Anda di halaman 1dari 12

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : AHMAD FAUZAN

Nomor Induk Mahasiswa : 047862975

Kode/Nama Matakuliah : ISIP4130/ Pengantar Ilmu Hukum/ PTHI

Kode/Nama UPBJJ : 78/Mataram

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Pada hakikatnya, sumber hukum dibagi menjadi sumber hukum materiil dan sumber
hukum formil. Sumber hukum materiil merupakan faktor-faktor yang dianggap dapat
membantu pembentukan hukum. Coba jelaskan menurut analisis saudara disertai
contoh.

Sumber hukum menurut C.S.T. Kansil adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-
aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata

● Sumber hukum dalam arti materiil yaitu sumber hukum yang menentukan isi suatu
peraturan/kaidah hukum yang mengikat semua orang. Dengan kata lain bahwa faktor-
faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh terhadapat
pembuat undang-undang, keputusan hakim dan sebagainya) Sumber Hukum
Materiil/tertulis merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, antara lain :
kekuatan politik, situasi sosial ekonomi dsb.

Faktor faktor yang turut serta menentukan isi hukum. Faktor-faktor kemasyarakatan yang
mempengaruhi pembentukan hokum yaitu : Struktural ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat antara lain kekayaan alam, susunan geologi, perkembangan-perkembangan
perusahaan dan pembagian kerja. Kebiasaan yang telah membaku dalam masyarakat yang telah
berkembang dan pada tingkat tertentu ditaati sebagai aturan tingkah laku yang tetap. Hukum yang
berlaku, Tata hukum Negara-negara lain, Keyakinan tentang agama dan kesusilaan , Kesadaran
Hukum.
Sumber hukum adalah tempat di mana kita dapat melihat bentuk perwujudan hukum. Sumber
hukum dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan atau melahirkan hukum
sehingga menimbulkan kekuatan hukum mengikat. Yang dimaksud dengan segala sesuatu adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya hukum, dari mana hukum ditemukan atau dari mana
berasalnya isi norma hukum. Ringkasnya, sumber hukum adalah asal mula hukum.

 Sumber hukum diartikan sebagai tempat asal (diketemukan) hukum ;

Sumber hukum materiil merupakan sumber daeri mana materi hukum diambil. Sumber hukum
ini menjadi faktor yang membantu menentukan isi atau materi hukum. Sumber hukum materiil
adalah hal-hal yang seharusnya menjadi isi (materi) hukum, yang dipengaruhi factor historis,
filosofis dan sosiologis. Faktor historis (sejarah) akan berpengaruh terhadap isi hokum yang
berlaku, karena hokum yang berlaku sekarang merupakan rangkaian dari hokum yang berlaku
sebelumnya. Faktor filosofis (filsafat) debagai sumber hukum material hukum yang berlaku
mencerminkan tentang pandang hidup/falsafah hidup suatu bangsa. Faktor sosiologis
(masyarakat) sebagai sumber hukum materiil akan terlihat bahwa hukum yang berlaku harus
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Sumber hukum materiil adalah tempat atau asal mula dari mana hukum itu diambil. Sumber
hukum materiil berkaitan erat dengan keyakinan atau perasaan hukum individu dan pendapat
umum yang menentukan isi hukum.
Keyakinan atau perasaan hukum individu (anggota masyarakat) dan pendapat hukum (legal
opinion) dapat menjadi sumber hukum materiil. Selain itu sumber hukum materiil bisa juga
berupa hal-hal yang mempengaruhi pembentukan hukum seperti pandangan hidup, hubungan
sosial dan politik, situasi ekonomi, corak, peradaban (agama dan kebudayaan) serta letak
geografis dan konfigurasi internasional.
Contohnya, sumber hukum materiil seperti agama, kesusilaan, kehendak tuhan, akal budi,
hubungan sosial dan sebagainya. Sumber hukum materiil ini sulit untuk dirumuskan secara tegas
dan baku, mengingat ruang lingkup pengertiannya yang sangat luas; yakni meliputi segala apa
saja yang mempengaruhi isi hukum atau segala apa saja yang membantu pembentukan hukum.
Dengan luasnya pengertian sumber hukum materiil tersebut, ada beberapa sumber hukum
materiil yang populer dan lazim dikenal dalam ilmu hukum. Sumber hukum materiil tersebut
antara lain:

1. Dasar atau pandangan hidup suatu bangsa (philosophy grondslag)

Dasar atau pandangan hidup suatu bangsa merupakan salah satu sumber hukum materiil
terpenting. Pandangan hidup suatu bangsa yang kemudian menjelma menjadi jiwa/semangat
suatu bangsa (volksgeist) mempengaruhi corak hukum yang berlaku di dalam masyarakat bangsa
tersebut. Dapat dikatakan bahwa hukum tidak lain adalah rumusan nilai, norma, kehendak, dan
jiwa suatu bangsa. Jadi secara materiil, pandangan hidup suatu bangsa memberi bahan kepada
hukum yang berlaku. Dalam hal ini perlu dikemukakan aliran Historische Rechtsschule yang
dipelopori Carl Von Savigny. Pada pokoknya, menurut aliran ini hukum adalah hasil perumusan
dari karakter, kepribadian, dan sejarah suatu bangsa. Sedangkan tiap bangsa memiliki pandangan
hidup (dasar filosofis) yang berbeda-beda satu sama lain.
Contoh: bagi masyarakat Indonesia, Pancasila adalah dasar negara, pandangan hidup, dan
ideologi negara. Menurut pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara.
Pancasila memang bukan sumber hukum formil di mana kita bisa menemukan/mengenal
hukumnya. Namun Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dijadikan sumber dari
segala sumber hukum. Artinya, tidak boleh berlaku suatu hukum (peraturan perundang-
undangan) yang bertentangan dengan Pancasila. Setiap hukum yang berlaku hendaknya
mengandung semangat dan jiwa Pancasila yang tidak lain merupakan kristalisasi jiwa bangsa
Indonesia. Inilah alasan mengapa penulis menyebut bahwa pandangan hidup suatu bangsa adalah
salah
satu sumber hukum materiil yang terpenting, karena pada asasnya pandangan hidup bangsa ini
memberi bahan bagi pembentukan hukum dan salah satu faktor penentu dalam pembentukan
hukum.

1. Kesadaran Hukum Masyarakat

Antara kesadaran hukum masyarakat dengan pandangan hidup suatu masyarakat/bangsa


memiliki hubungan yang erat. Hubungan yang erat ini dapat di deskripsikan melalui pendapat
Prof. Sudikno Mertokusumo yang disitir oleh Prof. Achmad Ali dalam bukunya “Menguak Tabir
Hukum”. Prof. Sudikno Mertokusumo mengatakan bahwa kesadaran hukum merupakan
pandangan yang hidup dalam masyarakat tentang apa itu hukum. Dari pendapat Prof. Sudikno
diatas tersimpul pengertian bahwa kesadaran hukum masyarakat tiada lain adalah pandangan
hidup masyarakat tersebut.

Kesadaran hukum adalah salah satu faktor yang membantu pembentukan hukum. Bahkan aliran
Historische Rechtsschule menyatakan bahwa kesadaran hukum adalah satu-satunya sumber
hukum. Kesadaran hukum suatu masyarakat mempengaruhi isi hukum yang kemudian berlaku.
Suatu masyarakat dengan kesadaran hukum yang sudah mencapai taraf yang baik/patuh tentu
berpengaruh pada corak/isi hukum yang berlaku. Bahkan dapat dikatakan bahwa kesadaran
hukum adalah salah satu faktor penentu dalam pembentukan hukum.

Contoh: bagi masyarakat yang sudah memiliki pandangan/kesadaran akan pentingnya


pengawalan dan penafsiran terhadap konstitusi/UUD, maka adanya sebuah lembaga pengawal
konstitusi (the guardian of constitution) dirasa sebagai kebutuhan dan untuk itu perlu dibentuk.
Di Indonesia kesadaran akan hal tersebut telah ada dan untuk itu dibentuklah Mahkamah
Konstitusi pada Tahun 2003 melalui Undang-Undang No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi. Sedangkan di Afrika Selatan, kesadaran dan kebutuhan akan sebuah Mahkamah
Konstitusi lebih dulu muncul daripada di Indonesia, yaitu dengan dibentuknya Mahkamah
Konstitusi Afrika Selatan pada Tahun 1994. Contoh diatas membuktikan bahwa kesadaran
hukum suatu masyarakat adalah salah satu sumber hukum materiil yang penting.

2. Kekuatan-kekuatan politik

Kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat peraturan hukum dirumuskan merupakan
salah satu sumber hukum materiil bagi peraturan hukum tersebut. Kekuatan politik, konstelasi
politik, dan konfigurasi politik tentu akan mempengaruhi materi suatu undang-undang. Antara
undang-undang dan politik itu mempunyai kaitan yang sangat erat, karena pada dasarnya hukum
adalah produk politik.

Contoh: pembentukan undang-undang; kekuasaan membentuk undang-undang (legislative


power) berada ditangan DPR, bersama-sama dengan Presiden. Sedangkan DPR adalah lembaga
yang di dalamnya berisikan orang-orang politik. Maka dari itulah dikatakan bahwa hukum
adalah produk politik karena memang diciptakan oleh orang- orang politik sehingga kekuatan
politik mempunyai pengaruh dalam pembentukan hukum. Oleh sebab itu jelaslah bahwa
kekuatan politik merupakan salah satu sumber hukum materiil.

3. Keadaan ekonomi

Keadaan ekonomi suatu masyarakat/bangsa memiliki afiliasi terhadap hukum yang berlaku pada
masyarakat tersebut. Bagi ahli ekonomi atau penganut aliran ekonomi hukum, sumber hukum
yang membantu dan mempengaruhi pembentukan suatu peraturan hukum adalah apa yang
nampak dalam lapangan ekonomi.

4. Nilai-nilai religius/agama

Nilai-nilai religius atau ajaran agama merupakan salah satu sumber hukum materiil. Ajaran
agama/hukum agama sebagai sumber hukum materiil berlaku di negara-negara yang tidak
menggunakan hukum agama sebagai hukum positifnya. Sedangkan bagi negara yang
menggunakan hukum agama sebagai hukum positifnya (hukum nasional) maka hukum agama
adalah sumber hukum formil.

Contoh: Arab Saudi, Arab Saudi menggunakan hukum Islam sebagai hukum positifnya, sehingga
hukum Islam dapat langsung diterapkan pada peristiwa hukumnya. Artinya, manakala seorang
melanggar hukum, misalnya membunuh, maka sanksi/hukuman yang dijatuhkan adalah hukuman
menurut hukum Islam, yaitu misalnya dihukum pancung.

Bagi negara-negara yang tidak menggunakan hukum agama sebagai hukum positifnya, maka
hukum agama/nilai-nilai agama tetap mempunyai kedudukan yang penting, yaitu sebagai sumber
hukum materiil. Hukum agama memang tidak diberlakukan secara nasional sehingga tidak
mempunyai kekuatan mengikat dan tidak menimbulkan sanksi dari negara, tetapi hukum agama
memberi bahan kepada hukum nasional. Oleh karena itu nilai-nilai agama/ajaran agama/hukum
agama digolongkan sebagai sumber hukum materiil, karena walaupun tidak berlaku secara
mengikat namun hukum agama memberi bahan dalam pembentukan hukum positif. Apabila
hukum agama tersebut telah diresepsi dan dikonstantir (ditetapkan) sebagai bagian integral dari
hukum positif maka ia menjadi sumber hukum formal. Contoh, nilai-nilai Agama Islam/Hukum
Islam di bidang perkawinan yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 telah
menjadi sumber hukum formal karena nilai-nilai agama tersebut diresepsi dan tercantum dalam
undang-undang.

Dalam berbagai kepustakaan hukum ditemukan bahwa sumber hukum material itu terdiri
dari tiga jenis yaitu menurut (van Apeldoorn) :

• Sumber Hukum Historis (rechtsbron in historischezin) yaitu : tempat kita dapat


menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi
menjadi dua,yaitu :

1. Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara
historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
2. Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
2.Berdasarkan artikel diatas, analisis oleh saudara faktor-faktor apa yang mendasari
pembentukan hukum terkait perlindungan wilayah perairan indonesia serta pengaturan
perikanan. Jelaskan.
Faktor-faktor mendasari pembentukan hukum terkait perlindungan wilayah perairan
Indonesia serta pengaturan perikanan yaittu Masalah yang selama ini cukup serius dan sangat
menghambat pembangunan sektor kelautan dan perikanan adalah adanya praktek penangkapan
ikan secara ilegal, antara lain dilakukan oleh kapal ikan berbendera asing melalui pendaratan
langsung ke negara asal (transhipment) dan kapal ikan asing (KIA) yang mencuri ikan di wilayah
perairan Indonesia serta penggunaan ABK yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku ).
Selain itu, akhir- akhir ini semakin marak terjadinya atau dilakukannya kejahatan lewat laut,
seperti peredaran obat terlarang (drug trafficking), penyelundupan (smuggling), penyelundupan
orang (people smuggling), perdagangan wanita dan anak (woman and children trafficking),
migrasi ilegal (illegal migrant), perompakan (armed robbery), pembajakan laut (maritime piracy),
penyelundupan senjata (arms smuggling) dan terorisme yang membuat semakin rumitnya upaya-
upaya untuk menjamin keamanan di laut. Kegiatan dan permasalahan yang dihadapi dalam
penegakan hukum di laut (perairan Indonesia dan zona tambahan) mempunyai lingkup yang luas,
bersifat lintas sektoral, multi disiplin dan juga bersifat internasional, oleh karena itu dalam
penyelenggaraannya terlibat berbagai instansi pemerintah dan aparat penegak hukum terkait.
Ancaman pelanggaran hukum, yaitu tidak dipatuhinya hukum nasional maupun internasional
yang berlaku di perairan, seperti illegal fishing, illegal logging, penyelundupan dan lain-lain
untuk melindungi kepentingan nasional di laut, maka dilakukan pemantapan landasan
hukum yang mengatur wilayah perairan Indonesia, antara lain dengan mencabut Undang-undang
Nomor 4 Prp Tahun 1960 dan diganti dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang
Perairan Indonesia.
Menurut Pasal 3 Undang-undang tersebut wilayah perairan Indonesia meliputi laut
teritorial Indonesia, perairan kepulauan dan perairan pedalaman, serta ruang udara di atas
laut teritorial dan perairan pedalaman serta dasar laut dan tanah di bawahnya, termasuk
sumber kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Dalam pasal 24 Undang-undang
ini diatur tentang penegakan hukum di perairan Indonesia. Indonesia juga telah
menerbitkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB
tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea - Unclos) 1982
yang di dalam Pasal 33 memuat pengaturan tentang Zona Tambahan.

Latar belakang pertimbangan penetapan UU 31 tahun 2004 tentang Perikanan adalah:


a) bahwa perairan yang berada di bawah kedaulatan dan yurisdiksi Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia serta laut lepas
berdasarkan ketentuan internasional, mengandung sumber daya ikan dan lahan
pembudidayaan ikan yang potensial, merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa yang
diamanahkan pada Bangsa Indonesia yang memiliki Falsafah Hidup Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, untuk dimanfaatkan sebesar- besarnya bagi kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat Indonesia;

b) bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional berdasarkan Wawasan


Nusantara, pengelolaan sumber daya ikan perlu dilakukan sebaik- baiknya berdasarkan
keadilan dan pemerataan dalam pemanfaatannya dengan mengutamakan perluasan
kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup bagi nelayan, pembudi daya ikan, dan/atau
pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan perikanan, serta terbinanya kelestarian sumber
daya ikan dan lingkungannya;

c) bahwa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan yang berlaku hingga
sekarang belum menampung semua aspek pengelolaan sumber daya ikan dan kurang
mampu mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum serta perkembangan teknologi
dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan, dan oleh karena itu perlu diganti;

d) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan


huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Perikanan untuk mengganti Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan;
DASAR HUKUM:
Dasar hukum UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan adalah Pasal 20, Pasal 21, dan
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 memiliki kedaulatan dan yurisdiksi atas wilayah perairan Indonesia, serta
kewenangan dalam rangka menetapkan ketentuan tentang pemanfaatan sumber daya ikan, baik
untuk kegiatan penangkapan maupun pembudidayaan ikan sekaligus meningkatkan kemakmuran
dan keadilan guna pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi kepentingan bangsa dan negara
dengan tetap memperhatikan prinsip kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya serta
kesinambungan pembangunan perikanan nasional.

Selanjutnya sebagai konsekuensi hukum atas diratifikasinya Konvensi Perserikatan


Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut Tahun 1982 dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985
tentang Pengesahan United Nations Convention on The Law of the Sea 1982 menempatkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki hak untuk melakukan pemanfaatan, konservasi,
dan pengelolaan sumber daya ikan di zona ekonomi eksklusif Indonesia dan laut lepas yang
dilaksanakan berdasarkan persyaratan atau standar internasional yang berlaku.

Perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan


perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan
pendapatan, dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudi daya-
ikan kecil, dan pihak-pihak pelaku usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara
lingkungan, kelestarian, dan ketersediaan sumber daya ikan.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan sudah tidak dapat mengantisipasi
perkembangan pembangunan perikanan saat ini dan masa yang akan datang, karena di bidang
perikanan telah terjadi perubahan yang sangat besar, baik yang berkaitan dengan ketersediaan
sumber daya ikan, kelestarian lingkungan sumber daya ikan, maupun perkembangan metode
pengelolaan perikanan yang semakin efektif, efisien, dan modern, sehingga pengelolaan
perikanan perlu dilakukan secara berhati-hati dengan berdasarkan asas manfaat, keadilan,
kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian yang berkelanjutan.
Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya ikan secara optimal dan
berkelanjutan perlu ditingkatkan peranan pengawas perikanan dan peran serta masyarakat dalam
upaya pengawasan di bidang perikanan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pelaksanaan
penegakan hukum di bidang perikanan menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka
menunjang pembangunan perikanan secara terkendali dan sesuai dengan asas pengelolaan
perikanan, sehingga pembangunan perikanan dapat berjalan secara berkelanjutan. Oleh karena
itu, adanya kepastian hukum merupakan suatu kondisi yang mutlak diperlukan. Dalam Undang-
Undang ini lebih memberikan kejelasan dan kepastian hukum terhadap penegakan hukum atas
tindak pidana di bidang perikanan, yang mencakup penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan, dengan demikian perlu diatur secara khusus mengenai kewenangan penyidik,
penuntut umum, dan hakim dalam menangani tindak pidana di bidang perikanan.

Dalam menjalankan tugas dan wewenang penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di


sidang pengadilan, di samping mengikuti hukum acara yang diatur dalam Undang- Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, juga dalam
Undang-Undang ini dimuat hukum acara tersendiri sebagai ketentuan khusus (lex specialis).
Penegakan hukum terhadap tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi selama ini terbukti
mengalami berbagai hambatan. Untuk itu, diperlukan metode penegakan hukum yang bersifat
spesifik yang menyangkut hukum materiil dan hukum formil. Untuk menjamin kepastian hukum,
baik di tingkat penyidikan, penuntutan, maupun di tingkat pemeriksaan di sidang pengadilan,
ditentukan jangka waktu secara tegas, sehingga dalam Undang-Undang ini rumusan mengenai
hukum acara (formil) bersifat lebih cepat.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penegakan hukum terhadap tindak pidana di
bidang perikanan, maka dalam Undang-Undang ini diatur mengenai pembentukan pengadilan
perikanan di lingkungan peradilan umum, yang untuk pertama kali dibentuk di lingkungan
Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Medan, Pontianak, Bitung, dan Tual. Namun demikian,
mengingat masih diperlukan persiapan maka pengadilan perikanan yang telah dibentuk tersebut,
baru melaksanakan tugas dan fungsinya paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal
Undang-Undang ini mulai berlaku. Pengadilan perikanan tersebut bertugas dan berwenang
memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana di bidang perikanan yang dilakukan oleh
majelis hakim yang terdiri atas 1 (satu) orang hakim karier pengadilan negeri dan 2 (dua) orang
hakim.
3.Undang-undang merupakan salah satu sumber hukum formil. Untuk berlakunya undang-
undang terdapat beberapa asas. Sebutkan apa saja asas-asas tersebut dan menurut saudara
pada artikel diatas terkandung asas apa saja

Anda mungkin juga menyukai