NPM : 164301175
Kelas :C
Dosen : Dr. Endang Pujiastuti, S.H., M.H
Mata Kuliah : Hukum Dagang
Di dalam UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, dijelaskan melalui pasal 2 bahwa
BUMN memiliki maksud dan tujuan berupa:
1 Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan negara pada khususnya
2 Mengejar keuntungan
3 Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyedia baran dan/atau jasa yang bermutu
tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
4 Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta
dan koperasi
5 Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat.
6 BUMN adalah salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional berdasarkan
demokrasi ekonomi memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional
guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945.
Organ BUMN dan Tanggung Jawab BUMN
Organ dalam BUMN tidak berbeda dengan organ dalam Perseroan Terbatas, karena pada
dasarnya BUMN tiada lain adalah Perseroan Terbatas yang sahamnya dimiliki oleh Negara
minimal 51% (lima puluh satu persen) dari jumlah seluruh saham perseroan. Adapun organ BUMN
yaitu terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Komisaris, dan Direksi.
Ketentuan Pasal 1 angka 13 Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN
Menyatakan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ
perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang
yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Komisaris. Dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No
19 tahun 2003 tentang BUMN menyatakan bahwa : Direksi adalah organ BUMN yang
bertanggung jawab atas kepengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta
mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Selanjutnya Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN
menyatakan bahwa : Komisaris adalah organ BUMN yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Persero.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelas bahwa kedudukan dan peranan Direksi BUMN
sebagai salah satu organ dalam BUMN, memegang peranan penting dan menentukan karena
tanggung jawab pengurusan BUMN sepenuhnya terletak ditangan Direksi. Artinya, maju
mundurnya usaha BUMN, berhasil tidaknya BUMN mengemban misinya (ekonomi dan social)
sebagaimana diharapkan oleh pemerintah selaku pemegang saham sangat ditentukan oleh
kemampuan dan profesionalisme Direksi BUMN dalam mengurus dan mengelola BUMN yang
bersangkutan. Hal ini terkait dengan maksud dan tujuan didirikannya BUMN.
Berakhirnya BUMN
Berakhirnya BUMN atau pembubaran BUMN tercantum dalam UU No. 45 Tahun 2005
Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. Pasal
79, 80, 81, 82 dan 83.
- Pasal 79
Pembubaran BUMN ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
- Pasal 80
Pembubaran Persero dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prinsip-prinsip yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.
- Pasal 81
(1) Pembubaran Persero karena keputusan RUPS diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai
dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Keuangan.
(2) Pengkajian terhadap rencana pembubaran Persero sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mengikutsertakan Menteri Teknis, Menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang
dipandang perlu dengan atau tanpa menggunakan konsultan independen.
(3) Dalam hal usulan rencana pembubaran Persero sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
atas inisiatif Menteri Teknis, inisiatif tersebut disampaikan kepada Menteri untuk selanjutnya
dilakukan pengkajian yang dikoordinasikan oleh Menteri.
- Pasal 82
Menteri segera mengajukan rancangan peraturan pemerintah kepada Presiden mengenai
pembubaran Persero yang bubar bukan karena keputusan RUPS.
- Pasal 83 Perum bubar karena:
a. ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah berdasarkan usulan Menteri;
b. jangka waktu berdiri yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;
c. penetapan pengadilan;
d. dicabutnya putusan pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga sebab harta pailit Perum tidak
cukup untuk membayar biaya kepailitan; atau
e. Perum dalam keadaan tidak mampu membayar (insolven) sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepailitan.