Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2022/2023

Mata Kuliah : HK Acara Peradilan Tata Negara


Kelas / Smt : A, B, E, F, G / VI
Sifat Ujian : Open Book/ Take Home
Dosen : Sumali, SH, MH
Durasi : 3x 24 Jam (hari Jum’at Pukul 10.00 wib)
Jawaban dikumpulkan via ketua kelas ke email
sumali@umm.ac.id
Pertanyaan:
1. Sebutkan perkara yang menjadi Kompetensi absolut Mahkamah Konstitusi ? dan
apakah yang membedakan antara kewenangan MK dengan kewajiban Mk
sebagaimana diatur dalam Pasal 24 huruf C UUD 1945. Jelaskan.
2. Apakah yang dimaksud dengan MK berfungsi sebagai guardian of constitution dan
interpreter of constitution?
3. Mengapa MK perlu dibentuk di Indonesia, jelaskan alasannya!
4. Bandingkan kewenangan MK dengan MA menurut UUD 1945. Jelaskan!
5. Bolehkah MK menambah kewenangannya selain yang tercantum dalam konstitusi,
seperti kewenangan menguji Perppu? berikan pendapat saudara!
6. Sebutkan item (hal) apa sajakah yang harus dituangkan dalam isi permohonan
pengujian undang undang /Judicial review ;
7. sebutkan macam alat bukti yang diakui dalam persidangan MK? Dan siapakah yang
dibebani untuk membuktikan dalam perkara judicial review? serta bagaimana
ketentuan cara memperoleh alat bukti tersebut?
8. jelaskan apakah yang dimaksud dengan legal standing itu? dan apakah
konsekuensinya jika Pemohon tidak mampu membuktikan legal standingnya tersebut?
9. Bahwa PUU/ JR dapat dilakukan dari aspek procedural (formil) dan atau dari aspek
materiil. Jelaskan perbedaan keduanya serta berikan contohnya? Dan mengapa
perkara PUU dari segi prosedural (formil) yg diperiksa di MK jumlahnya jauh lebih
kecil ketimbang PUU dari aspek material, Jelaskan?
10. Sebut dan jelaskan macam macam putusan MK, baik yang diatur dalam UU MK
maupun yang di temukan dalam praktek putusan MK (jurisprudensi MK).
Nama : Muhammad Wildan Alfatah
NIM : 202010110311431
Kelas : VI G

Jawaban
1. Perkara yang secara khusus dapat ditangani oleh mahkamah konstitusi seorang berupa
menguji undang-undang terhadap UUD 1945, memutus sengketa kewenangan antar lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik
dan memutus perselisihan mengenai hasil pemilu. Dalam hal perbedaan antara kewenangan
dan kewajibannya, secara keseluruhan kewenangan yang dimiliki oleh Mahkamah
Konstitusi dititikberatkan pada agenda Judicial Review yang bertujuan untuk menguji
kesahihan dan daya laku produk hukum yang dihasilkan dengan peraturan perundangan
yang memiliki tingkat hirarki yang lebih tinggi sebagai acuannya, sedangkan kewajibannya
dititikberatkan pada pemilihan keputusan, yang mana dalam hal ini merupakan keputusan
atas dugaan pelanggaran hukum terkait yang dilayangkan oleh DPR kepada Presiden
dan/atau Wakil Presiden, sebagaimana tercantum dalam pasal 7B ayat (4) jo Pasal 24C ayat
(2) UUD 1945.
2. MK sebagai The Guardian of Constitution dalam hal ini dapat dimaknai sebagai peranan
MK selaku pengawal konstitusi dalam mencegah persoalan konstitusi yang muncul
dikarenakan norma dari sebuah undang undang. Sedangkan MK sebagai The Final
Interpreter of Constitution dapat dimaknai sebagai suatu bentuk privilige yang hanya
dimiliki MK semata dalam kewenangannya untuk menafsirkan konstitusi.
3. Dalam pembahasan mengenai keurgensian pembentukan MK, pemahamannya dapat dilihat
dari 3 sisi aspek, yaitu aspek politik, aspek hukum dan aspek filosofis. Berdasarkan aspek
politik, pembentukan MK dinilai berperan besar sebagai penyeimbang kekuasaan
pembentukan UU yang dimiliki oleh DPR dan Presiden guna mencegah tindakan
kesewenangan daripada mayoritas DPR dan Presiden dalam melegitimasi UU.

Dari aspek hukum sendiri, eksistensi daripada MK merupakan secercah cahaya dalam
pelaksanaan konstitusi negara, yang mana dalam hal ini konstitusi berperan sebagai penentu
daripada sistem penggerak kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dengan catatan
terdapat batasan yang sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh konstitusi itu sendiri, hal
tersebut sesuai dengan prinsip yang dianut oleh negara indonesia yaitu prinsip supremasi
konstitusi yang diatur dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945.

Dari aspek filosofis, keberadaan MK memiliki keuntungan tersendiri bagi keberlangsungan


negara, yaitu sebagai mekanisme penegakan hukum, mekanisme pemutusan sengketa yang
terjadi dalam lingkup lembaga negara, pelembagaan peranan hakim dan politik terhadap
produk hukum, serta mekanisme dalam pemutusan berbagai jenis sengketa yang tidak dapat
di selesaikan oleh salah satu peradilan dan lainnya. Atas manfaat yang diberikan MK sebagai
suatu simbol daripada mekanisme mekanisme yang berperan besar dalam keberlangsungan
negara, maka tak dapat dipungkiri lagi bahwasanya MK wajib diikutsertakan sebagai
lembaga inti negara.

4. Apabila mengacu pada UUD 1945, maka menurut Pasal 24A ayat (1) disebutkan
bahwasanya wewenang daripada MA yang tak lain ialah mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peraturan perundang undangan dibawah undang undangan terhadap undang undang
dan mengatur tugas serta tanggung jawab susunan organisasi dan tata kerja kepaniteraan
pengadilan. Sedangkan wewenang daripada MK ialah mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang sifat daripada putusannya ialah final sebagaimana putusan final tersebut
berlaku dalam menguji undang undang terhadap UUD 1945, memutuskan sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutuskan
pembubaran partai politik dan memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum
(Pasal 24 ayat (2) UUD 1945).
5. Diperbolehkan dengan bersyarat, yaitu ruang lingkup perluasan wewenangnya masih dalam
ruang lingkup judicial review, yang mana seperti contoh kasusnya ialah pengujian terhadap
perpu. Dalam kasus tersebut, MK diperbolehkan dikarenakan perpu secara materiil materi
muatannya sama dengan undang undang serta dapat menciptakan ketentuan yang bersifat
mengikat seperti undang undang. Dan terdapat persyaratannya tersendiri yaitu perpu belum
disahkan oleh dpr menjadi undang undang.
6. Mengacu pada PMK Nomor : 06/PMK/2005 Pasal 4, yang meliputi daripada isi permohonan
judicial review ialah pengujian materiil, yaitu pengujian UU yang berkenaan dengan materi
muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian UU yang dianggap bertentangan dengan UUD
1945 dan pengujian formil, yaitu pengujian UU yang berkenaan dengan proses pembentukan
UU dan hal-hal lain yang tidak termasuk pengujian materiil.

Dalam pengajuan tertulisnya sendiri menurut PMK Nomor : 06/PMK/2005 Pasal 5 harus
meliputi Identitas pemohon, Uraian mengenai hal yang menjadi dasar permohonan, Hal-hal
yang dimohonkan untuk diputus dalam permohonan pengujian formil, . Hal-hal yang
dimohonkan untuk diputus dalam permohonan pengujian materiil dan Permohonan
ditandatangani oleh Pemohon atau kuasanya.

7. Terdapat 6 macam alat bukti apabila mengacu pada PMK Nomor : 06/PMK/2005 Pasal 19,
yaitu
 surat atau tulisan yang harus dapat dipertanggungjawabkan cara perolehannya secara
hukum
 keterangan saksi di bawah sumpah mengenai fakta yang dilihat, didengar, dan
dialaminya sendiri
 keterangan ahli di bawah sumpah sesuai dengan keahliannya
 keterangan Pemohon, Presiden/Pemerintah, DPR, dan/atau DPD, serta keterangan pihak
yang terkait langsung
 petunjuk yang diperoleh dari rangkaian data, keterangan, perbuatan, keadaan, dan/atau
peristiwa yang bersesuaian dengan alat-alat bukti lain
 alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima atau disimpan
secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu

Diketahui bahwasanya yang dibebani dalam membuktikannya pada perkara judicial review
ialah
 Pemohon
 Presiden/Pemerintah, DPR, DPRD dan/atau Pihak terkait (apabila diperlukan atau
mengajukan bukti sebaliknya/tegenbewijs).

Untuk alat bukti berupa surat atau tulisan sebagaimana dimaksud pada PMK Nomor :
06/PMK/2005 Pasal 19 ayat (1) harus diperoleh dari lembaga resmi yang menerbitkannya
(Pasal 19 ayat (2) PMK Nomor : 06/PMK/2005)

Untuk alat bukti berupa keterangan saksi, ahli, pemohon dan pihak terkait sebagaimana
dimaksud pada PMK Nomor : 06/PMK/2005 Pasal 19 ayat (1) harus diperoleh pada agenda
persidangan

Untuk alat bukti berupa petunjuk dari rangkaian data dsb dan alat bukti berupa informasi
yang di ucapkan disimpan secara elektronik dapat diperoleh secara leluasa dengan syarat
terdapat keterangan ahli terkait bahwasanya alat bukti bersifat nyata dan tidak fiktif.
8. Legal Standing merupakan Kedudukan hukum seseorang maupun suatu pihak yang
memiliki kepentingan hukum dan dinilai telah memenuhi syarat dalam mengajukan
permohonan penyelesaian perselisihan di berbagai macam pengadilan, termasuk didepan
mahkamah konstitusi. Apabila pemohon tidak dapat membuktikan Legal Standingnya maka
permohonan tidak dapat diterima oleh MK.
9. Perbedaan diantara keduanya terletak pada fokus tujuan objek pengujiannya, dimana pada
pengujian aspek materiil fokus objek pengujiannya ialah materi muatan undang undang
dengan menitikberatkan wewenang untuk menyelidik dan menilai sesuai atau bertentangan
dengan peraturan yang memiliki hirarki lebih tinggi. Sedangkan pada pengujian aspek
formil fokus objek pengujiannya atas pembentukan undang undang, yang mana pada
konteksnya menitikberatkan pada kewenangan untuk menilai sesuai atau tidaknya hasil
produk legislatif dengan naskah akademik yang berlandaskan faktor filosofis, yuridis dan
sosiologis.

 Contoh pengujian aspek materiil : pengajuan uji materiil kitab undang undang hukum
pidana oleh Risky Kurniawan sebagai Pemohon I dan Michael Munthe sebagai
Pemohon II
 Contoh pengujian aspek formil : pengajuan uji formil UU no. 6 tahun 2023 oleh Partai
Buruh ke hadapan MK

Dikarenakan pengujian bentuk formil menitikberatkan pada menyoal proses pembentukan


undang undang dengan produk legislatifnya yang memakan waktu dan langkah langkah
lebih banyak ketimbang pengujian materiil yang hanya menitiberatkan pada materi muatan
undang undang.
10. Mengacu pada UU MK, terdapat 4 macam jenis putusan, yaitu :
 Putusan dikabulkan seluruhnya
Yaitu dikabulkannya suatu permohonan pemohon secara keseluruhan dengan syarat dalil
permohonannya dapat dibuktikan oleh pemohon dan alat bukti yang telah pemohon
paparkan.
 Putusan dikabulkan sebagian
Yaitu dikabulkannya suatu permohonan pemohon secara sebagian dari keseluruhan
dengan syarat dalil permohonannya dapat dibuktikan oleh pemohon dan alat bukti yang
telah pemohon paparkan.
 Putusan ditolak
Yaitu ditolaknya permohonan pemohon untuk seluruhnya dikarenakan dalil
permohonannya tidak berhasil untuk dibuktikan yang mana mengakibatkan pemohon
harus menanggung akibat hukum atas kegagalan pembuktian dalil permohonannya.
 Putusan tidak dapat diterima
Yaitu permohonan pemohon yang tidak dapat ditindaklanjuti karena tidak memenuhi
persyaratan pengajuan permohonan seperti cacat formil dsb. Yang mengakibatkan MK
tidak memproses lanjut permohonan pemohon.
Mengacu pada Praktik putusan MK, terdapat 2 jenis putusan, yaitu :
 Putusan konstitusional bersyarat adalah permohonan suatu undang undang yang
dinyatakan sebagai konstitusional bersyarat oleh MK dikarenakan dalil pemohon tidak
bertentangan dengan UUD 1945 selama memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh
MK
 dalil Putusan inkonstitusional bersyarat
Putusan inkonstitusional bersyarat adalah permohonan suatu undang undang yang
dinyatakan sebagai inkonstitusional bersyarat oleh MK dikarenakan dalil pemohon
bertentangan dengan UUD 1945, dinyatakan inkonstitusional tetapi tetap dapat
dinyatakan konstitusional apabila telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh MK.

Anda mungkin juga menyukai