Mahkamah Konstitusi
Judicial Rewiew
Judicial Review
Pengujian peraturan perundang-undangan tertentu oleh hakim (yudikatif).
Hal ini berarti hak atau kewenangan menguji (toetsingsrecht) dimiliki oleh
hakim. Pengujian tersebut dilakukan atas suatu ketentuan peraturan
perundang-undangan terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi atau terhadap konstitusi sebagai hukum tertinggi
Toetsingrecht
Hak uji. Istilah ini digunakan pada saat membicarakan hak atau kewenangan
untuk menguji peraturan perundang-undangan.
Constitutional Review
Pengujian suatu ketentuan perundang-undangan terhadap konstitusi.
Parameter pengujian dalam hal ini adalah konstitusi sebagai hukum tertinggi.
Hal ini berbeda dengan judicial review yang dari lingkup materinya lebih luas
karena menguji suatu peraturan perundang-undangan terhadap peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, jadi tidak terbatas pada konstitusi
sebagai parameter pengujian
Dasar Hukum
Formil
Menilai suatu produk legislatif seperti undang-undang, telah
melalui prosedur sebagaiman telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau tidak.
Pengujian formal biasanya terkait dengan soal-soal prosedural
dan berkenaan dengan legalitas kompetensi institusi yang
membuatnya .
Materil
Menilai isi apakah suatu peraturan perundang-undangan itu
sesuai atau bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi
derajatnya,
Menilai apakah suatu kekuasaan tertentu berhak
mengeluarkan suatu peraturan tertentu.
Pengujian material berkaitan dengan kemungkinan
pertentangan materi suatu peraturan dengan peraturan lain
Pengujian UU terhadap
UUD
Pasal 50*
Undang-undang yang dapat dimohonkan untuk
diuji adalah undang-undang yang diundangkan
setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
*Pasal ini dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 066/PUU-II/2004
mengenai Pengujian UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi & UU No. 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang & Industri
terhadap UUD 1945 tanggal 13 Desember 2004.
Pasal 51
(1) Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh
berlakunya undang-undang, yaitu:
Hak Konstitusional
Pengajuan Permohonan
1.
2.
3.
4.
5.
Pendaftaran Permohonan
Penjadwalan Sidang
Pemeriksaan
Pendahuluan
2. Memberi nasehat
- Kelengkapan syarat-syarat Permohonan.
- Perbaikan materi Permohonan.
Pemeriksaan Persidangan
Pemeriksaan Persidangan
Rapat Permusyawaratan
Hakim
e. Setiap RPH dibuat catatan oleh Panitera yang dibantu PP Perkara dalam buku
catatan rapat dan/atau Berita Acara Rapat.
Pihak Terkait
Pihak terkait adalah pihak yang berkepentingan langsung atau tidak langsung
dengan pokok permohonan.
Pihak Terkait yang berkepentingan langsung adalah pihak yang hak dan/atau
kewenangannya terpengaruh oleh pokok permohonan.
Pihak Terkait
Pembuktian
Pengambilan Putusan
Isi Putusan
Amar Putusan
Pasal 56
(1)Dalam hal Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa pemohon dan/atau
permohonannya tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
dan Pasal 51, amar putusan menyatakan permohonan tidak dapat diterima.
(2)Dalam hal Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa permohonan beralasan,
amar putusan menyatakan permohonan dikabulkan.
(3)Dalam hal permohonan dikabulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Mahkamah Konstitusi menyatakan dengan tegas materi muatan ayat, pasal,
dan/atau bagian dari undang-undang yang bertentangan dengan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(4)Dalam hal pembentukan undang-undang dimaksud tidak memenuhi ketentuan
pembentukan undang-undang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, amar putusan menyatakan permohonan
dikabulkan.
(5)Dalam hal undang-undang dimaksud tidak bertentangan dengan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, baik mengenai
pembentukan maupun materinya sebagian atau keseluruhan, amar putusan
menyatakan permohonan ditolak.
21
Amar Putusan
Pasal 57
(1)
Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya
menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/atau
bagian undang-undang bertentangan dengan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang
tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
(2)
Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya
menyatakan bahwa pembentukan undang-undang
dimaksud tidak memenuhi ketentuan pembentukan
undang-undang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang tersebut
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
(3)
Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan
permohonan wajib dimuat dalam Berita Negara dalam
jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
putusan diucapkan.
22
Putusan MK
23
PENGAJUAN PERKARA
12 RANGKAP
DISERTAI BUKTI
PEMERIKSAAN
SYARAT
ADMINISTRASI
BELUM LENGKAP
DIBERITAHUKAN
DILENGKAPI DLM 7
HARI KERJA
REGISTRASI
BRPK
TELAH LENGKAP
PEMENUHAN
Ps. 32
ayat
(2)
KELENGKAPAN
DALAM 7 HARI KERJA
Ps. 34
ayat (1)
PENJADWALAN
14 HARI KERJA
SETELAH REGISTRASI
PENGUMUMAN KEPADA
MASYARAKAT
Ps. 35 ayat (1)
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
KELENGKAPAN
KEJELASAN PERMOHONAN
TIDAK LENGKAP/JELAS
DIBERITAHUKAN
DILENGKAPI 14 HARI
TELAH LENGKAP DAN JELAS
PEMOHON MELENGKAPI
ATAU MEMPERBAIKI
DALAM 14 HARI
PEMERIKSAAN PERBAIKAN
DAN KELENGKAPAN PERMOHONAN
RAPAT PLENO
TERTUTUP
PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
PLENO TERBUKA UMUM
KEWENANGAN MK
KEDUDUKAN HUKUM
POKOK PERMOHONAN
PEMBUKTIAN
RAPAT PLENO
TERTUTUP
Ps. 49
PENGAMBILAN PUTUSAN
PENYAMPAIAN
SALINAN PUTUSAN
KEPADA PIHAK
Permohonan Pengujian
Kembali
27
Undang-undang yang diuji oleh Mahkamah
Konstitusi tetap berlaku, sebelum ada putusan
yang menyatakan bahwa undang-undang
tersebut bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
28