Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR JAWABAN UTS HUKUM ACARA MK

Nama : Marchella Fidiah Arianti

NPM : 203300516039

Dosen : Ahmad Sobari, SH., MH., Ph.D.

1. Mahkamah konstitusi lahir pada 13 agustus 2003 dan dimuat dalam Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Tahun 2003
Nomor 98 dan sekarang diubah ke dalam UU. No. 7 tahun 2020.
2. Hukum acara mahkamah konstitusi diatur dalam Ketentuan Pasal 24C ayat (6) UUD
1945 menyatakan bahwa Hukum Acara merupakan salah satu hal terkait dengan
keberadaan MK yang akan diatur dengan undang-undang. Hukum Acara MK diatur di
dalam UU MK, yaitu pada Bab V mulai dari Pasal 28 hingga Pasal 85.
3. Dalam amandemen UUD 1945 Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menetapkan bahwa Mahkamah
Konstitusi (Constitutional Court) merupakan lembaga yudikatif selain Mahkamah Agung
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
4. Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, tugas Mahkamah Konstitusi sebagaimana
juga kewenangan Mahkamah Konstitusi, antara lain menguji UU terhadap UUD 1945,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan hasil
pemilu.
5. Pada Mahkamah Konstitusi Korea Selatan terdapat wewenang tambahan yaitu mengenai
pengaduan konstitusional. Namun pada mahkamah konstitusi Indonesia tidak ada.
6. Prinsip checks and balances merupakan prinsip ketatanegaraan yang menghendaki
agar kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif sama-sama sederajat dan saling
mengontrol satu sama lain. Dengan adanya mekanisme checks and balances ini masing-
masing lembaga negara dapat mengawasi dan mengimbangi kekuasaan lembaga lainnya.
Hal ini sesuai dengan cita-cita reformasi dan konstitusi, UUD 1945 demi terciptanya
penyelengaraan negara yang jauh dari kesewenang-wenangan dan akuntabel.
7. Sejarah judicial review pertama kali timbul dalam praktik hukum di Amerika Serikat
melalui putusan Supreme Court Amerika Serikat dalam perkara “Marbury Vs Madison”
tahun 1803. Dalam kasus ini, MA menolak permohonan pengujian Undang-Undang
Pajak atas Gerbong Kereta Api 1794 yang diajukan oleh Hylton dan menyatakan bahwa
undang-undang tersebut tidak bertentangan dengan konstitusi, sehingga tindakan kongres
dipandang konstitusional. Itu berarti bahwa MA telah melakukan pengujian undang-
undang secara nyata meskipun putusannya tidak membatalkan undang-undang tersebut.
Selanjutnya, pada saat MA Amerika Serikat dipimpin oleh John Marshall dalam kasus
Marbury lawan Madison tahun 1803, kendati saat itu Konstitusi Amerika Serikat tidak
mengatur pemberian kewenangan untuk melakukan judicial review kepada MA, tetapi
dengan menafsirkan sumpah jabatan yang mengharuskan untuk senantiasa menegakkan
konstitusi, John Marshall menganggap MA berwenang untuk menyatakan suatu undang-
undang bertentangan dengan konstitusi.
8. konsep judicial review pengertiannya sangat luas obyeknya, misalnya mencakup soal
legalitas peraturan di bawah UU terhadap UU, sedangkan constitutional review hanya
menyangkut pengujian konstitutionalitasnya yaitu terhadap Undang-Undang Dasar.
9. Tata cara beracara di mahkamah konstitusi :
 Persoalan mengenai pembentukan UU yang menurut pemohon tidak sesuai
dengan tata caranya, tidak sesuai dengan proses pembentukannya, tidak sesuai
dengan prosedur pembentukannya. Dan bertentangan dengan UUD 1945.
 pengujian formil diajukan berdasarkan putusan MK dan dibatasi selama 45 hari
sejak UU itu diundangkan dalam Lembaran Negara. Dalam pengujian formil
apabila dikabulkan, maka seluruh undang-undang akan dinyatakan MK tidak
memiliki kekuatan hukum mengikat karena bertentangan dengan UUD 1945.
Sementara pada pengujian materil, hanya pada bagian yang diuji saja yang
dinyatakan inkonstitusional atau bertentangan dengan UUD 1945 dan dinyatakan
tidak memiliki kekuatan hukum mengikat
 yang dapat mengajukan sebagai Pemohon di persidangan MK adalah perorangan
warga negara, kesatuan masyarakat hukum adat, badan hukum publik atau privat,
serta lembaga negara.
 pemberian kuasa untuk persidangan di MK. Pemohon dan atau termohon dapat
didampingi atau diwakili kuasa hukum, sedangkan badan hukum publik atau
privat bisa didampingi kuasa atau menunjuk kuasa.

 Kuasa hukum dalam persidangan MK tidak harus advokat.

 tahap persidangan di MK, dimulai dari sidang pemeriksaan pendahuluan yang


dihadiri Pemohon dan/atau kuasanya serta dipandu Panel Hakim MK yang terdiri
dari tiga Hakim Konstitusi yang wajib memberikan nasihat dan masukan kepada
Pemohon. Kemudian sidang perbaikan permohonan yang masih dipandu dengan
Panel Hakim MK. Tahap berikutnya, sidang pembuktian untuk mendatangkan
ahli, pihak Pemerintah, DPR, MPR atau lembaga-lembaga lainnya untuk
memberikan keterangan. Termasuk juga menghadirkan para saksi.

 Tahap akhir adalah sidang pengucapan putusan.

Anda mungkin juga menyukai