Disusun oleh:
Salsabila Mareta Rizal (22.74.201.0039)
2) Peraturan Perundang-Undangan
Bagir Manan dan Kuntana Magnar memberikan pengertian peraturan
perundang-undangan ialah setiap putusan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan
dikeluarkan oleh lembaga dan atau pejabat yang mempunyai (menjalankan) fungsi
legislatif sesuai dengan tata cara yang berlaku.
Sesuai dengan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sumber
hukum formal Hukum Tata Negara adalah:
UUD NRI Tahun 1945;
Ketetapan MPR RI;
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (UU/Perppu);
Peraturan Pemerintah (PP);
Peraturan Presiden (Perpres);
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi;
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota.
Adapun pada Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 juga dijelaskan
bahwa jenis peraturan perundang-undangan mencakup peraturan yang ditetapkan oleh
MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri, badan, lembaga, atau komisi
yang setingkat yang dibentuk dengan UU atau Pemerintah atas perintah UU, DPRD
Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang
setingkat.
4) Konvensi Ketatanegaraan
Konvensi (Convention) atau Kebiasaan Ketatanegaraan adalah perbuatan
dalam kehidupan ketatanegaraan yang dilakukan berulang kali sehingga diterima dan
ditaati dalam praktik ketatanegaraan. Menurut Bagir Manan, konvensi ketatanegaraan
adalah “kaidah (rules) yang tumbuh dalam praktik ketatanegaraan” atau “kebiasaan di
bidang ketatanegaraan”. Sebagai contoh adalah Pidato Kenegaraan Presiden setiap
tanggal 16 Agustus di depan Sidang Paripurna DPR, dan Pidato Presiden sebagai
Pengantar APBN.
5) Yurisprudensi Ketatanegaraan
Yurisprudensi adalah putusan pengadilan yang diikuti secara berulang-ulang
dalam kasus yang sama. Di Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan Australia
mempunyai pengertian yang lebih luas, dimana yurisprudensi berarti ilmu hukum.
Sedangkan pengertian yurisprudensi di negara-negara Eropa kontinental termasuk
kita di Indonesia yang berdasarkan asas konkordansi juga menganut sistem itu, maka
yuriprudensi hanya berarti putusan pengadilan.
Dalam sistem kontinental seperti di Jerman, Perancis, dan Belanda, putusan
pengadilan dianggap sebagai salah satu saja dari norma hukum yang dipelajari dan
dijadikan sumber hukum. Untuk itu, istilah jurisprudentie di Belanda menunjuk
kepada pengertian putusan pengadilan yang bersifat tetap yang kemudian dijadikan
referensi bagi hakim lain dalam memeriksa perkara serupa di kemudian hari.
Pengertian inilah yang diadopsi ke dalam sistem hukum Indonesia.
Irfani, N. (2020). Asas Lex Superior, Lex Specialis, dan Lex Posterior: Pemaknaan,
Problematika, dan Penggunaannya dalam Penalaran dan Argumentasi Hukum.
Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 16 No. 3, 307-314.
Yusa, I. G., & dkk. (2016). Hukum Tata Negara Pasca Perubahan UUD NRI 1945.
Malang: Setara Press.