Anda di halaman 1dari 84

MAKALAH

HUKUM TATA NEGARA

OLEH KELOMPOK 6

SEPRILIANI SURYATI ELTIN SATUNG (51122032)

WULANDARI MUSTAFA (51122033)

GREGORIUS Y.B DOLE (51122035)

GABRIEL DAVID SIKONE (51122036)

NOVIANI VIANEY L. BRIA (51122037)

GIOVANI L.M DONPIERA (51122038)

MARCELINO C.L. AWI (5112140)

FAKULTAS: HUKUM

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG

2022/2023
DAFTAR ISI

BAB I. PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA

A. PENDAHULUAN
1. Istilah, Pengertian dan Objek Hukum Tata Negara
2. Hubungan Hukum Tata Negara Dengan Cabang Yang Lain
B. SUMBER-SUMBER HUKUM TATA NEGARA
1. Pengertian Dan Sumber Huukum Umumnya
2. Sumber Hukum Forrmal Hukuum Tata Negara Indonesia
3. Konstitusi sebagai sumber hukum utama

BAB II SEJARAH KETATAANNEGARAAN INDONESIA

A. MASA HINDIA BELANDA


B. MASA PENDUUDUK JEPANG
C. MASA KEMERDEKAAN

BAB III SISTEM PEMISAHAAN KEKUASAAN NEGARA, DEMPKRASI DAN


SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

A. SISTEM PEMISAHAN KEKUASAAN NEGARA


B. SISTEM DEMOKRASI
C. SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

BAB IV WILAYAH NEGARA

A. PENGERTIAN
B. BAGIAN-BAGIAN WILAYAH NEGARA
C. CARA MEMPEROLEH WILAYAH

BAB V HAK ASASI DAN KEWARGANEGARAAN

A. HAK ASASI MANUSIA


B. KEWARGANEGARAAN

BAB VI KELEMBAGAAN NEGARA DAN SISTEM PERADILAN INDONESIA

A. KEKEMBAGAAN NEGARA DI INDONESIA


B. SISTEM PERADILLAN DI INDONESIA
BAB 1

PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA

1. ISTILAH,PENGERTIAN,DAN OBYEK HTN


 Istilah Hukum tata negara
Istilah Hukum Tata Negara (HTN) berasal dari terjemahan bahasa Belanda
staatsrecht yang berarti hukum negara. Tidak ada perbedaan pengertian antara
hukum tata negara dan hukum negara. Di Inggris dipakai istilah constitutional
law yang memiliki arti yang sama dengan hukum tata negara.

Dapat didefinisikan bahwa hukum tata negara adalah sebuah aturan yang bersangkutan
dengan berbagai tindakan suatu negara. Indonesia bukansatu-satunya negara dengan sistem
tersebut, diantaranya diistilahkan juga dalam bahasa Inggris, Constitutional Law.

 PENEGRTIAN HUKUM TATA NEGARA

. Scholten

Menurut Scholten, definisi dari HTN adalah suatu aturan yang mengatur organisasi dalam
negara. Ruang lingkupnya berupa seluruh organ negara, hak serta kewajiban, hubungan, serta
tugas masing-masing dalam melaksanakan tugas kenegaraan.

2. Wade and Phillips

Definisinya adalah aturan yang melekat pada alat-alat perlengkapan negeri. Aturan tersebut
juga meliputi tugas serta hubungan antara alat pelengkap negara tersebut. Pengertian itu
terangkum dalam sebuah buku berjudul, “Constitutiona Law”, terbit tahun 1936.
3. Kusmandi Pudjosewojo

Sebagai tokoh dalam negeri, pengertian beliau adalah aturan terhadap tata negara kerajaan
maupun pemerintahan. Hukumnya menunjukkan atasan maupun bawahan serta adanya
hirarki atau tingkatan tertentu.

Selanjutnya, definisi hukum tata negara menurut Kusmandi juga menyinggung wilayah
hukum masyarakat tersebut. Nantinya akan menunjukkan perlengkapan dari masyarakat
tersebut.

4. Mac Iver

Mac Iver membedakan negara dengan masyarakat, ia mendefinisikannya sebagai sebuah


organisasi. Adapun HTN yang didefinisikan oleh beliau menyangkut urusan organisasi dalam
masyarakat tersebut.

5. Van der Von

Van der Von juga mendefinisikannya sebagai aturan-aturan dalam berbagai badan sesuai
kepentingannya masing-masing. Aturan tersebut berkaitan dengan wewenang, dan hubungan
antar badan dengan individu di dalam suatu negeri.

6. Apeldoorn

Intinya pendapat Apeldoorn adalah menyebutkan bahwa hukum dalam negara merupakan
sebuah aturan yang berhubungan dengan administrasi suatu negeri. Pengertiannya bisa dalam
bentuk sempit maupun luas.

JADI pengertian HTN secara luas adalah

Menurut Scholten, definisi dari HTN adalah suatu aturan yang mengatur organisasi dalam
negara. Ruang lingkupnya berupa seluruh organ negara, hak serta kewajiban, hubungan, serta
tugas masing-masing dalam melaksanakan tugas kenegaraan
2. Hubungan HTN dengan cabang lainnya

a. Hubungan HTN dan ilmu negara

Hubungan tata negara dengan ilmu negara. Kedua bidang ilmu tersebut, hukum
tata negara dengan ilmu negara mempunyai hubungan yang sangat dekat, di
mana ilmu negara memberikan dasar-dasar teoretis kepada hukum tata negara,
sedangkan hukum tata negara merupakan konkretisasi dari teori-teori ilmu negara

b. Hubungan hukum tata negara dengan ilmu politik. Hukum tata


negara mempelajari tenang peraturan-peraturan hukum yang mengatur organisasi
kekuasaan negara. Sedangkan ilmu politik mempelajari tentang kekuasaan di lihat
dari aspek perilaku kekuasaan tersebut..
c. Hubungan antara HTN dengan HAN, yaitu bahwa badan-badan kenegaraan
memperoleh wewenang dari HTN dan badan-badan kenegaraan itu menggunakan
wewenangnya harus berdasarkan atau sesuai dengan HAN.

B. SUMBER-SUMBER HUKUM TATA NEGARA

1. PENGERTIAN DAN SUMBER HUKUM UMUMNYA

a. pengertian

sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang yang
mempunyai kekuatan yang bersifat yang bersifat memaksa  yakni aturan-aturan
yang kalau dilaggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum
menurut pendapat ahli hukum sering disebut juga sebagai doktrin.

b. Sumber hukum umumnya

Secara umum,sumber hukum ada 2 macam: Sumber Hukum Materiil : yaitu


tempat darimana materi (isi )hukum diambil. dapat dikatakan darimana
bahan hukum diambil. Sumber hukum Formil : tempat darimana
mengambil hukum dengan melihat cara terjadinya atau bentuknya.
1) Sumber hukum materil dapat berupa

a. Sumber hukum filsofis

Landasan filosofis adalah pertimbangan atau alasan yang menggambarkan


bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup,
kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah
bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD 1945

b. sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita


dapat menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber
hukum ini dibagi menjadi : a. Sumber hukum yang merupakan tempat
dapat ditemukan atau dikenal hukum secara historis : dokumen-dokumen
kuno, lontar,
c. sumber hukum sosiologis
sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber
hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang
menentukan isi hukum positif, seperti misalnya keadaan agama,
pandangan agama, kebudayaan dsb. isinya mengikat setiap penduduk

2 sumber hukum formal terdiri dari


a.undang-undang ( dalam arti luas /materil . termasuk undang-undang dasar, dan dalam arti
sempit / formil )
Pengertian undang-undang dalam arti materiil atau luas yaitu semua peraturan atau keputusan
tertulis yang menurut isinya mengikat setiap orang secara umum dan dibuat oleh penguasa
baik pusat maupun daerah yang sah.

Undang-undang pada dasarnya memiliki arti secara formil dan materiil. Undang-undang
dalam arti formil adalah suatu bentuk keputusan atau ketentuan yang dikeluarkan oleh
pembentuk Undang-undang dengan prosedur tertentu.
b. kebiasaan dan hukum

Secara garis besar, hukum adat adalah hukum kebiasaan yang artinya aturan dibuat dari
tingkah laku masyarakat yang tumbuh dan berkembang sehingga menjadi sebuah hukum
yang ditaati secara tidak tertulis. Hukum adat diakui oleh negara sebagai hukum yang sah.

c.yurisprudensi atau jugde made law ( hukum buatan hakim)

Definisi dan arti kata Judge Made Law adalah pembentukan hukum oleh hakim. Istilah ini
dikenal kuat dalam sistem hukum common law atau Anglo Saxon yang menempatkan
pengadilan sebagai pusat supremasi dalam konteks hukum
Sistem hukum yang berlaku di Indonesia tidak sama seperti sistem hukum Anglo-Saxon yang
menganut aliran freie rechtslehre yang memperbolehkan hakim untuk menciptakan
hukum (judge made law).

D TRAKTAT
Traktat atau treaty merupakan sebuah perjanjian internasional antar negara yang paling tinggi
hukumnya sebab traktat wajib diratifikasi oleh pihak-pihak yang berwenang pada negara
masing-masing peserta, sesuai dengan hukum yang berlaku dari negara tersebut.

E. DOKTRIN ( PENDAPAT PARA AHLI )


Doktrin merupakan pendapat para ahli hukum ternama, yang mempunyai pengaruh dalam
pengambilan putusan pengadilan. Pertimbangan hukum dalam suatu putusan pengadilan,
seringkali hakim akan menjadikan pendapat para ahli sebagai pertimbangan putusannya,
dengan mengutip pendapat-pendapat para AHLI

2 SUMBER HUKUM FORMAL HUKUM TATA NEGARA


Undang-undang; Kebiasaan (costum) dan adat. Perjanjian antara negara (traktat) Keputusan
hakim (jurisprudensi)

a’ undang undang dasar 1945


Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. TAP MPR
Yang dimaksud dengan “Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat”
adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003
tentang ...

C UNDANG-UNDANG (PERPU)

PERPU (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang) adalah Peraturan Perundang-


undangan yg ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang
memaksa. UU (Undang-Undang) adalah Peraturan Perundang-undangan yg dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden.
D. PERATURAN PEMERINTAH
Peraturan Pemerintah (disingkat PP) adalah Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
Displaying 1-10 of 26 results.

E. PERATURAN PRESIDEN

Peraturan Presiden disingkat Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh


Presiden. Materi muatan Peraturan Presiden adalah materi yang diperintahkan oleh Undang-
Undang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah.

F. PERATURAN DAERAH

Pengertian Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah Menurut Undang- Undang Nomor
10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dengan
Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah ...

A.UNDANG-UNDANG DASAR 1945


1) SEJARAH PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
UUD 1945 disahkan sebagai konstitusi tertulis melalui Sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945. Tepatnya sehari setelah pembacaan
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Penyusunan UUD 1945 berawal dari Jepang yang tidak
menepati janji untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
2 ISI MATERI UUD 1945
Isi UUD 1945 adalah undang-undang yang mengatur bentuk dan kedaulatan negara
Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), kekuasaan pemerintah, dewan
pertimbangan agung (dihapus pada perubahan keempat), kementerian negara, pemerintah
daerah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
3 HUBUNGAN PEMBUKAAN DENGAN BATANG TUBUH UUD 1945
Hubungan langsung antara pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuhnya bersifat kausal
organis karena isi dalam pembukaan dijabarkan ke dalam pasal-pasal UUD 1945. Sehingga,
pembukaan UUD 1945 yang memuat dasar filsafat negara dan UUD merupakan satu
kesatuan.
4 SIFAT UUD 1945
Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan Bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel.
Memuat aturan-aturan pokok yang harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman
serta memuat HAM.
5 CARA PERUBAHAN UUD 1945 ( SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN)
Sebelum amandemen, batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat
dari 16 pasal berayat tunggal, sementara 49 ayat lainnya berasal dari 21 pasal yang berisi 2
ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan.16 Mar 2022
Setelah amandemen UUD 1945, terjadi pergeseran kekuasaan Presiden dalam
membentuk undang-undang, yang diatur dalam pasal 5, berubah menjadi Presiden berhak
mengajukan rancangan undang-undang, dan Dewan Perwakilan Rakyat memegang
kekuasaan membentuk undang-undang (pasal 20).

B ketetapan TAP MPR

1 bentuk ketetapan mpr


Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, atau disingkat Ketetapan MPR atau TAP MPR,
adalah bentuk putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang berisi hal-hal yang bersifat
penetapan (beschikking).

2 isi ketetapan mpr

Meskipun dalam Peraturan Tata Tertib MPR Nomor 1 Tahun 2014, pada Pasal 103 ayat (2)
diatur bahwa Ketetapan MPR merupakan keputusan MPR yang berisi hal-hal yang bersifat
pengaturan, mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam dan ke luar MPR, dan
menggunakan nomor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C undang undang perpu

a. undang undang menurut jenisnya


Tata urutan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah: 1. Undang-
Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis MPR; 3. Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; 5. Peraturan Pemerintah; 6.
Keputusan Presiden; 7. Peraturan Daerah.
b. Dasar hukum pembentukan suatu uu
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum
dasar dalam Peraturan Perundang-undangan

C. PENGUNDANGAN / PENGUMUMAN SUATU UU


Pasal 1
Segala undang undang dan peraturan pressiden diumumkan oleh presiden dan ditanda
tangani oleh sekretaris negara
Pasal 2
Untuk sementara waktu pengumuman dilakukan dengan menempelkan undang
undang atau peraturan presiden itu dipapaan pengumuman dimuka komite gedung
nasional pusat.

Pasal 3
Jikalau perlu sekelas penduduk mengetahuinya maka pengumuman itu disiarrkan
dengan perantaraan surat kabar radio atau penyiar lainnya.

Pasal 4
Undang-undang dan peraturan pressiden mulai berlaku pada hari diumumkan kecuali
didalam peraturan atau undang-udnang itu ditetaapkan

d.penulisan suatu UU
Penulisan undang- undang, kedua huruf ”u” ditulis dengan huruf kapital ”U”. 2. Kata
MEMUTUSKAN ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa spasi di antara suku kata dan
diakhiri dengan tanda baca titik dua serta diletakkan ditengah marjin.

e.fungsi uu
Sebelum disahkan, undang-undang disebut sebagai rancangan Undang-Undang. Undang-
undang berfungsi untuk digunakan sebagai otoritas, untuk mengatur, untuk menganjurkan,
untuk menyediakan (dana), untuk menghukum, untuk memberikan, untuk mendeklarasikan,
atau untuk membatasi sesuatu.

f. materi muatan uu
materi muatan Peraturan Perundang Undangan harus mencerminkan asas pengayoman,
kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan, kenusantaraan, bhinneka tunggal ika, keadilan,
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum dan
atau keseimbangan, keserasian dan keselarasan.

2.peraturan pemerintah pengganti uu ( perpu)


Perpu merupakan Peraturan Pemerintah yang dibentuk dalam hal ihwal Kegentingan yang
Memaksa untuk mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945. Pembentukan peraturan
perundang-undangan pada umumnya meliputi tahapan perencanaan, penyusunan, pengesahan
atau penetapan dan pengundangan.

a. Dasar hukum pembentukan perpu


Secara konstitusional Perpu merupakan produk hukum yang sah sebagaimana
ketentuan Pasal 22 UUD 1945. Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa,
Presiden berhak menetapkan Perpu sebagai pengganti undang-undang.

b. Fungsi perpu

fungsi Peraturan Pemerintah ialah sebagai instrumen untuk menjabarkan lebih lanjut


dan rinci mengenai ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya dalam undang-
undang.

c. Materi muatan perpu

Perpu memiliki materi muatan yang sama, yaitu mengenai pengaturan lebih lanjut mengenai


ketentuan UUD 1945, perintah Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang,
pengesahan perjanjian internasional, tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi, dan
pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

d. PERATURAN PEMERRINTAH (PP)


a. Dasar hukum peraturan pemerintah(PP)
Pasal 5 Ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi, “Presiden menetapkan Peraturan
Pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.”
b. Fungsi peraturan pemerintah

fungsi Peraturan Pemerintah adalah sebagai instrumen untuk mengadakan pengaturan


lebih lanjut untuk melaksanakan undang-undang.

c. Materi muatan peraturan pemerintah


Materi muatan Peraturan Pemerintah (PP) sebagaimana tertuang dalam Pasal 12
UU 12/2011 adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya. Adapun yang mengesahkan PP adalah Presiden. Hal ini sebagaimana
ketentuan Pasal 1 angka 5 UU 12/2011

e.peraturan presiden (perpres)


a.dasar hukum pembentukan perpres

Dasar kewenangan presiden dalam mengeluarkan Perpres adalah Pasal 4 ayat (1)


UUD 1945. Perpres adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
presiden untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

b.fungsi perpres

Perpres mempunyai tiga fungsi, yakni sebagai (1) peraturan delegasi, (2) peraturan pelaksana
dan (3) "peraturan mandiri".

c.materi muatan perpres


Berdasarkan Pasal 13 UU 12/2011, materi muatan Peraturan Presiden berisi materi
yang diperintahkan oleh UU, materi untuk melaksanakan PP, atau materi untuk
melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.

F PERATURAN DAERAH (PERDA)


a. Dasar hukum pembentukan peraturan daerah
Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah : Pasal 18 ayat (6) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1950, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014,
Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015.

b. Fungsi peraturan daerah

Hakikat perda sebagai sarana penampung kondisi khusus di daerah merupakan


fungsi perda yang tidak hanya sebagai penjabaran lebih lanjut dari peraturan
perundang-undangan nasional, akan tetapi juga sebagai sarana hukum dalam
memperhatikan ciri khas masing-masing daerah
c. Materi muatan peraturan daerah
Sesuai ketentuan Pasal 12 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, materi muatan Perda adalah
seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan
tugas pembantuan dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran
lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan

3. KONSTITUSI SEBAGAI SUMBER HUKUM UTAMA


1. Istilah dan pengertian konstitusi
K. C. Wheare: Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang
berupa kumpulan peraturan yang membentuk dan mengatur/memerintah dalam
pemerintahan suatu negara. Herman Heller: konstitusi lebih luas daripada UUD.

2 klasifikasi konstitusi

Berdasarkan jenis konstitusi, terdapat dua klasifikasi. Pertama adalah


klasifikasi konstitusi tertulis (written) dan konstitusi tidak tertulis (unwritten).
Konstitusi tertulis adalah konstitusi dalam bentuk suatu dokumen hukum tertulis yang
memiliki kedudukan hukum khusus dalam penyelenggaraan negara.

3 cara perubahan konstitusi


Strong (Thaib, 2003: 51), bahwa cara perubahan konstitusi ada empat macam yaitu;
(1) perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif menurut
pembatasan-pembatasan tertentu, (2) perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat
melalui suatu referendum

D KONSTITUSIONALISME / PAHAM KONSTITUSI

Secara umum konstitusionalisme diartikan sebagai paham kenegaraan yang


memberikan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) yang disertai cara-
cara yang dilembagakan untuk melindungi HAM melalui pembentukan lembaga
negara yang disusun dalam satu sistem pemeraintahan.

E PRINSIP NEGARA HUKUM DAN THE RULE OF LAW

Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap Negara Hukum yang disebutnya
dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu: 1. Supremacy of Law. 2. Equality before the law. 3.
Due Process of Law.
BAB II

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA

A. MASA HINDIA BELANDA


KERAJAAN-KERAJAAN INDONESIA
• Proses pembentukan kerajaan Indonesia Kuno berkaitan erat dengan perkembangan
lalu lintas dan perdagangan laut serta pembentukan pusat-pusat perdagangan di muara
sungai dan di pesisir di sepanjang route pelayaran dan perdagangan.
• Proses pembentukan kerajaan Hindu di mulai sejak abad V M
• Proses pembentukan kerajaan Islam dimulai abad XIII M
• Lahirlah kerajaan-kerajaan dagang di tanah air: Sriwijaya, Malaka, Aceh, Goa,
Ternate, Tidore
• Hanya di Jawa (Jateng dan Jatim) dan Bali kerajaan dagang tersebut berkembang
menjadi kerajaan feodal-agraris dan berpusat di pedalaman.

KERAJAAN ISLAM ABAD XVI – XX


• Proses pembentukan dan perkembangan kerajaan di Indonesia tidak terhenti dengan
datangnya pedagang-pedagang dari Eropa Barat.
• Terbentuklah kerajaan (kesultanan) Islam di Indonesia: kerajaan Ternate (XVI),
kerajaan Makasar (XVII), Kerajaan Banten (XVII), Kerajaan Aceh (XVII), dan
Kerajaan Mataram.

BERDIRINYA VOC DAN POLITIK EKSPLOITASI EKONOMI


• Pada tahun 1602 atas inisiatif Johan van Olden Barnevelt, terbentuk VOC.
• Oleh Staten General, VOC diberi Charter Octrooi: kekuatan untuk mewujudkan
organisasi pemerintahan di daerah yang sudah didudukinya lengkap dengan aparat
kepegawaian sipil, militer di darat dan laut, mengadakan perang dan perdamaian,
mengadakan traktat-traktat internasional dengan raja-raja di daerah, mencetak dan
mengedarkan uang sendiri, membangun benteng-benteng, memiliki angkatan perang.

VOC BISA BERKEMBANG MENJADI PERUSAHAAN YANG TANGGUH?


• DUKUNGAN POLITIK
• DUKUNGAN MILITER
• PERBANKAN
• DUKUNGAN INTELEKTUAL
• MEDIA MASSA
• ELIT PRIBUMI

GEORGE SANTAYANA
• THOSE WHO FAILED TO LEARN THE LESSONS OF HISTORY ARE
DOOMES TO REPEAT THEM

PIMPINAN VOC
• Pimpinan VOC di negeri Belanda, dikendalikan oleh De Heren Zeventien, yang
dipilih oleh compagnie-compagnie yang tergabung dalam VOC. • 1608 diangkat gub
jend untuk pertama ali sbg pimpinan umum pemerintahan dan perdagangan VOC di
kep Indonesia ialah Pieter Both yang tiba di Banten 1610.

POLITIK EKSPLOITASI EKONOMi


• Cara VOC; berusaha merebut pasaran produksi pertanian. Biasanya dengan
memaksakan monopoli (rempah-rempah) di Maluku dan kopi di Priangan atau Hak
Beli Utama.
• The great value put on spices is best reflected by economic developments that began
before 2000 BC in the Middle East, in the form of lucrative commerce in cinnamon,
cassia (see Senna), and pepper. For many centuries Arab merchants controlled the
overland trade routes to India, but when sea routes were discovered, Roman-
controlled Alexandria, in Egypt, became a commercial center. From the 13th to the
15th century, Venice monopolized spice trade with the Middle East. Venice demanded
such exorbitant prices, however, that Portugal and Spain looked eastward for routes to
the Spice Islands around the Cape of Good Hope, and then, with the voyage of
Christopher Columbus, searched westward. Although many of the early explorers set
out to find gold, these expeditions gained much of their financial backing from trade
in spices.
• Tidak ikut aktif dalam kegiatan produksi
• Interventsi terhadap masalah-masalah intern kerajaan di Indonesia dapat
memperluas cara memperoleh keuntungan/mengumpulkan tanaman perdagangan
ialah dengan Verplichte Leverantien dan Contingenten untuk menegakkan monopoli
dapat dilakukan dengan pelayaran hongi dan Extirpasi.

POLITIK TERITORIAL VOC


• Ketika kekuatan fisiknya masih terbatas, VOC hanya menduduki tempat strategis,
• 1610-1619 pusat kedudukan VOC adalah Ambon.
• 1619 di bawah Jan Pieterzoon Coen dipindah di Jayakarta. Kota baru dinamakan
Batavia (pusat pelayaran, perdagangan, dan kekuasaan pem VOC di nusantara.
• Dalam abad XVII dan XVIII dari Batavia ini oleh VOC dikembangkan suatu
Imperium Dagang yang pada hakekatnya menunjukkan sifat-sifat yang sama dengan
kerajaan dagang. Maksud dan tujuan VOC ialah berdagang tanpa saingan maka VOC
sedikit-demi sedikit memperluas daerah teritorial kekuasaannya. Dari Badan Dagang
kemudian menjadi suatu Souverign yang memiliki wil teritorial. Satu persatu kerajaan
di nusantara berada di bawah kekuasaan VOC. Namun lembagalembaga pemerintahan
pribumi tetap diperintahkan (sistem indirect-role).

TERBENTUKNYA IMPERIUM KOLONIAL BELANDA (H-B)


• Masa VOC: negeri Belanda berbentuk Rep Federal yang dikuasai golongan
aristokrasi dagang (1600- 1789).
• Masa peralihan (1789-1813). 1795 diduduki Perancis. 1807: Daendels diangkat sbg
GG.
• Masa Hindia Belanda (1813-1942). 1813 diproklamasikan kerajaan Belanda. 1814
ditetapkan konstitusi pertama Koninkrijk Nederlanden yang berbentuk monarkhi
konstitusional.

DIBAWAH HINDIA BELANDA


• Ekspansi semakin intensif
• Tahun 1854 Hindia Belanda terbagi atas: daerah-daerah yang dikuasai secara
langsung (direct bestuur gebied), daerah yang dikuasai tidak langsung , daerah-daerah
yang dipengaruhi daerah di luar kerajaan yang secara de jure dikuasai oleh Belanda.
• 1904-1909, Van Heutz dapat menaklukkan Aceh, hampir secara utuh kep Ind
dikuasai Belanda. Terbentuklah Pax Neerlandica, yang didalamnya terkandung arti
Unification and Pacification.
POLITIK DAENDELS
• Gubernur jenderal I 1808-1811
• Seorang praktis
• Tugas pokok: mempertahankan pulau Jawa terhadap serangan Inggris dan
memperbaiki pemerintahan.

LANGKAH-LANGKAH PERBAIKAN ADMINISTRASI


• Memberikan gaji tetap kepada pegawai negeri dan melarang pegawai negeri
menerima hadiah
• Pengiring-pengiring dan kebesaran bupati dikurangi.
• Gelar dan hak istimewa dihapuskan
• Semua kepala desa diangkat oleh pemerintah
• Residen melindungi penduduk dari penganiayaan. Menjamin penduduk yang
menebang poho menerima upahnya
• Menghapus penyerahan wajib benang, kapas, dan nila
• Melarang menyewakan desa, kecuali yang ada penggilingan gula, pembuata garam,
dan sarang burung.

TINDAKAN DAENDELS DI BIDANG KEUANGAN


• Untuk mengisi kas kosong: peredaran uang kertas, peminjaman paksa, penjualan
tanah, mengadakan perbaikan tata buku.
• Sistem rodi tetap diberlakukan.
• Pengaruh Barat semakin dalam terlebih sesudan tahun 1800.

PERLAWANAN RAKYAT TERHADAP DAENDELS


• Banten (Abdul Fatah)—pangkalan di selat Sunda.
• Cirebon (Raja Kanoman-1807)
• Yogyakarta.

B. MASA PENDUDUK JEPANG


1.Masuknya Jepang Ke Indonesia
Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942, ketika
Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati,
Bandung,. Jepang tanpa banyak menemui perlawanan yang berarti berhasil
menduduki Indonesia. Bahkan, bangsa Indonesia menyambut kedatangan balatentara
Jepang dengan perasaan senang, perasaan gembira karena akan membebaskan bangsa
Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa Belanda.

Sebenarnya, semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara tua’ yang


disampaikan Jepang merupakan tipu muslihat agar bangsa Indonesia dapat menerima
kedatangan Balatentara Jepang. Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut
dengan hangat oleh bangsa Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh
berbeda dengan negara imperialis lainnya. Jepang termasuk negara imperialis baru,
seperti Jerman dan Italia. Sebagai negara imperialis baru, Jepang membutuhkan
bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan pasar bagi
barangbarang industrinya. Oleh karena itu, daerah jajahan menjadi sangat penting
artinya bagi kemajuan industri Jepang. Apalah arti kemajuan industri apabila tidak
didukung dengan bahan mentah (baku) yang cukup dengan harga yang murah dan
pasar barang hasil industri yang luas.

Dengan demikian, jelas bahwa tujuan kedatangan Balatentara Jepang ke Indonesia


adalah untuk menanamkan kekuasaannya, untuk menjajah Indonesia. Artinya,
semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara tua’ merupakan semboyan
yang penuh kepalsuan. Hal itu dapat dibuktikan dari beberapa kenyataan yang terjadi
selama pendudukan Balatentara Jepang di Indonesia. Bahkan, perlakuan pasukan
Jepang lebih kejam sehingga bangsa Indonesia mengalami kesengsaraan. Sumber-
sumber ekonomi dikontrol secara ketat oleh pasukan Jepang untuk kepentingan
peperangan dan industri Jepang, melalui berbagai cara berikut:
a. Tidak sedikit para pemuda yang ditangkap dan dijadikan romusha. Romusha adalah
tenaga kerja paksa yang diambil dari para pemuda dan petani untuk bekerja paksa
pada proyek-proyek yang dikembangkan pemerintah pendudukan Jepang. Banyak
rakyat kita yang meninggal ketika menjalankan romusha, karena umumnya mereka
menderita kelaparan dan berbagai penyakit
b. Para petani diawasi secara ketat dan hasil-hasil pertanian harus diserahkan kepada
pemerintah Balatentara Jepang.
c. Hewan peliharaan penduduk dirampas secara paksa untuk dipotong guna memenuhi
kebutuhan konsumsi perang.
2. Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang

a.Bidang ekonomi

Setelah menduduki Indonesia Jepang mengambil berbagai kerbijakan. Kebijakan


Pemerintah Balatentara Jepang, meliputi berbagai bidang, diantaranya.

1) Perluasan areal persawahan. Setelah menduduki Indonesia, Jepang melihat bahwa


produksi beras tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perluasan areal persawahan guna meningkatkan produksi beras.
Meskipun demikian produksi pangan antara tahun 1941-1944 terus menurun.
2) Pengawasan pertanian dan perkebunan. Pelaksanaan pertanian diawasi secara
ketat dengan tujuan untuk mengendalikan harga barang, terutama beras. Hasil
pertanian diatur sebagai berikut: 40% untuk petani, 30% harus dijual kepada
pemerintah Jepang dengan harga yang sangat murah, dan 30% harus diserahkan
ke ‘lumbung desa’. Ketentuan itu sangat merugikan petani dan yang berani
melakukan pelanggaran akan dihukum berat. Badan yang menangani masalah
pelanggaran disebut Kempetai (Korps Polisi Militer), suatu badan yang sangat
ditakuti rakyat.

Pengerahan sumber daya ekonomi untuk kepentingan perang. Untuk menguasai hasil-hasil
pertanian dan kekayaan penduduk, Jepang selalu berdalih bahwa untuk kepentingan perang.
Setiap penduduk harus menyerahkan kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat harus
menyerahkan barang-barang berharga (emas dan berlian), hewan, bahan makanan kepada
pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha usahanya, Jepang membentuk Jawa Hokokai
(Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian).

b.Bidang pemerintahan

Pada dasarnya pemerintahan pendudukan Jepang adalah pemerintahan militer yang sangat
diktator. Untuk mengendalikan keadaan, pemerintahan dibagi menjadi beberapa bagian. Jawa
dan Madura diperintah oleh Tentara ke 16 dengan pusatnya di Jakarta (dulu Batavia).
Sumatera diperintah oleh Tentara ke 25 dengan pusatnya di Bukittinggi (Sumbar). Sedangkan
Indonesia bagian Timur diperintah oleh Tentara ke 2 (Angkatan Laut) dengan pusatnya di
Makasar (Sulsel). Pemerintahan Angkatan Darat disebut Gunseibu, dan pemerintahan
Angkatan Laut disebut Minseibu.
Masing-masing daerah dibagi menjadi beberapa wilayah yang lebih kecil. Pada awalnya,
Jawa dibagi menjadi tiga provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur) serta dua
daerah istimewa, yaitu Yogyakarta dan Surakarta. Pembagian ini diang-gap tidak efektif
sehingga dihapuskan. Akhirnya, Jawa dibagi menjadi 17 Karesidenan (Syu) dan diperintah
oleh seorang Residen (Syucokan). Keresidenan terdiri dari kotapraja (Syi), kabupaten (Ken),
kawedanan atau distrik (Gun), kecamatan (Son), dan desa (Ku).

Sumatera dibagi menjadi 10 karesidenan dan beberap sub-karesidenan (Bunsyu), distrik, dan
kecamatan. Sedangkan daerah Indonesia Timur yang dikuasai Angkatan Laut Jepang dibagi
menjadi tiga daerah kekuasaan, yaitu: Kalimantan, Sulawesi, dan Seram (Maluku dan Papua).
Masing-masing daerah itu dibagi menjadi beberapa karesidenan, kabupaten, sub-kabupaten
(Bunken), distrik, dan kecamatan.

Pembagian daerah seperti di atas dimaksudkan agar semua daerah dapat diawasi dan
dikendalikan untuk kepentingan pemerintah balatentara Jepang. Namun, untuk menjalankan
pemerintahan yang efektif dibutuhkan jumlah personil (pegawai) yang banyak jumlahnya.
Sedangkan jumlah orang Jepang yang ada di Indonesia tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tenaga dalam bidang pemerintahan. Untuk mengawai dan menjalankan
pemerintahan secara efektif merupakan tantangan yang berat karena terbatasnya jumlah
pegawai atau orang-orang yang dapat dipercaya untuk memegang jabatan penting dalam
pemerintahan.

Untuk mengatasi kekurangan jumlah pegawai, pemerintah Jepang dapat menempuh beberapa
pilihan, di antaranya:

1. Memanfaatkan orang-orang Belanda yang masih ada di Indonesia. Pilihan ini sangat tidak
mungkin karena Jepang sedang menanamkan sikap anti Belanda di kalangan pen-duduk
Indonesia.
2. Menggunakan tenaga Timur Asing (Cina). Pilihan ini juga sangat berat karena Cina
dianggap sebagai lawan politik Jepang yang paling berbahaya untuk mewujudkan cita-cita
Jepang, yaitu membangun Asia Timur Raya.

3. Memanfaatkan penduduk Indonesia. Pilihan ini dianggap yang paling realistik karena
sesuai dengan semboyan ‘Jepang sebagai saudara tua’ yang ingin membebaskan suadara
mudanya dari belenggu penjajahan bangsa Eropa. Di samping itu, pemakaian bangsa
Indonesia sebagai dalih agar bangsa Indonesia benar-benar bersedia membantu untuk
memenangkan perang yang sedang dilakukan Jepang.

c.Bidang militer

Beberapa organisasi militer yang dibentuk pemerintah Jepang, diantaranya:

1) Heiho (pembantu prajurit Jepang) adalah kesatuan militer yang dibentuk oleh
pemerintah Jepang yang beranggotakan para pemuda Indonesia. Heiho menjadi
bagian Angkatan Darat maupun Angkatan Laut Jepang. Anggota Heiho mendapat
latihan kemiliteran agar mampu menggantikan prajurit Jepang di dalam peperangan.
Para anggota Heiho mendapat latihan untuk menggunakan senjata (senjata anti
pesawat, tank, artileri medan, mengemudi, dan sebagainya). Namun, tidak ada
satupun anggota Heiho yang berpangkat perwira. Pangkat perwira hanya
dipeuntukkan bagi orang-orang Jepang. Para anggota Heiho mendapat latihan
kemiliteran. Untuk itu, pemerin-tah Jepang menugaskan seksi khusus dari bagian
intelejen untuk melatih para anggota Heiho. Latihan dipimpin oleh Letnan Yana-gawa
dengan tujuan agar para pemuda Indonesia dapat melak-sanakan tugas intelejen.
2) Pembela Tanah Air (PETA) dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943. Menjelang
berakhirnya latihan kemiliteran angkatan ke 2, keluarlah surat perintah untuk
membentuk PETA. Namun, Letjen Kamakici Harada memutuskan agar
pembentukkan PETA bukan inisiatif pemerintah Jepang, melainkan inisiatif bangsa
Indonesia. Untuk itu, dicarilah seorang putera Indonesia yang berjiwa nasionalis
untuk memimpin PETA. Akhirnya, pemerintah Balatentara Jepang meminta Gatot
Mangunpraja (seorang nasionalis yang bersimpati terhadap Jepang) untuk menulis
permohonan pembentukkan tentara PETA. Surat permohonan telah dikirim pada
tanggal 7 September 1943 dan permohonan itu dikabulkan dengan dikeluarkan
peraturan yang disebut Osamu Seirei No. 44, tanggal 3 Oktober 1943. Pembentukkan
PETA, ternyata menarik perhatian para pemuda Indonesia, terutama yang telah
mendapat pendidikan sekolah menengah dan para anggota Seinendan. Keanggotaan
PETA dibedakan dalam beberapa pangkat yang berbeda (sebenarnya bukan pangkat,
tetapi nama jabatan). Ada lima macam pangkat, yaitu: (1) Daidanco (Komandan
Batalyon), (2) Cudanco (Komandan Kompi), (3) Shudanco (Komandan Peleton), (4)
Budanco (Komanda Regu), dan (5) Giyuhei (Prajurit Sukarela).

d.Bidang social

Salah satu kebijakan yang cukup penting dalam bidang sosial adalah pembagian kelas
masyarakat seperti pada zaman Belanda. Masyarakat hanya dibedakan menjadi
‘saudara tua’ (Jepang) dan ‘saudara muda’ (Indonesia). Sedangkan penduduk Timur
asing, terutama Cina adalah golongan masyarakat yang sangat dicurigai karena di
negeri leluhurnya bangsa Cina telah mempersulit bangsa Jepang dalam mewujudkan
cita-citanya. Hal ini sesuai dengan propaganda Jepang bahwa ‘Asia untuk bangsa
Asia’. Namun dalam kenyataannya, Indonesia bukan untuk bangsa Asia, melainkan
untuk bangsa Jepang. Untuk mencapai tujuannya, Jepang mengeluarkan beberapa
kebijakan di bidang sosial, seperti:

1) Pembentukkan Rukun Tetangga (RT). Untuk mempermudah pengawasan dan


pengerahan penduduk, pemerintah Jepang membentuk Tanarigumi (RT). Pada
waktu itu, Jepang membutuhkan tenaga yang sangat besar jumlahnya untuk
membuat benteng-benteng pertahanan, lapangan pesawat terbang darurat, jalan,
dan jembatan. Pengerahan masyarakat sangat terasa dengan adanya Kinrohoishi
(kerja bakti yang menyerupai dengan kerja paksa). Oleh karena itu, pembentukkan
RT dipandang sangat efektif untuk mengerahkan dan mengawasi aktivitas
masyarakat.
2) Romusha adalah pengerahan tenaga kerja secara paksa untuk membantu tugas-
tugas yang harus dilaksanakan oleh Jepang. Pada awalnya, romusha dilaksanakan
dengan sukarela, tetapi lama kelamaan dilaksanakan secara paksa. Bahkan, setiap
desa diwajibkan untuk menyediakan tenaga dalam jumlah tertentu. Hal itu dapat
dimaklumi karena daerah peperangan Jepang semakin luas. Tenaga romusha
dikirim ke beberapa daerah di Indonesia, bahkan ada yang dikirim ke Malaysia,
Myanmar, Serawak, Thailand, dan Vietnam. Para tenaga romusha diperlakukan
secara kasar oleh Balatentara Jepang. Mereka dipaksa untuk bekerja berat tanpa
mendapatkan makanan, minuman, dan jaminan kesehatan yang layak.
3) Pendidikan. Pada zaman Jepang, pendidikan mengalami peru-bahan. Sekolah
Dasar (Gokumin Gakko) diperuntukkan untuk semua warga masyarakat tanpa
membedakan status sosialnya. Pendidikan ini ditempuh selama enam tahun.
Sekolah menengah dibedakan menjadi dua, yaitu: Shoto Chu Gakko (SMP) dan
Chu Gakko (SMA). Di samping itu, ada Sekolah Pertukangan (Kogyo Gakko),
Sekolah Teknik Menengah (Kogyo Sermon Gakko), dan Sekolah Guru yang
dibedakan menjadi tiga tingkatan. Sekolah Guru dua tahun (Syoto Sihan Gakko),
Sekolah Guru empat tahun (Guto Sihan Gakko), dan Sekolah Guru dua tahun
(Koto Sihan Gakko).
4) Penggunaan Bahasa Indonesia. Menurut Prof. Dr. A. Teeuw (ahli Bahasa
Indonesia berkebangsaan Belanda) bahwa pendu-dukan Jepang merupakan masa
bersejarah bagi Bahasa Indonesia. Tahun 1942, pemerintah pendudukan Jepang
melarang penggunaan Bahasa Belanda dan digantikan dengan Bahasa Indonesia.
Bahkan, pada tahun 1943 semua tulisan yang berbahasa Belanda dihapuskan
diganti dengan tulisan berbahasa Indonesia.

C. MASA KEMERDEKAAN

1. TERBENTUKKNYA NEGARA REPOBLIK INDONESIA

ndonesia, 17 Agustus 1945, merupakan awal berdirinya Negara Kesatuan Republik


Indonesia. NKRI terdiri dari wilayah kepulauan yang tersebar dengan beraneka ragam adat,
budaya, suku, dan keyakinan.

Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI merujuk pada UUD 1945 pasal 1
ayat 1.

Nilai-nilai dalam persatuan dan kesatuan merupakan jiwa lahirnya NKRI. Hal itu karena
dalam persatuan dan kesatuan seseorang akan menyadari tentang keragaman bangsa
Indonesia tersebut.

Nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bangsa Indonesia juga secara jelas dapat
dipahami dari dasar negara Pancasila dan konstitusi negara, UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Pilihan Indonesia menjadi negara kesatuan, didasarkan bukan hanya sekadar kepentingan
atau sikap politik, tetapi juga didasarkan atas komitmen persatuan dan keadilan.

Sebagai warga negara yang cinta terhadap tanah airnya, sudah semestinya mengetahui dan
memahami sejarah terbentuknya NKRI.

2. TERBENTUKNYA NEGARA REPOBLIK INDONESIA SERIKAT( RIS )

Negara Republik Indonesia Serikat terbentuk pada tanggal 27 Desember 1949.


Negara RIS terbentuk dari hasil keputusan Konferensi Meja Bundar di Den Haag,
Belanda pada tanggal 23 Agustus - 2 November 1949.

Delegasi RI di Konferensi Meja Bundar (KMB) dipimpin oleh Drs. Mohammad


Hatta berupaya secara diplomatik memperjuangkan pengakuan kedaulatan
Indonesia. Hasil KMB disahkan KNIP dan ditandatangani pada 14 Desember
1949. Parlemen RI menandatangani keputusan tersebut pada 21 Desember 1949.

Delegasi RI di Konferensi Meja Bundar (KMB) dipimpin oleh Drs. Mohammad


Hatta berupaya secara diplomatik memperjuangkan pengakuan kedaulatan
Indonesia. Hasil KMB disahkan KNIP dan ditandatangani pada 14 Desember
1949. Parlemen RI menandatangani keputusan tersebut pada 21 Desember 1949.

a. Kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia secara penuh dan tanpa


syarat kepada RIS.
b. Pelaksanaan kedaulatan akan dilaksanakan paling lambat 30 Desember
1949.
c. Status RIS dan Kerajaan Belanda terikat dalam suatu Uni Indonesia-
Belanda yang dikepalai Ratu Belanda.
d. Kapal-kapal perang akan ditarik dari Indonesia dan beberapa korvet (jenis
kapal laut) akan diserahkan kepada RIS.
e. Tentara Belanda akan ditarik dari Indonesia, dan KNIP akan digabungkan
ke dalam Angkatan Perang RIS.

3. TERBENTUKNYA KEMBALI NEGARA KESATUAN REPUBLIK


INDONESIA
Pada tanggal 19 mei 1950 dicapai kata sepakat antara republik Indonesia serikat
dan repoblik Indonesia untuk membentuk NKRI sesuai jiwa proklamasii
kemerdekaan 17 agustus 1945. Selanjutnya,pada tanggal 17 agustus 1950 secara
resmi negara vederal repoblik Indonesia serikat dibubarkan dan Kembali ke
negara kesatuan yang ditandai dengan digantinya undang-undang dasar republic
Indonesia serikat menjadi UUDS Republik Indonesia 1950.

4. DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959


Keputusan presiden nomor 150 tahun 1959 tentang Kembali kepada undang
undang dasar 1945, ataau yang lebih dikenal sebagai dekret presiden 5 juli 1959,
Adalah dekret( secara legal keputusan presiden) yang dikeluaraakaan oleh
presiden Indonesia yang pertama, Soekarno pada 5 juli 1959.
BAB III

SISTEM PEMISAHAN KEKUASAAN NEGARA DEMOKRASI DAN SISTEM


PEMERINTAHAN NEGARA

1.Ajaran pemisahan kekuasaan negara

Pemisahan kekuasaan (bahasa Inggris: separation of powers, bahasa belanda : scheiding


der machten) merupakan konsep pembagian kekuasaan Pemerintah dalam
suatu negaar menjadi bercabang-cabang. Masing-masing cabang mempunyai kekuasaan
dan tanggung jawab yang terpisah dan independen, sehingga kekuasaan satu cabang tidak
bertentangan dengan cabang-cabang kekuasaan lainnya. Pada umumnya, kekuasaan
negara dibagi menjadi tiga cabang: legislatif eksekutif dan yudikatif . Pembagian ini
disebut juga model trias politica. Konsep ini dapat dipertentangkan dengan fungsi
kekuasaan  dalam sistem perlementer  dan  semi presidensial yang membuat terjadinya
tumpang tindih dalam keanggotaan dan fungsi antara cabang-cabang kekuasaan yang
berbeda.

Maksud di balik sistem kekuasaan yang dipisahkan adalah untuk mencegah pemusatan
kekuasaan dengan menyediakan checks and balances. Istilah pemisahan kekuasaan secara
tidak tepat sering digunakan untuk merujuk pada prinsip trias politica. Model trias
politica merupakan jenis umum pemisahan kekuasaan negara menjadi tiga cabang
kekuasaan. Sedangkan pemisahan kekuasaan dapat melibatkan lebih banyak atau lebih
sedikit dari tiga cabang kekuasaan negara.

Dilihat dari definisinya, pemisahan kekuasaan (separation of powers)


merupakan pemisahan kekuasaan yang dipertahankan secara tegas dalam fungsinya.
Berdasarkan definisi ini, kekuasaan dibagi menjadi tiga, yakni legislatif, eksekutif, serta
yudikatif.
2 praktek teori trias politika pada negara-negara modern dewasa ini

Sistem Pembagian Kekuasaan Trias Politika


Pembagian Kekuasaan Menurut Trias Politika
Pembagian kekuasaan pada ajaran trias politika yakni sebagai berikut:

- Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang.


- Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang
- Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang-undang, termasuk
kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang.
Ajaran Trias Politika
Sistem pembagian kekuasaan trias politika merupakan ajaran Montesquieu. Pendapat
Montesquieu yang kelak dikenal sebagai teori trias politica merupakan penyempurnaan dari
pendapat John Locke mengenai kekuasaan pada negara.

Pada ajaran trias politika, Montesquieu memasukkan kekuasaan federatif ke kekuasaan


eksekutif. Sementara itu, fungsi mengadili dipisahkan sebagai kekuasaan yang berdiri sendiri.
Ketiga kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh lembaga-lembaga yang berbeda dan sifatnya
terpisah.

Baca juga:
Kekuasaan Kehakiman dan Lembaga Yudikatif dalam UUD 1945
Perbedaan Konsep Pemisahan dan Pembagian Kekuasaan dalam Negara
Pemisahan kekuasaan (separation of powers) dan pembagian kekuasaan (division of powers)
diperlukan untuk menghindari pemusatan kekuasaan pada satu orang saja dan risiko sistem
pemerintahan absolut atau otoriter.

Tujuan diadakannya pembagian kekuasaan dalam negara dan pemisahan kekuasaan adalah
untuk menciptakan kontrol dan keseimbangan di antara pemegang kekuasaan. Dengan
demikian, kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif tidak dipegang satu orang saja.
Perbedaan pemisahan kekuasaan dan pembagian kekuasaan yaitu sebagai berikut:

- Pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan negara terpisah dalam beberapa bagian, baik organ
dan fungsinya. Sementara itu, pembagian kekuasaan membuat kekuasaan di sebuah negara
dibagi dalam beberapa bagian, namun tidak dipisahkan, sehingga masih saling berhubungan
dalam menjalankan kekuasaan.
- Pembagian kekuasaan memungkinkan adanya koordinasi dan kerja sama antarpemangku
bagian kekuasaan dalam menjalankan kekuasaannya. Sementara itu, pemisahan kekuasaan
memungkinkan pemangku bagian kekuasaan berdiri sendiri tanpa memerlukan koordinasi
dan kerja sama.
Contoh negara yang menerapkan pemisahan kekuasaan adalah Amerika Serikat. Negara yang
menerapkan pembagian kekuasaan adalah Indonesia.

3 praktek teori trias politika di Indonesia

Contoh trias politika di Indonesia


Pengaplikasian Trias Politika di Indonesia saat ini dibagi ke dalam Eksekutif (Presiden dan
Kabinet), Legislatif (MPR, DPR, DPD), dan Yudikatif (MA, Mahkamah Konstitusi, dan
Komisi Yudisial). Selain itu, Indonesia memiliki lembaga pengawas keuangan yaitu BPK
yang sudah ada semenjak zaman Indonesia merdeka.

B. SISTEM DEMOKRASI

1. ISTILAH DAN PENGERTIAN DEMOKRASI


Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang keputusan-keputusan penting, baik secara
langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara
bebas dari masyarakat dewasa

PENGERTIAN DEMOKRASI MENURUT PARA AHLI

Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sebuah hal yang didasari oleh rakyat. Abraham Lincoln
menjelaskan bahwa demokrasi adalah sebuah pemerintahan yang berasal dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.
C.F. Strong
Demokrasi adlh sistem pemerintahan di mana mayoritas rakyat berusia dewasa turut
serta dalam politik  atas dasar sistem perwakilan, yang kemudian menjamin
pemerintahan mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusannya.
Haris Soche
Demokrasi sebagai bentuk pemerintah rakyat , karenanya dalam kekuasaa pemerintah
mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan orang lain atau badan yang
bertanggung jawab memerintah.
Montesquieu
Kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang
berbeda dan terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama, legislatiff yang merupakan
pemegang kekuasaan untuk membuat undang-undang, kedua,eksekutif  yang memiliki
kekuasaan dalam melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif , yang
memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan masing-
masing institusi  tersebut berdiri secara independent  tanpa dipengaruhi oleh institusi
lainnya.
Affan
Demokrasi sendiri terbagi menjadi dua definisi yang pertama jika diartikan secara
normatif, adalah demokrasi yang secara ideal ingin diwujudkan oleh negara ,
sementara secara empiris adalah demokrasi adalah perwujudannya dunia politik
Aristoteles
sebuah kebebasan setiap warga negara. Kebebasan tersebut digunakan untuk saling
berbagi kekuasaan. Menurut Aristoteles, demokrasi adalah suatu kebebasan, prinsip
demokrasi adalah kebebasan. Hal itu karena hanya melalui kebebasanlah, setiap
warga negara dapat saling berbagi sebuah kekuasaan di dalam negaranya sendir.

2 hubungan demokrasi, pemilihan umum dan partai politik

ubungan Pemilu Dengan Demokrasi


Pemilu atau pemilihan umum merupakan proses memilih orang untuk dijadikan
pengisi jabatan politik tertentu, mulai dari presiden, wakil rakyat dari berbagai
tingkat pemerintahan sampai dengan kepala desa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pemilu merupakan pemilihan yang dilakukan
serentak oleh seluruh rakyat suatu negara untuk memilih wakil rakyat dan
sebagainya.  Adapun
menurut suryo untoro pemilu merupakan suatu pemilihan yang dilakukan oleh warga
negara Indonesia yang memiliki hak pilih untuk memilih wakil-wakilnya yang duduk
dalam badan perwakilan rakyat.

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan dimana hukum, kebijakan,


kepemimpinan, dan usaha besar dari suatu negara atau pemerintahan lain secara
langsung atau tidak langsung diputuskan oleh rakyat. Secara etimologis, demokrasi
berasal dari bahasa Yunani yaitu demos dan kratos. Demos yang berarti rakyat atau
khalayak, dan kratos yang berarti pemerintahan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia demokrasi merupakan bentuk atau sistem
pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan
wakilnya
yang terpilih. Adapun menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintah dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Lalu bagaimana hubungan pemilu dengan demokrasi

Negara demokrasi mengutamakan kepentingan umum dari pada pribadi, artinya


demokrasi merupakan bentuk pemerintahan dimana formulasi kebijakan, secara
langsung atau tidak
ditentukan oleh suara mayoritas warga yang memiliki hak suara melalui wadah
pemilihan.
Dalam sebuah negara demokrasi, pemilihan umum merupakan satu pilar utama dari
akumulasi kehendak rakyat, pemilihan umum sekaligus merupakan prosedur
demokrasi untuk
memilih pemimpin.

      
Jadi pemilihan umum merupakan pilar utama dari sebuah demokrasi. melalui
pemilihan umum rakyat akan memilih wakilnya, selanjutnya para wakil tersebut
diserahi mandat
kedaulatan rakyat untuk mengurusi negara. Pemilu merupakan salah satu prinsip
demokrasi yang harus dijalankan dimana rakyat dapat menyampaikan aspirasinya
melalui pemilihan umum. Dimana demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat maka melalui pemilu rakyat mempunyai hak, serta
kesempatan yang sama dalam memilih pemimpin.

Penulis : Fajril magfirah (1903101010110)

Referensi :
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/09/pengertian-pemilu-tujuan-fungsi-
asas-bentuk-sistem.html

Hubungan demokrasi dengan partai politik


Hubungan antara budaya politik dan demokratisasi sangat erat. Budaya politik memiliki
pengaruh penting dalam perkembangan demokrasi. Demokratisasi tidak berjalan baik apabila
tidak ditunjang oleh terbangunnya budaya politik yang sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi.
C SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

Sementara itu, dalam ilmu negara umum (algemeine staatslehre) yang dimaksud
dengan sistem pemerintahan ialah sistem hukum ketatanegaraan, baik yang berbentuk
monarki maupun republik, yaitu mengenai hubungan antar pemerintah dan badan
yang mewakili rakyat.

Indonesia saat ini menganut sistem pemerintahan Presidensil, dimana adanya


pemisahan kekuasaan yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif yang berdasarkan
prinsip “checks and balances”, ketentuan ini tertuang dalam konstitusi, namun tetap
diperlukan langkah penyempurnaan, terutama pengaturan atas pembatasan
kekuasaan ...

1. SITEM PEMERINTAHAN NEGARA UMUMNYA

System pemerintahan negara pada umumnya dibagi menjadi monarki daan republic
Negara dengan bentuk monarki atau kerajaan, maka kepala Negara diangkat dari garis
keturunan raja terdahulu, yang secara turun temurun mewarisi tahta berdasar
hubungan darah.
Negara yang berbentuk Republik, kepala negaranya disebut Presiden. Pimpinan
atau kepala Negara dari suatu Republik, tidak merupakan kedudukan yang dapat
diwariskan secara 2. REPUBLIK tidak merupakan kedudukan yang dapat
diwariskan secara turun temurun, melainkan dia dipilih dalam satu pemilihan
umum. Dalam satu Negara yang berdasrkan demokrasi, pemilihan dilakukan
secara langsung, umum dan rahasia dengan maksud agar dapat dipilih seorang
kepala Negara yang berkualitas secara jujur dan adi

2. System pemerintahan negara indoneesia menurut UUD 1945 Dengan demikian,


menurut UUD 1945, sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensial dengan
bentuk negara republik demokrasi, artinya kedaulatan berada di tangan rakyat.
3. Pemerintahan daerah
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara.
BAB IV

WILAYAH NEGARA

A. Pengertian Wilayah Negara


Wilayah negara adalah area yang dikuasai dan diatur oleh suatu negara.
Wilayah negara mencakup segala sesuatu yang berada di dalam batas-batas suatu
negara, seperti tanah, air, dan udara. Wilayah negara merupakan bagian penting dari
keberadaan suatu negara, karena wilayah negara menentukan batasan-batasan
kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah.
Wilayah negara memiliki batas-batas yang ditetapkan oleh negara itu sendiri.
Batas-batas ini dapat ditetapkan melalui perjanjian antarnegara, perang, atau
pembagian wilayah yang diatur oleh pemerintah. Batas-batas ini harus jelas dan
diakui oleh negara lain, karena keberadaan batas-batas ini menentukan wilayah
hukum dan administrasi suatu negara.
Dalam hukum internasional, wilayah negara memiliki arti penting karena
menentukan kedaulatan suatu negara. Kedaulatan ini menunjukkan bahwa negara
memiliki kewenangan untuk mengatur segala sesuatu yang berada di dalam wilayah
negaranya, seperti pemerintahan, ekonomi, dan keamanan. Namun, kedaulatan suatu
negara juga memiliki batas-batas yang harus diakui oleh negara lain, seperti hak asasi
manusia, kebebasan berbicara, dan sebagainya.
B. Bagian – Bagian Wilayah Negara
Wilayah negara dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Wilayah daratan
Wilayah daratan merupakan bagian dari wilayah negara yang berupa tanah dan
dikuasai oleh negara tersebut. Wilayah daratan mencakup berbagai jenis tanah,
seperti pegunungan, dataran tinggi, hutan, padang rumput, dan sebagainya.
Wilayah daratan ini menjadi bagian penting dari keberadaan suatu negara, karena
wilayah ini menentukan batas-batas kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki
oleh pemerintah.
2. Wilayah perairan dalam
Wilayah perairan dalam mencakup sungai, danau, dan waduk yang berada di
dalam wilayah negara. Wilayah perairan dalam ini menjadi bagian penting dari
keberadaan suatu negara, karena negara memiliki kewenangan untuk mengatur
pengelolaan sumber daya air di wilayah tersebut.
3. Wilayah perairan laut
Wilayah perairan laut mencakup laut, samudra, dan zona ekonomi eksklusif yang
berada di luar wilayah negara. Wilayah perairan laut ini menjadi bagian penting
dari keberadaan suatu negara, karena negara memiliki kewenangan untuk
mengatur pengelolaan sumber daya alam di wilayah tersebut.
4. Wilayah udara
Wilayah udara mencakup seluruh ruang udara yang berada di atas wilayah
negara, dari permukaan tanah hingga batas luar angkasa. Wilayah udara ini
menjadi bagian penting dari keberadaan suatu negara, karena negara memiliki
kewenangan untuk mengatur pengaturan lalu lintas udara, penerbangan, dan
sebagainya di wilayah tersebut.
5. Wilayah administratif
Wilayah administratif merupakan pembagian wilayah negara yang dilakukan oleh
pemerintah untuk memudahkan pengaturan pemerintahan dan kewenangan.
Wilayah administratif mencakup provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan desa.
Pembagian wilayah administratif ini bertujuan untuk memudahkan pemerintah
dalam menjalankan tugas dan kewenangan yang dimilikinya.

C. Cara Memperoleh Wilayah


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh wilayah oleh sebuah
negara, di antaranya adalah:
1. Pembelian atau pengalihan kedaulatan
Negara dapat memperoleh wilayah dengan cara membeli wilayah tersebut dari
negara lain atau mengalihkan kedaulatan wilayah tersebut melalui perjanjian.
Contohnya adalah penjualan Alaska oleh Rusia kepada Amerika Serikat pada
tahun 1867 dan penyerahan wilayah Hong Kong dari Inggris kepada China pada
tahun 1997.
2. Pemisahan atau pemecahan wilayah
Negara dapat memperoleh wilayah baru melalui pemisahan atau pemecahan
wilayah dari negara lain. Contohnya adalah pemisahan wilayah Pakistan dari India
pada tahun 1947 dan pemisahan Timor Timur dari Indonesia pada tahun 1999.
3. Penaklukan atau penjajahan
Negara dapat memperoleh wilayah dengan cara menaklukkan atau menjajah
wilayah tersebut. Namun, cara ini dianggap tidak etis dan tidak lagi dianut dalam
hukum internasional modern.
4. Pembagian wilayah oleh negara lain
Negara dapat memperoleh wilayah baru melalui pembagian wilayah oleh negara
lain. Contohnya adalah pembagian wilayah Jerman setelah Perang Dunia II, di
mana negara-negara sekutu membagi wilayah Jerman menjadi beberapa wilayah
pendudukan.
Namun, dalam hukum internasional modern, cara yang paling dianut untuk
memperoleh wilayah adalah melalui perjanjian antara negara-negara yang terlibat dan
melalui pengakuan internasional oleh negara-negara lain. Hal ini dilakukan untuk
menghindari konflik internasional dan memastikan perdamaian dan keamanan dunia.
BAB V

HAK ASASI DAN KEWARGANEGARAAN

A. Hak Asasi Manusia

1. Istilah dan pengertian HAM

Hak asasi manusia (“HAM”) adalah hak dasar atau pokok yang dimiliki manusia.
Secara harfiah, istilah HAM berasal dari bahasa Prancis “droits de ‘I home” , dalam
bahasa Inggris “human rights” , dan dalam bahasa Arab “huquq al- insan”. HAM
merupakan hak yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
dan HAM dibawa sejak manusia ada di muka bumi, sehingga HAM bersifat kodrati
dan bukan pemberian manusia atau negara.

Berikut adalah beberapa pendapat para ahli mengenai arti HAM:

1. Baharudin Lopa

HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta,
yakni hak yang sifatnya kodrati.

1. John Locke

Manusia sejak dilahirkan telah memiliki kebebasan dan hak-hak asasi. Hak asasi
tersebut adalah kehidupan, kemerdekaan dan harta milik. Hak ini merupakan hak
yang dimiliki manusia secara alami, yang inheren pada saat kelahirannya dan HAM
tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, dan tidak dapat diperoleh atau dicabut oleh
negara, terkecuali atas persetujuan pemiliknya.
1. Mariam Budiarjo

HAM adalah hak yang dimiliki oleh manusia yang telah diperoleh dan dibawanya
bersamaan dengan kelahiran dan kehadirannya dalam hidup masyarakat. Hak ini ada
pada manusia tanpa membedakan bangsa, ras, agama, golongan, jenis kelamin, karena
itu bersifat asasi dan universal. Dasar dari semua hak asasi adalah bahwa semua orang
harus memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.

2. Perkembangan Ham di Indonesia

Sejarah hak asasi manusia bisa menjadi acuan tentang perkembangan HAM untuk suatu
negara, salah satunya di indonesia Pemenuhan perlindungan HAM untuk suatu negara bisa
dijadikan sebagai titik pijak untuk penyusunan kebijakan negara, sehingga mampu
mewujudkan pembangunan yang berbasis hak asasi manusia.

Periode 1908-1945

Organisasi budi utomo yang terbentuk pada tahun 1908, merupakan salah satu wujud nyata
tentang kebebasan berpikir dan mengemukakan pendapat kepada masyarakat umum. Selain
itu, dengan lahirnya organisasi Budi Utomo, masyarakat mulai berpikir tentang hak untuk
turut serta secara langsung ke dalam pemerintahan. Tujuan dari konsep hak asasi manusia
yang dihadirkan dalam organisasi Budi Utomo yaitu hak negara Indonesia untuk merdeka dan
hak menentukan nasib negaranya sendiri. Pada periode ini, titik puncak dari perdebatan
tentang hak asasi manusia yaitu ketika sidang BPUPKI yang membahas tentang rumusan
dasar negara. Selain itu, hal yang dibahas pada siding ini yaitu kelengkapan negara yang
harus menjamin hak dan kewajiban negara dan warga negaranya. Tokoh yang terlibat dalam
diskusi ini yaitu SoekarnO Agoes salim moehamad natsir mohamad yamin ,K.H Mansur K.H
masyud hansir , dan Mr amin

Organisasi lain pun turut terbentuk, di antaranya perhimpunan indonesia yang menghimpun
para mahasiswa Indonesia yang berada di Belanda yang melahirkan konsep hak asasi
manusia untuk memperjuangkan hak negara Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri.
Selain itu ada organisasi serekat islam , yang memiliki tujuan untuk mengusahakan
penghidupan yang layak dan terbebas dari penindasan diskriminasi dari pemerintah
kolonial.Akar dari pergerakan organisasi Sarekat Islam yaitu prinsip-prinsip hak asasi
manusia dalam ajaran Islam. Tokoh yang terlibat dalam pergerakan HAM di organisasi
Sarekat Islam yaitu Tjokro aminoto, H Samanhudi dan Agus salim.Organisasi lain yang
menyuarakan tentang hak asasi manusia yaitu parataai komunis indonesia yang memiliki
landasan untuk memperjuangkan hak yang bersifat sosial. Organisasi lainnya yaitu,indische
particj dan partai nasional iindonesia memiliki landasan untuk memperjuangkan hak untuk
medapatkan kemerdekaan. Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia berjuang untuk
menyuarakan hak dalam mengeluarkan pendapat (politik), hak untuk menentukan nasib
sendiri, hak beroganisasi, dan memiliki hak yang sama di mata hukum dan ikut serta dalam
penyelenggaraan negara.

Dengan lahirnya berbagai organisasi yang menyuarakan tentang hak asasi manusia, timbul
beberapa perdebatan. Salah satu yang paling mencolok yaitu pendapat Supomo. Ia
mengatakan, bahwa rakyat Indonesia sudah bersatu dengan negaranya. Jadi, tidak perlu lagi
melindungi masyarakat dari negaranya. Dengan kata lain, hak asasi manusia di Indonesia
bukan bertujuan untuk melindungi keadilan antar individu, melainkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, negara indonesia menjamin hak-hak dasar
masyarakatnya, yang dilindungi oleh UUD 1945 Pasal 28, yang intinya masyarakat memiliki
hak untuk berserikat. berkumpul, dan meyampaikan pendapatnya.

Periode 1945-1950

Pada periode ini, hal yang diperdebatkan mengenai HAM masih mencakup tentang hak untuk
merdeka, hak untuk berorganisasi dalam Politik dan hak untuk berpendapat dan parlemen.
Ciri dari periode ini yaitu:

 Bidang Sipil dan Politik:

1. UUD 1945, terutama Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30.
2. Maklumat Pemerintah 1 November 1945.
3. Maklumat Pemerintah 3 November 1945.
4. Maklumat Pemerintah 14 November 1945.
5. KRIS.
6. KUHP Pasal 99.

 Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya:

1. UUD 1945, terutama Pasal 27, Pasal 31, Pasal 33, dan Pasal 34.
2. KRIS, Pasal 36 – Pasal 40.

Periode 1950-1959

Pada massa ini, perkembangan tentang hak asasi manusia dipengaruhi oleh sistem
pemerintahan Indonesia yang berubah. Pada periode ini, sistem politik indonesia dipengaruhi
oleh sistem liberalisme dan Parlementer dengan diberlakukannya UUDS sejak 17 Agustus
1950 – 5 Juli 1959. Aktualisasi hak asasi manusia pada periode ini, di antaranya:

 Partai politik semakin banyak bermunculan, meskipun tumbuh dengan ideologinya


masing-masing.
 Hak pers, pada periode ini memiliki kebebasan.
 Pemilihaan umum dilaksanakan secara bebas, jujur, dan Demokrasi
 Dewan perwakilan Rakyat , menunjukkan hasil kerja yang baik dengan pengawasan
dan kontrol yang seimbang.
 Keberadaan partai politik dengan ideologi yang berbeda-berbeda, tetap memiliki visi
yang sama yaitu untuk memasukkan tentang hak asasi manusia ke dalam batang tubuh
undang-udang dasar

Pada periode ini, indonesiaa mengikuti dua konvensi HAM internasional yaitu:

 Konvensi Jenewa tahun 1949, yang membahas mengenai perlindungan hak bagi
korban perang, tawanan perang, dan perlindungan sipil ketika perang.
 Konvensi tentang hak politik perempuan yang berisi tentang hak perempuan tanpa
diskriminasi dan hak perempuan untuk mendapatkan jabatan publik.

Periode 1959-1966

Sejak diberlakukannya DEKTRIT Presiden 5 juli 1959 oleh presiden soekarno , sistem
pemerintahan menjadi demokrasi terpimpin. Hal ini berdampak kepada sistem politik yang
berada di bawah kendali Presiden sepenuhnya. Oleh karena itu, kebebasan untuk
berpendapatm berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan sangat
dibatasi.

Pemerintahan Orde Baru memberikan penolakan terhadap konsep HAM. Alasannya yaitu:

 HAM merupakan pemikiran yang berasal dari Barat, dan dianggap bertolak belakang
dengan nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia dan dasar negara Pancasila.
 Rakyat Indonesia mengenal HAM melalui Undang-Undang Dasar 1945 yang lahir
lebih dulu, dibandingkan dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
 Permasalahan mengenai HAM dianggap yang berasal dari Barat tersebut dianggap
menjadi senjata yang tidak terlihat untuk memojokkan negara berkembang seperti
Indonesia.

Faktanya, pada pemerintahan Orde Baru terjadi beberapa pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh pemerintah. Pada saat itu, kebijakan politik yang diambil sifatnya sentralistis dan tidak
menerima pendapat yang bertentangan dengan pemerintah. Gerakan-gerakan yang
bertentangan dengan pemerintah dengan anti-pembangunan dan anti-Pancasila. Beberapa
kasus tentang pelanggaran HAM pada masa Orde Baru di antaranya kasus Tanjung Priok,
Kedungombu, Lampung, dan Aceh. Meskipun terjadi beberapa pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh Pemerintah, masih banyak masyarakat yang peduli dengan HAM Desakan
Masyarakat tersebut membuat pemerintah luluh dan sepakat mendirikan Komissi nasional
hak asasi manusia HAM). Tujuan dari organisasi ini yaitu, untuk menyelidiki dan memantau
pelaksanaan HAM, memberikan pendapat, pertimbangan, dan sarana kepada pemerintah
terkait pelaksanaan HAM

Periode 1966 – 1998

Kejadian pemberontakan G30SPKI tanggal 30 September 1966, membawa Indonesia pada


masa kelam. Pada masa ini, hak asasi manusia diaggap sebagai produk pemikiran dari Barat
(asing). Fokus utama pada periode ini adalah pembangunan untuk Indonesia, namun hak asasi
manusia dianggap sebagai penghambat untuk pembangunan. Namun, beberapa masyarakat
umum menganggap bahwa hak asasi manusia merupakan sebuah hal yang luas dan terbuka.
Titik puncak tentang perlindungan HAM pada periode ini yaitu dengan turunnya soeharto
sebagai Presiden ditahun 1998.
Pada periode ini Indonesia mengikuti beberapa konvensi HAM di antaranya:

 Konvensi tentang penghapusan bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Tertuang


dalam UU No. 7 tahun 1984.
 Konvensi anti-apartheid dalam olahragaanti, tertuang dalam UU No. 48 tahun 1993.
 Konvensi Hak Anak, tertuang dalam keputusan Presiden No. 36 tahun 1990,

Perkembangan HAM di era reformasi mengalami perkembangan yang sangat baik. Salah satu
buktinya yaitu, lahirnya TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM. Rencana aksi
nasional HAM, juga turut lahir di bulan Agustus 1998. Isinya merupakan empat pilar tentang
HAM yaitu:

a. persiapan pengesahan perangkat internasional di bidang HAM


b. diseminasi informasi dan Pendidikan bidang HAM ;
c. penentuan skala prioritas; dan
d. pelaksanaan isi perangkat internasional di bidang HAM

3. Aplikasi Ham Di Indonesia

Ham dalam uud 1945 pengaturan Ham dalam UUD 1945 ada yang sebelum amandemen dan
setelah amandemen Usaha Indonesia sebagai Negara anggota PBB telah memasukkan
bebrapa hak warga negara dalam UUD 1945 dan berbagai peraturan pelaksanaannya. Bahkan
Indonesia mendahului Deklarasi PBB karena UUD 1945 sejak disahkan menjadi UUD
Negara RI pada tanggal 18 Agustus 1945, di dalamnya telah diatur tentang ketentuan HAM.
Sedangkan Deklarasi PBB tentang HAM baru disahkan pada tanggal 8 Desember 1948. Jadi
Indonesia mendahului PBB kuranglebih 3 tahun.
1. HAM dalam UUD 1945
Pengaturan HAM dalam UUD 1945 ada yang sebelum amandemen dansetelah amandemen.
 UUD 1945 sebelum amandemen :
Sebelum amandemen pengaturannya tidak secara tegas tapi butir-butir HAM tersirat
di dalamnya yaitu terdapat pada :
1) Pembukaan
Sesungguhnya pembukaan UUD 1945 banyak menyebutkan engenai hak asasi yaitu dari
alinea pertama sampai dengan alinea keempat.
- Alinea pertama; pada hakekatnya merupakan pengakuan
akan adanya: kebebasan untuk merdeka, dan pengakuan
akan adanya perikemanusiaan yang merupakan intisari
dari hak-hak asasi manusia.
- Alinea kedua; disebutkan sebagai negara yang adil. Kata
sifat adil jelas menunjukan kepada salah satu tujuan dari
negara hukum untuk mencapai keadilan. Jika prinsip negara
hukum konsekuen dilaksanakan maka dengan sendirinya
hak asasi manusia akan terlaksana dengan baik.
- Alinea ketiga; dapat disimpulkan bahwa menyatakan
kemerdekaannya supaya terjelma kehidupan bangsa
Indonesia yang bebas. Hal ini adalah salah satu dari
pengakuan dan perlindungan dari hak-hak asasi yang
mengandung persamaan dalam bentuk politik.
- Alinea keempat; menunjukkan pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi dalam segala bidang,
yaitu : politik, hukum, sosial, cultural dan ekonomi.
2) Batang Tubuh UUD 1945
a. Hak atas kedudukan yang sama di dalam hukum.
Hak ini diatur pada pasal 27 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi : “Segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dam pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak adakecualinya.” Prinsip persamaan di dalam hukum ini
hampir sama dengan prinsip “EQUALITY BEFORE THE LAW” dalam konsep The Rule of
Law yang dikembangkan oleh A.V Dicey yang berkembang di negara-negara Anglo Saxon.
Di dalam Universal Declaration of HumanRights (UDHR), hak ini diatur dalam pasal 7
yaitu : Sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas perlindungan
hukum yang sama dengan tak ada perbedaan.
b. Hak atas penghidupan yang layak.
Diatur pada pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi
: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Di dalam UDHR diatur dalam pasal 25 :
1) Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang
menjamin kesehatan dan keadaan baik untuk
dirinya dan keluarganya.
2) Ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan
bantuan istimewa.
c. Hak kebebasan berserikat.
- Pasal 28 UUD 1945 : kemerdekaan bererikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikirandengan lisan dan
tulisan dan sebagainya, ditetapkan dengan UU.
- UDHR pasal 23 ayat 4 : setiap orang berhak
mendirikan dan memasuki serikat-serikat sekerja
untuk melindungi kepentingannya.
d. Hak kebebasan berkumpul.
- Pasal 28 UUD 1945 : Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul.
- UDHR pasal 20 (1) Setiap orang mempunyai hak
dan kebebasan berkumpul dan berapat; (2) Tiada
seorangpun dapat dipaksa memasuki salah satu
perkumpulan.
e. Hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan lisan
(pasal 28)
f. Hak atas kebebasan beragama (pasal 29 UUD 1945)
UDHR pasal 18 : Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, keinsyafan batin dan agama.
g. Hak membela negara (pasal 30 ayat 1 UUD 1945 : Tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikur serta dalam
usaha pembelaan negara).
h. Hak atas pengajaran (pasal 31 ayat 1 UUD 1945 : Tiap-
tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. UDHR
pasal 26 : Setiap orang berhak atas pengajaran).
i. Hak-hak ekonomi (pasal 33 UUD1945 ayat 1 :
perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan; ayat 2 : cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara; ayat 3 : bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasasi oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat).
j. Hak atas kesejahteraan sosial (Pasal 34 UUD 1945:
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh negara).
 UUD 19 setelah diamandemen
Setelah amandemen (khusus mengenai Batang Tubuh) butir- butir HAM selain tersebar
dalam beberapa pasal lain, suatu langkah maju dari amandemen UUD 1945 ini bahwa
pengaturan tentang HAM diatur secara khusus dalam Bab tersendiri dari sepuluh pasal yaitu
pasal 28A hingga pasal 28J.
2. Hak Asasi Manusia Berdasarkan Hasil Seminar Hukum Nasional ke- IV
di Jakarta Tahun 1979.
Masalah hak-hak asasi warga negara.manusia :
a. Dicapai konsensus, bahwa hak asasi warga negara/manusia diakui
dan telah cukup dijamin dalam Hukum Tata Negara menurut
Pancasila dan UUD 1945 yang segera perlu dilengkapi
penjabarannya dalam perundang-undangan pelaksanaannya.
Sementara perundang-undangan pelaksanaan tersebut belum
lengkap, semua pihak wajib menghormati hak-hak dan kewajiban-
kewajiban asasi warga negara/manusia.
b. Karena Pancasila, UUD 1945, TAP MPR dan perundang- undangan
lainnya cukup menjamin hak-hak asasi warga negara/manusia, maka
Unoiversal Declaration of Human Rights tidak perlu dijadikan
lampiran dari UUD 1945.
c. Hak-hak asasi warga negara/manusia hanya dapat dibatasi untuk
kepentingan umum, keharusan menghormati hak orang lain,
perlindungan kepentingan keselamatan bangsa, moral umum dalam
ketahanan nasional berdasarkan ketentuan undang- undang.
d. Negara hukum menurut UUD 1945 adalah negara hukum dalam arti
yang luas yang menjamin hak-hak dan kewajiban asasi warga
negara/manusia menunjukkan kesejahteraan rakyat dan keadilan
sosiaal berdasarkan Pancasila.
e. Untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, diperlukan
pelaksanaan hukum dan perundang-undangan untukmenegakkan
hukum dan keadilan dan melindungi harkat serta martabat manusia.

3. Hak Asasi Manusia Dalam Perundang-Undangan


Dalam rangka menjalankan dan sekaligus memasyarakatan HAM, maka di Indonesia diawali
dengan dibentuknya “Komisi Nasional Hak Asasi Manusia” berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 50 Tahun 1993.Untuk mengatur penegakkan dan penghormatan terhadap HAM di
Indonesia telah dibentuk perangkat hukum yaitu :
a. Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
tanggal 23 September 1999.
Undang-Undang ini mendahului amandmen UUD 1945 yang mengatur secara khusus tentang
HAM dalam bab tersendiri yaitu BAB XA sebagaimana yang telahdiuraikan di atas.
Dalam Bab III bagian kesatu sampai dengan bagian kesepuluh (pasal 9 sampai dengan pasal
66) UU ini diatur secara rinci tentang apa yang merupakan hak-hak dasar manusia yang
secara kodrati melekat pada diri manusia yang harus dihormati dan dipertahankan. Hak-hak
dimaksud adalah :
1) Hak untuk hidup.
2) Hak berekeluarga dan melanjutkan keturunan.
3) Hak mengembangkan diri.
4) Hak memperoleh keadilan.
5) Hak atas kebebasan pribadi.
6) Hak atas rasa aman.
7) Hak atas kesejahteraan.
8) Hak turut serta dalam pemerintahan.
9) Hak wanita.
10) Hak anak.
b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) No.1
Tahun 1999
Perpu ini dibentuk sebagai realisasi dari pasal 104ayat 1 UU No.39 Tahun 1999
tentang HAM yang menyatakan bahwa untuk mengadili pelanggaran HAM yang berat, dalam
jangka waktu paling lama 4 tahun harus dibentuk Pengadilan HAM di lingkungan peradilan
umum. Namun karena pembentukan pengadilan HAM berdasarkan PERPU ini dinilai tidak
memadai sehingga tidak disetujui oleh DPR RI menjadi UU akhirnya PERPU ini dicabut dan
diganti dengan UU No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
c. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAk Asasi Manusia.
Dalam UU ini ditentukan secara limitatif tentang pelanggaran
terhadap pelanggaran HAM berat. Dalam pasal 7 disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan pelanggaran HAM berat (Gross Violation of
Human Rights) adalah Kejahatan Genosida (genoside) dan
Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
(Crimes Against Humanity).
Yang termasuk dalam kejahatan genosida (pasal 28 UU No 26/2000) adalah setiap perbuatan
yang dilakukan dengannmaksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sekelompok ras, kelompok agama dengan cara :
- Membunuh anggota kelompok,
- Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat
terhadap anggota-anggota kelompok,
- Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya,
- Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah
kelahiran di dalam kelompok, atau
- Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok
tertentu ke kelompok lain.
Sedangkan yang termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu
perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil,
berupa :
- Pembunuhan,
- Permusnahan,
- Perbudakan,
- Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa,
- Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar asas-asas/ketentuan pokok hukum internasional,
- Penyiksaan,
- Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual
lainnya yang setara.
B. KEWARGANEGARAAN
1. Istilah dan Pengertian
 Istilah
Istilah warga negara merupakan terjemahan dari istilah Belanda “Staatsburger”, istilah
Inggris adalah “Citizen” dan istilah Perncisnya adalah Citoyen.
Di samping istilah warga negara terdapatlah istilah penduduk negara yang mempunyai
pengertian yang luas. Penduduk negara adalah setiap orang yang tinggal dan menetap dalam
suatu negara dalam jangka waktu tertentu, yang dapat terdiri dari warga negara (orang asing).
 Pengertian
Warga negara adalah anggota negara. Sebagai suatu anggota negara, seorang warga negara
mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya, ia mempunyai hubungan timbal
balik terhadap negaranya, hal inilah yang membedakan antara warga negara dan orang asing :
(Koerniatmanto Soetoprawiro, 1994 : 1).
Masalah warga negara merupakan masalah yang bersifat principal dalam kehidupan
bernegara, sebab tidak mungkin suatu negara dapat berdiri tanpa adanya warga negara. Hal
ini telah ditentukan dengan jelas dalam Convensi Montevideo 1933 tentang hak dan
kewajibandalam pasal 1 konvensi tersebut, ditegaskan : “Negara sebagai subjek Hukum
Internasional harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : adanya rakyat yang permanen,
ada wilayah tertentu, mempunyai pemerintahan yang berdaulat serta mempunyai kemampuan
untuk mengadakan hubungan dengan negara-negara lain (Internasional)

.
2. Pentingnya Kewarganegaraan Secara Internasional (Internatonal Importance on
Nationality)
Mengapa secara internasional kewarganegaraan seseorang itu sangat penting? Karena
kewarganegaraan seseorang menyebabkan timbulnya atau mengakibatkan hak-hak penting
dalam hukum internasional antara lain :
1) Hak atas perlindungan diplomatik di luar negeri yang merupakan atribut
esensial kewarganegaraan,
2) Negara dapat dipertanggungjawabkan jika tidak berhasil mencegah
warganegaranya melakukan kejahatan atau gagal menghukumnya setelah
tindakan salah dilakukan,
3) Adalah kewajiban setiap warga negara untuk menerima kembali warga
negaranya di wilayahnya. Pasal 12 ayat 4 Perjanjian Internasional mengenai
hak-hak sipil dan politis 1966 menetapkan: “Tak seorangpun dengan cara
sewenang-wenang dirampas haknya untuk memasuki negaranya sendiri.”
4) Kewarganegaraan menuntut kesetiaan dan salah satu bentuk utama
kesetiaan adalah melaksanakan wajib militer bagi negara,
5) Negara mempunyai hak untuk menolak (kecuali ada perjanjian khusus yang
mengikat) menyerahkna warga negaranya kepada negara lain yang meminta
penyerahan warga negara tersebut,
6) Status sebagai musuh dalam waktu perang ditentukan oleh
kewarganegaraan yang bersangkutan,
7) Negara-negara dapat melaksanakan yurisdiksi pidana atau yurisdiksi lain
berdasarkan kewarganegaraan.

3. Cara Memperoleh Kewarganegaraan (Acquisition of Nationality)


Secara umum memperoleh kewarganegaraan adalah melalui ius soli (tempat kelahiran), ius
sanguinis (garis keturunan), dan naturalisasi (pewarganegaran).
Menurut J.G. Starke (Introduction to International Law hal 344), praktek negara-negara
menunjukan bahwa kewarganegaraan dapat diperoleh dengan cara-cara :
1. Dengan kelahiran menurut ius soli (daerah kelahiran) dan ius sanguinis
(kewarganegaraan orang tua atau asas keturunan) atau menurut keduanya,
2. Dengan pewarganegaraan (Naturalisasi), karena perkawinan (istri mengikuti
kewarganegaraan suaminya), atau dengan legitimasi atau dengan pemberian
resmi kewarganegaraan setelah memohon kepada penguasa negara itu.
3. Para penduduk suatu wilayah yang ditaklukan atau yang diserahkan dapat
mengambil/mengikuti kewarganegaraan negara penakluk atau
kewarganegaraan dari wilayah negara yang wilayahnya diserahkan.
4. Kewarganegaraan juga dapat diperoleh melalui pilihan (opsi/option)
4. Kehilangan Kewarganegaraan (Lost of Nationality)
Praktek negara-negara menunjukan bahwa kewarganegaraan dapat hilang dengan cara:
1) Penglepasan atau penolakan (release or renunciation). Misalnya dengan suatu
akta yang ditandatangani dan didaftarkan pada suatu Konsulat atau dengan
pernyataan diri mempunyai status umur yang bersangkutan telah memenuhi
syarat.
2) Pencabutan (deprivation), misalnya menurut UU Denasionalisasi khusus yang
disahkan oleh negara di mana orang tersebut merupakan warganegaranya.
3) Sudah lama berdiam/tinggal di luar negeri (long residence aproad).
5. Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan adalah pedoman dasar bagi suatu negara untuk menentukan siapa
yang menjadi warga negaranya (Koerniatmanto Soetoprawiro, 1994). Setiap warga negara
mempunyai kebebasan untuk menentukan asas kewarganegaraan yang mana yang hendak
dipergunakannya.
Dari segi kelahiran ada dua asas kewarganegaraan yaitu : Ius Soli dan Ius Sanguinis,
sedangkan dari segi perkawinan juga terdapat dua asas yaitu : “asas kesatuan hukum” dan
“asas persamaan derajad”.
a. Asas Ius Soli
Ius Soli berasal dari bahasa Latin “Ius” berarti hukum, dalil atau pedoman sedangkan Soli
berasal dari kata “Solum” yang berarti negara, tanah atau daerah. Dengan demikian Ius Soli
berarti Pedoman yang didasarkan tempat atau daerah.
Dalam kaitan dengan asas kewarganegaraan, Ius Soli berarti kewarganegaraan seseorang
ditentukan oleh tempat kelahirannya.
Contoh : Orang yang lahir di negara X akan memperoleh kewarganegaraan dari X tersebut.
Negara yang menggunakan asas Ius Soli salah satunya adalah Kerajaan Inggris.
b. Asas Ius Sanguinis
Kata Sanguinis juga berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata “Sanguis” yang berarti Daerah
atau Keturunan. Dalam kaitannya dengan asas kewarganegaraan, Ius Sanguinis berarti
kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh keturunannya atau orang tuanya.
Orang yang lahir dari orang tua yang warga negara “Y” akan memperoleh kewarganegaraan
“Y” tersebut. Negara yang menganut Sanguinis adalah Cina.
c. Asas Kesatuan Hukum dan Persamaan Derajad
Suatu perkawinan dapat menyebabkan terjadinya perubahan status kewarganegaraan
seseorang. Asas ini berhubungan dengan terjadinya perkawinan antara pihak-pihak yang
berlainan kewarganegaraan.
Dengan asas persamaan derajad maka suatu perkawinan tidak secara otomatis menyebabkan
berubahnya kewarganegaraan masing- masing pihak.Dengan adanya asas ini maka akn
semakin memperkecil terjadinya “Apatride” yaitu seseorang yang tidak memiliki
kewarganegaraan suatuNegara, dan “Bipatride” yaitu seseorang yang memiliki 2 (dua) status
kewarganegaraan.
Apatride dan Bipatride dapat terjadi pula sebagai akibat penerapan asas Ius Soli (Menurut
tempat kelahiran) dan Ius Sanguinis (Menurut Keturunan).
Contoh Apatride :
A lahir di Negara B yang menganut asas Ius Sanguinis, maka A bukan warga Negara B,
sedangkan A tersebut berasal dari orang tua dari Negara C yang menganut asas Ius Soli,
maka A tersebut juga bukan merupakan warga Negara C karena tidak lahir di Negara C.
A berasal dari orang tua Negara B yang menganut asas Ius Sanguinis, maka A adlah warga
Negara, sedangkan A lahir di Negara C yang menganut asas Ius Soli, maka A tersebut juga
adalah warga C. Hak Opsi dan Hak Repudiasi
Ada dua jenis hak yang berkaitan erat dengan masalah kewarganegaraan yaitu Hak Opsi yaitu
hak seseorang untuk memilih atau menerima tawaran kewarganegaraan suatu Negara
tertentu. Sebaliknya, Hak Repudiasi adalah hak seseorang untuk menolak tawaran
kewarganegaraan suatu Negara tertentu.
6. Kewarganegaraan Indonesia
Dasar hukum tentang kewarganegaraan Indonesia diatur dalam pasal 26 UUD 1945 yang
menyatakan :
a) Yang menjadi warga negara Indonesia ialah orang-orang bagsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa Latin yang disahkan dengan undang-undang menjadi warga
negara.
b) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing bertempat tinggal di
Indonesia
c) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan UU.
Undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan adalah UU No.62 Tahun
1958.jo.UU.No 3 Tahun 1976.
Dalam UUD 1945, tentang hak-hak dan kewajiban warga negara diatur dalam pasal 27 ayat
(1) UUD 1945 bahwa : segala warga Negara bersamaan dengan kedudukan di depan hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 ini mengatur secara umum tentang Hak dan Kewajiban warga
Negara Indonesia. Sedangkan pengaturan secara khusus tentang Hak dan Kewajiban warga
Negara diatur dalam pasal-pasal :
a. Pasal 27 ayat (2) : Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
b. Pasal 28 : Hak kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta
mengeluarkan pendapat.
c. Pasal 29 ayat (2) : Kemerdekaan memeluk agama,
d. Pasal 30 : Hak dan kewajiban bela negara.
e. Pasal 31 ayat (1) : Hak mendapat pengajaran.
f. Pasal 33 dan 34 : Hak kesejahteraan sosial, termasuk bagi fakir miskin.
Berdasarkan ketentuan UUD 1945, maka telah dibentuk berbagai Undang-undang yang
mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia.UU kewarganegaraan yang pertama adalah UU
No.3 Tahun 1946 tentang warga negara dan penduduk negara. UU No.3 Tahun 1946
ditetapkan pada tanggal 10 April 1946, dan telah diubah dengan UU No.6 Tahun 1947.
BAB VI.

KELEMBAGAAN NEGARA DAN SISTEM PERADILAN DI INDONESIA

A. KELEMBAGAAN NEGARA DI INDONESIA


1. Struktur Kelembagaan Negara
1. Dasar Hukum Pembentukannya, Susunan, Kedudukan Serta Tugas Dan Wewenang
Lembaga Negara
a. Lembaga Perwakilan Rakyat (Legislatif)
1) MPR
 Dasar Hukum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam UUD 1945
Dalam Pasal 2 dan 3 dijelaskan soal dasar hukum Majelis Permusyawaratan
Rakyat yang berbunyi:
Pasal 2
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih
melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang undang.
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima
tahun di Ibu Kota Negara.
3. Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara
yang terbanyak.
 Tugas Majelis Permusyawaratan Rakyat
Menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014, tugas MPR adalah
sebagai berikut :
1. Memasyarakatkan ketetapan MPR;
2. Memasyarakatkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Bhinneka Tunggal Ika;
3. Mengkaji sistem ketatanegaraan, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta pelaksanaannya; dan
4. Menyerap aspirasi masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 [01.39, 8/3/2023]
.: Wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat Sesuai ketentuan Pasal 3
ayat (1) - (3), Pasal 7A, Pasal 7B ayat (1) - (7) dan Pasal 8 ayat (1) - (3)
UUD NRI Tahun 1945 jo. Pasal 4 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan
DPRD, dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR,
DPD, dan DPRD, MPR berwenang:
1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
2. Melantik presiden dan/atau wakil presiden hasil pemilihan umum;
3. Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan presiden dan/atau
wakil presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang
dasar setelah MK memutuskan bahwa presiden dan/atau wakil
presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa
presiden dan/atau wakil presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagai presiden dan/atau wakil presiden;
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya;
5. Memilih wakil presiden dari 2 (dua) calon yang diusulkan oleh
presiden apabila terjadi kekosongan jabatan wakil presiden dalam
masa jabatannya; dan
6. Memilih presiden dan/atau wakil presiden apabila keduanya
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, dari 2
(dua) pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan
calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai
akhir masa jabatannya.
2) DPR
 Susunan, Kedudukan, dan Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Mengenai
susunan DPR, sejalan dengan ketentuan Pasal 19 ayat (2) UUD NRI Tahun
1945 yang mengatur bahwa susunan DPR diatur dengan undang-undang,
dalam Pasal 67 UU MD3 Tahun 2014 dinyatakan bahwa DPR terdiri atas
anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan
umum. Selain itu, dalam Pasal 68 UU MD3 Tahun 2014 ditentukan bahwa
DPR adalah lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga
negara. Selanjutnya dalam Pasal 76 UU MD3 Tahun 2014 ditentukan bahwa
anggota DPR berjumlah 560 (lima ratus enam puluh) orang, keanggotaannya
diresmikan dengan keputusan presiden, dengan masa jabatan 5 (lima) tahun
dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji,
serta berdomisili di ibukota NKRI. Selain itu, dalam Pasal 77 undang-undang
yang sama ditentukan bahwa setiap anggota DPR –kecuali pimpinan MPR dan
pimpinan DPR– harus menjadi anggota salah satu komisi, dan hanya dapat
merangkap sebagai anggota salah satu alat kelengkapan lainnya yang bersifat
tetap, kecuali sebagai anggota Badan Musyawarah. Sebelum memangku
jabatannya anggota DPR mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama
yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam rapat paripurna DPR.
Anggota DPR yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji secara bersama-
sama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.
 Wewenang dan Tugas Dewan Perwakilan Rakyat Sesuai dengan sejumlah
wewenang DPR yang ditentukan dalam UUD NRI Tahun 1945, dalam Pasal
71 UU MD3 Tahun 2014 ditegaskan bahwa DPR berwenang :
a. membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk
mendapat persetujuan bersama;
b. memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap
peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan oleh
presiden untuk menjadi undang-undang;
c. membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh presiden atau
DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah, dengan mengikutsertakan
DPD sebelum diambil persetujuan bersama antara DPR dan presiden;
d. memperhatikan APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan, dan agama;
e. membahas bersama presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD
dan memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang tentang
APBN yang diajukan oleh presiden;
f. membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan
oleh DPD atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat
dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama
3) DPD
 Pembentukan Dewan Perwakilan Daerah
Sebagaimana diketahui, setelah Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya
sebagai Presiden Indonesia pada 21 Mei 1998, Indonesia memasuki era
Reformasi. Pada era Reformasi ini muncul tuntutan berupa :
1) Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
2) Penghapusan dwi fungsi ABRI;
3) Penegakan supremasi hukum;
4) Penghormatan hak asasi manusia (HAM);
5) Pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
6) Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah
(otonomi daerah)
7) Mewujudkan kebebasan
8) Mewujudkan kehidupan demokrasi.
Tuntutan dilakukannya perubahan UUD 1945 muncul karena konstitusi
Indonesia dianggap terlalu supel, sehingga mudah disalahtafsirkan untuk
kepentingan kekuasaan, dan terlalu executive heavy sehingga presiden terlalu
dominan,yang menjadi sumber munculnya pemerintahan otoriter.
Dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut, maka pada 1999-2002 MPR
menyelenggarakan sidang-sidang untuk melakukan perubahan UUD 1945.
Dalam sidang-sidang MPR tersebut tuntutan perubahan UUD 1945 ditentang
oleh pihak yang menghendaki agar UUD 1945 dipertahankan sebagaimana
adanya, karena merupakan hasil karya para pendiri negara yang sudah sangat
baik.
Selain itu juga muncul kekhawatiran, perubahan UUD 1945 akan mengganggu
eksistensi negara. Untuk mengatasi kedua hal tersebut maka semua fraksi di
MPR menyepakati terlebih dahulu “kesepatan dasar” yang terdiri dari lima
butir, yang telah disusun oleh Panitia Ad-hoc I, yaitu:
1) Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945
2) Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)
3) Mempertegas sistem pemerintahan presidensial
4) Penjelasan UUD 1945 ditiadakan serta hal-hal normatif dalam
penjelasan dimasukkan ke dalam pasal-pasal; dan
5) Perubahan dilakukan dengan cara adendum
Pada proses perubahan pertama UUD 1945, dalam Rapat Pertama PAH III
Badan Pekerja (BP) MPR yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 1999,
pada saat pembicaraan mengenai MPR, Aberson Sihaloho dari Fraksi PDI-P
mengusulkan agar Utusan Golongan dihilangkan, dan menyampaikan
pandangannya mengenai keberadaan Utusan Daerah yang perlu dipilih secara
langsung di daerahnya masing-masing. Selain itu, Khofifah Indar Parawansa
dari Fraksi PKB mengusulkan, “terkait dengan pemberdayaan MPR, PKB
mengusulkan bahwa seluruh anggota MPR dipilih melalui pemilihan umum
Mengenai Utusan Daerah baru dibahas lagi pada rapat-rapat PAH I BP MPR
ketika membahas materi Perubahan Kedua UUD 1945, dan pembahasan
mengenai Dewan Perwakilan Daerah (DPD) baru dilakukan secara khusus
pada Rapat PAH I BP MPR ke 32 September 2001. Akhirnya rumusan
mengenai DPD disahkan sebagai bagian dari Perubahan Ketiga UUD 1945
pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2001. Rumusan DPD dalam UUD 1945
hasil perubahan tersebut terdapat pada “Bab VIIA Dewan Perwakilan Daerah”
yang terdiri dari Pasal 22C ayat (1)-(4) dan Pasal 22D ayat (1)-(4).
Selanjutnya pada Perubahan Keempat UUD 1945 yang disahkan pada Sidang
Tahunan MPR Tahun 2002, kesepakatan tentang komposisi keanggotaan MPR
dan cara pengisiannya dimasukkan dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUD
1945. Dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 tersebut dapat diketahui
bahwa MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang pengisiannya
dilakukan melalui pemilihan umum. Lahirnya lembaga negara baru yang
dinamakan DPD tersebut juga ditegaskan dalam bagian “Menimbang” Putusan
Nomor 10/PUUVI/2008 yang menyatakan : 13 Perubahan UUD 1945
melahirkan sebuah lembaga baru dalam struktur ketatanegaraan Indonesia,
yakni DPD yang dengan kehadirannya, sistem perwakilan di Indonesia, DPR
didukung dan diperkuat oleh DPD. DPR merupakan lembaga perwakilan
berdasarkan aspirasi dan paham politik rakyat sebagai pemegang kedaulatan,
sedangkan DPD merupakan lembaga perwakilan penyalur keanekaragaman
aspirasi daerah. Keberadaan lembaga DPD merupakan upaya menampung
prinsip perwakilan wilayah/daerah.
Dengan demikian susunan keanggotaan MPR tersebut mencerminkan
representasi politik, dan representasi daerah. Utusan Daerah yang merupakan
representasi daerah dan semula merupakan salah satu fraksi di MPR
ditingkatkan menjadi lembaga negara yaitu DPD yang bersama dengan DPR
menjadi pemegang kekuasaan legislatif.14 Keanggotaan DPD pertama kali
dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah hasil Pemilihan Umum
Legislatif Tahun 2004
 Susunan dan Kedudukan Dewan Perwakilan DaerahSesuai dengan
ketentuan Pasal 22C ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, anggota DPD
dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum. Hal tersebu
ditegaskan lebih lanjut dalam Pasal 246 UU MD3 Tahun 2014. Dengan
demikian anggota DPD adalah wakil daerah, atau dengan perkataan lain
DPD adalah representasi daerah. Jumlah anggota DPD dari setiap
provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum adalah empat orang. Hal
itu ditentukan dalam Pasal 22 C ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, serta
Pasal 252 ayat (1) dan (2) UU MD3 Tahun 2014. Selain itu, kedua pasal
tersebut menentukan bahwa jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih
dari sepertiga jumlah anggota DPR. Dalam Pasal 247 UU MD3 Tahun
2004 ditentukan bahwa DPD adalah lembaga perwakilan daerah yang
berkedudukan sebagai lembaga negara.
 Wewenang, dan Tugas Dewan Perwakilan Daerah Sesuai dengan
ketentuan Pasal 22D ayat (1) - (4) UUD NRI, DPD diberi wewenang
untuk :
a. Dapat mengajukan kepada DPR, dan ikut membahas rancangan
undang-undang (RUU) yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah
b. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-
undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama
c. Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
sebagaimana disebutkan dalam huruf
d. Melakukan pengawasan pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan,
dan agama, dan menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada
DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. Dalam
Pasal 4 Peraturan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia
No. 4 Tahun 2017 tentang Tata Tertib (Tatib DPD 2017),
dinyatakan bahwa DPD mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi
legislasi, fungsi pengawasan, dan fungsi anggaran, dan fungsi-
fungsi tersebut dijalankan dalam kerangka fungsi representasi
sebagai wakil daerah.
Sesuai dengan fungsi-fungsi tersebut, menurut Pasal 249 UU MD3 Tahun
2014, dan Pasal 5 Peraturan DPD RI No. 4 Tahun 2017 tentang Tata Tertib
(Tatib DPD Tahun 2017), DPD mempunyai wewenang dan tugas sebagai
berikut:
1. Mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR;
2. Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
3. Menyusun dan menyampaikan daftar inventaris masalah
rancangan undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden
yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
4. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan
undangundang tentang APBN dan rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
5. Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
6. Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undangundang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama kepada DPR
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti;
.
B. LEMBAGA PEMERINTAHAN NEGARA (EKSEKUTIF)
1. Presiden
1. Tugas Presiden Sebagai Kepala Negara
 Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angakatan Udara berdasarkan Uundang-undang Pasal 10
 Presiden memilih dan memutuskan pengangkatan duta dan konsul
berdasarkan Undang-undang Pasal 13 ayat 1
 Menerima dan menempatkan duta negara lain dengan memerhatikan
pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan Undang-
undang Pasal 13 ayat 1
2. Tugas Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan
 Memegang kekuasaan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Dasar
Pasal 4 ayat 1
 Menetapkan peraturan pemerintahan untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya berdasarkan Undang-undang Pasal  3 ayat 2
 Mengangkat dan memberhentikan para menteri berdasarkan Undang-undang
Pasal 17 ayat 2
 Mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama
untuk menjadi Undang-Undang, berdasarkan Undang-undang Pasal 2 ayat 4
 Merancang Undang-undang Anggran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang kemudian diajukan presiden untuk dibahas bersama DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang
Pasal 23 ayat 2
 Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang Pasal 23F ayat 1
 Memberikan persetujuan dan menetapkan Hakim Agung yang
pencalonannya diusulkan oleh komisi yudisial dan DPR, berdasarkan
Undang-undang Pasal 24A ayat 3
 Mengangkat dan memberhentikan anggota yudisial dengan persetujuan DPR,
berdasarkan Undang-undang Pasal 24B ayat 3
 Menetapkan anggota hakim konstitusi di MK yang diajukan oleh MA, DPR,
dan Presiden, berdasarkan Undang-Undang Pasal 24C ayat 3
3. Wewenang Presiden
 Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR untuk
akhirnya ditindaklanjuti, berdasarkan Undang-Undang Pasal 5 ayat 1
 Dapat menyatakan perang,membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain melalui persetujuan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 11
ayat 1
 Dapat membuat perjanjian internasional lainnya yang dapat menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara dan/atau mengharuskan pembentukan dan perubahan
UU dengan persetujuan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 2
 Berwenang menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syarat dan akibatnya
dalam keadaan bahaya telah ditetapkan dalam Undang-Undang, wewenang
presiden  berdasarkan Undang-Undang Pasal 12
 Berwenang memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat
1
 Berwenang memberi amnesti dan abolasi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 2
 Berwenang memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang
telah diatur dalam Undang-Undang, wewenang presiden berdasarkan
Undang-Undang Pasal 15
 Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat
dan pertimbangan kepada Presiden yang kemudian telah diatus dalam
Undang-Undang, wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang Pasal 16
 Berwenang menetapkan peraturan pemerintan penganti Undang-Undang jika
dalam hal genting yang memaksa, berdasarkan Undang-Undang Pasal 22
ayat 1
2. Wakil Presiden
1. Tugas dan kewenangan wakil presiden
Tugas dan kewenangan wakil presiden tergantung pada pemberian atau
pelimpahan kekuasaan dari presiden. Akan tetapi, secara umum, tugas wakil
presiden sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 adalah membantu presiden.
Selain itu, wakil presiden juga bertugas dan berwenang menggantikan presiden
sampai habis masa jabatannya jika presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau
tidak dapat melakukan kewajibannya.
Beberapa tugas dan kewenangan wakil presiden yang lain di antaranya:
 Melakukan pengawasan aparatur pemerintah dengan melibatkan aparat
penegak hukum terkait.
 Melakukan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan sekaligus menjadi
katalisator pemahaman antara kementerian penyelenggara pemerintahan.
 Melakukan koordinasi perumusan dan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan.
 Menjadi pendorong penyelesaian sengketa antara kementerian.
 Melakukan pengawasan dan pemantauan kebijakan pemerintah di daerah,
serta merumuskan penyelesaian konflik substansial antara kebijakan pusat
dan kebijakan daerah.
1) Kedudukan wakil presiden
Presiden dan wakil presiden merupakan pejabat dalam lembaga negara yang
disebut lembaga kepresidenan. Kedudukan wakil presiden tidak dapat
dipisahkan dengan presiden. Keduanya merupakan satu kesatuan jabatan
sebagai pasangan yang dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan
umum. Menurut Ni’matul Huda, ada dua kemungkinan terkait kedudukan wakil
presiden, yakni kedudukannya sederajat dengan presiden atau kedudukannya di
bawah presiden. Kemungkinan pertama diperoleh dari penafsiran yuridis
terhadap pasal-pasal yang mengatur tentang presiden dan wakil presiden, yaitu
Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9 UUD 1945, serta Pasal 7, Pasal 22,
Pasal 24, dan Pasal 25 Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/1999. Berdasarkan
pendekatan ini, tidak terdapat hierarki antara presiden dan wakil presiden yang
menunjukkan hubungan sebagai atasan terhadap bawahan. Pasal-pasal tersebut
hanya menunjukkan pembagian prioritas dalam melaksanakan kekuasaan
pemerintahan di mana presiden menjadi pemegang prioritas utama, sementara
wakil presiden sebagai pemegang prioritas kedua. Jika presiden berhalangan
maka wakil presiden dapat dengan sendirinya menggantikannya. Sementara itu,
kemungkinan kedua, didapat melalui penafsiran Pasal 4 Ayat 2, Pasal 5 UUD
1945, serta Pasal 8 Ayat 1 Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1978. Berdasarkan
penafsiran ini, presiden merupakan satu-satunya penyelenggara pemerintah
negara tertinggi yang menyebabkan segala tanggung jawab mengenai
penyelenggaraan pemerintahan negara yang tertinggi berada di tangannya.
Wakil presiden tidak dapat bertindak sendiri karena hanya merupakan pembantu
presiden.
3. Menteri-menteri
Wewenang menteri melaksanakan tugas tertentu yang dilimpahkan dari Presiden.
Jadi, dengan demikian tugas menteri secara umum mengikuti dan melakukan
koordinasi jalannya kebijakan dan program yang telah ditetapkan di bidang tertentu
yang menjadi tanggung jawab divisinya.
a. Wewenang Menteri
1. Mengkoordinasi pemberian pelayanan kerumahtanggaan dan
keprotokolan kepada Presiden dan Wakil Presiden.
2. Pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden
3. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku

b. Tugas Menteri
1. Mengikuti dan melakukan koordinasi pelakanaan kebijaksanaan dan
program yang telah ditetakan di bidang tertentu yang menjadi tanggung
jawabnya
2. Menampung dan mengusahakan penyelesaian masalah-masalah yang
timbul serta mengikuti perkembangan keadaan dalam bidang yang
dikoordinasinya sehari-hari
3. Melaksanakan koordinasi seerat-eratnya antara berbagai Direkur Jenderal
dan pimpinan lembaga lainnya dalam penanganan masalah yang memiliki
sangkut paut dengan bidang koordinasi Menteri Negara yang
bersangkutan
4. Membina dan melakukan koordinasi dengan atau antar departemen dan
instansi lainnya baik dalam rangka pengumpulan bahan, pembahasan
masalah yang diperlukan bagi perumusan kebijaksanaan dan program
yang menyangkut bidang yang menjadi tanggungjawabnya, ataupun
dalam menampung dan memecahkan masalah yang timbul dalam
pelaksanaan kebijaksanaan dan program tertentu.
5. Menyampaikan laporan dan bahan keterangan serta saran dan
pertimbangan di bidang tanggungjawabnya Kepada Menteri Pimpinan
Departemen, Menteri Koordinator yang dibantunya, dan Kepada Presiden.

C. LEMBAGA KEHAKIMAN (YUDISIAL)


1. Mahkamah Agung (MA)
Berikut tugas dan wewenang Mahkamah Agung Republik Indonesia:
1. Memeriksa dan memutus permohonan kasasi (Pasal 20 ayat 1 UU Nomor
48 Tahun 2009).
2. Memeriksa dan memutus sengketa tentang kewenangan mengadili (Pasal
28 ayat 1 UU Nomor 14 Tahun 1985).
3. Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan tetap (Pasal 28 ayat 1 UU
Nomor 14 Tahun 1985).
4. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU (Pasal
20 ayat 1 huruf b UU Nomor 48 Tahun 2009)
5. Meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis
peradilan dari semua badan peradilan yang berada di bawahnya (Pasal 32
ayat 3 UU Nomor 3 Tahun 2009).
6. Memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada pengadilan di semua
badan peradilan yang berada di bawahnya (Pasal 32 ayat 4 UU Nomor 3
Tahun 2009)
7. Memberi keterangan, pertimbangan, dan nasehat masalah hukum kepada
lembaga negara dan lembaga pemerintahan apabila diminta (Pasal 22 UU
Nomor 48 Tahun 2009)
8. Memberi pertimbangan hukum atas permohonan grasi dan rehabilitasi
(Pasal 35 UU Nomor 5 Tahun 2004).
9. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan
pada semua badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
menyelenggarakan kekuasaan kehakiman (Pasal 24 ayat 1 UU Nomor 48
Tahun 2009).
10. Melakukan pengawasan internal atas tingkah laku hakim (Pasal 32A UU
Nomor 3 Tahun 2009).
11. Mengawasi pelaksanaan tugas administrasi dan keuangan (Pasal 32 ayat 2
UU Nomor 3 Tahun 2009).
MA juga menjalankan sejumlah fungsi, yaitu:
1. Fungsi Peradilan: Hak uji materiil apakah suatu peraturan ditinjau dari isi
(materinya) bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
2. Fungsi Pengawasan: MA memiliki badan pengawas yang melakukan
pengawasan terhadap kinerja pengadilan dan tingkah laku para hakim.
3. Fungsi Mengatur: MA dapat membuat peraturan sendiri jika dianggap
perlu untuk melengkapi hukum acara yang sudah diatur UU. Produk
hukumnya adalah Peraturan MA, Surat Edaran MA, dan lain-lain.
4. Fungsi Nasehat: MA dapat memberikan nasihat atau pertimbangan dalam
bidang hukum kepada lembaga negara lain. Contohnya kepada presiden
dalam rangka pemberian atau penolakan grasi.
5. Fungsi Administratif: MA mengatur tugas dan tanggung jawab, susunan
organisasi, serta tata kerja kepaniteraan pengadilan.
2. Mahkamah Konstitusi (MK)
Dalam perubahan ke tiga UUD 1945 Pasal 24 ayat (2) dinyatakan : “Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi”. Dalam Pasal 24 C ditentukan :
1. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,
memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang
hasil pemilihan umum.
2. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan
Perwaklian Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
3. Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing- masing
tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.
4. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim
konstitusi.
5. Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan,
serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.
6. Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta
ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-
undang.
Sesuai ketentuan UUD 1945, Mahkamah Konstitusi itu, memiliki beberapa
kewenangan, yakni sebagai berikut :

1. Menguji undang-undang terhadap UUD.


2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar.
3. Memutus pembubaran partai politik.
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
5. Memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wapres telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela.
6. Memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wapres telah tidak lagi
memenuhi persyaratan sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
3. Komisi Yudisial (KY)
Meskipun Komisi Yudisial diatur dalam Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman
namun Komisi Yudisial bukanlah pelaksana kekuasaan kehakiman, karena Pasal 24
ayat (1) UUD Negara RI 1945 menyatakan, Kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan, sedangkan dalamayat (2) disebutkan pelaku kekuasaan
kehakiman yaitu: Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi. Adapun wewenang dari Komisi Yudisial ditegaskan dalam :
1. Pasal 24 A ayat (3) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada
Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan
selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
2. Pasal 24 B ayat (1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain
dalam rangka menjaga dan menegakkan kehomatan, keluhuran, martabat,
serta perilaku hakim
D. LEMBAGA KEUANGAN NEGARA (EKSAMINATIF)
1. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
1. Tugas BPK
 Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara
lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan
Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara.
 Pelaksanaan pemeriksaan BPK tersebut dilakukan atas dasar Undang-
Undang tentang Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.
 Pemeriksaan yang dilakukan BPK mencakup pemeriksaan kinerja, keuangan,
dan pemeriksaan dengan adanya maksud tertentu.
 Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
 BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang
diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.
 Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan
ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib
disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.
2. Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan
Di samping beberapa tugas yang diemban, Badan Pemeriksa Keuangan juga
memiliki sejumlah kewenangan. Berdasarkan UU No.15 Tahun 2006 BAB
III bagian kedua, kewenangan BPK meliputi:
 Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan serta melaksanakan
pemeriksaan, penentuan waktu dan metode pemeriksaan serta
menyusun maupun menyajikan laporan juga menjadi wewenang dari
BPK tersebut.
 Meminta keterangan dan atau dokumen yang wajib diberikan oleh
setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah dan lembaga atau
badan lain yang mengelola keuangan negara.
 Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang
milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata
usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-
perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,
pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara.
 Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada
BPK.
 Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi
dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan
dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
 Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
 Menggunakan tenaga ahli dan atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK.
3. Fungsi BP
Menurut Arum (2015) : Dalam menjalankan tugasnya, ada beberapa fungsi
utama Badan Pemeriksa Keuangan, yaitu fungsi operatif, yudikatif dan advisory.
1. Fungsi Operatif
Dalam menjalankan fungsi ini, tugas Badan Pemeriksa Keuangan adalah
untuk melakukan pemeriksaan, pengawasan serta penyelidikan atas
penguasaan, pengurusan dan pengelolaan kekayaan milik negara.
2. Fungsi Yudikatif
Sementara itu, dalam fungsi ini tugas Badan Pemeriksa Keuangan adalah
untuk menuntut perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi. Tuntutan ini
dapat diberikan kepada perbendaharaan dan pegawai negeri bukan
bendahara yang perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan
kewajiban sehingga menyebabkan kerugian keuangan dan kekayaan
negara.
3. Fungsi Advisory
Fungsi yang terakhir adalah advisory. Maksudnya adalah tugas Badan
Pemeriksa Keuangan adalah untuk memberikan pertimbangan kepada
pemerintah terkait pengurusan dan pengelolaan keuangan negara.
Demikianlah penjelasan mengenai pengertian, sejarah, fungsi dan tugas
Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK. peran BPK untuk Republik
Indonesia sangat penting, terlebih yang diurus memang terkait keuangan.

E. LEMBAGA-LEMBAGA INDEPENDEN
1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM)
1. Tugas dan Wewenang Komnas HAM
Tugas dan wewenang Komnas HAM sudah tercantum di dalam UU Nomor 39
Pasal 89 UU 39/1999. Dalam pasal tersebut menjelaskan tugas dan
wewenang Komnas HAM terbagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:
2. Pengkajian dan Penelitian
Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam bidang pengkajian dan
penelitian, lembaga ini bertugas dan berwenang melakukan :
 Pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional hak asasi
manusia dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan
aksesi dan atau ratifikasi
 Pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan untuk
memberikan rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan, dan
pencabutan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak
asasi manusia
 Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian
 Studi kepustakaan, studi lapangan dan studi banding di negara lain
mengenai hak asasi manusia
 Pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan perlindungan,
penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia
 Kerja sama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga atau
pihak lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam
bidang hak asasi manusia.
2. Penyuluhan
Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam bidang penyuluhan, Komnas
HAM bertugas dan berwenang melakukan:
 Penyebarluasan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada masyarakat
Indonesia
 Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia melalui
lembaga pendidikan formal dan non-formal serta berbagai kalangan lainnya
 Kerja sama dengan organisasi, lembaga atau pihak lainnya, baik di tingkat
nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia.
3. Pemantauan
Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam bidang pemantauan, Komnas
HAM bertugas dan berwenang melakukan:
 Pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan laporan
hasil pengamatan tersebut.
 Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam
masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga
terdapat pelanggaran hak asasi manusia.
 Pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang
dilakukan untuk dimintai dan didengar keterangannya.
 Pemanggilan saksi untuk diminta didengar kesaksiannya, dan kepada
saksi pengadu diminta menyerahkan bukti yang diperlukan.
 Peninjauan di tempat kejadian dan tempat kejadian dan tempat lainnya
yang dianggap perlu.

4. Mediasi
Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam bidang mediasi, Komnas
HAM bertugas dan berwenang melakukan:
 Perdamaian kedua belah pihak.
 Penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, dan penilaian ahli.
 Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa
melalui pengadilan.
 Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi
manusia pada Pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya.
 Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi
manusia kepada DPR RI untuk ditindaklanjuti.
Selain tugas dan wewenang di atas, dalam UU Nomor 26 Tahun 2000 Pengadilan
HAM, Komnas HAM juga memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan
terhadap peristiwa atau kasus yang memuat pelanggaran hak asasi manusia yang
berat.
Tugas lainnya yang harus dijalankan oleh Komnas HAM adalah mengawasi dan
menghapus segala upaya bentuk diskriminasi ras dan etnis, berdasarkan UU Nomor
40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

5. Komisi Pemilihan Umum (KPU)


Tugas dan Kewajiban berdasarkan Undang-Undang No 7 Tahun 2017 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum KPU Kabupaten/Kota mempunyai tugas 
sebagai berikut :  
a. menjabarkan program dan melaksanakan anggaran;
b. melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan di kabupaten/kota berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. mengoordinasikan dan mengendalikan tahapan penyelenggaraan oleh PPK,
PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;
d. menyampaikan daftar pemilih kepada KPU Provinsi;
e. memutakhirkan data pemilih berdasarkan data Pemilu terakhir dengan
memperhatikan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh
Pemerintah dan menetapkannya sebagai daftar Pemilih;
f. melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu
anggota DPR, anggota DPD, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan
anggota DPRD provinsi serta anggota DPRD kabupatern/kota yang
bersangkutan berdasarkan berita acara hasil rekapitulasi suara di PPK;

KPU Kabupaten/Kota berwenang :


a. menetapkan jadwal di kabupaten/kota;
b. membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah
c. menetapkan dan mengumumkan rekapitulasi penghitungan suara Pemilu
anggota DPRD kabupaten/kota berdasarkan rekapitulasi penghitungan suara di
PPK dengan membuat rekapitulasi suara dan sertifikat rekapitulasi
d. menerbitkan keputusan KPU kabupaten/kota untuk mengesahkan hasil pemilu
anggota DPRD kabupaten/kota dan
e. menjatuhkan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota
PPK dan anggota PPS yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan
terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu berdasarkan putusan Bawaslu,
putusan Bawaslu Provinsi, putusan Bawaslu Kabupaten/Kota, dan/atau
ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi,
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Visi KPK adalah bersama elemen bangsa, mewujudkan Indonesia yang bersih dari
korupsi. Sedangkan misi KPK adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penegakan hukum dan menurunkan tingkat korupsi di Indonesia melalui koordinasi,
supervisi, monitor, pencegahan, dan penindakan dengan peran serta seluruh elemen
bangsa.
a. KPK mempunyai tugas : berkoordinasi dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; supervisi terhadap instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
b. KPK berwenang : mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan tindak pidana korupsi; menetapkan sistem pelaporan dalam
kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi; meminta informasi tentang
kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait;
melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan meminta
laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
7. Ombudsman Republik Indonesia
Wewenang Ombudsman
1. Meminta keterangan/ penjelasan/ klarifikasi, memeriksa keputusan/ dokumen
terkait dengan laporan
2. Memanggil pihak-pihak terkait untuk mendapatkan keterangan/ klarifikasi
3. Melakukan mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak
4. Membuat rekomendasi mengenai penyelesaian laporan, termasuk rekomendasi
untuk membayar ganti rugi/ rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan
5. Mengumumkan/ publikasi hasil temuan, kesimpulan dan rekomendasi
6. Memberi saran kepada presiden/ kepala daerah/ pimpinan penyelenggara lain,
guna perbaikan/ penyempurnaan organisasi atau prosedur pelayanan public
7. Memberi saran kepada DPR/D atau presiden/ kepala daerah guna
penyempurnaan/perubahan perundang-undangan dalam rangka mencegah
administrasi. Fungsi Ombudsman-Ombudsman berfungsi mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
negara dan pemerintah baik pusat maupun daerah. Termasuk yang
diselenggarakan oleh BUMN serta badan swasta atau perorangan yang diberi
tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.
Tugas Ombudsman
1. Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan public
2. Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan
3. Menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan
ombudsman
4. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi
dalam penyelenggaraan pelayanan public
5. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perorangan

F. LEMBAGA-LEMBAGA DAERAH
1) Lembaga Daerah Propinsi
a. Pemerintahan Daerah Propinsi
Pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan.
Otonomi yang dilakukan pemerintah daerah bersifat seluas-luasnya, kecuali urusan
yang oleh UU ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat .
Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan wewenangnya dalam mengurus rumah tangga
daerah .

kewenangan pemerintah daerah provinsi tercantum dalam Undang-Undang Nomor


23 Tahun 2014 Pasal 13 Ayat 1.
1. Urusan pemerintahan yang lokasinya berada di lintas daerah kabupaten/kota
2. Urusan pemerintahan yang penggunanya berada di lintas daerah
kabupaten/kota
3. Urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya berada di lintas
daerah kabupaten/kota
4. Urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh daerah provinsi
b. Gubernur
PP Nomor 33 Tahun 2018 sebagaimana dimaksud berisi tentang Pelaksanaan Tugas
dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat (tautan: PP Nomor 33
Tahun 2018)

Menurut PP ini, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mempunyai tugas:

  a. mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas


pembantuan di daerah kabupaten/kota;
b. melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan
pemerintah daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya;

c. memberdayakan dan memfasilitasi daerah kabupaten/kota di wilayahnya;

d. melakukan evaluasi terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang


rencana pembangunan jangka panjang daerah, anggaran pendapatan dan belanja
daerah, perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah, tata ruang daerah, pajak daerah,
dan retribusi daerah;

e. melakukan pengawasan terhadap peraturan daerah kabupaten/kota;

f. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-


undangan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, menurut PP ini, gubernur sebagai


wakil Pemerintah Pusat memiliki wewenang:

a. membatalkan peraturan daerah kabupaten/kota;

b. memberikan penghargaan atau sanksi kepada bupati/wali kota terkait dengan


penyelenggaraan pemerintahan daerah;

c. menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintah antardaerah


kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;

d. memberikan persetujuan terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang


pembentukan dan susunan perangkat daerah kabupaten/kota; dan melaksanakan
wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi (disingkat DPRD provinsi) adalah
lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah Provinsi DPRD provinsi terdiri atas anggota partai politik peserta
pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum DPRD provinsi mempunyai
fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan yang dijalankan dalam kerangka representasi
rakyat di provinsi

DPRD provinsi mempunyai wewenang dan tugas yaitu:

1. membentuk peraturan daerah provinsi bersama gubernur;


2. membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi yang diajukan oleh gubernur;
3. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah provinsi;
4. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian gubernur dan/atau wakil gubernur
kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pengesahan
pengangkatan dan/atau pemberhentian;
5. memilih wakil gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil gubernur;

2) Lembaga Daerah Kabupaten/Kota


a. Pemerintahan daerah Kabupaten Kota

Daerah kabupaten/kota merupakan Wilayah Administratif yang menjadi wilayah kerja


bagi bupati/wali kota dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di wilayah
Daerah kabupaten/kota.[1]
Pembentukan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota ditetapkan dengan
undang-undang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 14 Ayat 1 mengatur berbagai urusan
yang menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota sebagai berikut.
1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
4. Penyediaan sarana dan prasarana umum
5. Penanganan bidang kesehatan

b. Bupati /walikota
Seorang bupati kewenangannya sejajar dengan wali kota, yakni kepala daerah untuk
daerah kota
 tugas seorang bupati dan walikota, berdasarkan pasal 24 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah:
1. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala
daerah.
2. Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi disebut
gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota.
3. Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh satu orang
wakil kepala daerah.
4. Wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk provinsi
disebut wakil gubernur untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota
disebut wakil walikota
c. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
DPRD memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat . Anggota
DPRD memiliki hak mengajukan rancangan peraturan daerah, mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan dipilih, membela diri,
imunitas, mengikuti orientasi dan pendalaman tugas, protokoler, serta keuangan dan
administratif

DPRD berhak meminta pejabat negara tingkat daerah, pejabat pemerintah daerah,
badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan . Jika permintaan
ini tidak dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan) Jika panggilan paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah,
yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan)

Tugas dan wewenang DPRD adalah:

 Membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.


 Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang diajukan oleh kepala daerah.
 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.
 Mengusulkan: 
o Untuk DPRD provinsi, pengangkatan/pemberhentian gubernur/wakil gubernur
kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan
pengesahan pengangkatan/pemberhentian.
o Untuk DPRD kabupaten, pengangkatan/pemberhentian bupati/wakil bupati
kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
o Untuk DPRD kota, pengangkatan/pemberhentian wali kota/wakil wali kota
kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
o Memilih wakil kepala daerah (wakil gubernur/wakil bupati/wakil wali kota)
dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah.
 Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana
perjanjian internasional di daerah.
 Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan
oleh pemerintah daerah.
 Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.

3.Lembaga Desa
A. Pemerintahan Desa
Desa yang kini tidak lagi menjadi sub-pemerintahan kabupaten berubah menjadi
pemerintahan masyarakat. Prinsip desentralisasi dan residualitas yang berlaku pada
paradigma lama melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, digantikan oleh
prinsip rekognisi dan subsidiaritas. Kedua prinsip ini memberikan mandat sekaligus
kewenangan terbatas dan strategis kepada desa untuk mengatur serta mengurus urusan
desa itu sendiri.
B. Kepala Desa
Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintah Desa yang memimpin
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan pembangunan
desa, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat Desa

1. tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa memiliki fungsi
sebagai berikut: menyelenggarakan Pemerintahan Desa, seperti tata praja
Pemerintahan, penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan,
pembinaan ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan
masyarakat, administrasi kependudukan, dan penataan dan pengelolaan
wilayah;
2. melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana
perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan;
3. pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan,
dan ketenagakerjaan

 tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), Kepala Desa berwenang:

1. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;


2. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;
3. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;
4. menetapkan Peraturan Desa;
5. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

C. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)


Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Permendagri No.110/2016 Tugas Badan
Permusyawaratan Desa (BPD)

fungsi, membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa, dan melakukan pengawasan kinerja
Kepala Desa.

, Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas sebagai berikut.:

1. Menggali aspirasi masyarakat


2. Menampung aspirasi masyarakat
3. Mengelola aspirasi masyarakat
4. Menyalurkan aspirasi masyarakat
5. Menyelenggarakan musyawarah Tugas Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
6. Menyelenggarakan musyawarah Desa

B. SISTEM PERADILAN DI INDONESIA


1. Struktur Sistem Peradilan Di Indonesia

2. Dasar Hukum Pembentukannya, Susunan, Kedudukan, Wewenang/Kompetensi


Lembaga Peradilan Di Indonesia
a) Mahkamah Konstitusi
 Mahkamah Konstitusi adalah suatu lembaga peradilan, sebagai cabang
kekuasaan yudikatif, yang mengadili perkara-perkara tertentu yang menjadi
kewenangannya berdasarkan ketentuan UUD 1945.
Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang ditegaskan kembali dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf a sampai dengan d UU 24/2003, kewenangan
Mahkamah Konstitusi adalah menguji undang-undang terhadap UUD 1945;
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945; memutus pembubaran partai politik; dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Selain itu, berdasarkan Pasal 7
ayat (1) sampai dengan (5) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang ditegaskan
lagi oleh Pasal 10 ayat (2) UU 24/2003, kewajiban Mahkamah Konstitusi
adalah memberikan keputusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan tercela,
atau tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

b) Mahkamah Agung dan Lembaga Peradilan yang berada di bawahnya


Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, Kekuasaan kehakiman dilakukan
oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan ketentuan tersebut, Mahkamah Konstitusi
merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman selain Mahkamah Agung.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

1.Peradilan Umum
Peradilan umum merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang dilaksanakan
oleh Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.

Peradilan umum dilaksanakan pada tingkat pertama oleh Pengadilan Negeri. Perbedaan
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi terdapat pada kedudukannya.

Kedudukan Pengadilan Negeri terdapat di ibukota Kabupaten/Kota sedangkan Pengadilan


Tinggi kedudukannya terdapat di ibukota Provinsi.

Dalam lingkungan peradilan umum, bisa dibentuk sebuah pengadilan khusus sesuai
dengan undang-undang. Dalam pengadilan khusus tersebut, bisa diangkat hakim ad hoc.
Fungsinya adalah untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.

Susunan tim dalam Pengadilan Negeri ini terdiri dari Pimpinan Hakim Anggota, Panitera,
Sekretaris, dan Jurusita. Sedangkan dalam Pengadilan Tinggi terdiri dari Pimpinan,
Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris.

Peradilan umum berlaku bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya mengenai perkara
perdata dan pidana.

2. Peradilan Agama
Dalam UU Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, disebutkan Peradilan Agama
adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman untuk masyarakat yang mencari
keadilan dalam beragama Islam yang sesuai dengan apa yang diatur dalam undang-
undang.

Peradilan agama memiliki tugas dan kewenangan memeriksa, memutus, dan


menyelesaikan perkara di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak,
shadaqah, dan ekonomi syariah.
Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama dilaksanakan oleh Pengadilan
Agama dan Pengadilan Tinggi Agama. Kedudukan Peradilan Agama berpuncak di
Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi.

3. Peradilan Tata Usaha Negara


Peradilan Tata Usaha Negara (TUN) adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi
sengketa TUN akibat dikeluarkannya keputusan TUN, termasuk sengketa kepegawaian.

Peradilan Tata Usaha Negara mengurus perkara menyangkut sengketa Tata Usaha
Negara. Kedudukan dari Peradilan Tata Usaha Negara terdapat di ibukota
Kabupaten/Kota.

Peradilan ini terbagi menjadi dua yakni Peradilan Tata Usaha Negara di peradilan tingkat
pertama dan Peradilan Tinggi Tata Usaha di tingkat banding. Peradilan Tata Usaha
Negara ini dibentuk lewat keputusan presiden.

Susunan tim dalam peradilan Tata Usaha Negara ini terdiri atas Pimpinan, Hakim
Anggota, Panitera, dan Sekretaris. Adapun tugas dari Peradilan Tata Usaha Negara ini
berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara.

4. Peradilan Militer
Peradilan militer merupakan peradilan yang mengurus peradilan di lingkungan militer.
Peradilan Militer ini mengurus perkara yang bersangkutan dengan prajurit.

Dalam Peradilan Militer ini terdiri atas peradilan militer, peradilan militer tinggi,
peradilan militer utama dan peradilan militer pertempuran.

Salah satu jenis peradilan di Indonesia ini bertugas untuk mengadili perkara yang tempat
kejadiannya berada di daerah hukumnya dan terdakwanya termasuk suatu kesatuan yang
berada di daerah hukumnya.

Anda mungkin juga menyukai