Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Deyan Habibi

NPM : 164301175
Kelas :C
Dosen : Dr. Endang Pujiastuti, S.H., M.H
Mata Kuliah : Hukum Dagang

Resume Hukum Dagang Tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


 Sejarah BUMN
Sejarah BUMN ini diawali oleh sejarah politik ekonomi Indonesia. Sebagian BUMN pada
awalnya merupakan perusahaan-perusahaan Belanda yang dinasionalisasi oleh pemerintah
Indonesia. Nasionalisasi besar-besaran terjadi ketika demokrasi parlementer memasuki babak
akhir dalam sejarah Indonesia di tahun 1950-an. Di masa itu desakan melakukan nasionalisasi
semakin besar karena didasarkan pada keinginan agar system perekonomian lebih kokoh dan bisa
dikontrol secara lebih baik oleh pemerintah. Pemerintah kemudian memberikan kesempatan dalam
skala besar kepada investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Secara
konstitusional, di zaman Orde Baru ini mulai dilegislasi Undang-Undang tentang Penanaman
Modal Asing (PMA) pada bulan Januari 1967, sebagai payung hukum bagi kebijakan ekonomi
liberal pemerintah tersebut. Setelah itu, pemerintah menerbitkan Inpres No. 17 Tahun 1967
tentang Pengarahan dan Penyederhanaan Perusahaan Negara, yang mengelompokkan perusahaan
negara menjadi tiga bentuk, yaitu perusahaan jawatan (Perjan), perusahaan umum (Perum) serta
persero.
 Pengaturan BUMN
1. Perusahaan Negara Sebelum Th 1960
a) Perusahaan Neg. IBW (Indonesische Bedrijven Wet) Staatsblad Th 1927 No. 419 diubah
dan ditambah dengan UU No. 12 Th 1955. Contoh: Jawatan Pegadaian, Perc. Negara.
b) Perusahaan Negara ICW (Indonesische Comptabiliteit Wet – Undang-undang
Perbendaharaan Negara) Staatsblad Th 1864 No. 106. Contoh: Pabrik Farmasi (Depkes),
PLN (DPU), Damro (Derphub).
c) Perusahaan berdasarkan UU tertentu
- UU Darurat No. 5 Th 1952 tentang Badan Industri Negara (BIN) yang berusaha di
bidang Perindustrian, Perdagangan dan Perkebunan.
- Perusahaan asing yang dinasionaliisasi.
- Perusahaan Negara yang dibentuk berdasarkan KUHD-PT.
- Usaha Negara dengan modal pemerintah dalam bentuk Yayasan.
2. Perusahaan Negara Menurut UU No. 19/Prp/1960
Dasar Dekrit Presiden 5 juli 1959 dan UUD 1945 Pasal 33, Pem. Perlu menyeragamkan
bentuk-bentuk usaha negara, maka lahirlah Perpu No. 19 Tahun 1960 lalu dijadikan UU no.
19/Prp/1960. Perusahaan Negara berdasar UU ini adalah semua perusahaan dalam bentuk
apapun yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan negara RI, kecuali jika
ditentukan lain atau berdasarkan UU.
3. Perusahaan Negara Menurut UU No. 9 Tahun 1969/Perpu Nomor 1 Tahun 1969/ Inpres RI
Nomor 17 Tahun 1967 Tentang Pengarahan dan Penyederhanaan Perusahaan Negaea dalam
Tiga Bentuk Usaha Negara, yaitu:
a) Perusahaan Negara Jawatan (Perjan);
b) Perusahaan Negara Perum (Perum);
c) Perusahaan Negara Persero (Persero).
4. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara pada pokoknya
mengatur tentang :
1 Persero;
2 Perum;
3 Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Pembubaran BUMN;
4 Kewajiban Pelayanan Umum;
5 Satuan Pengawasan Intern, Komite Audit, dan Komite Lain;
6 Pemeriksaan Eksternal; dan
7 Restrukturisasi dan Privatisasi.
 Bentuk-bentuk BUMN
Bentuk-Bentuk BUMN – BUMN memiliki berbagai macam atau jenis bentuk-bentuk yang
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Badan
Usaha Milik Negara terdiri dari dua bentuk, yaitu badan usaha perseroan (persero) dan badan usaha
umum (perum). Penjelasan kedua bentuk BUMN adalah sebagai berikut.
a. Badan Usaha Perseroan (Persero) Badan usaha perseroan (persero) adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling
sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang
tujuan utamanya mengejar keuntungan.
b. Badan Usaha Umum (Perum) Badan usaha umum (perum) adalah BUMN yang seluruh
modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham. Badan usaha umum memiliki
maksud dan tujuan yang didukung menurut persetujuan menteri adalah melakukan penyertaan
modal dalam usaha yang lain.
 Ciri-ciri BUMN
a. Ciri-Ciri Badan Usaha Perseroan (Persero)
1 Dalam pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden
2 Pelaksanaan pendirian yang dilakukan oleh menteri berdasarkan Perundang – undangan
3 Modal berbentuk saham
4 Status perseroan terbatas diatur berdasarkan perundang-undangan
5 Sebagian atau keseluruhan modal merupakan milik negara dari kekayaan negara yang
dipisahkan
6 Tidak mendapatkan fasilitas dari negara
7 Pegawai persero berstatus pegawai negeri
8 Pemimpin berupa direksi
9 Organ persero yaitu RUPS, direksi dan komisaris
10 Hubungan-hubungan usaha diatur dalam hukum perdata
11 Tujuan utamanya adalah mendapatkan keuntungan.
b. Ciri-Ciri Badan Usaha Umum (Perum)
1 Melayani kepentingan masyarakat yang umum
2 Pemimpin berupa direksi atau direktur
3 Pekerja merupakan pegawai perusahaan dari pihak swasta
4 Dapat menghimpun dana dari pihak
5 Pengelolaan dari modal pemerintah yang terpisah dari kekayaan negara
6 Menambah keuntungan kas negara
7 Modal berupa saham atau obligasi bagi perusahaan go public
 Pendirian dan Status Hukum BUMN
Dalam pendirian Perseroan BUMN Dalam Pasal 4 Ayat (1) UU BUMN disebutkan bahwa
modal Persero berasal dari uang/kekayaan Negara yang dipisahkan. Dalam konsep hukum
perseroan pemisahaan kekayaan Negara yang kemudian dimasukkan dalam modal Persero disebut
sebagai penyertaan modal. Penyertaan modal berdasarkan Pasal 5 PP No. 44 Tahun 2005 dapat
dilakukan oleh negara antara lain dalam hal pendirian BUMN atau Persero.
Pendirian Persero adalah merupakan bagian dari penyertaan modal. Sebelum sebuah
“penyertaan” menjadi modal Persero, diperlukan adanya syarat kajian yang mendalam tentang
pentingnya “penyertaan” tersebut dilakukan. Kajian ini dilakukan 3 (tiga) menteri yakni oleh
Menteri Keuangan, Menteri Negara BUMN dan Menteri Teknis. Secara rinci prosedur
“penyertaan” diatur Pasal 10 Ayat (1) sampai Ayat (4) PP Nomor 44 Tahun 2005 Tentang Tata
Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada BUMN Dan Perseroan Terbatas.
Proses berikutnya, adalah diatur dalam Pasal 12 PP Nomor 44 Tahun 2005 bahwa berdasar
kajian yang layak tersebut kemudian Presiden menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang
Pendirian Persero, yang memuat pendirian, maksud dan tujuan, dan jumlah kekayaan yang
dipisahkan untuk modal Persero. Jumlah antara “penyertaan negara” dengan modal harus sama.
Dalam PP pendirian juga dimuat bahwa penyertaan modal Negara .
Setelah proses pemisahaan kekayaan negara melalui PP Pendirian selesai dilakukan,
pendirian Persero selanjutnya dilakukan melalui prosedur hukum privat/hukum perseroan. Melalui
prosedur hukum ini berubahlah penyertaan negara menjadi modal Persero yang berwujud saham-
saham. Sejak Persero berdiri berdasarkan hukum privat/perseroan, Persero dianggap mempunyai
hak dan kewajiban sendiri lepas dari negara. Tanggal pengesahan pendirian Persero oleh Menteri
Hukum dan HAM RI, merupakan tanggal pemisahan tanggung jawab antara pemegang saham
dengan Persero sebagai badan hukum (separate legal entity). Dalam hukum perseroan sebelum
memperoleh status badan hukum, negara, direksi dan komisaris bertanggung jawab pribadi atas
perbuatan hukum perseroan.
 Tujuan BUMN

Di dalam UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, dijelaskan melalui pasal 2 bahwa
BUMN memiliki maksud dan tujuan berupa:
1 Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan negara pada khususnya
2 Mengejar keuntungan
3 Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyedia baran dan/atau jasa yang bermutu
tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
4 Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta
dan koperasi
5 Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat.
6 BUMN adalah salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional berdasarkan
demokrasi ekonomi memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional
guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945.
 Organ BUMN dan Tanggung Jawab BUMN
Organ dalam BUMN tidak berbeda dengan organ dalam Perseroan Terbatas, karena pada
dasarnya BUMN tiada lain adalah Perseroan Terbatas yang sahamnya dimiliki oleh Negara
minimal 51% (lima puluh satu persen) dari jumlah seluruh saham perseroan. Adapun organ BUMN
yaitu terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Komisaris, dan Direksi.
Ketentuan Pasal 1 angka 13 Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN
Menyatakan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ
perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang
yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Komisaris. Dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No
19 tahun 2003 tentang BUMN menyatakan bahwa : Direksi adalah organ BUMN yang
bertanggung jawab atas kepengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta
mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Selanjutnya Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN
menyatakan bahwa : Komisaris adalah organ BUMN yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Persero.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelas bahwa kedudukan dan peranan Direksi BUMN
sebagai salah satu organ dalam BUMN, memegang peranan penting dan menentukan karena
tanggung jawab pengurusan BUMN sepenuhnya terletak ditangan Direksi. Artinya, maju
mundurnya usaha BUMN, berhasil tidaknya BUMN mengemban misinya (ekonomi dan social)
sebagaimana diharapkan oleh pemerintah selaku pemegang saham sangat ditentukan oleh
kemampuan dan profesionalisme Direksi BUMN dalam mengurus dan mengelola BUMN yang
bersangkutan. Hal ini terkait dengan maksud dan tujuan didirikannya BUMN.
 Berakhirnya BUMN
Berakhirnya BUMN atau pembubaran BUMN tercantum dalam UU No. 45 Tahun 2005
Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. Pasal
79, 80, 81, 82 dan 83.

- Pasal 79
Pembubaran BUMN ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
- Pasal 80
Pembubaran Persero dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prinsip-prinsip yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.
- Pasal 81
(1) Pembubaran Persero karena keputusan RUPS diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai
dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Keuangan.
(2) Pengkajian terhadap rencana pembubaran Persero sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mengikutsertakan Menteri Teknis, Menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang
dipandang perlu dengan atau tanpa menggunakan konsultan independen.
(3) Dalam hal usulan rencana pembubaran Persero sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
atas inisiatif Menteri Teknis, inisiatif tersebut disampaikan kepada Menteri untuk selanjutnya
dilakukan pengkajian yang dikoordinasikan oleh Menteri.
- Pasal 82
Menteri segera mengajukan rancangan peraturan pemerintah kepada Presiden mengenai
pembubaran Persero yang bubar bukan karena keputusan RUPS.
- Pasal 83 Perum bubar karena:
a. ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah berdasarkan usulan Menteri;
b. jangka waktu berdiri yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;
c. penetapan pengadilan;
d. dicabutnya putusan pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga sebab harta pailit Perum tidak
cukup untuk membayar biaya kepailitan; atau
e. Perum dalam keadaan tidak mampu membayar (insolven) sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepailitan.

Anda mungkin juga menyukai