Anda di halaman 1dari 15

TUGAS HUKUM PERUSAHAAN

BUMN DAN BUMD

Anggota Kelompok :
Ni Putu Diah Puspita Sari (1904551217)
Gilang Ambhibika Mangalam (1904551219)
Achmad Gilang Rahmadani (1904551223)
Patricia Leilani Natalia (1904551237)
Ni Wayan Karina (1904551243)
Aurel Irandiaz Dhea Pavransa (1904551244)

Reguler Sore (X2)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA

1
2021

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan perekonomian modern, masyarakat tidak akan lepas dari istilah perusahaan
dan badan usaha. Perusahaan merupakan sendi utama dalam kehidupan masyarakat modern.
Hal tersebut dikarenakan perusahaan merupakan salah satu pusat kegiatan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, sebagai suatu organisasi yang didalamnya
diselenggarakan kerjasama antara factor produksi untuk menghasilkan suatu barang atau jasa
untuk melayani kepentingan umum. Maka, pemilihan bentuk perusahaan menjadi suatu
masalah yang harus benar – benar dipertimbangkan secara matang dalam suatu proses
pendiriannya. Dengan bentuk yang jelas secara hukum dapat diharapkan bahwa perusahaan
akan dapat dengan tegas menentukan langkah – langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan. Bagi negara, keberadaan perusahaan tidak dapat dipandang sebelah mata,
karena kontribusinya sebagai sumber pedapatan negara utamanya dari sector pajak. Negara
juga mendirikan perusahaannya sendiri dibawah naungan pemerintah Indonesia yang
bergerak dibidang ekonomi yaitu BUMN dan BUMD. BUMN dan BUMD adalah badan
usaha milik negara. Selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan negara, dibentuknya
BUMN dan BUMD juga bertujuan agar sector – sector bisnis yang strategis di Indonesia
tidak dikuasai pihak – pihak tertentu. Sehingga sumber dayanya terjaga dengan baik. Oleh
karena itu, sebagai orang hukum yang mempelajari hukum perusahaan perlunya kita
mengetahui lebih lanjut mengenai apa itu BUMN dan BUMD, bagaimana pendiriannya, serta
apa saja bentuk – bentuknya dan darimana asalnya sumber modal dari BUMN dan BUMD
yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah kelompok kami tentang BUMN dan
BUMD.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian perusahaan dan hukum perusahaan beserta dasar hukumnya?
2. Apa pengertian BUMN dan BUMD serta sebutkan masing – masing dasar hukumnya?
3. Apa saja bentuk – bentuk BUMN dan BUMD?
4. Darimanakah sumber modal dari BUMN dan BUMD serta, sebutkan proses berdirinya
dan pembubaran dari masing – masing badan tersebut?

3
5. Sebutkan salah satu contoh kasus dari BUMN dan BUMD?
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 HUKUM PERUSAHAAN

A. Pengertian Perusahaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata perusahaan adalah kegiatan


(pekerjaan dan sebagainya) yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur
dengan tujuan mencari keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu, mengolah atau membuat
barang-barang, berdagang, memberikan jasa dan sebagainya). Arti lainnya
dari perusahaan adalah organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi atau usaha.

Berdasarkan Undang - Undang  No.3 Tahun 1982, perusahaan adalah setiap


bentuk usaha yang bersifat tetap, terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta
berkedudukan dalam wilayah negara republik Indonesia.

B. Pengertian Hukum Perusahaan

Hukum perusahaan adalah seperangkat aturan hukum yang mengatur perbuatan dalam
lapangan perusahaan, yang dilakukan secara tidak terputus putus, bertindak keluar, terang
terangan, dalam kedudukan tertentu dan untuk mencari laba atau penghasilan, dengan cara
memperniagakan barang barang, menyerahkan barang barang, atau mengadakan perjanjian
perjanjian perdagangan dan segala sesuatu itu dicatat dalam pembukuan

C. Dasar Hukum yang mengatur tentang Perusahaan

Beberapa Undang-undang yang mengatur tentang perusahaan, diantaranya:

 Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan ; Undang-Undang


No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; Undang-Undang Nomor 21 Tahun
1961 tentang Merek Perusahaan Dan Merek Perniagaan. ; Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal ; Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
Perusahaan

1.2 BUMN dan BUMD

A. Pengertian BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

4
Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya
disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.

Manfaat BUMN :

 alat pemerintah dalam menata kebijakan perekonomian

 penghasil barang dan jasa demi keperluan masyarakat

 penyedia barang ekonomis dan jasa yang tidak disediakan oleh swasta

 penghasil devisa negara

Dasar Hukum BUMN :

Undang Undang No. 19 Tahun 2003 adalah dasar hukum keberadaan BUMN di Indonesia.


Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2005 tentang Perubahan Bentuk BUMN

B. Pengertian BUMD (Badan Usaha Milik Daerah)

Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Badan Usaha Milik
Daerah, yang selanjutnya disebut BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Daerah.

Manfaat BUMD :

 Ialah Sebagai penyedia barang ekonomis yang tidak disediakan oleh pihak swasta

 Ialah Instrumen pemerintahan daerah yang membantu penataan perekonomian daerah

 Pengelola cabang-cabang produksi sumberdaya pada daerah yang setelahnya itu


dimanfaatkan untuk kepentingan umum

 Menyediakan layanan untuk rakyat

 Memajukan sektor usaha yang belum diminati oleh para pihak swasta

 Pembuka lapangan kerja di daerah yang bersangkutan

 Membantu pengembangan usaha kecil (contohnya koperasi)

 Pendorong aktivitas serta juga kemajuan masyarakat di berbagai bidang

Dasar Hukum BUMD :

5
Dasar hukum pembentukan BUMD adalah UU No.5 tahun 1962 Peraturan Pemerintah No. 54
Tahun 2017.

1.3 BENTUK – BENTUK DAN TUJUAN BERDIRINYA BUMN DAN BUMD

A. Bentuk – bentuk BUMN

Bentuk- bentuk BUMN itu sendiri sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 17 tahun 1967, perusahaan negara digolongkan dalam tiga bentuk usaha negara
ada yaitu ;

1) Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero (Public State Company),


adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam
saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan. Contoh: PT Telkom, PT Pos Indonesia, PT Semen Gresik, PT BRI, dan
PT Bank Mandiri.

Ciri-ciri Persero antara lain ;

- memupuk keuntungan (profitability), sebagai badan hukum perdata (yang


berbentuk PT), hubungan usahanya diatur menurut hukum perdata, modal
seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan negara yang dipisahkan
(dimungkinkan joint dengan swasta nasional/asing), tidak memiliki fasilitas-
fasilitas negara, dipimpin oleh seorang direksi, status pegawainya sebagai
pegawai perusahaan swasta, peranan pemerintah sebagai pemegang saham.

2) Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah


Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu
atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal.

3) Perusahaan Umum (Public Corporation), yang selanjutnya disebut Perum, adalah


BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan. Contoh : Perum Pegadaian, Perum Pelayaran, Perum Husada Bhakti
dsb.

Ciri-ciri Perum antara lain ;

6
- melayani kepentingan umum, umumnya bergerak dibidang jasa vital (public
utility), dibenarkan memupuk keuntungan, berstatus badan hukum, mempunyai
nama dan kekayaan sendiri serta kebebasan bergerak seperti perusahaan swasta,
hubungan hukumnya diatur secara hubungan hukum perdata, modal seluruhnya
dimiliki oleh negara dan kekayaan negara yang dipisahkan, dipimpin oleh
seorang direksi, pegawainya adalah pegawai perusahaan negara, laporan
tahunan perusahaan, disampaikan kepada pemerintah

B. Bentuk – Bentuk BUMD

Bentuk – bentuk BUMD, antara lain :

1. Perumda adalah perusahaan daerah yang seluruh modalnya dimiliki oleh satu


daerah dan tidak terbagi atas saham.

2. Persero daerah adalah BUMD yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya


terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki
oleh daerah.

Contoh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) :

- Bank Pembangunan Daerah (BPD) ; Perusahaan Daerah Angkutan Kota (bus


kota) ; Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ; Perusahaan Daerah Rumah
Potong Hewan (PDRPH) ; Perusahaan Daerah Angkutan Antarkota (bus AKDP
dan AKAP), Trans Jakarta, Trans Jogja.

1.4 SUMBER MODAL BUMN DAN BUMD SERTA PROSES BERDIRINYA DAN
PEMBUBARANNYA.

A. Sumber Modal BUMN

BUMN merupakan organisasi bisnis yang bertujuan untuk mengelola bisnis milik
negara. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016 tentang
perubahan atas PP No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan
Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 7
menjelaskan bahwa Penyertaan Modal Negara adalah pemisahan kekayaan Negara dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau penetapan cadangan perusahaan atau
sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya,
dan dikelola secara korporasi. Penyertaan Modal BUMN sendiri mdoalnya dimiliki oleh

7
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.

Pada Pasal 4 UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara ditetapkan bahwa
Penyertaan Modal Negara dalam rangka pndirian atau penyertaan pada BUMN bersumber
dari

a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Yang termasuk dalam APBN ini meliputi ;
Dana segar; Barang milik negara;Piutang negara pada BUMN atau Perseroan
Terbatas; Saman milik negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas; Aset negara
lainnya.

b) Kapitalisasi cadangan. Kapitalisasi cadangan ini adalah penambahan modal yang


disetor yang berasal dari cadangan.

c) Sumber lainnya, yang meliputi: Keuntungan revaluasi asset; dan/atau Agio saham.

PENDIRIAN BUMN

Proses pendirian serta pembubaran BUMN telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik indonesia No. 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. Definisi dari pendirian sesuai dalam pasal 1 yaitu
pembentukan Perum atau Persero yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Pada Pasal
5 angka (2) dituliskan bahwa Pendirian BUMN ditetapkan dengan peraturan pemerintah
yang sekurang-kurangnya memuat: Penetapan pendirian BUMN; Maksud dan tujuan
pendirian BUMN; Penetapan besarnya penyertaan kekayaan negara yang dipisahkan dalam
rangka pendirian BUMN.

Pendirian BUMN meliputi:

a. Pembentukan Perum atau Persero baru; Pasal 9 angka 2 UU BUMN anggaran dasar
Perum harus memuat sekurang-kurangnya: nama dan tempat kedudukan; maksud dan
tujuan serta kegiatan usaha; jangka waktu berdiri; besarnya modal; susunan dan
jumlah anggota Direksi dan Dewan Pengawas serta komposisi Dewan Pengawas; Tata
cara pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentuan anggota Direksi dan Dewan
Pengawas; Tata cara penyelenggaraan rapat direksi dan rapat dewan Pengawas; Tata
cara penggunaan laba; Ketentuan-ketentuan lain menurut Peraturan Pemerintah.

b. Khusus untuk pendirian Persero yang seluruh sahamnya dimiliki negara (selanjutnya
dikategorikan PT Tertutup), dalam UU PT terdapat pengaturan khusus yang berbeda

8
dengan UU PT tahun 1995 yang telah dicabut berlakunya dengan UU No. 40 tahun
2007 tentang PT. Di dalam Pasal 7 Ayat (7) UU PT ditentukan bahwa: Ketentuan
yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat (5), serta ayat (6) tidak berlaku
bagi : Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; Perseroan yang mengelola
bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian,
dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam UU Pasar Modal.

c. Perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN

d. Perubahan bentuk badan hukum BUMN;

e. Pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum.

PEMBUBARAN BUMN

a) Pembubaran Perum

Perum dapat bubar dikarenakan:

- Ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Berdasarkan usulan Menteri; Jangka waktu


berdiri yang ditetapan dalam anggaran dasar telah berakhir; Penetapan pengadilan;
Dicabutnya putusan pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga sebab harta pailit
Perum tidak cukup untuk menbayar biaya kepailitan; Perum dalam keadaan tidak
mampu membayar (insolven) sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kepailitan.

Pembubaran Perum ini dapat diikuti dengan likuidasi. Menteri dapat segera mengajukan
rancangan peraturan pemerintah kepada Presiden mengenai pembubaran Perum. Dalam
hal bubarnya Perum dikarenakan jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar
telah berakhir, dalam Pasal 86 PP No. 45 Tahun 2005 ayat (1) mengatur bahwa
“Selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu berdirinya
Perum, Menteri dapat mengusulkan kepada Presiden untuk memperpanjang jangka
waktu berdirinya Perum tersebut.” Selain itu, dalam hal bubarnya Perum diakibatkan
tidak mampu membayar maka Likuidator dalam waktu paling lambat 30 hari sejak
pembuberan Perum wajib:

b) Pembubaran Persero

Pembubaran Persero ini dilakukan dengan ketentuan dan prinsip-prinsip yang


diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang perseoran terbatas. Dalam

9
Pembubaran BUMN dikarenakan keputusan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
akan dipertimbangkan terlebih dahulu olah Menteri Keuangan serta Menteri Teknis,
Menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang dipandang perlu dengan atau tanpa
menggunakan konsultan indepenen. Setelah dipertimbangkan maka kajian mengenai
pembubaran dapat diusulkan kepada Presiden beserta dengan pertimbangan untuk
menghasilkan suatu keputusan. Sedangkan apabila Pembubaran Persero tidak
dikarenakan keputusan RUPS, maka Menteri dapat segera mengajukan rancangan
peraturan pemerintah kepada Presiden mengenai pembubaran Persero yang bubar bukan
karena Keputusan RUPS. Dalam hal ini maka Perum tidak dapat melakukan perbuatan
hokum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses Likuidasi.

B. SUMBER MODAL BUMD

Penyertaan modal Pemerintah Daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan
disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
penyertaaan modal daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 Pasal 19
menyatakan bahwa Sumber modal BUMD terdiri atas:

a) Penyertaan Modal Daerah; Yang termasuk dalam Penyertaan Modal Daerah ini adalah
APBD dan/atau konversi dari pinjaman. Penyertaan modal Pemerintah Daerah dapat
berasal dari APBD dengan syarat APBD diperkirakan surplus, dan barang milik daerah.

b) Pinjaman ; Pinjaman ini dapat bersumber dari: Daerah, BUMD lainnya, dan/atau sumber
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c) Hibah; Hibah ini dapat bersumber dari Pemerintah Pusat, Daerah, BUMD lainnya,
dan/atau sumber lainnya sesuai dengna ketentuan peraturan perundang-undangan.

d) Sumber modal lainnya. Sedangkan untuk sumber modal lainya ini meliputi: Kapitalisasi
cadangan; kauntungan revaluasi asset; dan agio saham.

PENDIRIAN BUMD

BUMD dapat didirikan oleh Daerah dengan ditetapkan oleh Perda. BUMD sendiri
terbagi menjadi 2 yaitu: Perusahaan Umum Daerah; dan Perusahaan Perseroan Daerah.
Proses atau tata cara dalam pendirian BUMD ini sendiri telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah No 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah. Pasal 10 PP BUMD ini
mengatur bahwa untuk Pendirian BUMD seorang Kepala Daerah harus menyampaikan
usulan terlebih dahulu terkait rencana pendirian BUMD kepada Menteri. Usulan rencana

10
pendirian BUMD ini harus pula dilampiri dengan: Kebutuhan Daerah ; Analisa kelayakan
usaha; Ringkasan laporan keuangan Pemerintah Daerah 3 Tahun terakhir; Dokumen Perda
tentang APBD 3 tahun terakhir; dan Dokumen RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah)

PEMBUBARAN BUMD

Pembubaran BUMD juga harus ditetapkan dengan Perda dan dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah sebagaimana yang diatr pada Pasal 29 Undang-Undang Republik Inodnesia No. 5
Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Pembubaran BUMD yang dilakukan dengan
peraturan daerah berlaku setelah peraturan daerah itu disahkan. Untuk kekayaan daerah dari
hasil pembubaran BUMD ini dikembalikan kepada kepada Daerah.

1.5 CONTOH KASUS

Menurut Erman (pakar hukum ekonomi Universitas Indonesia (UI)), ada perbedaan konsep
keuangan negara dengan keuangan BUMN/BUMD yang dikelola dalam bentuk Perseroan
Terbatas. Keuangan BUMN/BUMD apabila telah dikelola oleh sebuah PT sebagai badan
hukum, maka keuangannya merupakan keuangan PT tersebut. Hal ini tetap berlaku sekalipun
seluruh saham dari deviden dari PT tersebut milik dan untuk negara. “Walaupun 100%
sahamnya milik pemerintah pusat atau pemerintah daerah dan begitu juga devidenya 100%
untuk pemerintah pusat atau pemerintah daerah,” kata Erman. Beliau menjelaskan adanya
perbedaan konsep tersebut, memiliki dampak terhadap jalur penyelesaian permasalahan yang
muncul di kemudian hari. “Pemegang saham yang merasa dirugikan karena tindakan dewan
komisaris atau dewan direksi dapat menggugat mereka secara perdata,” ujarnya. Pasal 61
ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur
bahwa setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke
pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil
tanpa ada alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan
Komisaris.
Dalam contoh kasus misalnya, seorang direktur utama yang ingin menjual aset
perusahaan karena aset perusahaan itu dianggapnya sudah tidak terpakai lagi, biasanya
meminta persetujuan mayoritas anggota dewan direksi untuk menjalankan kebijakan itu. Jika
anggaran dasar perseroan terbatas tersebut menetapkan penjualan aset harus meminta
persetejuan dewan komisaris, maka kebijakan dewan direksi untuk menjual aset yang
dimaksud harus mendapat persetujuan lebih dahulu dari mayoritas anggota dewan komisaris.
Tindakan penjualan aset perusahaan tersebut sebagaimana diatur Pasal 117 Undang-Undang
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, “Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan
pemberian wewenang kepada Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan atau batuan
kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu”. Menurut Erman, dalam
contoh kasus seperti ini, jika di kemudian hari pemegang saham merasa dirugikan dengan
penjualan aset tersebut, maka si pemegang saham perlu melihat neraca laba rugi dalam

11
setahun. Mungkin saja menjual aset tersebut dianggap merugikan, akan tetapi  kerugian
terebut masih dapat ditutup oleh transaksi yang lain pada tahun yang sama. Hal ini
dikarenakan neraca sebuah Perseroan Terbatas merupakan hasil perhitungan sepanjang satu
tahun transaksi. “Laba rugi suatu perseroan terbatas bukan dihitung atas satu transaksi tetapi
dihitung dalam satu tahun,”  jelas Erman. Hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 66 ayat (1)
Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatasyang menyatakan
bahwa direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh dewan
komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan
berakhir. Oleh karena itu, Erman menegaskan apabila dalam perjalanan Perseroan Terbatas,
pemegang saham merasa adanya kerugian perusahaan akibat kesalahan kebijakan, maka
pemegang saham dapat menggugat dewan direksi dan dewan komisaris secara perdata, bukan
pidana.
 “Direksi suartu Perseroan Terbatas baru terkena tindak pidana kalau ia menggelapkan aset
PT atau memberikan suap kepada pihak lain,” ujar Erman. 
Contoh riilnya pada kasus Gagal Bayar Hutang Oleh Jiwasraya, dimana ranah keperdataan
yang dilanggar adalah ; Pasal 11 dan Pasal 21 UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
(UU Perasuransian). Pasal 11 mengatur tentang kewajiban tata kelola yang baik bagi
perusahaan asuransi. Pasal 21 ayat (3) mengatur bahwa dalam menginvestasikan kekayaan
nasabah perusahaan asuransi wajib menerapkan prinsip kehatihatian. Pelanggaran terhadap
kedua pasal ini dikenakan sanksi administrasi berupa peringatan, pembatasan usaha, larangan
pemasaran produk, pencabutan izin, pembatalan pendaftaran dan persetujuan, denda
administratif dan/atau larangan menempati posisi tertentu. Berdasarkan hasil temuan BPK,
direksi dan jajaran Jiwasraya secara gegabah membuat program JS Saving Plan yang
menawarkan bunga tinggi sehingga menimbulkan negative spread yang menggerus aset
Jiwasraya. Kesalahan juga terjadi dalam investasi saham dan reksa dana yang dilakukan
tanpa kajian penempatan yang memadai. Adapun aparat penegak hukum yang berwenang
menjatuhkan sanksi ini adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pasal 97 ayat (3) UU No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) yang mengatur tentang pertanggung
jawaban pribadi direksi. Pada kasus Jiwasraya, BPK mencium adanya kesengajaan direksi
mencatatkan laba semu pada laporan keuangan, penunjukan pejabat bancassurance yang tidak
sesuai ketentuan, dan pengajuan cost of fund (COF) tanpa melibatkan divisi terkait. Tindakan
direksi ini membawa konsekuensi hukum adanya pertanggung jawaban hingga kepada harta
kekayaan pribadi direksi (piercing the corporate veil). Pasal 32 ayat (1) UU No. 21 Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK), yang mengatur bahwa apabila ditemukan
keterlibatan pejabat/ pegawai OJK dengan suatu kasus, maka Dewan Komisioner akan
menegakkan kode etik. Kemudian jika terindikasi korupsi, maka KPK dapat turun tangan
(Pasal 11 UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).
Pasal 90 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU Pasar Modal, melarang adanya
tindak penipuan dalam pasar modal. Berdasarkan investigasi BPK, dalam kasus Jiwasraya
terjadi penipuan dalam bentuk jual beli saham dan reksa dana yang tidak mencerminkan
harga sebenarnya.
Perlindungan hukum dari aspek perdata, pelindungan hukum dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu gugatan perdata biasa atau kepailitan. Pelindungan hukum secara perdata dapat

12
diberikan oleh hakim yang menangani perkara. Gugatan perdata biasa dapat diajukan kepada
para direksi, komisaris, dan pemegang saham Jiwasraya apabila terbukti yang bersangkutan
telah melakukan tindakan yang merugikan perseroan atau piercing the corporate veil. Saat ini
beberapa nasabah telah mengajukan gugatan wanprestasi terhadap Jiwasraya. Sedangkan
kepailitan dapat diajukan oleh para nasabah Jiwasraya, hanya saja penyelesaian melalui
kepailitan sangat merugikan nasabah asuransi karena dalam prakteknya kedudukan nasabah
hanya sebagai kreditor konkuren yang akan mendapatkan perlunasan setelah upah buruh,
kreditor separatis dan kreditor preferen.

BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwasanya BUMN dan BUMD adalah
Badan usaha milik pemerintah yang sama – sama bergerak dibidang ekonomi. BUMN
merupakan badan usaha milik negara sedangkan BUMD merupakan badan usaha
milik daerah yang masing – masing memiliki payung hukum yang jelas. Keduanya
juga memiliki kesamaan tujuan yaitu untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Akan tetapi karena pendapatan yang dihasilkan oleh masing – masing
badan usaha tersebut sangatlah besar, maka tidak heran banyak oknum – oknum yang
menginginkan jabatan dalam pemerintahan dengan maksud untuk memperkaya diri
sendiri yang biasanya dilakukan berupa penyelewengan anggaran belanja negara atau
daerah sampai jual beli jabatan yang biasa disebut tindak pidana korupsi. Oleh karena
itu mari kita sama – sama mendukung BUMN dan BUMD yang sehat untuk kemajuan
sehingga meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara umum maupun daerah
secara khusus.

1.2 SARAN
Agar terciptanya mutu pelayanan yang baik dan sehat dari BUMN dan BUMD
diperlukannya pengawasan yang lebih ketat dan lebih tegas lagi terutama mengenai

13
kasus korupsi yang masih saja terjadi hingga saat ini. Demi terciptanya mutu
pelayanan yang baik diperlukannya struktur organisasi yang baik pula. Karena
perubahan dimulai dari dalam struktur itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vicky, Dhennie’s. 2019. “Makalah BUMN dan BUMD”.


https://www.academia.edu/38225505/MAKALAH_BUMN_DAN_BUMD_docx,
diakses pada 10 September 2021.
2. Asikin, Zainal dan Wira Pria Suhartana. 2016. “ Pengantar Hukum Perusahaan”. Jakarta:
Pranadamedia Group.
3. Cahyaningrum, Dian. (2018),”Implikasi Bentuk Hukum BUMD TerhadapPengelolaan
BUMD”. Jakarta, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI (Jurnal Negara Hukum: Vol.
9, No. 1 Juni 2018)
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003. Badan Usaha Milik
Negara. 19 Juni 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70.
Jakarta
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014. Pemerintahan Daerah. 30
September 2014. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244. Jakarta.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2017. Badan Usaha Milik
Daerah. 27 Desember 2017. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
305. Jakarta.
7. Peratuiran Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2005. Tata Cara
Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan

14
Perseroan Terbatas. 25 Oktober 2005. Lembaran Negara Republik Inodnesia Tahun
2005 Nomor 116. Jakarta.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2005. Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik
Negara. 25 Oktober 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
115. Jakarta.
9. Kamil, Irfan. 2021. “ Kasus Jual beli jabatan di problonggo ”,
https://nasional.kompas.com/read/2021/09/09/14315661/kasus-jual-beli-jabatan-di-
probolinggo-kpk-dalami-pengusulan-nama-untuk-jadi. Di akses pada 10 September 2021

15

Anda mungkin juga menyukai