2 Tahun 2008
ABSTRAK
Setelah amandemen UUD 1945 tahun 1999-2002 sebanyak empat kali membawa
perubahan kepada sistem ketatanegaran Republik Indonesia. Trias politika
kekuasaan Negara Indonesia mengalami perubahan baik pergeseran kewenangan
maupun penambahan kelembagaan. Di bidang yudikatif, kekuasaan kehakiman
tidak lagi dipegang oleh satu mahkamah yakni mahkamah agung semata, terjadi
penambahan lembaga baru yakni mahkamah konstitusi, yang memiliki wewenang
salah satunya mengadakan pengujian undang-undang yang dikeluarkan oleh
lembaga legislatif bersama eksekutif terhadap Undang-Undang Dasar 1945, baik
secara substansi maupun jiwa dari undang-undang tersebut. Dalam melakukan
pengujian undang-undang tersebut, para hakim mahkamah konstitusi dituntut
untuk melakukan pengujian dengan sesuai asas hukum, keadilan, kemanfaatan
maupun kepastian hukum harus terjelma dari putusan mahkamah konsitusi
tersebut, selain itu para hakim mahkamah konstitusi dituntunt untuk memiliki
pemahaman dan ilmu hukum yang sangat mendalam serta didalam melakukan
pengujian undang-undang oleh mahkamah konstitusi terkadang para hakim harus
menginterprestasikan undang-undang itu agar dapat diuji terhadap undang-undang
dasar.
1
Alumni Fakultas Hukum USU Progam Magister Ilmu Hukum, Dosen Pada Fakultas
Hukum Universitas Amir Hamzah Medan.
115
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
116
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
117
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
118
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
119
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
120
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
16 19
Sudikno Mertokusumo, Penemuan C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu
Hukum sebuah pengantar, Op.cit. hal 61. Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
17
Ibid. Pustaka, Jakarta, 1989, hal. 69.
18 20
Ibid. Ibid. hal. 70.
121
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
122
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
123
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
1. Dengan membaca Pasal 28J ayat (2) namun perbuatan itu sendiri sudah
bersama-sama dengan pasal 28I ayat merupakan kejahatan ketika
(1) UUD 1945, dapat disimpulkan dilakukan dimasa lalu.
bahwa asas nonretroaktif tidaklah 4. Peristiwa pengeboman memberikan
bersifat mutlak dan karenanya akibat yang sangat dahsyat, baik
mengenal pengecualian dalam bagi korban jiwa, kerugian materil,
rangka “ memenuhi tuntutan yang dan immaterial. Sudah kiranya
adil sesuai dengan pertimbangan cukup untuk menyatakan bahwa
moral, nilai-nilai agama, keamanan, perbuatan pengeboman yang terjadi
dan ketertiban umum. adalah kejahatan yang memenuhi
2. Penerapan secara retroaktif satu kelima argumenasi dalam
undang-undang tidaklah otomatis pengadilan Nuremburg yang
menyebabkan satu undang-undang mengesampingkan asas
bertentangan dengan undang- nonretroaktif, yakni sebagai berikut:
undang dasar, dan menjadi batal a. Argumen yang diistilahkan sebagai
oleh karenanya, dan pemberlakuan “ strong radburch arguent of the
demikian juga tidak selalu dengan superior and compelling needs of
sendirinya mengandung pelanggaran justice”. Dimaksudkan bahwa
hak asasi manusia, yang dinilai dari bahkan jika perbuatan itu (
tiga factor atau syarat yang harus maksudnya, perbuatan terdakwa
dipenuhi dalam pemberlakuan dalam pengadilan Nuremburg)
retroaktif tersebut, yaitu: legalpun, perbuatan tersebut
a. Besarnya kepentingan umum yang sedemikian tercelanya sehingga
harus dilindungi undang-undang keadilan membenarkan (atau
demikian, menuntut kita) untuk menghukum
b. Bobot hak-hak yang terlanggar perbuatan tersebut sekarang. Oleh
akibat pemberlakuan UU demikian karena itu penghukuman yang
lebih kecil dari kepentingan umum diberikan itu adalah retroaktif.
yang terlanggar; Prinsip keadilan lebih tinggi
c. Sifat-sifat hak-hak yang terkena derajatnya menggalahkan prinsip
oleh UU yang retroaktif nonretroaktif.
3. Prinsip nonretroaktif sesungguhnya b. Argumen pengetahuan akan
tidak bersifat mutlak untuk kesalahan dan atau pengetahuan
keseluruhan substansinya. Hal yang bahwa perbuatan tersebut dapat
secara mutlak tidak dibenarkan dikenakan hukuman yang dijatuhkan
adalah menciptakan suatu aturan kemudian.
hukum yang menyatakan bahwa c. Argumen prinsip-prinsip umum
suatu perbuatan yang dilakukan keadilan mengesampingkan hukum
dimasa lalu adalah sebuah kejahatan nasional yang ada/berlaku. Prinsip
atau perbuatan pidana. Padahal ini menyatakan bahwa” bahkan jika
ketika perbuatan itu dilakukan, hal perbuatan itu secara formal sah
itu bukan merupakan kejahatan atau menurut rezim hukum sebelumnya.
perbuatan pidana. Sebaliknya , tidak Perbuatan tersebut sedemikian
terdapat larangan untuk mengadili tercelanya sehingga sesungguhnya
dan menghukum seseorang yang menurut rezim hukum sebelumnya
melakukan suatu perbuatan perbuatan itu tidak sesungguhnya
berdasarkan ketentuan hukum yang legal, karena perbuatan itu
meskipun baru dibuat kemudian, melanggar prinsip-prinsip umum
124
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
125
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
126
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
127
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
128
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
129