Anda di halaman 1dari 6

Hukum Tata Negara adalah ilmu yang termasuk salah satu cabang imu

hukum, yaitu hukum ketatanegaraan yang berada di ranah hukum publik, sehingga
tidak hanya mencakup kajian mengenai organ negara, fungsi dan mekanisme
hubungan antar organ negara itu, tetapi mencakup pula persoalan-persoalan yang
terkait dengan mekanisme dengan mekanisme hubungan antara organ-organ
negara itu dengan warga negara. Buku ini merupakan pengantar Hukum Tata
Negara yang menjelaskan tentang Hukum Tata Negara Umum dan Hukum Tata
Negara Positif kita. Penjelasan dimulai secara komprehensif dari sisi definisi,
metode hingga pada pergeseran orientasi yang terjadi dalam corak keilmuan
bidang hukum tata negara dalam perkembangannya di Indonesia. Di antara para
ahli hukum, dapat dikatakan tidak terdapat rumusan yang sama tentang definisi
hukum dan demikian pula dengan definisi hukum tata negara sebagai hukum dan
sebagai cabang ilmu pengetahuan hukum.

Perbedaan keduanya seakan-akan adalah perbedaan antara bentuk dan isi,


antara vorm en inhound, atau antara stelsel en beginsel. Vorm adalah bentuk,
sedangkan inhound adalah isinya. Beginsel adalah asas-asasnya, sedangkan stelsel
adalah pelembagaannya. Hukum Tata Negara Umum membahas asas-asas,
prinsip-prinsip yang berlaku umum, sedangkan Hukum Tata Negara Positif hanya
membahas hukum tata negara yang berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu,
sesuai dengan pengertian hukum positif. Ilmu Hukum Tata Negara itu disebut
sebagai ilmu yang statis apabila negara yang dijadikan objek kajiannya berada
dalam keadaan statis atau keadaan diam (staat in rust). Hukum Tata Negara yang
bersifat statis inilah yang biasa disebut sebagai Hukum Tata Negara dalam arti
sempit. Sedangkan Hukum Tata Negara dalam arti luas, mencakup Hukum Tata
Negara dalam arti dinamis, yaitu manakala negara sebagai objek kajiannya
ditelaah dalam keadaan bergerak (staat in bewegin).

Kontitusi, yaitu dalam yunani kuno politea dan perkataan bahasa latin
contitutio yang juga berkaian dengan kata jus.dalam kedua perkataan politea dan
contitutio itulah awal mula gagasan kontitusionalisme.piagam madinah dapat di
sebut sebagai piagam tertulis pertama dalam sejaah umat manusia yang dapat di
bandingkan dengan perngertian kontitusi dalam arti modern. Piagam ini dibuat
atas persetujuan bersama antara nabi muhammad saw. Dapat dikatakan bahwa
lahirnya piagama madinah pada abad ke-7M merupakan inovasi yang paling
penting selama berabad-abad pertengahan yang memulai suatu tradisi baru.

Kebutuhan akan naskah konstitusi tertulis itu merupakan sesuatu yang


niscaya, terutama dalam organisasi yang berbentuk badan hukum (legai body,
rechtspersoon). Dengan demikian, kedalam konsep konstitusi itu tercakup juga
pengertian peraturan tertulis,kebiasaan, dan konvensi-konvensi kenegaraan yang
menentukan sususan dan kedudukan organ-organnegara, berlakunya suatu
konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarka atas kekuasaan tertinggi
atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara.

Yang dinamakan konstitusi itu tidak saja aturan yang tertulis, tetapi juga
apa yang di praktikan dalam kegiatan penyelenggaraan negara, dan yang diatur itu
tidak saja berkenaan dengan organ negara beserta komposisi dan fungsinya, baik
ditingkat pusat maupun ditingkat pemerintahan daerah (local goverment), tetapi
juga mekanisme ubungan antara negara dan organ negara itu dengan warga
negara. Tujuan Konstitusi sebagai hukum tertinggi itu juga untuk mencapai dan
mewujudkan tujuan yang tertinggi. Tujuan yang dianggap tertinggi itu adalah: (i)
keadilan; (ii) ketertiban; (iii) perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan
atau kebebasan dan kesejahteraan atau kemakmuran bersama, sebagaimana
dirumuskan sebagai tujuan bernegara oleh para pendiri negara (the pounding
father and mother).

Sumber Hukum menunjukan kepada pengertian tempat asal ditariknya


suatu kaedah hukum yang bersifat umum untuk dipakai sebagai peralatan dalam
menilai suatu peristiwa atau kaidah hukum yang bersifat konkret. Dalam Pasal 1
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 ditentukan bahwa: (1) sumber hukum adalah
sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-undangan;
(2) sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum tidak
tertulis; (3) sumber hukum dasar nasional adalah: (i) Pancasila sebagimana yang
tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan (ii)
batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hukum tata negara Indonesia,
yang disebut sebagai sumber hukum misalnya adalah: (i) Undang-Undang Dasar;
(ii) Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-
undang; (iii) Peraturan Pemerintahan; (iv) Peraturan Presiden; (v) Peraturan
Daerah.

Sumber hukum dapat dibedakan antara yang bersifat formal (source of law
in formal sence) dan sumber hukum dalam arti material. Dengan mengutamakan
bentuk formalnya itu, sumber norma hukum itu harus mempunyai bentuk hukum
tertentu yang bersifat mengikat secara hukum. Sumber hukum formal itu haruslah
mempunyai salah satu bentuk antara lain:

a. Bentuk produk legislasi ataupun produk regulasi tertentu (regels);


b. Bentuk perjanjian atau perikatan tertentu yang mengikat antara para
pihak (contract, treaty)
c. Bentuk putusan hakim tertentu (vonnis); atau
d. Bentuk-bentuk keputusan administratif (beschhikking) tertentu dari
pemegang kewenangan administrasi negara.

Khusus dalam bidang ilmu hukum tata negara pada umumnya


(vesfassungsrechtslehre), yang biasa diakui sebagai sumber hukum adalah :

1. Undang-undang dasar dan peraturan perundang-undangan tertulis;


2. Yurisprudensi tertulis;
3. Konvensi ketatanegaraan atau constitutional conventions;
4. Hukum internasional tertentu; dan
5. Doktrin ilmu hukum tata negara tertentu.

Pandangan hidup bangsa Indonesia terangkum dalam perumusan sila-sila


Pancasila yang dijadikan falsafah hidup bernegara berdasarkan UUD 1945.
Pancasila itu merupakan sumber hukum dalam arti materiil yang tidak saja
menjiwai, tetapi bahkan harus dilaksanakan dan tercermin oleh dan dalam setiap
peraturan hukum Indonesia. Dalam bentuk formalnya, nilai-nilai Pancasila itu
tercantum dan dalam perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagi hukum tertulis yang tertinggi di Republik Indonesia.

Salah satu ciri negara hukum, yang dalam bahasa Inggris disebut legal
state atau state based on the rule of law, dalam bahasa Belanda dan Jerman
disebut rechtsstaat, adalah adanya ciri pembatasan kekuasaan dalam
penyelenggaraan kekuasaan negara. Konsep negara hukum juga disebut sebagai
negara konstitusional atau constitutional state, yaitu negara yang dibatasi oleh
konstitusi. Menurut Montesquieu, membagi kekuasaan negara dalam tiga cabang,
yaitu; (i) kekuasaan legislatif sebagai pembuat undang-undang; (ii) kekuasaan
eksekutif yang melaksanakan; dan (iii) kekuasaan untuk meghakimi atau
yudikatif.

Dalam pengalaman ketatanegaraan Indonesia, istilah “pemisahan


kekuasaan” (separation of power) itu sendiri cenderung dikonotasikan dengan
pendapat Montesquieu secara absolut. Konsep pemisahan kekuasaan tersebut
dibedakan secara diametral dari konsep pembagian kekuasaan (division of power)
yang dikaitkan dengan sistem supremasi MPR yang secara mulak menolak ide
pemisahan kekuasaan ala trias politica Montesquieu. Namun demikian, sekarang
setelah UUD 1945 mengalami empat kali perubahan, dapat dikatakan bahwa
sistem konstitusi kita telah menganut doktrin pemisahan kekuasaan itu secara
nyata. Beberapa bukti mengenai hal ini antara lain:

1. Adanya pergeseran kekuasaan legislatif dari tangan Presiden ke DPR.


Bandingkan saja antara ketentuan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 sebelum
perubahan dengan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) UUD 1945
setelah perubahan. Kekuasaan untuk membentuk undang-undang yang
sebelumnya berada di tangan Presiden, sekarang beralih ke Dewan
Perwakilan Rakyat.
2. Diadopsinya sistem pengujian konstitusional atas undang-undang sebagai
produk legislatif oleh Mahkamah Konstitusi. Sebelumnya tidak dikenal
adanya mekanisme semacam itu, karena pada pokoknya undang-undang
tidak dapat diganggu gugat di mana hakim dianggap hanya dapat
menerapkan undang-undang dan tidak boleh menilai undang-undang.
3. Diakuinya bahwa lembaga pelaku kedaulatan rakyat itu tidak hanya
terbatas pada MPR, melainkan semua lembaga negara baik secara
langsung atau tidak langsung merupakan penjelmaan kedaulatan rakyat.
Presiden, anggota DPR, dan DPD sama-sama dipilih secara langsung oleh
rakyat dan karena itu sama-sama merupakan pelaksana langsung prinsip
kedaulatan rakyat.
4. Dengan demikian, MPR juga tidak lagi berstatus sebagai lembaga tertinggi
negara, melainkan merupakan lembaga (tinggi) negara yang sama
derajatnya dengan lembaga-lembaga (tinggi) negara lainnya, seperti
Presiden, DPR, DPD, MK, dan MA.
5. Hubungan-hubungan antarlembaga (tinggi) negara itu bersifat saling
mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip checks and balances.

Dalam setiap kekuasaan memiliki fungsi satu sama lain, dalam kekuasaan
legislatif memiliki 4 fungsi yaitu:

1. Fungsi pengaturan (legislasi);


2. Fungsi pengawasan;
3. Fungsi perwakilan, dan Fungsi deliberatif; dan
4. resolusi konflik.

Dalam sistem peradilan di Indonesia terdapat empat lingkungan peradilan,


yang masing-masing mempunyai lembaga pengadilan tingkat pertama dan
pengadilan tingkat banding. Pada tingkat kasasi, semuanya berpuncak pada
Mahkamah Agung (MA). Pengadilan tingkat pertama dan kedua dalam keempat
lingkungan peradilan tersebut adalah:

1. Pengadilan Negeri (PN) dan Pengadilan Tinggi (PT) dalam lingkungan


peradilan umum;
2. Pengadilan Agama (PA) dan Pengadilan Tinggi Agama (PTA) dalam
lingkungan peradilan agama;
3. Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara dalam lingkungan peradilan tata usaha negara; dan
4. Pengadilan Militer (PM) dan Pengadilan Tinggi Militer dalam lingkungan
peradilan militer.

Dalam kekuasaan eksekutif memegang kewenangan administrasi


pemerintahan negara yang tertinggi. Di dunia dikenal tiga sistem pemerintahan
negara, yaitu: (i) sistem pemerintahan presidential; (ii) sistem pemerintahan
parlementer atau sistem kabinet; (iii) sistem campuran.

Anda mungkin juga menyukai