2. Sistem hukum Indonesia pada dasarnya menganut teori yang dikembangkan oleh Hans Kelsen.
Hal in tampak dalam rumusan hirarkhi peraturan perundanganundangan Indonesia
sebagaimana dapat kita temukan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Dalam Pasal 7 undang-undang
tersebut dinyatakan bahwa, Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai
berikut: Menurut Bagir Manan, hukum positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum
tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini yang berlaku dan mengikat secara umum atau
khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara. Teori
Hukum Murni mash banyak dipakai di - Indonesia. Hal tersebut tercermin dengan masih
dikutinya/diterapkannya beberapa pemikiran dari Hans Kelsen dalam sistem kehidupan secara
yuridis. Dalam hubungan tugas hakim dan perundang-undangan mash terlihat pengaruh aliran
Aliran Legis (pandangan Legalisme), yang menyatakan bahwa hakim tidak boleh berbuat selain
daripada menerapkan undang-undang secara tegas. Hakim hanya sekedar terompet
undangundang dan selain itu juga dalam penerapan hukum oleh para Hakim masih terpaku
peraturan perundang-undangan tertulis.
3. Dalam implementasi paradigma hukum progresif menjelaskan bahwa problematika
penegakan hukum disebabkan kuatnya pengaruh paradigma legal positivistik sehingga nilai-
nilai di masyarakat menjadi ditabrak dan diabaikan; kekeliruan dalam menafsirkan hukum
yang dimaknai secara tekstual dari pasal-pasal yang tertulis; dan kurang tegasnya suatu
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan sehingga membuka celah kemungkinan
penyimpangan oleh para pelaksananya. Disamping itu, hukum progresif bisa menjadi alternatif
sekaligus solusi dalam penegakan hukum yang mencerminkan nilai-nilai keadilan dalam
masyarakat. Dengan hukum progresif, penegak hukum harus mempunyai cara pandang
progresif agar tidak terkungkung pada formalisme hukum demi menegakkan nilai-nilai
keadilan dalam masyarakat.