomor 1 Tahun 2014, pada Pasal 103 ayat (2)
diatur bahwa Ketetapan MPR merupakan keputusan MPR yang berisi hal-hal yang bersifat
pengaturan, mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam dan ke luar MPR, dan
menggunakan nomor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 3
Jikalau perlu sekelas penduduk mengetahuinya maka pengumuman itu disiarrkan
dengan perantaraan surat kabar radio atau penyiar lainnya.
Pasal 4
Undang-undang dan peraturan pressiden mulai berlaku pada hari diumumkan kecuali
didalam peraturan atau undang-udnang itu ditetaapkan
d.penulisan suatu UU
Penulisan undang- undang, kedua huruf ”u” ditulis dengan huruf kapital ”U”. 2. Kata
MEMUTUSKAN ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa spasi di antara suku kata dan
diakhiri dengan tanda baca titik dua serta diletakkan ditengah marjin.
e.fungsi uu
Sebelum disahkan, undang-undang disebut sebagai rancangan Undang-Undang. Undang-
undang berfungsi untuk digunakan sebagai otoritas, untuk mengatur, untuk menganjurkan,
untuk menyediakan (dana), untuk menghukum, untuk memberikan, untuk mendeklarasikan,
atau untuk membatasi sesuatu.
f. materi muatan uu
materi muatan Peraturan Perundang Undangan harus mencerminkan asas pengayoman,
kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan, kenusantaraan, bhinneka tunggal ika, keadilan,
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum dan
atau keseimbangan, keserasian dan keselarasan.
b. Fungsi perpu
b.fungsi perpres
Perpres mempunyai tiga fungsi, yakni sebagai (1) peraturan delegasi, (2) peraturan pelaksana
dan (3) "peraturan mandiri".
2 klasifikasi konstitusi
Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap Negara Hukum yang disebutnya
dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu: 1. Supremacy of Law. 2. Equality before the law. 3.
Due Process of Law.
BAB II
GEORGE SANTAYANA
• THOSE WHO FAILED TO LEARN THE LESSONS OF HISTORY ARE
DOOMES TO REPEAT THEM
PIMPINAN VOC
• Pimpinan VOC di negeri Belanda, dikendalikan oleh De Heren Zeventien, yang
dipilih oleh compagnie-compagnie yang tergabung dalam VOC. • 1608 diangkat gub
jend untuk pertama ali sbg pimpinan umum pemerintahan dan perdagangan VOC di
kep Indonesia ialah Pieter Both yang tiba di Banten 1610.
a.Bidang ekonomi
Pengerahan sumber daya ekonomi untuk kepentingan perang. Untuk menguasai hasil-hasil
pertanian dan kekayaan penduduk, Jepang selalu berdalih bahwa untuk kepentingan perang.
Setiap penduduk harus menyerahkan kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat harus
menyerahkan barang-barang berharga (emas dan berlian), hewan, bahan makanan kepada
pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha usahanya, Jepang membentuk Jawa Hokokai
(Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian).
b.Bidang pemerintahan
Pada dasarnya pemerintahan pendudukan Jepang adalah pemerintahan militer yang sangat
diktator. Untuk mengendalikan keadaan, pemerintahan dibagi menjadi beberapa bagian. Jawa
dan Madura diperintah oleh Tentara ke 16 dengan pusatnya di Jakarta (dulu Batavia).
Sumatera diperintah oleh Tentara ke 25 dengan pusatnya di Bukittinggi (Sumbar). Sedangkan
Indonesia bagian Timur diperintah oleh Tentara ke 2 (Angkatan Laut) dengan pusatnya di
Makasar (Sulsel). Pemerintahan Angkatan Darat disebut Gunseibu, dan pemerintahan
Angkatan Laut disebut Minseibu.
Masing-masing daerah dibagi menjadi beberapa wilayah yang lebih kecil. Pada awalnya,
Jawa dibagi menjadi tiga provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur) serta dua
daerah istimewa, yaitu Yogyakarta dan Surakarta. Pembagian ini diang-gap tidak efektif
sehingga dihapuskan. Akhirnya, Jawa dibagi menjadi 17 Karesidenan (Syu) dan diperintah
oleh seorang Residen (Syucokan). Keresidenan terdiri dari kotapraja (Syi), kabupaten (Ken),
kawedanan atau distrik (Gun), kecamatan (Son), dan desa (Ku).
Sumatera dibagi menjadi 10 karesidenan dan beberap sub-karesidenan (Bunsyu), distrik, dan
kecamatan. Sedangkan daerah Indonesia Timur yang dikuasai Angkatan Laut Jepang dibagi
menjadi tiga daerah kekuasaan, yaitu: Kalimantan, Sulawesi, dan Seram (Maluku dan Papua).
Masing-masing daerah itu dibagi menjadi beberapa karesidenan, kabupaten, sub-kabupaten
(Bunken), distrik, dan kecamatan.
Pembagian daerah seperti di atas dimaksudkan agar semua daerah dapat diawasi dan
dikendalikan untuk kepentingan pemerintah balatentara Jepang. Namun, untuk menjalankan
pemerintahan yang efektif dibutuhkan jumlah personil (pegawai) yang banyak jumlahnya.
Sedangkan jumlah orang Jepang yang ada di Indonesia tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tenaga dalam bidang pemerintahan. Untuk mengawai dan menjalankan
pemerintahan secara efektif merupakan tantangan yang berat karena terbatasnya jumlah
pegawai atau orang-orang yang dapat dipercaya untuk memegang jabatan penting dalam
pemerintahan.
Untuk mengatasi kekurangan jumlah pegawai, pemerintah Jepang dapat menempuh beberapa
pilihan, di antaranya:
1. Memanfaatkan orang-orang Belanda yang masih ada di Indonesia. Pilihan ini sangat tidak
mungkin karena Jepang sedang menanamkan sikap anti Belanda di kalangan pen-duduk
Indonesia.
2. Menggunakan tenaga Timur Asing (Cina). Pilihan ini juga sangat berat karena Cina
dianggap sebagai lawan politik Jepang yang paling berbahaya untuk mewujudkan cita-cita
Jepang, yaitu membangun Asia Timur Raya.
3. Memanfaatkan penduduk Indonesia. Pilihan ini dianggap yang paling realistik karena
sesuai dengan semboyan ‘Jepang sebagai saudara tua’ yang ingin membebaskan suadara
mudanya dari belenggu penjajahan bangsa Eropa. Di samping itu, pemakaian bangsa
Indonesia sebagai dalih agar bangsa Indonesia benar-benar bersedia membantu untuk
memenangkan perang yang sedang dilakukan Jepang.
c.Bidang militer
1) Heiho (pembantu prajurit Jepang) adalah kesatuan militer yang dibentuk oleh
pemerintah Jepang yang beranggotakan para pemuda Indonesia. Heiho menjadi
bagian Angkatan Darat maupun Angkatan Laut Jepang. Anggota Heiho mendapat
latihan kemiliteran agar mampu menggantikan prajurit Jepang di dalam peperangan.
Para anggota Heiho mendapat latihan untuk menggunakan senjata (senjata anti
pesawat, tank, artileri medan, mengemudi, dan sebagainya). Namun, tidak ada
satupun anggota Heiho yang berpangkat perwira. Pangkat perwira hanya
dipeuntukkan bagi orang-orang Jepang. Para anggota Heiho mendapat latihan
kemiliteran. Untuk itu, pemerin-tah Jepang menugaskan seksi khusus dari bagian
intelejen untuk melatih para anggota Heiho. Latihan dipimpin oleh Letnan Yana-gawa
dengan tujuan agar para pemuda Indonesia dapat melak-sanakan tugas intelejen.
2) Pembela Tanah Air (PETA) dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943. Menjelang
berakhirnya latihan kemiliteran angkatan ke 2, keluarlah surat perintah untuk
membentuk PETA. Namun, Letjen Kamakici Harada memutuskan agar
pembentukkan PETA bukan inisiatif pemerintah Jepang, melainkan inisiatif bangsa
Indonesia. Untuk itu, dicarilah seorang putera Indonesia yang berjiwa nasionalis
untuk memimpin PETA. Akhirnya, pemerintah Balatentara Jepang meminta Gatot
Mangunpraja (seorang nasionalis yang bersimpati terhadap Jepang) untuk menulis
permohonan pembentukkan tentara PETA. Surat permohonan telah dikirim pada
tanggal 7 September 1943 dan permohonan itu dikabulkan dengan dikeluarkan
peraturan yang disebut Osamu Seirei No. 44, tanggal 3 Oktober 1943. Pembentukkan
PETA, ternyata menarik perhatian para pemuda Indonesia, terutama yang telah
mendapat pendidikan sekolah menengah dan para anggota Seinendan. Keanggotaan
PETA dibedakan dalam beberapa pangkat yang berbeda (sebenarnya bukan pangkat,
tetapi nama jabatan). Ada lima macam pangkat, yaitu: (1) Daidanco (Komandan
Batalyon), (2) Cudanco (Komandan Kompi), (3) Shudanco (Komandan Peleton), (4)
Budanco (Komanda Regu), dan (5) Giyuhei (Prajurit Sukarela).
d.Bidang social
Salah satu kebijakan yang cukup penting dalam bidang sosial adalah pembagian kelas
masyarakat seperti pada zaman Belanda. Masyarakat hanya dibedakan menjadi
‘saudara tua’ (Jepang) dan ‘saudara muda’ (Indonesia). Sedangkan penduduk Timur
asing, terutama Cina adalah golongan masyarakat yang sangat dicurigai karena di
negeri leluhurnya bangsa Cina telah mempersulit bangsa Jepang dalam mewujudkan
cita-citanya. Hal ini sesuai dengan propaganda Jepang bahwa ‘Asia untuk bangsa
Asia’. Namun dalam kenyataannya, Indonesia bukan untuk bangsa Asia, melainkan
untuk bangsa Jepang. Untuk mencapai tujuannya, Jepang mengeluarkan beberapa
kebijakan di bidang sosial, seperti:
C. MASA KEMERDEKAAN
Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI merujuk pada UUD 1945 pasal 1
ayat 1.
Nilai-nilai dalam persatuan dan kesatuan merupakan jiwa lahirnya NKRI. Hal itu karena
dalam persatuan dan kesatuan seseorang akan menyadari tentang keragaman bangsa
Indonesia tersebut.
Nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bangsa Indonesia juga secara jelas dapat
dipahami dari dasar negara Pancasila dan konstitusi negara, UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Pilihan Indonesia menjadi negara kesatuan, didasarkan bukan hanya sekadar kepentingan
atau sikap politik, tetapi juga didasarkan atas komitmen persatuan dan keadilan.
Sebagai warga negara yang cinta terhadap tanah airnya, sudah semestinya mengetahui dan
memahami sejarah terbentuknya NKRI.
Maksud di balik sistem kekuasaan yang dipisahkan adalah untuk mencegah pemusatan
kekuasaan dengan menyediakan checks and balances. Istilah pemisahan kekuasaan secara
tidak tepat sering digunakan untuk merujuk pada prinsip trias politica. Model trias
politica merupakan jenis umum pemisahan kekuasaan negara menjadi tiga cabang
kekuasaan. Sedangkan pemisahan kekuasaan dapat melibatkan lebih banyak atau lebih
sedikit dari tiga cabang kekuasaan negara.
Baca juga:
Kekuasaan Kehakiman dan Lembaga Yudikatif dalam UUD 1945
Perbedaan Konsep Pemisahan dan Pembagian Kekuasaan dalam Negara
Pemisahan kekuasaan (separation of powers) dan pembagian kekuasaan (division of powers)
diperlukan untuk menghindari pemusatan kekuasaan pada satu orang saja dan risiko sistem
pemerintahan absolut atau otoriter.
Tujuan diadakannya pembagian kekuasaan dalam negara dan pemisahan kekuasaan adalah
untuk menciptakan kontrol dan keseimbangan di antara pemegang kekuasaan. Dengan
demikian, kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif tidak dipegang satu orang saja.
Perbedaan pemisahan kekuasaan dan pembagian kekuasaan yaitu sebagai berikut:
- Pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan negara terpisah dalam beberapa bagian, baik organ
dan fungsinya. Sementara itu, pembagian kekuasaan membuat kekuasaan di sebuah negara
dibagi dalam beberapa bagian, namun tidak dipisahkan, sehingga masih saling berhubungan
dalam menjalankan kekuasaan.
- Pembagian kekuasaan memungkinkan adanya koordinasi dan kerja sama antarpemangku
bagian kekuasaan dalam menjalankan kekuasaannya. Sementara itu, pemisahan kekuasaan
memungkinkan pemangku bagian kekuasaan berdiri sendiri tanpa memerlukan koordinasi
dan kerja sama.
Contoh negara yang menerapkan pemisahan kekuasaan adalah Amerika Serikat. Negara yang
menerapkan pembagian kekuasaan adalah Indonesia.
B. SISTEM DEMOKRASI
Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sebuah hal yang didasari oleh rakyat. Abraham Lincoln
menjelaskan bahwa demokrasi adalah sebuah pemerintahan yang berasal dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.
C.F. Strong
Demokrasi adlh sistem pemerintahan di mana mayoritas rakyat berusia dewasa turut
serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan, yang kemudian menjamin
pemerintahan mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusannya.
Haris Soche
Demokrasi sebagai bentuk pemerintah rakyat , karenanya dalam kekuasaa pemerintah
mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan orang lain atau badan yang
bertanggung jawab memerintah.
Montesquieu
Kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang
berbeda dan terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama, legislatiff yang merupakan
pemegang kekuasaan untuk membuat undang-undang, kedua,eksekutif yang memiliki
kekuasaan dalam melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif , yang
memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan masing-
masing institusi tersebut berdiri secara independent tanpa dipengaruhi oleh institusi
lainnya.
Affan
Demokrasi sendiri terbagi menjadi dua definisi yang pertama jika diartikan secara
normatif, adalah demokrasi yang secara ideal ingin diwujudkan oleh negara ,
sementara secara empiris adalah demokrasi adalah perwujudannya dunia politik
Aristoteles
sebuah kebebasan setiap warga negara. Kebebasan tersebut digunakan untuk saling
berbagi kekuasaan. Menurut Aristoteles, demokrasi adalah suatu kebebasan, prinsip
demokrasi adalah kebebasan. Hal itu karena hanya melalui kebebasanlah, setiap
warga negara dapat saling berbagi sebuah kekuasaan di dalam negaranya sendir.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pemilu merupakan pemilihan yang dilakukan
serentak oleh seluruh rakyat suatu negara untuk memilih wakil rakyat dan
sebagainya. Adapun
menurut suryo untoro pemilu merupakan suatu pemilihan yang dilakukan oleh warga
negara Indonesia yang memiliki hak pilih untuk memilih wakil-wakilnya yang duduk
dalam badan perwakilan rakyat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia demokrasi merupakan bentuk atau sistem
pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan
wakilnya
yang terpilih. Adapun menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintah dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Jadi pemilihan umum merupakan pilar utama dari sebuah demokrasi. melalui
pemilihan umum rakyat akan memilih wakilnya, selanjutnya para wakil tersebut
diserahi mandat
kedaulatan rakyat untuk mengurusi negara. Pemilu merupakan salah satu prinsip
demokrasi yang harus dijalankan dimana rakyat dapat menyampaikan aspirasinya
melalui pemilihan umum. Dimana demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat maka melalui pemilu rakyat mempunyai hak, serta
kesempatan yang sama dalam memilih pemimpin.
Referensi :
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/09/pengertian-pemilu-tujuan-fungsi-
asas-bentuk-sistem.html
Sementara itu, dalam ilmu negara umum (algemeine staatslehre) yang dimaksud
dengan sistem pemerintahan ialah sistem hukum ketatanegaraan, baik yang berbentuk
monarki maupun republik, yaitu mengenai hubungan antar pemerintah dan badan
yang mewakili rakyat.
System pemerintahan negara pada umumnya dibagi menjadi monarki daan republic
Negara dengan bentuk monarki atau kerajaan, maka kepala Negara diangkat dari garis
keturunan raja terdahulu, yang secara turun temurun mewarisi tahta berdasar
hubungan darah.
Negara yang berbentuk Republik, kepala negaranya disebut Presiden. Pimpinan
atau kepala Negara dari suatu Republik, tidak merupakan kedudukan yang dapat
diwariskan secara 2. REPUBLIK tidak merupakan kedudukan yang dapat
diwariskan secara turun temurun, melainkan dia dipilih dalam satu pemilihan
umum. Dalam satu Negara yang berdasrkan demokrasi, pemilihan dilakukan
secara langsung, umum dan rahasia dengan maksud agar dapat dipilih seorang
kepala Negara yang berkualitas secara jujur dan adi
WILAYAH NEGARA
Hak asasi manusia (“HAM”) adalah hak dasar atau pokok yang dimiliki manusia.
Secara harfiah, istilah HAM berasal dari bahasa Prancis “droits de ‘I home” , dalam
bahasa Inggris “human rights” , dan dalam bahasa Arab “huquq al- insan”. HAM
merupakan hak yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
dan HAM dibawa sejak manusia ada di muka bumi, sehingga HAM bersifat kodrati
dan bukan pemberian manusia atau negara.
1. Baharudin Lopa
HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta,
yakni hak yang sifatnya kodrati.
1. John Locke
Manusia sejak dilahirkan telah memiliki kebebasan dan hak-hak asasi. Hak asasi
tersebut adalah kehidupan, kemerdekaan dan harta milik. Hak ini merupakan hak
yang dimiliki manusia secara alami, yang inheren pada saat kelahirannya dan HAM
tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, dan tidak dapat diperoleh atau dicabut oleh
negara, terkecuali atas persetujuan pemiliknya.
1. Mariam Budiarjo
HAM adalah hak yang dimiliki oleh manusia yang telah diperoleh dan dibawanya
bersamaan dengan kelahiran dan kehadirannya dalam hidup masyarakat. Hak ini ada
pada manusia tanpa membedakan bangsa, ras, agama, golongan, jenis kelamin, karena
itu bersifat asasi dan universal. Dasar dari semua hak asasi adalah bahwa semua orang
harus memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.
Sejarah hak asasi manusia bisa menjadi acuan tentang perkembangan HAM untuk suatu
negara, salah satunya di indonesia Pemenuhan perlindungan HAM untuk suatu negara bisa
dijadikan sebagai titik pijak untuk penyusunan kebijakan negara, sehingga mampu
mewujudkan pembangunan yang berbasis hak asasi manusia.
Periode 1908-1945
Organisasi budi utomo yang terbentuk pada tahun 1908, merupakan salah satu wujud nyata
tentang kebebasan berpikir dan mengemukakan pendapat kepada masyarakat umum. Selain
itu, dengan lahirnya organisasi Budi Utomo, masyarakat mulai berpikir tentang hak untuk
turut serta secara langsung ke dalam pemerintahan. Tujuan dari konsep hak asasi manusia
yang dihadirkan dalam organisasi Budi Utomo yaitu hak negara Indonesia untuk merdeka dan
hak menentukan nasib negaranya sendiri. Pada periode ini, titik puncak dari perdebatan
tentang hak asasi manusia yaitu ketika sidang BPUPKI yang membahas tentang rumusan
dasar negara. Selain itu, hal yang dibahas pada siding ini yaitu kelengkapan negara yang
harus menjamin hak dan kewajiban negara dan warga negaranya. Tokoh yang terlibat dalam
diskusi ini yaitu SoekarnO Agoes salim moehamad natsir mohamad yamin ,K.H Mansur K.H
masyud hansir , dan Mr amin
Organisasi lain pun turut terbentuk, di antaranya perhimpunan indonesia yang menghimpun
para mahasiswa Indonesia yang berada di Belanda yang melahirkan konsep hak asasi
manusia untuk memperjuangkan hak negara Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri.
Selain itu ada organisasi serekat islam , yang memiliki tujuan untuk mengusahakan
penghidupan yang layak dan terbebas dari penindasan diskriminasi dari pemerintah
kolonial.Akar dari pergerakan organisasi Sarekat Islam yaitu prinsip-prinsip hak asasi
manusia dalam ajaran Islam. Tokoh yang terlibat dalam pergerakan HAM di organisasi
Sarekat Islam yaitu Tjokro aminoto, H Samanhudi dan Agus salim.Organisasi lain yang
menyuarakan tentang hak asasi manusia yaitu parataai komunis indonesia yang memiliki
landasan untuk memperjuangkan hak yang bersifat sosial. Organisasi lainnya yaitu,indische
particj dan partai nasional iindonesia memiliki landasan untuk memperjuangkan hak untuk
medapatkan kemerdekaan. Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia berjuang untuk
menyuarakan hak dalam mengeluarkan pendapat (politik), hak untuk menentukan nasib
sendiri, hak beroganisasi, dan memiliki hak yang sama di mata hukum dan ikut serta dalam
penyelenggaraan negara.
Dengan lahirnya berbagai organisasi yang menyuarakan tentang hak asasi manusia, timbul
beberapa perdebatan. Salah satu yang paling mencolok yaitu pendapat Supomo. Ia
mengatakan, bahwa rakyat Indonesia sudah bersatu dengan negaranya. Jadi, tidak perlu lagi
melindungi masyarakat dari negaranya. Dengan kata lain, hak asasi manusia di Indonesia
bukan bertujuan untuk melindungi keadilan antar individu, melainkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, negara indonesia menjamin hak-hak dasar
masyarakatnya, yang dilindungi oleh UUD 1945 Pasal 28, yang intinya masyarakat memiliki
hak untuk berserikat. berkumpul, dan meyampaikan pendapatnya.
Periode 1945-1950
Pada periode ini, hal yang diperdebatkan mengenai HAM masih mencakup tentang hak untuk
merdeka, hak untuk berorganisasi dalam Politik dan hak untuk berpendapat dan parlemen.
Ciri dari periode ini yaitu:
1. UUD 1945, terutama Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30.
2. Maklumat Pemerintah 1 November 1945.
3. Maklumat Pemerintah 3 November 1945.
4. Maklumat Pemerintah 14 November 1945.
5. KRIS.
6. KUHP Pasal 99.
1. UUD 1945, terutama Pasal 27, Pasal 31, Pasal 33, dan Pasal 34.
2. KRIS, Pasal 36 – Pasal 40.
Periode 1950-1959
Pada massa ini, perkembangan tentang hak asasi manusia dipengaruhi oleh sistem
pemerintahan Indonesia yang berubah. Pada periode ini, sistem politik indonesia dipengaruhi
oleh sistem liberalisme dan Parlementer dengan diberlakukannya UUDS sejak 17 Agustus
1950 – 5 Juli 1959. Aktualisasi hak asasi manusia pada periode ini, di antaranya:
Pada periode ini, indonesiaa mengikuti dua konvensi HAM internasional yaitu:
Konvensi Jenewa tahun 1949, yang membahas mengenai perlindungan hak bagi
korban perang, tawanan perang, dan perlindungan sipil ketika perang.
Konvensi tentang hak politik perempuan yang berisi tentang hak perempuan tanpa
diskriminasi dan hak perempuan untuk mendapatkan jabatan publik.
Periode 1959-1966
Sejak diberlakukannya DEKTRIT Presiden 5 juli 1959 oleh presiden soekarno , sistem
pemerintahan menjadi demokrasi terpimpin. Hal ini berdampak kepada sistem politik yang
berada di bawah kendali Presiden sepenuhnya. Oleh karena itu, kebebasan untuk
berpendapatm berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan sangat
dibatasi.
Pemerintahan Orde Baru memberikan penolakan terhadap konsep HAM. Alasannya yaitu:
HAM merupakan pemikiran yang berasal dari Barat, dan dianggap bertolak belakang
dengan nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia dan dasar negara Pancasila.
Rakyat Indonesia mengenal HAM melalui Undang-Undang Dasar 1945 yang lahir
lebih dulu, dibandingkan dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Permasalahan mengenai HAM dianggap yang berasal dari Barat tersebut dianggap
menjadi senjata yang tidak terlihat untuk memojokkan negara berkembang seperti
Indonesia.
Faktanya, pada pemerintahan Orde Baru terjadi beberapa pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh pemerintah. Pada saat itu, kebijakan politik yang diambil sifatnya sentralistis dan tidak
menerima pendapat yang bertentangan dengan pemerintah. Gerakan-gerakan yang
bertentangan dengan pemerintah dengan anti-pembangunan dan anti-Pancasila. Beberapa
kasus tentang pelanggaran HAM pada masa Orde Baru di antaranya kasus Tanjung Priok,
Kedungombu, Lampung, dan Aceh. Meskipun terjadi beberapa pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh Pemerintah, masih banyak masyarakat yang peduli dengan HAM Desakan
Masyarakat tersebut membuat pemerintah luluh dan sepakat mendirikan Komissi nasional
hak asasi manusia HAM). Tujuan dari organisasi ini yaitu, untuk menyelidiki dan memantau
pelaksanaan HAM, memberikan pendapat, pertimbangan, dan sarana kepada pemerintah
terkait pelaksanaan HAM
Perkembangan HAM di era reformasi mengalami perkembangan yang sangat baik. Salah satu
buktinya yaitu, lahirnya TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM. Rencana aksi
nasional HAM, juga turut lahir di bulan Agustus 1998. Isinya merupakan empat pilar tentang
HAM yaitu:
Ham dalam uud 1945 pengaturan Ham dalam UUD 1945 ada yang sebelum amandemen dan
setelah amandemen Usaha Indonesia sebagai Negara anggota PBB telah memasukkan
bebrapa hak warga negara dalam UUD 1945 dan berbagai peraturan pelaksanaannya. Bahkan
Indonesia mendahului Deklarasi PBB karena UUD 1945 sejak disahkan menjadi UUD
Negara RI pada tanggal 18 Agustus 1945, di dalamnya telah diatur tentang ketentuan HAM.
Sedangkan Deklarasi PBB tentang HAM baru disahkan pada tanggal 8 Desember 1948. Jadi
Indonesia mendahului PBB kuranglebih 3 tahun.
1. HAM dalam UUD 1945
Pengaturan HAM dalam UUD 1945 ada yang sebelum amandemen dansetelah amandemen.
UUD 1945 sebelum amandemen :
Sebelum amandemen pengaturannya tidak secara tegas tapi butir-butir HAM tersirat
di dalamnya yaitu terdapat pada :
1) Pembukaan
Sesungguhnya pembukaan UUD 1945 banyak menyebutkan engenai hak asasi yaitu dari
alinea pertama sampai dengan alinea keempat.
- Alinea pertama; pada hakekatnya merupakan pengakuan
akan adanya: kebebasan untuk merdeka, dan pengakuan
akan adanya perikemanusiaan yang merupakan intisari
dari hak-hak asasi manusia.
- Alinea kedua; disebutkan sebagai negara yang adil. Kata
sifat adil jelas menunjukan kepada salah satu tujuan dari
negara hukum untuk mencapai keadilan. Jika prinsip negara
hukum konsekuen dilaksanakan maka dengan sendirinya
hak asasi manusia akan terlaksana dengan baik.
- Alinea ketiga; dapat disimpulkan bahwa menyatakan
kemerdekaannya supaya terjelma kehidupan bangsa
Indonesia yang bebas. Hal ini adalah salah satu dari
pengakuan dan perlindungan dari hak-hak asasi yang
mengandung persamaan dalam bentuk politik.
- Alinea keempat; menunjukkan pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi dalam segala bidang,
yaitu : politik, hukum, sosial, cultural dan ekonomi.
2) Batang Tubuh UUD 1945
a. Hak atas kedudukan yang sama di dalam hukum.
Hak ini diatur pada pasal 27 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi : “Segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dam pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak adakecualinya.” Prinsip persamaan di dalam hukum ini
hampir sama dengan prinsip “EQUALITY BEFORE THE LAW” dalam konsep The Rule of
Law yang dikembangkan oleh A.V Dicey yang berkembang di negara-negara Anglo Saxon.
Di dalam Universal Declaration of HumanRights (UDHR), hak ini diatur dalam pasal 7
yaitu : Sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas perlindungan
hukum yang sama dengan tak ada perbedaan.
b. Hak atas penghidupan yang layak.
Diatur pada pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi
: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Di dalam UDHR diatur dalam pasal 25 :
1) Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang
menjamin kesehatan dan keadaan baik untuk
dirinya dan keluarganya.
2) Ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan
bantuan istimewa.
c. Hak kebebasan berserikat.
- Pasal 28 UUD 1945 : kemerdekaan bererikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikirandengan lisan dan
tulisan dan sebagainya, ditetapkan dengan UU.
- UDHR pasal 23 ayat 4 : setiap orang berhak
mendirikan dan memasuki serikat-serikat sekerja
untuk melindungi kepentingannya.
d. Hak kebebasan berkumpul.
- Pasal 28 UUD 1945 : Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul.
- UDHR pasal 20 (1) Setiap orang mempunyai hak
dan kebebasan berkumpul dan berapat; (2) Tiada
seorangpun dapat dipaksa memasuki salah satu
perkumpulan.
e. Hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan lisan
(pasal 28)
f. Hak atas kebebasan beragama (pasal 29 UUD 1945)
UDHR pasal 18 : Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, keinsyafan batin dan agama.
g. Hak membela negara (pasal 30 ayat 1 UUD 1945 : Tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikur serta dalam
usaha pembelaan negara).
h. Hak atas pengajaran (pasal 31 ayat 1 UUD 1945 : Tiap-
tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. UDHR
pasal 26 : Setiap orang berhak atas pengajaran).
i. Hak-hak ekonomi (pasal 33 UUD1945 ayat 1 :
perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan; ayat 2 : cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara; ayat 3 : bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasasi oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat).
j. Hak atas kesejahteraan sosial (Pasal 34 UUD 1945:
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh negara).
UUD 19 setelah diamandemen
Setelah amandemen (khusus mengenai Batang Tubuh) butir- butir HAM selain tersebar
dalam beberapa pasal lain, suatu langkah maju dari amandemen UUD 1945 ini bahwa
pengaturan tentang HAM diatur secara khusus dalam Bab tersendiri dari sepuluh pasal yaitu
pasal 28A hingga pasal 28J.
2. Hak Asasi Manusia Berdasarkan Hasil Seminar Hukum Nasional ke- IV
di Jakarta Tahun 1979.
Masalah hak-hak asasi warga negara.manusia :
a. Dicapai konsensus, bahwa hak asasi warga negara/manusia diakui
dan telah cukup dijamin dalam Hukum Tata Negara menurut
Pancasila dan UUD 1945 yang segera perlu dilengkapi
penjabarannya dalam perundang-undangan pelaksanaannya.
Sementara perundang-undangan pelaksanaan tersebut belum
lengkap, semua pihak wajib menghormati hak-hak dan kewajiban-
kewajiban asasi warga negara/manusia.
b. Karena Pancasila, UUD 1945, TAP MPR dan perundang- undangan
lainnya cukup menjamin hak-hak asasi warga negara/manusia, maka
Unoiversal Declaration of Human Rights tidak perlu dijadikan
lampiran dari UUD 1945.
c. Hak-hak asasi warga negara/manusia hanya dapat dibatasi untuk
kepentingan umum, keharusan menghormati hak orang lain,
perlindungan kepentingan keselamatan bangsa, moral umum dalam
ketahanan nasional berdasarkan ketentuan undang- undang.
d. Negara hukum menurut UUD 1945 adalah negara hukum dalam arti
yang luas yang menjamin hak-hak dan kewajiban asasi warga
negara/manusia menunjukkan kesejahteraan rakyat dan keadilan
sosiaal berdasarkan Pancasila.
e. Untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, diperlukan
pelaksanaan hukum dan perundang-undangan untukmenegakkan
hukum dan keadilan dan melindungi harkat serta martabat manusia.
.
2. Pentingnya Kewarganegaraan Secara Internasional (Internatonal Importance on
Nationality)
Mengapa secara internasional kewarganegaraan seseorang itu sangat penting? Karena
kewarganegaraan seseorang menyebabkan timbulnya atau mengakibatkan hak-hak penting
dalam hukum internasional antara lain :
1) Hak atas perlindungan diplomatik di luar negeri yang merupakan atribut
esensial kewarganegaraan,
2) Negara dapat dipertanggungjawabkan jika tidak berhasil mencegah
warganegaranya melakukan kejahatan atau gagal menghukumnya setelah
tindakan salah dilakukan,
3) Adalah kewajiban setiap warga negara untuk menerima kembali warga
negaranya di wilayahnya. Pasal 12 ayat 4 Perjanjian Internasional mengenai
hak-hak sipil dan politis 1966 menetapkan: “Tak seorangpun dengan cara
sewenang-wenang dirampas haknya untuk memasuki negaranya sendiri.”
4) Kewarganegaraan menuntut kesetiaan dan salah satu bentuk utama
kesetiaan adalah melaksanakan wajib militer bagi negara,
5) Negara mempunyai hak untuk menolak (kecuali ada perjanjian khusus yang
mengikat) menyerahkna warga negaranya kepada negara lain yang meminta
penyerahan warga negara tersebut,
6) Status sebagai musuh dalam waktu perang ditentukan oleh
kewarganegaraan yang bersangkutan,
7) Negara-negara dapat melaksanakan yurisdiksi pidana atau yurisdiksi lain
berdasarkan kewarganegaraan.
b. Tugas Menteri
1. Mengikuti dan melakukan koordinasi pelakanaan kebijaksanaan dan
program yang telah ditetakan di bidang tertentu yang menjadi tanggung
jawabnya
2. Menampung dan mengusahakan penyelesaian masalah-masalah yang
timbul serta mengikuti perkembangan keadaan dalam bidang yang
dikoordinasinya sehari-hari
3. Melaksanakan koordinasi seerat-eratnya antara berbagai Direkur Jenderal
dan pimpinan lembaga lainnya dalam penanganan masalah yang memiliki
sangkut paut dengan bidang koordinasi Menteri Negara yang
bersangkutan
4. Membina dan melakukan koordinasi dengan atau antar departemen dan
instansi lainnya baik dalam rangka pengumpulan bahan, pembahasan
masalah yang diperlukan bagi perumusan kebijaksanaan dan program
yang menyangkut bidang yang menjadi tanggungjawabnya, ataupun
dalam menampung dan memecahkan masalah yang timbul dalam
pelaksanaan kebijaksanaan dan program tertentu.
5. Menyampaikan laporan dan bahan keterangan serta saran dan
pertimbangan di bidang tanggungjawabnya Kepada Menteri Pimpinan
Departemen, Menteri Koordinator yang dibantunya, dan Kepada Presiden.
E. LEMBAGA-LEMBAGA INDEPENDEN
1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM)
1. Tugas dan Wewenang Komnas HAM
Tugas dan wewenang Komnas HAM sudah tercantum di dalam UU Nomor 39
Pasal 89 UU 39/1999. Dalam pasal tersebut menjelaskan tugas dan
wewenang Komnas HAM terbagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:
2. Pengkajian dan Penelitian
Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam bidang pengkajian dan
penelitian, lembaga ini bertugas dan berwenang melakukan :
Pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional hak asasi
manusia dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan
aksesi dan atau ratifikasi
Pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan untuk
memberikan rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan, dan
pencabutan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak
asasi manusia
Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian
Studi kepustakaan, studi lapangan dan studi banding di negara lain
mengenai hak asasi manusia
Pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan perlindungan,
penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia
Kerja sama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga atau
pihak lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam
bidang hak asasi manusia.
2. Penyuluhan
Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam bidang penyuluhan, Komnas
HAM bertugas dan berwenang melakukan:
Penyebarluasan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada masyarakat
Indonesia
Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia melalui
lembaga pendidikan formal dan non-formal serta berbagai kalangan lainnya
Kerja sama dengan organisasi, lembaga atau pihak lainnya, baik di tingkat
nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia.
3. Pemantauan
Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam bidang pemantauan, Komnas
HAM bertugas dan berwenang melakukan:
Pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan laporan
hasil pengamatan tersebut.
Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam
masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga
terdapat pelanggaran hak asasi manusia.
Pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang
dilakukan untuk dimintai dan didengar keterangannya.
Pemanggilan saksi untuk diminta didengar kesaksiannya, dan kepada
saksi pengadu diminta menyerahkan bukti yang diperlukan.
Peninjauan di tempat kejadian dan tempat kejadian dan tempat lainnya
yang dianggap perlu.
4. Mediasi
Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam bidang mediasi, Komnas
HAM bertugas dan berwenang melakukan:
Perdamaian kedua belah pihak.
Penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, dan penilaian ahli.
Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa
melalui pengadilan.
Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi
manusia pada Pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya.
Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi
manusia kepada DPR RI untuk ditindaklanjuti.
Selain tugas dan wewenang di atas, dalam UU Nomor 26 Tahun 2000 Pengadilan
HAM, Komnas HAM juga memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan
terhadap peristiwa atau kasus yang memuat pelanggaran hak asasi manusia yang
berat.
Tugas lainnya yang harus dijalankan oleh Komnas HAM adalah mengawasi dan
menghapus segala upaya bentuk diskriminasi ras dan etnis, berdasarkan UU Nomor
40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.
F. LEMBAGA-LEMBAGA DAERAH
1) Lembaga Daerah Propinsi
a. Pemerintahan Daerah Propinsi
Pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan.
Otonomi yang dilakukan pemerintah daerah bersifat seluas-luasnya, kecuali urusan
yang oleh UU ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat .
Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan wewenangnya dalam mengurus rumah tangga
daerah .
b. Bupati /walikota
Seorang bupati kewenangannya sejajar dengan wali kota, yakni kepala daerah untuk
daerah kota
tugas seorang bupati dan walikota, berdasarkan pasal 24 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah:
1. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala
daerah.
2. Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi disebut
gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota.
3. Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh satu orang
wakil kepala daerah.
4. Wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk provinsi
disebut wakil gubernur untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota
disebut wakil walikota
c. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
DPRD memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat . Anggota
DPRD memiliki hak mengajukan rancangan peraturan daerah, mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan dipilih, membela diri,
imunitas, mengikuti orientasi dan pendalaman tugas, protokoler, serta keuangan dan
administratif
DPRD berhak meminta pejabat negara tingkat daerah, pejabat pemerintah daerah,
badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan . Jika permintaan
ini tidak dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan) Jika panggilan paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah,
yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan)
3.Lembaga Desa
A. Pemerintahan Desa
Desa yang kini tidak lagi menjadi sub-pemerintahan kabupaten berubah menjadi
pemerintahan masyarakat. Prinsip desentralisasi dan residualitas yang berlaku pada
paradigma lama melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, digantikan oleh
prinsip rekognisi dan subsidiaritas. Kedua prinsip ini memberikan mandat sekaligus
kewenangan terbatas dan strategis kepada desa untuk mengatur serta mengurus urusan
desa itu sendiri.
B. Kepala Desa
Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintah Desa yang memimpin
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan pembangunan
desa, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat Desa
1. tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa memiliki fungsi
sebagai berikut: menyelenggarakan Pemerintahan Desa, seperti tata praja
Pemerintahan, penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan,
pembinaan ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan
masyarakat, administrasi kependudukan, dan penataan dan pengelolaan
wilayah;
2. melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana
perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan;
3. pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan,
dan ketenagakerjaan
tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), Kepala Desa berwenang:
fungsi, membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa, dan melakukan pengawasan kinerja
Kepala Desa.
1.Peradilan Umum
Peradilan umum merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang dilaksanakan
oleh Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.
Peradilan umum dilaksanakan pada tingkat pertama oleh Pengadilan Negeri. Perbedaan
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi terdapat pada kedudukannya.
Dalam lingkungan peradilan umum, bisa dibentuk sebuah pengadilan khusus sesuai
dengan undang-undang. Dalam pengadilan khusus tersebut, bisa diangkat hakim ad hoc.
Fungsinya adalah untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.
Susunan tim dalam Pengadilan Negeri ini terdiri dari Pimpinan Hakim Anggota, Panitera,
Sekretaris, dan Jurusita. Sedangkan dalam Pengadilan Tinggi terdiri dari Pimpinan,
Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris.
Peradilan umum berlaku bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya mengenai perkara
perdata dan pidana.
2. Peradilan Agama
Dalam UU Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, disebutkan Peradilan Agama
adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman untuk masyarakat yang mencari
keadilan dalam beragama Islam yang sesuai dengan apa yang diatur dalam undang-
undang.
Peradilan Tata Usaha Negara mengurus perkara menyangkut sengketa Tata Usaha
Negara. Kedudukan dari Peradilan Tata Usaha Negara terdapat di ibukota
Kabupaten/Kota.
Peradilan ini terbagi menjadi dua yakni Peradilan Tata Usaha Negara di peradilan tingkat
pertama dan Peradilan Tinggi Tata Usaha di tingkat banding. Peradilan Tata Usaha
Negara ini dibentuk lewat keputusan presiden.
Susunan tim dalam peradilan Tata Usaha Negara ini terdiri atas Pimpinan, Hakim
Anggota, Panitera, dan Sekretaris. Adapun tugas dari Peradilan Tata Usaha Negara ini
berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara.
4. Peradilan Militer
Peradilan militer merupakan peradilan yang mengurus peradilan di lingkungan militer.
Peradilan Militer ini mengurus perkara yang bersangkutan dengan prajurit.
Dalam Peradilan Militer ini terdiri atas peradilan militer, peradilan militer tinggi,
peradilan militer utama dan peradilan militer pertempuran.
Salah satu jenis peradilan di Indonesia ini bertugas untuk mengadili perkara yang tempat
kejadiannya berada di daerah hukumnya dan terdakwanya termasuk suatu kesatuan yang
berada di daerah hukumnya.