Bersengketa dan
Terkait dalam
Persidangan di MK
KELOMPOK 3:
Pihak-pihak Terkait
03 dalam Persidangan di
MK
01.
Permohonan Sengketa di MK
Prosedur Permohonan Sengketa di Mahkamah Konstitusi
1. Pengajuan Permohonan
Dalam hal permohonan belum lengkap, pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi dalam
tenggat waktu 7 (tujuh) hari kerja. Bila permohonan itu telah lengkap maka segera dicatat dalam
Buku Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK) dan pemohon diberikan Akta Registrasi Perkara. BRPK
itu memuat catatan tentang kelengkapan administrasi, nomor perkara, tanggal penerimaan berkas,
nama pemohon dan pokok perkara.
Setelah permohonan dicatat dalam BPRK, dalam waktu paling lambat 14 (empatbelas) hari kerja,
hari sidang pertama harus telah ditetapkan.
3. Alat Bukti
Pemeriksaan Pendahuluan Sidang pertama harus ditetapkan dalam jangka waktu 14 (empat
belas) hari setelah permohonan dicatat dalam buku register sebagaimana diatur dalam Pasal 34
UU MK.
Sidang pertama ini adalah sidang untuk pemeriksaan pendahuluan. Sidang ini merupakan
sidang sebelum memeriksa pokok perkara. Dalam sidang pertama ini MK mengadakan
pemeriksaan kelengkapan dan kejelasan materi permohonan.
5. Pemeriksaan Persidangan
Pemeriksaan permohonan atau perkara konstitusi dilakukan dalam sidang MK terbuka untuk
umum, hanya Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) yang dilakukan dalam sidang tertutup.
Dalam pemeriksaan persidangan Hakim Konstitusi memeriksa permohonan yang meliputi
kewenangan MK terkait dengan permohonan, kedudukan hukum (legal standing) pemohon, dan
pokok permohonan beserta alat bukti yang diajukan dalam persidangan. Untuk kepentingan
pemeriksaan itu MK wajib memanggil para pihak, saksi dan ahli dan lembaga negara dimaksud.
Para pihak yang berperkara, saksi serta ahli memberikan keterangan yang dibutuhkan.
6. Putusan
Dasar hukum putusan perkara konstitusi adalah UUD 1945 sebagai konstitusi tertulis negara
Republik Indonesia. Untuk putusan yang mengabulkan harus didasarkan pada sekurang-
kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah dan keyakinan hakim bahwa permohonan itu memenuhi
alasan dan syarat-syarat konstitusional sebagaimana dimaksud dalam konstitusi.
Pemohon selanjutnya wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya tentang hak
dan/atau kewenangan konstitusionalnya. Sehingga untuk berperkara di Mahkamah Konstitusi
pemohon harus dengan jelas mengkualifikasikan dirinya apakah bertindak sebagai perorangan
warga negara Indonesia, sebagai badan hukum publik atau privat atau sebagai lembaga negara.
Kedua hal ini merupakan syarat terpenuhinya kedudukan hukum (legal standing)
Pemohon. Jika kedua hal itu tidak terpenuhi, maka Pemohon dianggap tidak memiliki
kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan perkara di depan Mahkamah
Konstitusi.
Dari beberapa konsep mengenai legal standing maka dapat
diketahui bahwa syarat mutlak untuk dapat berperkara di
Mahkamah Konstitusi adalah:
1. Adanya kerugian dari pemohon yang timbul karena berlakunya suatu undang-
undang.
2. Adanya kepentingan nyata yang dilindungi oleh hukum. Adanya kepentingan
hukum saja sebagaimana dikenal dalam hukum acara perdata maupun hukum
acara tata usaha negara tidak dapat dijadikan dasar. Dalam hukum acara perdata
dikenal adagium point d'interet point d' action yaitu apabila ada kepentingan
hukum boleh mengajukan gugatan.
3. Adanya hubungan sebab akibat (causa verband) antara kerugian dan
berlakunya suatu undang-undang. Artinya dengan berlakunya suatu undang-
undang maka menimbulkan kerugian bagi pemohon.
4. Dengan diberikannya putusan diharapkan kerugian dapat dihindarkan atau
dipulihkan. Sehingga dibatalkannya suatu undang-undang atau pasal dalam
undang-undang atau ayat dalam undang-undang dapat berakibat bahwa kerugian
dapat dihindarkan atau dipulihkan.
03.
Pihak-pihak Terkait dalam
Persidangan di MK
PERATURAN MAHKAMAH
KONSTITUSI NOMOR 06/PMK/2005
TENTANG PEDOMAN BERACARA
DALAM PERKARA PENGUJIAN
UNDANG-UNDANG
PASAL 14
(1) Pihak Terkait yang dimaksud Pasal 13 ayat (1) huruf g adalah pihak yang berkepentingan langsung atau
tidak langsung dengan pokok permohonan.
(2) Pihak Terkait yang berkepentingan langsung adalah pihak yang hakdan/atau kewenangannya
terpengaruh oleh pokok permohonan.
(3) Pihak Terkait sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat diberikan hak-hak yang sama dengan Pemohon
dalam persidangan dalam hal keterangan dan alat bukti yang diajukannya belum cukup terwakili dalam
keterangan dan alat bukti yang diajukan oleh Presiden/Pemerintah, DPR, dan/atau DPD.
(5) Pihak Terkait sebagaimana dimaksud ayat (1) harus mengajukan permohonan kepada Mahkamah melalui
Panitera, yang selanjutnya apabila disetujui ditetapkan dengan Ketetapan Ketua Mahkamah, yang
salinannya disampaikan kepada yang bersangkutan.
(6) Dalam hal permohonan Pihak Terkait tidak disetujui, pemberitahuantertulis disampaikan kepada yang
bersangkutan oleh Panitera atasperintah Ketua Mahkamah.
Pihak Terkait dalam Pemeriksaan Persidangan
Mahkamah Konstitusi
Tidak hanya pihak terkait yang
berkepentingan langsung, berkepentingan
Dalam hukum acara judicial review di tidak langsung juga dapat dikatagorikan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, sebagai Pihak Terkait dalam hukum acara
dikenal juga dengan konsep serupa hanya Mahkamah Konstitusi.
saja disebut dengan istilah “Pihak Terkait
yang Berkepentingan” atas objek uji materiil Pihak Terkait juga bisa dibagi dua katagori,
yang dimohokan pengujiannya kehadapan pertama pihak yang karena kewenangan
Mahkamah. Atas inisiatif pribadi, pihak yang atau kedudukanya berkaitan dengan pokok
berkempentingan/Terkait ini dapat tampil acara dari materi yang sedang dimohonkan
dengan legal standing-nya sendiri, entah pengujiannya, yang kedua adalah pihak
untuk membantah ataupun menguatkan dalil- yang akan terpengaruh hak konstitusi,
dalil Pemohon Uji Materiil. kewenangan ataupun kedudukanya apabila
permohonan uji materi tersebut dikabulkan
oleh Mahkamah Konstitusi.
Implikasi dari Kekaburan Norma Pihak Terkait dalam
Pemeriksaan Persidangan Peradilan Konstitusi
• Kekaburan pengaturan berdampak atas kepastian hukum bagi para
pihak terkait untuk berkomitmen penuh atas permohonannya yang
secara inisiatif pribadi mengajuka diri sebagai pihak terkait.