Anda di halaman 1dari 5

ASPEK-ASPEK HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI

1. Permohonan
2. Pendaftaran Permohonan dan Penjadwalan Sidang
3. Permohonan Online
4. Penggabungan Perkara
5. Beban Pembuktian dan Alat Bukti
a. Surat atau Tulisan
b. Keterangan Saksi
c. Keterangan Ahli
d. Keterangan Para Pihak
e. Petunjuk f. Informasi Elektronik
6. Jenis dan Sifat Persidangan
a. Pemeriksaan Pendahuluan
b. Pemeriksaan Persidangan
c. Rapat Permusyawaratan Hakim
d. Pengucapan Putusan
7. Putusan
a. Putusan Provisi dan Putusan Akhir
b. Ultra Petita
c. Sifat Putusan
d. Pengambilan Putusan
e. Isi Putusan
f. Pendapat Berbeda (Dissenting Opinion)
g. Kekuatan Hukum Putusan
8. Tata Cara dan Tata Tertib Persidangan
2. Pendaftaran Permohonan dan Jadwal Persidangan
Permohonan yang diajukan kepada MK akan diterima oleh petugas penerima
permohonan, yang nantinya akan disampaikan kepada Panitera MK guna melakukan
pemeriksaan kelengkapan berkas permohonan. Dalam pengajuan berkas permohonan perkara
dalam bentuk cetak (hard copy), pemohon juga diminta untuk menyerahkan permohonan
dalam bentuk file (soft copy). Pemeriksaan yang dilakukan oleh panitera ini bersifat
kelengkapan administratif, bukan terhadap substansi permohonan. Pemeriksaan administrasi
meliputi jumlah rangkap permohonan, surat kuasa, kejelasan identitas, serta daftar alat bukti
sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 24 Tahun 2003.
Apabila permohonan dinyatakan belum lengkap, maka tidak dapat dicatat dalam Buku
Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK). Pemohon wajib melengkapi dalam jangka waktu
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak pemberitahuan ketidaklengkapan permohonan
tersebut yang diterima oleh pemohon. Permohonan yang dinyatakan lengkap dapat dicatat di
dalam BRPK dengan memuat, catatan tentang kelengkapan administrasi disertai dengan
pencantuman nomor perkara, tanggal penerimaan berkas permohonan, nama pemohon, dan
pokok perkara. Kemudian permohonan yang dinyatakan lengkap tersebut dan telah
diregistrasi dalam BRPK, maka Mahkamah Konstitusi (MK) akan menetapkan hari sidang
pertama dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja. Artinya, penetapan
jadwal sidang pertama adalah paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diregistrasi,
sedangkan sidang pertama itu sendiri dapat dilakukan lebih dari 14 (empat belas) hari kerja.
Jadwal sidang pertama yang telah ditetapkan, harus diberitahukan kepada para pihak dan
diumumkan kepada masyarakat. Pengumuman ini dilakukan dengan cara menempelkan
salinan pemberitahuan di papan pengumuman MK yang disediakan secara khusus. Dalam
praktiknya, pengumuman jadwal sidang juga dimuat di dalam laman resmi MK, yaitu,
www.mahkamahkonstitusi.go.id.
Namun setiap permohonan yang diajukan kepada MK dapat ditarik kembali, baik
sebelum maupun selama sidang pemeriksaan oleh MK. Pada saat suatu permohonan ditarik
kembali pemohon tidak dapat mengajukan kembali permohonan yang diperkarakan, kecuali
dengan alasan konstitusional yang berbeda.
MEKANISME DAN PROSES PERSIDANGAN MK

Mekanisme dan proses persidangan Mahkamah Konstitusi (MK) terdiri dari beberapa tahapan
yang harus dilakukan. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan:
1. Pemohon harus memenuhi kriteria yang ditentukan oleh MK, termasuk memenuhi
syarat Pasal 5031 dan 51 UU MK atau memiliki kewenangan konstitusional yang
dirugikan oleh suatu undang-undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang (Perppu)

2. Pemohon harus menyusun dan mengirimkan permohonan ke MK, yang bertanggung


jawab untuk menyusun dan mengarahkan persidangan. Permohonan harus
mengjelaskan alasan-alasan mengapa UU atau Perppu yang diperiksa merugikan
pemohon atau mengenai kewenangan konstitusional
3. MK akan melakukan pengujian formil permohonan untuk menentukan apakah
permohonan memenuhi syarat dan kedudukan pemohon. Jika permohonan tidak
memenuhi syarat, MK akan menolak permohonan
4. Jika permohonan diterima, MK akan melakukan pengujian materil, yang berisi tentang
materi muatan ayat, pasal, dan bagian dari UU yang bertentangan dengan UUD 1945.
Jika MK berpendapat bahwa UU atau Perppu yang diperiksa bertentangan dengan UUD
1945, MK akan menyatakan permohonan dikabulkan
5. Jika permohonan dikabulkan, MK akan menyatakan dengan tegas materi muatan ayat,
pasal, dan/atau bagian dari UU yang bertentangan dengan UUD 1945. Permohonan
yang dikabulkan oleh MK akan menyatakan dengan tegas materi muatan ayat, pasal,
dan/atau bagian dari UU bertentangan dengan UUD 1945
6. Pemohon dan atau termohon dapat didampingi atau diwakili kuasa hukum, sedangkan
badan hukum publik atau privat bisa didampingi kuasa atau menunjuk kuasa. Kuasa
hukum dalam persidangan MK tidak harus advokat
7. Beracara di MK berbeda dengan beracara di peradilan umum atau peradilan lainnya. MK
memiliki kewenangan yang khusus untuk menguji setiap undang-undang yang diajukan
8. Pemohon dan termohon harus paham dengan hukum acara khususnya, termasuk
hukum acara MK, yang berlaku secara umum dan khusus dalam perkara-perkara yang
menjadi wewenang MK

Selain itu, MK juga memiliki kewenangan untuk menguji setiap undang-undang yang
diajukan, termasuk UU yang sudah berpuluh-puluh tahun berlaku
4. KUASA HUKUM DAN PENDAMPINGAN
a. Kuasa hukum
Ketentuan tentang mekanisme pengajuan permohonan di MK terdapat dalam Bab V
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (“UU MK”) yang
mengatur tentang hukum acara. Aturan tentang kuasa hukum secara umum terdapat dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 1792 KUH Perdata menjelaskan bahwa
pemberian kuasa merupakan suatu persetujuan dengan mana seseorang memberikan
kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya, untuk atas nama pemberi kuasa
menyelenggarakan suatu urusan. Pada Pasal 43 UU MK dijelaskan bahwa dalam pemeriksaan
persidangan, pemohon dan/atau termohon dapat didampingi atau diwakili oleh kuasanya
berdasarkan surat kuasa khusus untuk itu, Sehingga, istilah “kuasa hukum” digunakan karena
dibutuhkan surat kuasa khusus untuk dapat beracara di MK tanpa adanya kewajiban bahwa
kuasa hukum itu haruslah seorang advokat. kuasa hukum yang beracara di MK tidak harus
advokat. Namun, seorang advokat tersebut harus paham dengan hukum acara khususnya
ketika akan mengajukan permohonan pengujian untuk mewakili prinsipal. Selain dapat
menujuk kuasa, pemohon dan/atau termohon juga dapat dilakukan pendampingan.

b. Pendampingan
pendampingan disini ialah Jasa Hukum yang diberikan oleh Jaksa Pengacara Negara berupa
pendapat hukum secara berkelanjutan atas suatu kegiatan yang diajukan oleh Pemohon dan
diakhiri dengan kesimpulan atas pemberian Pendapat Hukum tersebut dalam bentuk Berita
Acara Pendampingan Hukum. Selain itu, di MK dikenal adanya pendamping yang mengerti
Hukum Acara MK, sepanjang bisa membantu kepentingan-kepentingan prinsipal.
Putusan MK atau Putusan Mahkamah Konstitusi diatur di dalam UU 24/2003 dan perubahannya. Terkait
dengan jenis-jenis putusan MK Achmad Roestandi dalam Mahkamah Konstitusi dalam Tanya Jawab
menjelaskan ada 3 jenis Putusan MK, yakni:

1.Tidak dapat diterima (Niet ontvankelijk verklaard)

Jika permohonan tidak mempunyai legal standing atau MK tidak mempunyai kewenangan memeriksa,
mengadili, dan memutuskan permohonan.

2.Dikabulkan

permohonan akan dikabulkan apabila dalil permohonan beralasan menurut hukum. Dalam Pasal 56 ayat
(2) UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK diatur tentang amar putusan yang menyatakan permohonan
dikabulkan yang berbunyi:
"Dalam hal Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa permohonan beralasan, amar putusan menyatakan
permohonan dikabulkan".
Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan permohonan, harus dimuat di dalam Berita Negara
dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh hari kerja sejak putusan diucapkan.

3. Ditolak

Permohonan Ditolak atau Ontzigd terdapat dalam Pasal 56 ayat (5) UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi diatur tentang amar putusan yang menyatakan permohonan ditolak yang berbunyi:
"Dalam hal undang-undang dimaksud tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, baik mengenai pembentukan maupun materinya sebagian atau keseluruhan, amar
putusan menyatakan permohonan ditolak".

Putusan hakim konstitusi menyatakan permohonan ditolak apabila permohonan pemohon tidak beralasan.

Anda mungkin juga menyukai