Anda di halaman 1dari 9

Lex Et Societatis Vol. VI/No.

9/Nov/2018

PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI kepada Mahkamah Konstitusi untuk


DASAR KAJIAN DALAM PEMAKZULAN memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat
PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN REPUBLIK Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam hal ini UUD
INDONESIA1 NRI 1945 membatasi wewenang Majelis
Oleh : Ramswet Mirad Pontoh2 Permusyawaratan Rakyat dengan memberikan
wewenang kepada Mahkamah Konstitusi selaku
ABSTRAK lembaga yudikatif untuk memutus secara
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk hukum mekanisme pemakzulan Presiden dan
mengetahui bagaimana pengaturan putusan Wakil Presiden (sistem presidensial).
Mahkamah Konstitusi tentang pemakzulan Kata kunci: Putusan Mahkamah Konstitusi,
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Dasar Kajian, Pemakzulan Presiden dan Wakil
dan bagaimana mekanisme pemakzulan Presiden Republik Indonesia
Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia. Dengan menggunakan metode PENDAHULUAN
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. A. Latar Belakang
UUD NRI 1945 merupakan norma dasar yang Pemakzulan Presiden dan Wakil Presiden
berisi ketentuan-ketentuan ketatanegaraan yang telah penulis uraikan di atas, secara
secara umum dan Undang Undang MK maupun sederhana penulis bagi atas; (1) pengajuan
Undang Undang MD3 tidak mengatur secara pendapat Dewan Perwakilan Rakyat atas
terperinci mengenai alasan-alasan pemakzulan dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan
Presiden dan Wakil Presiden sehingga, putusan oleh Presiden dan Wakil Presiden kepada
Mahkamah Konstitusi diambil berdasarkan usul Mahkamah Konstitusi untuk diperiksa, diadili,
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat dengan dan diputus secara yuridis; dan (2) pengajuan
alasan-alasan pemakzulan Presiden dan Wakil pendapat Dewan Perwakilan Rakyat kepada
Presiden yang tidak jelas. Peraturan Mahkamah Majelis Permusyawaratan Rakyat setelah diadili
Konstitusi Nomor 21 Tahun 2009 mengatur secara hukum oleh Mahkamah Konstitusi. Dari
tentang mekanisme pemakzulan tetapi tidak kedua tahapan tersebut, yang terkait inti
memperjelas alasan-alasan pemakzulan permasalahan dalam penulisan ini adalah poin
Presiden dan Wakil Presiden Republik yang pertama, sebab poin yang kedua
Indonesia. 2. Mekanisme pemakzulan Presiden merupakan bahasan ilmu politik. Dan oleh
dan Wakil Presiden Republik Indonesia sebab itu, poin yang kedua hanya akan menjadi
menunjukkan adanya sistem pemerintahan selingan dalam bahasan ini, mengingat
campuran yang diterapkan ke dalam konstitusi merupakan satu rangkaian proses dengan poin
UUD NRI 1945. Hal ini dapat dilihat dari: Usul yang pertama. Adapun pokok masalah yang
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil coba penulis angkat dalam penulisan skripsi ini
Presiden dapat diajukan oleh Dewan adalah “Putusan Mahkamah Konstitusi Sebagai
Perwakilan Rakyat kepada Majelis Dasar Kajian Dalam Pemakzulan Presiden Dan
Permusyawaratan Rakyat. Dalam hal ini UUD Wakil Presiden Republik Indonesia”
NRI 1945 memberikan wewenang kepada
Majelis Permusyawaratan Rakyat selaku B. Rumusan Masalah
lembaga legislatif yang menentukan secara 1. Bagaimana pengaturan putusan
politik akhir dari mekanisme pemakzulan Mahkamah Konstitusi tentang
Presiden dan Wakil Presiden (sistem pemakzulan Presiden dan Wakil
parlementer). Usul pemberhentian Presiden Presiden Republik Indonesia?
dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh 2. Bagaimana mekanisme pemakzulan
Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Presiden dan Wakil Presiden Republik
Permusyawaratan Rakyat hanya dengan Indonesia?
terlebih dahulu mengajukan permintaan
C. Metode Penulisan
1
Metode penelitian adalah anggapan dasar
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Donald A.
Rumokoy, S.H., M.H; Henry R. Ch. Memah, S.H., M.H.
tentang suatu hal yang dijadikan pijakan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. berpikir dan bertindak dalam melaksanakan
13071101362

54
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018

penelitian.3 Penulisan ini merupakan penulisan d. memutus perselisihan tentang hasil


normatif yuridis yang mengkaji pokok pemilihan umum.
permasalahan dengan menggunakan data atau Di dalam hukum acara, dikenal dua asas
pun bahan yang bersifat kepustakaan, sehingga putusan MK, yaitu asas putusan yang bersifat
itu metode yang penulis gunakan adalah final dan asas putusan yang memiliki kekuatan
metode kualitatif. hukum mengikat (erga omnes). MK merupakan
pengadilan tingkat pertama dan terakhir,
PEMBAHASAN sehingga putusan yang dikeluarkan tersebut
A. Pengaturan Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final, artinya putusan MK langsung
terkait Pemakzulan Presiden dan Wakil memperoleh kekuatan hukum tetap sejak
Presiden Republik Indonesia diucapkan dan tidak ada upaya hukum lagi yang
Pengaturan terhadap putusan Mahkamah dapat ditempuh. Sedangkan pengertian
Konstitusi terkait pemakzulan Presiden dan putusan MK mempunyai kekuatan hukum
Wakil Presiden Republik Indonesia telah mengikat (erga omnes) adalah putusan yang
tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara akibat hukumnya berlaku bagi semua perkara
Republik Indonesia Tahun 1945, yang mana yang mengandung persamaan yang mungkin
dikatakan dalam Pasal 24C bahwa, Mahkamah terjadi pada masa yang akan datang. Maka
Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat mengikat secara obligatoir bagi seluruh organ
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat negara, baik di tingkat pusat, daerah, dan
final untuk menguji undang-undang terhadap badan peradilan, serta semua otoritas lainnya.6
Undang-Undang Dasar, memutus sengketa Selain yang terpampang di atas, dalam Pasal
kewenangan lembaga negara yang 24C Undang-Undang Dasar Negara Republik
kewenangannya diberikan oleh Undang- Indonesia Tahun 1945 juga dikatakan bahwa,
Undang Dasar, memutus pembubaran partai Mahkamah Konstitusi wajib memberikan
politik, dan memutus perselisihan tentang hasil putusan atas pendapat Dewan Perwakilan
pemilihan umum.4 Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh
Mengenai kewenangan Mahkamah Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
Konstitusi tersebut dalam Pasal 10 Undang- Undang-Undang Dasar.7 Hal ini merupakan
Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun sebuah kewajiban yang diamanatkan dalam
2014 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah konstitusi, bahwa mana Mahkamah Konstitusi
Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia wajib mengamalkan bunyi ayat tersebut dalam
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua kehidupan ketatanegaraan dalam bingkai
Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Undang-Undang Dasar Negara Republik
tentang Mahkamah Konstitusi Menjadi Undang- Indonesia Tahun 1945. Sebab telah kita tahu
Undang, menata secara terpisah kewenangan bersama bahwa, hal ini juga adalah
tersebut bahwa, Mahkamah Konstitusi konsekuensi dari sebuah sistem pembagian dan
berwenang mengadili pada tingkat pertama perimbangan kekuasaan di antara lembaga-
dan terakhir yang putusannya bersifat final lembaga negara.
untuk:5 Kewajiban Mahkamah Konstitusi tersebut
a. menguji undang-undang terhadap diselaraskan kembali dalam Pasal 10 Undang-
Undang-Undang Dasar Negara Republik Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
Indonesia Tahun 1945; 2014 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
b. memutus sengketa kewenangan lembaga Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia
negara yang kewenangannya diberikan Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua
oleh Undang-Undang Dasar Negara Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
Republik Indonesia Tahun 1945; tentang Mahkamah Konstitusi Menjadi Undang-
c. memutus pembubaran partai politik; dan Undang bahwa, Mahkamah Konstitusi wajib
memberikan putusan atas pendapat DPR
3
Juliansyah Noor. 2015. Metodologi Penelitian: Skripsi, bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana. Cet. diduga telah melakukan pelanggaran hukum
Ke-5. Hal. 254. Metode penelitian atau pendekatan
penelitian sering juga disebut paradigma penelitian.
4 6
Ayat (1). Mukhlish dan Moh. Saleh. Op. Cit. Hal. 89-90.
5 7
Ayat (1). Ayat (2).

55
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018

berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa
penyuapan, dan tindak pidana berat lainnya, Presiden dan/atau Wakil Presiden telah
atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi melakukan pelanggaran hukum berupa
memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau penghianatan terhadap negara, korupsi,
Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
Undang-Undang Dasar Negara Republik atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat
Indonesia Tahun 1945.8 bahwa Presiden tidak lagi memenuhi syarat
Selanjutnya pengaturan formal mengenai sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
putusan Mahkamah Konstitusi diatur secara Republik Indonesia.”
tersendiri pada Bagian Ketujuh Undang-Undang Berdasarkan ketentuan Pasal 7B ayat (1)
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Amandemen ketiga UUD NRI 1945 ini, maka
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah prosedur impeachment terhadap Presiden
Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia dan/atau Wakil Presiden tersebut adalah:12
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua 1. Adanya pendapat DPR bahwa Presiden
Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 dan/atau Wakil Presiden telah
tentang Mahkamah Konstitusi Menjadi Undang- melakukan pelanggaran hukum
Undang. Adapun Undang-Undang Mahkamah 2. DPR mengajukan permintaan kepada MK
Konstitusi ini membahasakan dalam Pasal 45 untuk memberikan “putusan”
bahwa, Mahkamah konstitusi memutus perkara 3. MK menyampaikan “putusan” kepada
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara DPR
Republik Indonesia Tahun 1945 sesuai dengan 4. DPR mengajukan usul impeachment
alat bukti dan keyakinan hakim,9 kemudian terhadap Presiden dan/atau Wakil
dikatakan lagi bahwa, putusan Mahkamah Presiden kepada MPR
Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap 5. MPR mengadakan rapat paripurna untuk
sejak selesai diucapkan sidang pleno terbuka memutuskan usul DPR.
untuk umum.10 Konstitusi merupakan landasan hukum bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga
B. Mekanisme Pemakzulan Presiden dan itu konstitusi selalu menjadi kiblat bagi
Wakil Presiden Republik Indonesia lembaga-lembaga negara untuk menjalankan
Di dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, sendi-sendi pemerintahan yang tentunya sesuai
Presiden sebagai Kepala Negara juga berperan dengan kududukan, tugas, maupun fungsi dari
sebagai Kepala Pemerintahan yang dibantu pada lembaga negara itu. Demikian pula
oleh seorang Wakil Presiden yang dipilih secara dengan prosedur maupun mekanisme atau
langsung dalam satu pasangan. Dengan proses pemakzulan Presiden dan/atau Presiden
demikian, prosedur tentang impeachment yang tidak lepas dari konstitusi UUD NRI 1945,
Presiden dan/atau Wakil Presiden ini diatur pada mana UUD NRI 1945 tersebut dijabarkan
dalam konstitusi negara. Pengaturan tentang dalam peraturan-perundang-undangan lebih
prosedur impeachment Presiden dan/atau yang lebih rendah secara hierarki yang
Wakil Presiden di Indonesia ini sebagaimana posisinya berada di bawahnya, terkait
ditentukan di dalam Pasal 7B ayat (1) pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden
Amandemen ketiga UUD NRI 1945, yaitu:11 Republik Indonesia. Adapun penjelasan dari
“Usul pemberhentian Presiden dan/atau beberapa prosedur impeachment terhadap
Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Presiden dan/atau Wakil Presiden tersebut
Perwakilan Rakyat kepada Majelis adalah sebagai berikut:
Permusyawaratan Rakyat hanya dengan
terlebih dahulu mengajukan permintaan 1. Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
kepada Mahkamah Konstitusi untuk Wakil Presiden Telah Melakukan
memeriksa, mengadili, dan memutus Pelanggaran Hukum
Pada umumnya prosedur pemakzulan di
8
DPR diawali dengan ketegangan hubungan
Ayat (2).
9
Ayat (1).
antara presiden dan DPR tentang sesuatu hal
10
Pasal 47.
11 12
Mukhlish dan Moh. Saleh. Op. Cit. Hal. 106. Ibid. Hal. 106-107.

56
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018

yang menyangkut suatu kebijakan negara atau Rapat paripurna DPR mengambil keputusan
karena suatu perilaku atau tindakan presiden terhadap laporan panitia khusus. Dalam hal
yang oleh DPR dipandang sebagai pelanggaran rapat paripurna DPR memutuskan menerima
terhadap konstitusi. Ketegangan selalu dipicu laporan panitia khusus terhadap materi yang
oleh kelompok yang tidak mendukung presiden dipersyaratkan, DPR menyatakan pendapat
(oposisi) di parlemen. Bila kelompok yang kepada Pemerintah. Dalam hal rapat paripurna
mendukung ini memperoleh simpati dan DPR memutuskan menerima laporan panitia
dukungan dari konstituen atau rakya secara khusus yang menyatakan bahwa Presiden
umum, akan sangat mempengaruhi dan/atau Wakil Presiden melakukan
peningkatan dukungan anggota DPR lainnya pelanggaran hukum berupa penghianatan
yang masih abstain. Pada sisi lain, dalam usaha terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
mempertahankan posisi dan kredibilitasnya pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela,
presiden membentuk barisan pendukung baik ataupun tidak lagi memenuhi syarat sebagai
di parlemen maupun di luar parlemen.13 Presiden dan/atau Wakil Presiden, DPR
Pendapat tersebut adalah hak DPR sebagai menyampaikan keputusan tentang hak
tindak lanjut atas dugaan pelanggaran hukum menyatakan pendapat kepada Mahkamah
yang dilakukan oleh Presiden dan/atau Wakil Konstitusi.15
Presiden atau tidak lagi memenuhi syarat Jika hasil Panitia Angket menemukan bukti-
sebagai seorang pejabat negara. Dijabarkan bukti bahwa presiden memenuhi ketentuan
dalam Undang Undang Republik Indonesia Pasal 7A UUD 1945 yaitu melakukan
Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis pelanggaran hukum berupa penghianatan
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan pidana berat lainnya atau perbuatan tercela
Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 79, dikatakan dan atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
bahwa, hak menyatakan pendapat presiden dan disetujui oleh paripurna DPR,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c maka selanjutnya DPR harus terlebih dahulu
adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat membawa kasus itu kepada Mahkamah
atas:14 Konstitusi untuk diperiksa dan diadili sebelum
a. Kebijakan pemerintah atau mengenai dilanjutkan kepada MPR.16
kejadian luar biasa yang terjadi di tanah
air atau di dunia internasional; 3. MK Menyampaikan “Putusan” kepada DPR
b. Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi Berdasarkan pengajuan permintaan DPR
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tersebut, MK wajib sudah memberikan
hak angket sebagaimana dimaksud pada “putusan” atas pendapat DPR paling lambat 90
ayat (3); (sembilan puluh) hari sejak MK menerima
c. Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil pengajuan DPR tersebut. Hal ini sebagaimana
Presiden melakukan pelanggaran hukum diatur dalam Pasal 7B ayat (4) Amandemen
baik berupa penghianatan terhadap ketiga UUD NRI 1945, yaitu:17
negara, korupsi, penyuapan, atau tindak “Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa,
pidana berat lainnya, maupun perbuatan mengadili, dan memutus dengan seadil-
tercela, dan/atau Presiden dan/atau adilnya terhadap pendapat Dewan
Wakil Presiden tidak lagi memenuhi Perwakilan Rakyat tersebut paling lama
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil sembilan puluh hari setelah permintaan
Presiden. Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh
Mahkamah Konstitusi”.
2. DPR Mengajukan Permintaan kepada MK Undang-Undang Mahkamah Konstitusi
untuk Memberikan “Putusan” hanya mengatur mekanisme pengajuan
Panitia khusus melaporkan pelaksanaan permohonan, yaitu diajukan oleh DPR selaku
tugasnya kepada rapat paripurna DPR paling Pemohon. DPR harus mengajukan permohonan
lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuk.
15
Ibid. Hal. 104.
13 16
Hamdan Zoelva. Op. Cit. Hal. 99. Ibid. Hal. 107.
14 17
Ayat (4). Mukhlish dan Moh. Saleh. Op. Cit. Hal. 109-110.

57
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018

secara tertulis dan menguraikan permohonan perbuatan tercela; dan/atau terbukti


secara jelas mengenai dugaan pelanggaran bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
hukum yang dilakukan oleh presiden kepada tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Mahkamah Konstitusi dan melampirkan Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan
putusan dan proses pengambilan putusan di Perwakilan Rakyat menyelenggarakan
DPR, risalah dan atau berita acara rapat DPR sidang paripurna untuk meneruskan usul
disertai bukti mengenai dugaan pelanggaran pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
yang dilakukan oleh Presiden.18 Presiden kepada Majelis Permusyawaratan
Memperhatikan proses pemeriksaan Rakyat.”
pendapat DPR di Mahkamah Konstitusi dan Rumusan di dalam Pasal 7B ayat (5)
ketentuan UUD yang menentukan bahwa Amandemen ketiga UUD NRI 1945 ini masih
Mahkamah Konstitusi “memeriksa, mengadili, terdapat beberapa kelemahan, di antaranya:21
dan memutus” dapatlah disimpulkan bahwa a. tidak ditentukannya batas waktu paling
sesungguhnya proses pemeriksaan pendapat di lama bagi DPR untuk mengajukan usul
Mahkamah Konstitusi adalah sebuah proses pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
peradilan yang tidak terbatas pada Presiden kepada MPR setelah DPR
pemeriksaan dokumen semata-mata. Karena menerima “putusan” MK yang
itu, pemeriksaan pendapat DPR itu dapat menyatakan “membenarkan pendapat
dilakukan seperti pemeriksaan dalam perkara DPR” tersebut. DPR merupakan lembaga
pidana dalam peradilan pidana. Hanya saja politik, di mana semua pertimbangannya
posisi Presiden bukanlah seperti posisi hanya didasarkan pada dinamika politik
terdakwa dalam perkara pidana, akan tetapi di dalam DPR. Konsolidasi dan
sebagai pihak dalam perkara yang memiliki perubahan politik terjadi sangat cepat
posisi sejajar dengan pemohon yaitu DPR yang bahkan bisa setiap detik, sehingga sangat
bertindak seperti “penuntut” dalam perkara memungkinkan keputusan politik DPR
pidana. Dengan proses seperti ini, dapat secara saat akan mengajukan permintaan
objektif dan mendalam memeriksa dan kepada MK berbeda dengan dinamika
mengadili perkara yang diajukan oleh DPR, dan politik pasca lahirnya “putusan” MK yang
terhindar dari kepentingan dan pandangan menyatakan “membenarkan pendapat
politik yang dapat saja subjektif dari DPR.19 DPR”.
b. Kelemahan ini ditambah juga dengan
1. DPR Mengajukan Usul Impeachment tidak adanya pengaturan secara jelas
Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada tentang quorum DPR sebagai syarat
MPR untuk mengajukan usul pemberhentian
Setelah MK memberikan “putusan” bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
Presiden dan/atau Wakil Presiden telah tersebut kepada MPR. Dengan demikian,
terbukti melakukan pelanggaran hukum dengan proses impeachment Presiden dan/atau
amar “putusan” menyatakan “membenarkan Wakil Presiden itu semakin tidak jelas
pendapat DPR”, maka baru DPR dapat legalitas politiknya dan sampai kapan
mengajukan usul pemberhentian Presiden selesainya. “Putusan” MK tersebut tidak
dan/atau Wakil Presiden tersebut kepada MPR. serta merta langsung mewajibkan
Hal ini dengan Pasal 7B ayat (5) Amandemen kepada DPR untuk segera mengajukan
ketiga UUD NRI 1945, yaitu:20 usul pemberhentian Presiden dan/atau
“Apabila Mahkamah Konstitusi Wakil Presiden kepada MPR, karena yang
memutuskan bahwa Presiden dan/atau mempunyai hak usul pemberhentian
Wakil Presiden terbukti melakukan kepada MPR itu adalah DPR.
pelanggaran hukum berupa penghianatan c. Jika UUD NRI 1945 itu memang tidak
terhadap negara, korupsi, penyuapan, menentukan batasan waktu paling lama
tindak pidana berat lainnya, atau dan batasan quorum, maka berarti usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
18
Hamdan Zoelva. Op. Cit. Hal. 108.
Presiden kepada MPR itu tergantung
19
Hamdan Zoelva. Op. Cit. Hal. 110-111.
20 21
Mukhlish dan Moh. Saleh. Op. Cit. Hal. 110-111. Ibid. Hal. 111-112.

58
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018

pada dinamika politik di dalam DPR, disayangkan, apabila ketidakpercayaan


sehingga diteruskan atau tidak usul masyarakat yang dapat muncul dari tidak
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil wibawanya DPR sampai menimbulkan
Presiden kepada MPR itu juga kekacauan yang berdampak buruk bagi negara
tergantung dinamika dan kesepakatan dan hukum itu sendiri sehingga dapat mengusik
politik di DPR. Karena memang lembaga kehidupan berbangsa dan bernegara.
yang punya hak untuk mengusulkan
pemberhentian tersebut adalah DPR. 2. MPR Mengadakan Rapat Paripurna untuk
Dengan demikian, apabila DPR tidak jadi Memutuskan Usul DPR
meneruskan usul pemberhentian Proses pemakzulan presiden selanjutnya
Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah di lembaga MPR, setelah adanya
kepada MPR, maka ini tidaklah putusan Mahkamah Konstitusi yang
melanggar konstitusi (konstitusional). Hal membenarkan pendapat DPR. Apa yang terjadi
ini juga diperkuat dengan tidak jelasnya di MPR sesungguhnya adalah pengambilan
rumusan di dalam Pasal 7B ayat (5) keputusan politik untuk menentukan apakah
Amandemen ketiga UUD NRI 1945 yang presiden layak untuk dimakzulkan atau tidak
hanya mengatakan “Dewan Perwakilan dimakzulkan. Tidak ada pemeriksaan kembali
Rakyat menyelenggarakan sidang seperti halnya yang terjadi di DPR dan
paripurna”. Redaksi ini jelas-jelas tidak Mahkamah Konstitusi. Dalam persidangan itu,
memberikan sebuah kewajiban kepada MPR hanya mendengarkan pembelaan terakhir
DPR untuk meneruskan usul dari presiden setelah mendengarkan usulan
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil pemakzulan dari DPR. Perdebatan yang
Presiden kepada MPR. mungkin terjadi hanyalah perdebatan politik di
Bila kita mencermati pendapat tersebut, antara anggota MPR saja yaitu apakah presiden
memang benar demikian bahwa secara formal layak dimakzulkan atau tidak. Hal itu sangat
tidak ditentukannya dalam konstitusi tentang tergantung pada suara mayoritas yaitu 2/3 (dua
bagaimana batas waktu dan quorum bagi DPR per tiga) suara anggota MPR dalam sidang
untuk meneruskan “usul” DPR yang telah Istimewa MPR yang dihadiri sekurang-
mendapat “putusan” hukum dari Mahkamah kurangnya ¾ (tiga per empat) anggota MPR.23
Konstitusi. Namun perlu kita ingat bahwa, Lebih jelas mengenai suara mayoritas
walaupun tidak disebutkan secara jelas di tersebut dibahasakan dalam Pasal 7B UUD NRI
dalam UUD NRI 1945, di samping hak terdapat 1945 bahwa, Keputusan Majelis
kewajiban. Dengan perkataan lain, karena Permusyawaratan Rakyat atas usul
tertulis dalam UUD NRI 1945 bahwa, negara pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Indonesia adalah negara hukum22 dan bukan Presiden harus diambil dalam rapat paripurna
negara politik, maka DPR sebagai wakil rakyat Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri
yang dipercayakan untuk menunjang pilar oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah
kekuasaan negara dalam bidang legislatif, anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya
seyogyanya memperhatikan batas quorum dan 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah
batas waktu dalam proses pemakzulan lain, Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi
seperti pada saat DPR mengajukan “usul” kesempatan menyampaikan penjelasan dalam
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil rapat paripurna Majelis Permusyawaratan
Presiden kepada Mahkamah Konstitusi agar Rakyat.24 Kemudian mengenai batas waktu
DPR mempunyai wibawa konstitusi sebagai paling lambat bagi MPR untuk menindaklanjuti
sebuah lembaga negara yang menunjang pilar atau melaksanakan sidang terhadap usul DPR
kekuasaan legislasi negara dan juga mendapat yang telah mendapat putusan dari Mahkamah
kepercayaan dari rakyat. Sebab hukum yang Konstitusi, dibahasakan oleh UUD NRI 1945
kita pakai adalah hukum sipil yang mengatur melalui pasal yang sama bahwa, Majelis
kelancaran negara agar supaya selalu dalam Permusyawaratan Rakyat wajib
bingkai hukum yang mengikat negara dan menyelenggarakan sidang untuk memutuskan
rakyatnya. Akan bahaya jadinya dan sangat
23
Hamdan Zoelva. Op. Cit. Hal. 112-113.
22 24
Pasal 1 ayat (3). Ayat (7).

59
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018

usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling bagi Dewan Perwakilan Rakyat maupun oleh
lambat tiga puluh hari sejak Majelis Majelis Permusyawaratan Rakyat sendiri.
Permusyawaratan Rakyat menerima usul Dengan demikian, impeachment terhadap
tersebut.25 Presiden dan/atau Wakil Presiden baru dapat
Kemudian kewenangan Majelis terjadi, jika didasarkan atas dua dasar hukum.
Permusyawaratan Rakyat untuk memakzulkan Pertama, atas dasar “putusan” MK yang
Presiden dan/atau Wakil Presiden dibahasakan menyatakan bahwa Presiden dan/atau Wakil
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Presiden telah terbukti melakukan pelanggaran
Indonesia Tahun 1945 bahwa, Majelis hukum setelah dibuktikan melalui special legal
Permusyawaratan Rakyat hanya dapat proceedings. Adapun dasar kedua adalah
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil keputusan MPR yang menyatakan bahwa
Presiden dalam masa jabatannya menurut Presiden dan/atau Wakil Presiden
Undang-Undang Dasar.26 Wewenang MPR diberhentikan dari jabatannya setelah dimintai
untuk dapat memberhentikan Presiden keterangan di dalam rapat paripurna MPR yang
dan/atau Wakil Presiden di tengah masa dilakukan melalui cara legislatif (proses politik
jabatannya ini didasarkan pada asas contrario di MPR).29
actus, yaitu karena pengesahan pengangkatan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dilakukan PENUTUP
oleh MPR sebagaimana ditentukan pada Pasal 9 A. Kesimpulan
ayat (1) Amandemen pertama UUD NRI 1945, 1. UUD NRI 1945 merupakan norma dasar
maka pengesahan pemberhentian Presiden yang berisi ketentuan-ketentuan
dan/atau Wakil Presiden juga dilakukan oleh ketatanegaraan secara umum dan
MPR.27 Atas dasar bahwa lembaga yang Undang Undang MK maupun Undang
berwenang untuk memberhentikan Presiden Undang MD3 tidak mengatur secara
dan/atau Wakil Presiden dalam masa terperinci mengenai alasan-alasan
jabatannya ini adalah MPR sebagaimana pemakzulan Presiden dan Wakil Presiden
ditentukan dalam Pasal 3 ayat (3) Amandemen sehingga, putusan Mahkamah Konstitusi
ketiga UUD NRI 1945, maka baik “putusan” MK diambil berdasarkan usul pendapat
maupun penjelasan Presiden dan/atau Wakil Dewan Perwakilan Rakyat dengan alasan-
Presiden di hadapan sidang paripurna MPR alasan pemakzulan Presiden dan Wakil
tersebut hanya merupakan bahan Presiden yang tidak jelas. Peraturan
“pertimbangan hukum” bagi MPR untuk Mahkamah Konstitusi Nomor 21 Tahun
memberikan keputusan.28 2009 mengatur tentang mekanisme
Secara sederhana, putusan Mahkamah pemakzulan tetapi tidak memperjelas
Konstitusi yang diteruskan oleh Dewan alasan-alasan pemakzulan Presiden dan
Perwakilan Rakyat merupakan putusan yang Wakil Presiden Republik Indonesia.
diambil dengan membuktikan kebenaran atas 2. Mekanisme pemakzulan Presiden dan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia
Presiden dan/atau Wakil Presiden. Namun, hal menunjukkan adanya sistem
ini tidak disertai dengan adanya pemerintahan campuran yang diterapkan
pertanggungjawaban pidana pada Presiden ke dalam konstitusi UUD NRI 1945. Hal ini
dan/atau Wakil Presiden. Sebab putusan dapat dilihat dari: Usul pemberhentian
tersebut, apabila diteruskan oleh Dewan Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
Perwakilan Rakyat, hanya membenarkan diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
“pelanggaran hukum” yang telah dilakukan oleh kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Presiden dan/atau Wakil Presiden dan hal ini Dalam hal ini UUD NRI 1945 memberikan
yang nantinya akan dijadikan dasar hukum baik wewenang kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat selaku lembaga
legislatif yang menentukan secara politik
25
Ayat (6). akhir dari mekanisme pemakzulan
26
Pasal 3 ayat (3).
27
Abdul Rasyid Thalib dalam Mukhlish dan Moh. Saleh.
Presiden dan Wakil Presiden (sistem
Op. Cit. Hal. 114.
28 29
Mukhlish dan Moh. Saleh. Ibid. Mukhlish dan Moh. Saleh. Op. Cit. Hal. 115-116.

60
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018

parlementer). Usul pemberhentian Tahun 1978 tentang Kedudukan


Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat dan Hubungan dan Tata Kerja Lembaga
diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Tertinggi Negara dengan/atau antar
kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
hanya dengan terlebih dahulu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17
mengajukan permintaan kepada Tahun 2014 tentang Majelis
Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, Permusyawaratan Rakyat, Dewan
mengadili, dan memutus pendapat Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam hal ini Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
UUD NRI 1945 membatasi wewenang Daerah.
Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 4
memberikan wewenang kepada Tahun 2014 tentang Penetapan
Mahkamah Konstitusi selaku lembaga Peraturan Pemerintah Pengganti
yudikatif untuk memutus secara hukum Undang Undang Republik Indonesia
mekanisme pemakzulan Presiden dan Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Wakil Presiden (sistem presidensial). Perubahan Kedua Atas Undang Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang
B. Saran Mahkamah Konstitusi Menjadi
1. Perlu ada sebuah bab tersendiri dalam Undang Undang.
UUD NRI 1945 yang mengatur secara Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 21
rinci mengenai alasan dan mekanisme Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara
pemakzulan Presiden dan Wakil Presiden dalam Memutus Pendapat Dewan
Republik Indonesia termasuk, Perwakilan Rakyat mengenai Dugaan
pengaturan putusan Mahkamah Pelanggaran oleh Presiden
Konstitusi terkait pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden.
dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
2. Perlu adanya sebuah istilah hukum B. Buku
semisal (pemakzulan) agar memperjelas Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi Bernegara: Praksis
definisi dari pemberhentian Presiden Kenegaraan Bemartabat dan
dan/atau Wakil Presiden Republik Demokratis. Malang: Setara Press,
Indonesia dalam konstitusi UUD NRI Cet. Kedua. 2016.
1945. Bachtiar. Problematika Implementasi Putusan
Mahkamah Konstitusi pada Pengujian
DAFTAR PUSTAKA UU terhadap UUD. Jakarta: Raih
A. Peraturan Perudang-Undangan Asa Sukses. Cet. 1. 2015.
Undang Undang Dasar Republik Indonesia Hady, Nuruddin. Teori Konstitusi & Negara
Tahun 1945 (Sebelum Amandemen). Demokrasi: Paham Konstitusionalisme
Konstitusi Republik Indonesia Serikat Tahun Demokrasi di Indonesia Pasca
1949. Amandemen UUD 1945. Malang: Setara
Undang Undang Dasar Sementara Tahun 1950. Press. Ed. Revisi. 2016.
Undang Undang Dasar Negara Republik Hufron. Pemberhentian Presiden di Indoesia:
Indonesia Tahun 1945 (Setelah Antara Teori dan Praktik. Surabaya:
Amandemen). LaksBang PRESSindo. Cet. II.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat 2018.
Sementara Republik Indonesia No. Fuady, Munir. Teori Negara Hukum Modern
XX/MPRS/1966 tentang Memorandum (Rechtstaat). Bandung: Refika Aditama.
DPR-GR mengenai Sumber Tertib Cet. Kedua. 2011.
Hukum Republik Indonesia dan Tata Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi,
Urutan Peraturan Perundangan Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah.
Republik Indonesia. Jakarta: Kencana. 2015.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Republik Indonesia Nomor III/1978 Indonesia. Panduan Pemasyarakatan

61
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 9/Nov/2018

Undang- Undang Dasar www.nsd.uib.no./eyropean_election_d


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atabase/country/uk/. Diakses pada 1
dan Ketetapan MPR RI. Jakarta: Oktober 2018.
Sekretariat Jenderal MPR RI. 2012. Muliadi Anangkota. Klasifikasi Sistem
Manggalatung, Salman H.A. Desain Pemerintahan Perspektif Pemerintahan
Kelembagaan Negara Pasca Modern Kekinian.Cosmogov: Jurnal
Amandemen UUD 1945. Bekasi: Ilmu Pemerintahan. Program Studi Ilmu
Gramata Publishing. 2016. Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial
Marpaung, Lintje Anna. Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Cendrawasih Papua.
Edisi Revisi. 2018. Wikipedia bahasa Indonesia,
Mukhlish dan Moh. Saleh. Konstitusionalitas https://id.m.wikipedia.org/wiki/Britania
Impeachment Presiden dan Wakil _Raya. Diakses pada 1 Oktober 2018.
Presiden di Indonesia. Malang: Wikipedia bahasa Indonesia,
Setara Press. 2016. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Senat_
Rasyid, Hatamar. Pengantar Ilmu Politik: Amerika_Serikat. Diakses pada 6
Perspektif Barat dan Islam. Jakarta: Oktober 2018.
Rajawali Pers. Cet. Ke-1. 2017.
Rumokoy, Donald Albert dan Frans Maramis.
Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta:
Rajawali Pers. Ed.1. Cet. 1. 2014.
Sugiarto, Umar Said. Pengantar Hukum
Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, Cet. 1.
2013.
Sutiyoso, Bambang. Reformasi Keadilan dan
Penegakkan Hukum di Indonesia.
Yogyakarta: UII Press. 2010.
Tjandra, W. Riawan. Hukum Administrasi
Negara. Jakarta: Sinar Grafika. Cet.
Pertama. 2018.
Voll, Willy D.S. Dasar-Dasar Ilmu Hukum
Administrasi Negara. Jakarta: Sinar
Grafika. Cet. Ketiga. 2016.
Yuhana, Abdy. Sistem Ketatanegaran Indonesia
Pasca Perubahan UUD 1945: Sistem
Perwakilan di Indonesia dan Masa
Depan MPR. Bandung: Fokus Media.
2013.
Zoelva, Hamdan. Impeachment Presiden:
Alasan Tindak Pidana Pemberhentian
Presiden Menurut UUD 1945.
Jakarta: KONpress. Cet. Kedua. 2014.

C. Sumber Lain
Tim Pustaka Phoenix. Advanced Dictionary:
English-Inonesian Indonesian-English.
Jakarta: PT Media Pustaka
Phoenix. New Edition. Cet. Ke V. 2012.
Tim Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Media Pustaka
Phoenix. Edisi Baru. Cet. Keenam, 2012.
European Election Database,

62

Anda mungkin juga menyukai