9/Nov/2018
54
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018
55
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018
berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa
penyuapan, dan tindak pidana berat lainnya, Presiden dan/atau Wakil Presiden telah
atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi melakukan pelanggaran hukum berupa
memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau penghianatan terhadap negara, korupsi,
Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
Undang-Undang Dasar Negara Republik atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat
Indonesia Tahun 1945.8 bahwa Presiden tidak lagi memenuhi syarat
Selanjutnya pengaturan formal mengenai sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
putusan Mahkamah Konstitusi diatur secara Republik Indonesia.”
tersendiri pada Bagian Ketujuh Undang-Undang Berdasarkan ketentuan Pasal 7B ayat (1)
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Amandemen ketiga UUD NRI 1945 ini, maka
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah prosedur impeachment terhadap Presiden
Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia dan/atau Wakil Presiden tersebut adalah:12
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua 1. Adanya pendapat DPR bahwa Presiden
Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 dan/atau Wakil Presiden telah
tentang Mahkamah Konstitusi Menjadi Undang- melakukan pelanggaran hukum
Undang. Adapun Undang-Undang Mahkamah 2. DPR mengajukan permintaan kepada MK
Konstitusi ini membahasakan dalam Pasal 45 untuk memberikan “putusan”
bahwa, Mahkamah konstitusi memutus perkara 3. MK menyampaikan “putusan” kepada
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara DPR
Republik Indonesia Tahun 1945 sesuai dengan 4. DPR mengajukan usul impeachment
alat bukti dan keyakinan hakim,9 kemudian terhadap Presiden dan/atau Wakil
dikatakan lagi bahwa, putusan Mahkamah Presiden kepada MPR
Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap 5. MPR mengadakan rapat paripurna untuk
sejak selesai diucapkan sidang pleno terbuka memutuskan usul DPR.
untuk umum.10 Konstitusi merupakan landasan hukum bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga
B. Mekanisme Pemakzulan Presiden dan itu konstitusi selalu menjadi kiblat bagi
Wakil Presiden Republik Indonesia lembaga-lembaga negara untuk menjalankan
Di dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, sendi-sendi pemerintahan yang tentunya sesuai
Presiden sebagai Kepala Negara juga berperan dengan kududukan, tugas, maupun fungsi dari
sebagai Kepala Pemerintahan yang dibantu pada lembaga negara itu. Demikian pula
oleh seorang Wakil Presiden yang dipilih secara dengan prosedur maupun mekanisme atau
langsung dalam satu pasangan. Dengan proses pemakzulan Presiden dan/atau Presiden
demikian, prosedur tentang impeachment yang tidak lepas dari konstitusi UUD NRI 1945,
Presiden dan/atau Wakil Presiden ini diatur pada mana UUD NRI 1945 tersebut dijabarkan
dalam konstitusi negara. Pengaturan tentang dalam peraturan-perundang-undangan lebih
prosedur impeachment Presiden dan/atau yang lebih rendah secara hierarki yang
Wakil Presiden di Indonesia ini sebagaimana posisinya berada di bawahnya, terkait
ditentukan di dalam Pasal 7B ayat (1) pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden
Amandemen ketiga UUD NRI 1945, yaitu:11 Republik Indonesia. Adapun penjelasan dari
“Usul pemberhentian Presiden dan/atau beberapa prosedur impeachment terhadap
Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Presiden dan/atau Wakil Presiden tersebut
Perwakilan Rakyat kepada Majelis adalah sebagai berikut:
Permusyawaratan Rakyat hanya dengan
terlebih dahulu mengajukan permintaan 1. Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
kepada Mahkamah Konstitusi untuk Wakil Presiden Telah Melakukan
memeriksa, mengadili, dan memutus Pelanggaran Hukum
Pada umumnya prosedur pemakzulan di
8
DPR diawali dengan ketegangan hubungan
Ayat (2).
9
Ayat (1).
antara presiden dan DPR tentang sesuatu hal
10
Pasal 47.
11 12
Mukhlish dan Moh. Saleh. Op. Cit. Hal. 106. Ibid. Hal. 106-107.
56
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018
yang menyangkut suatu kebijakan negara atau Rapat paripurna DPR mengambil keputusan
karena suatu perilaku atau tindakan presiden terhadap laporan panitia khusus. Dalam hal
yang oleh DPR dipandang sebagai pelanggaran rapat paripurna DPR memutuskan menerima
terhadap konstitusi. Ketegangan selalu dipicu laporan panitia khusus terhadap materi yang
oleh kelompok yang tidak mendukung presiden dipersyaratkan, DPR menyatakan pendapat
(oposisi) di parlemen. Bila kelompok yang kepada Pemerintah. Dalam hal rapat paripurna
mendukung ini memperoleh simpati dan DPR memutuskan menerima laporan panitia
dukungan dari konstituen atau rakya secara khusus yang menyatakan bahwa Presiden
umum, akan sangat mempengaruhi dan/atau Wakil Presiden melakukan
peningkatan dukungan anggota DPR lainnya pelanggaran hukum berupa penghianatan
yang masih abstain. Pada sisi lain, dalam usaha terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
mempertahankan posisi dan kredibilitasnya pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela,
presiden membentuk barisan pendukung baik ataupun tidak lagi memenuhi syarat sebagai
di parlemen maupun di luar parlemen.13 Presiden dan/atau Wakil Presiden, DPR
Pendapat tersebut adalah hak DPR sebagai menyampaikan keputusan tentang hak
tindak lanjut atas dugaan pelanggaran hukum menyatakan pendapat kepada Mahkamah
yang dilakukan oleh Presiden dan/atau Wakil Konstitusi.15
Presiden atau tidak lagi memenuhi syarat Jika hasil Panitia Angket menemukan bukti-
sebagai seorang pejabat negara. Dijabarkan bukti bahwa presiden memenuhi ketentuan
dalam Undang Undang Republik Indonesia Pasal 7A UUD 1945 yaitu melakukan
Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis pelanggaran hukum berupa penghianatan
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan pidana berat lainnya atau perbuatan tercela
Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 79, dikatakan dan atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
bahwa, hak menyatakan pendapat presiden dan disetujui oleh paripurna DPR,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c maka selanjutnya DPR harus terlebih dahulu
adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat membawa kasus itu kepada Mahkamah
atas:14 Konstitusi untuk diperiksa dan diadili sebelum
a. Kebijakan pemerintah atau mengenai dilanjutkan kepada MPR.16
kejadian luar biasa yang terjadi di tanah
air atau di dunia internasional; 3. MK Menyampaikan “Putusan” kepada DPR
b. Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi Berdasarkan pengajuan permintaan DPR
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tersebut, MK wajib sudah memberikan
hak angket sebagaimana dimaksud pada “putusan” atas pendapat DPR paling lambat 90
ayat (3); (sembilan puluh) hari sejak MK menerima
c. Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil pengajuan DPR tersebut. Hal ini sebagaimana
Presiden melakukan pelanggaran hukum diatur dalam Pasal 7B ayat (4) Amandemen
baik berupa penghianatan terhadap ketiga UUD NRI 1945, yaitu:17
negara, korupsi, penyuapan, atau tindak “Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa,
pidana berat lainnya, maupun perbuatan mengadili, dan memutus dengan seadil-
tercela, dan/atau Presiden dan/atau adilnya terhadap pendapat Dewan
Wakil Presiden tidak lagi memenuhi Perwakilan Rakyat tersebut paling lama
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil sembilan puluh hari setelah permintaan
Presiden. Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh
Mahkamah Konstitusi”.
2. DPR Mengajukan Permintaan kepada MK Undang-Undang Mahkamah Konstitusi
untuk Memberikan “Putusan” hanya mengatur mekanisme pengajuan
Panitia khusus melaporkan pelaksanaan permohonan, yaitu diajukan oleh DPR selaku
tugasnya kepada rapat paripurna DPR paling Pemohon. DPR harus mengajukan permohonan
lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuk.
15
Ibid. Hal. 104.
13 16
Hamdan Zoelva. Op. Cit. Hal. 99. Ibid. Hal. 107.
14 17
Ayat (4). Mukhlish dan Moh. Saleh. Op. Cit. Hal. 109-110.
57
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018
58
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018
59
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018
usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling bagi Dewan Perwakilan Rakyat maupun oleh
lambat tiga puluh hari sejak Majelis Majelis Permusyawaratan Rakyat sendiri.
Permusyawaratan Rakyat menerima usul Dengan demikian, impeachment terhadap
tersebut.25 Presiden dan/atau Wakil Presiden baru dapat
Kemudian kewenangan Majelis terjadi, jika didasarkan atas dua dasar hukum.
Permusyawaratan Rakyat untuk memakzulkan Pertama, atas dasar “putusan” MK yang
Presiden dan/atau Wakil Presiden dibahasakan menyatakan bahwa Presiden dan/atau Wakil
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Presiden telah terbukti melakukan pelanggaran
Indonesia Tahun 1945 bahwa, Majelis hukum setelah dibuktikan melalui special legal
Permusyawaratan Rakyat hanya dapat proceedings. Adapun dasar kedua adalah
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil keputusan MPR yang menyatakan bahwa
Presiden dalam masa jabatannya menurut Presiden dan/atau Wakil Presiden
Undang-Undang Dasar.26 Wewenang MPR diberhentikan dari jabatannya setelah dimintai
untuk dapat memberhentikan Presiden keterangan di dalam rapat paripurna MPR yang
dan/atau Wakil Presiden di tengah masa dilakukan melalui cara legislatif (proses politik
jabatannya ini didasarkan pada asas contrario di MPR).29
actus, yaitu karena pengesahan pengangkatan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dilakukan PENUTUP
oleh MPR sebagaimana ditentukan pada Pasal 9 A. Kesimpulan
ayat (1) Amandemen pertama UUD NRI 1945, 1. UUD NRI 1945 merupakan norma dasar
maka pengesahan pemberhentian Presiden yang berisi ketentuan-ketentuan
dan/atau Wakil Presiden juga dilakukan oleh ketatanegaraan secara umum dan
MPR.27 Atas dasar bahwa lembaga yang Undang Undang MK maupun Undang
berwenang untuk memberhentikan Presiden Undang MD3 tidak mengatur secara
dan/atau Wakil Presiden dalam masa terperinci mengenai alasan-alasan
jabatannya ini adalah MPR sebagaimana pemakzulan Presiden dan Wakil Presiden
ditentukan dalam Pasal 3 ayat (3) Amandemen sehingga, putusan Mahkamah Konstitusi
ketiga UUD NRI 1945, maka baik “putusan” MK diambil berdasarkan usul pendapat
maupun penjelasan Presiden dan/atau Wakil Dewan Perwakilan Rakyat dengan alasan-
Presiden di hadapan sidang paripurna MPR alasan pemakzulan Presiden dan Wakil
tersebut hanya merupakan bahan Presiden yang tidak jelas. Peraturan
“pertimbangan hukum” bagi MPR untuk Mahkamah Konstitusi Nomor 21 Tahun
memberikan keputusan.28 2009 mengatur tentang mekanisme
Secara sederhana, putusan Mahkamah pemakzulan tetapi tidak memperjelas
Konstitusi yang diteruskan oleh Dewan alasan-alasan pemakzulan Presiden dan
Perwakilan Rakyat merupakan putusan yang Wakil Presiden Republik Indonesia.
diambil dengan membuktikan kebenaran atas 2. Mekanisme pemakzulan Presiden dan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia
Presiden dan/atau Wakil Presiden. Namun, hal menunjukkan adanya sistem
ini tidak disertai dengan adanya pemerintahan campuran yang diterapkan
pertanggungjawaban pidana pada Presiden ke dalam konstitusi UUD NRI 1945. Hal ini
dan/atau Wakil Presiden. Sebab putusan dapat dilihat dari: Usul pemberhentian
tersebut, apabila diteruskan oleh Dewan Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
Perwakilan Rakyat, hanya membenarkan diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
“pelanggaran hukum” yang telah dilakukan oleh kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Presiden dan/atau Wakil Presiden dan hal ini Dalam hal ini UUD NRI 1945 memberikan
yang nantinya akan dijadikan dasar hukum baik wewenang kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat selaku lembaga
legislatif yang menentukan secara politik
25
Ayat (6). akhir dari mekanisme pemakzulan
26
Pasal 3 ayat (3).
27
Abdul Rasyid Thalib dalam Mukhlish dan Moh. Saleh.
Presiden dan Wakil Presiden (sistem
Op. Cit. Hal. 114.
28 29
Mukhlish dan Moh. Saleh. Ibid. Mukhlish dan Moh. Saleh. Op. Cit. Hal. 115-116.
60
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018
61
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018
C. Sumber Lain
Tim Pustaka Phoenix. Advanced Dictionary:
English-Inonesian Indonesian-English.
Jakarta: PT Media Pustaka
Phoenix. New Edition. Cet. Ke V. 2012.
Tim Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Media Pustaka
Phoenix. Edisi Baru. Cet. Keenam, 2012.
European Election Database,
62