Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 2 TUTON UNIVESITAS TERBUKA

NAMA :YOGA HERNANDA


NIM : 042374076
FAKULTAS : FHISIP
MATKUL : PENGANTAR ILMU HUKUM

1. A. Sumber Hukum Materil (Welbron)


Sumber Hukum Materil dapat dijabarka sebagai sumber hukum yang terdiri dari prinsip hukum
dan ketentuan hukum (Norma - Norma) yang menjadi dasar atas bagaimana berlakunya suatu
hukum tersebut. Menurut BMP Pengantar Ilmu Hukum, pendapat Urthrect yang dikutip pada
modul 6 berpendapat bahwa, sumber hukum materil dapat diperlakuan atau dilihat sebagai
perasaan hukum itu sendiri, keyakinan hukum individu, dan pendapat umum yang menjadi
factor penentu dari isi hukum tersebut. Tunardy 2020, dalam jurnal hukumnya juga bersudut
pandang bahwa sumber hukum materil bisa juga berupa hal-hal yang mempengaruhi
pembentukan hukum, seperti pandangan hidup, hubungan sosial dan politik, situasi ekonomi,
corak. peradaban (agama dan bkebudayaan) dan juga seperti letak geografir dan konfigurasi
internasional.

Contoh Hukum Materil.


- KUHAP (Pidana Umum, Kejahatan, dan Pekanggaran)
- KUHPerdata (Mengatur Orang, Perjanjian, barang, perikatan, pembuktian dan kadaluwarsa)
- Pancasila (ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1996.)
- Undang Undang dalam arti Materil (Setiap peraturan atau ketetapan yang isinya berlaku dan
mengikat secara umum.

B. Sumber Hukum Formal (Kenbron)


Adalah suber hukum yang dilihat dari bagaimana caranya atau prosesnya terbentuk suatu
hukum. Algra dikutip oleh Sudikno Mertokusumo, mengatakan bahwa sumber hukum formal
mendapatkan kekuatan hukumnya berdasarkan tempat asalnya atau dalam bahasa inggris
adalah Origin atau Asal Muasal. Tumardy 2020 juga berpendapat bahwa sumber hukum formil
adalah sumber hukum yang dikenal atau digali dalam bentuknya (Peraturan perundang-
undangan). Maka dari itu Tunardy 2020, menegaskan kembalik bahwa suatu hukum baru
hanya berupa perasaan hukum dan cita-cita jika belum memiliki kekuatan mengikat, maka dari
itu harus diformalkan.

Contoh Hukum Formil


 Undang-Undang dalam arti Formil, Setiap peraturan atau keteapan yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang diberi kekuasaan membentuk undang undang. Undang Undang
1945 yang dibuat oleh pemerintah, Bersama-sama DPR.
 Kebiasaan dan Adat (Custom)
 Traktat (Treaty)
 Yurisprudensi (Putusan Hakim)
 Pendapat Ahli Hukum (Doktrin)

2. Sistem hukum Indonesia pada dasarnya menganut teori yang dikembangkan oleh Hans Kelsen.
Hal in tampak dalam rumusan hirarkhi peraturan perundanganundangan Indonesia
sebagaimana dapat kita temukan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Dalam Pasal 7 undang-undang
tersebut dinyatakan bahwa, Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai
berikut: Menurut Bagir Manan, hukum positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum
tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini yang berlaku dan mengikat secara umum atau
khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara. Teori
Hukum Murni mash banyak dipakai di - Indonesia. Hal tersebut tercermin dengan masih
dikutinya/diterapkannya beberapa pemikiran dari Hans Kelsen dalam sistem kehidupan secara
yuridis. Dalam hubungan tugas hakim dan perundang-undangan mash terlihat pengaruh aliran
Aliran Legis (pandangan Legalisme), yang menyatakan bahwa hakim tidak boleh berbuat selain
daripada menerapkan undang-undang secara tegas. Hakim hanya sekedar terompet
undangundang dan selain itu juga dalam penerapan hukum oleh para Hakim masih terpaku
peraturan perundang-undangan tertulis.
3. Dalam implementasi paradigma hukum progresif menjelaskan bahwa problematika
penegakan hukum disebabkan kuatnya pengaruh paradigma legal positivistik sehingga nilai-
nilai di masyarakat menjadi ditabrak dan diabaikan; kekeliruan dalam menafsirkan hukum
yang dimaknai secara tekstual dari pasal-pasal yang tertulis; dan kurang tegasnya suatu
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan sehingga membuka celah kemungkinan
penyimpangan oleh para pelaksananya. Disamping itu, hukum progresif bisa menjadi alternatif
sekaligus solusi dalam penegakan hukum yang mencerminkan nilai-nilai keadilan dalam
masyarakat. Dengan hukum progresif, penegak hukum harus mempunyai cara pandang
progresif agar tidak terkungkung pada formalisme hukum demi menegakkan nilai-nilai
keadilan dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai