Nama Anggota :
Fakultas Hukum
Universitas Udayana
2021
BAB VIII
Salah satu tindakan yang wajib dilakukan dan tertera dalam Standard Operating
Procedure (SOP) dalam penerimaan perkara peninjauan kembali di PTUN adalah
tahap pemeriksaan. Dasar hukum dalam melakukan pemeriksaan peninjauan kembali
di PTUN adalah :
a) UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Bagian Kesepuluh
Pemeriksaan Peninjauan Kembali, Pasal 132. Bunyi pasal tersebut adalah:
(1) Terhadap putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dapat diajukan permohonan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.
(2) Acara pemeriksaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
b) Pasal 77 (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang MA
menyebutkan:”Dalam pemeriksaan peninjauan kembali perkara yang diputus oleh
Pengadilan di Lingkungan Peradilan Agama atau oleh Pengadilan di Lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara, digunakan hukum acara peninjauan kembali yang
tercantum dalam Pasal 67 sampai dengan Pasal 75”
c) SEMA Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno
Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas
Bagi Pengadilan khususnya pada angka 5 disebutkan sebagai berikut Tentang
Pengajuan Peninjauan Kembali: Lembaga hukum Peninjauan Kembali
merupakan upaya hukum luar biasa yang dapat diajukan hanya satu kali
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, namun dalam hal terdapat dua
putusan peninjauan kembali yang saling bertentangan terhadap satu obyek
sengketa yang sama dapat diajukan permohonan peninjauan kembali untuk
membatalkan putusan peninjauan kembali yang kedua, karena dalam sengketa
tata usaha negara menganut asas erga omnes sehingga peninjauan kembali yang
kedua itu tidak diperlukan lagi.
Selain ketentuan-ketentuan diatas, terdapat pula beberapa prinsip dalam
peninjauan kembali di PTUN, yaitu:
1. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan terhadap putusan
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
2. Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan hanya 1 (satu) kali.
3. Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau menghentikan
pelaksanaan putusan Pengadilan.
4. Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut selama belum diputus, dan dalam
hal sudah dicabut permohonan peninjauan kembali itu tidak dapat diajukan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Harahap, Zairin. 2014. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Rajawali Pers
Indroharto. 2001. Teori dan Praktek Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta:
Grafindo.
Kansil, C.S.T. 1996. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Pradnya Paramita
Wantu, Fence M. 2014. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Gorontalo:Reviva
Cendekia
Wiyono, R. 2008. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Sinar Grafika
Internet :
Buku Ajar, “HUKUM ACARA DAN PRAKTEK PERADILAN TATA USAHA NEGARA”,
diakses dari
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/4d9941b1e3d09fd0e40249ce753
7964b.pdf diakses pada tanggal 23 September 2021 pukul 20.00 WIB
Peraturan Perundang-Undangan :
SEMA Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar
Mahkamah Agung Tahun 2015 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan
UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
UU No. 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara